Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan

dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa perunit, persatuan luas, persatuan

volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan populasi sangat penting diukur

untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas

dengan komunitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa

digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan

membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang

terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk

persentase (Suin, 1989).

Populasi adalah kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis yang

mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang

walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok

dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu. Salah satu hal yang

berkaitan erat dengan populasi adalah jumlah atau yang biasa disebut kepadatan

populasi, yang menyatakan cacah individu di dalam satuan luas atau volume

tertentu. Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan

dengan banyak metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode

yang paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah

dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi

penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan

terbuka dengan hewan liar seperti semut yang akan dihitung kerapatan
populasinya. Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi

keakuratan sensus (Soegianto, 1994).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan semut pada tanaman

di sekitar lingkungan tempat tinggal. Metode yang digunakan biasa dalam

penelitian ini adalah metode eksploratif. Dengan memanfaatkan sumber data yang

ada di alam (Riyanto, 2007)

Dalam kejadian yang tidak praktis untuk menerapkan kerapatan mutlak

suatu populasi ternyata dianggap telah cukup bila diketahui kerapatan nisbi suatu

populasi. Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara melalui metode

Capture-Reacapture dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan melalui

metode removal sampling yakni dengan menggunakan metode Zippin. Hal ini

melatar belakangi diadakannya percobaan tentang metode sampling biotik untuk

menduga populasi hewan bergerak.

I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan yang akan dicapai pada percobaan ini adalah :

1. Untuk menduga atau mengetahui populasi dari suatu areal dengan

menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin.

2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling

organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama

jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik)

yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang

walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok

dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soetjipta,1992).

Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua

pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi yang relatif konstan

sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang

pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi

grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan

keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk

memahami di alam (Naughton, 1973).

Untuk mengetahui jumlah atau kepadatan populasi dapat dilakukan dengan

banyak metode tergantung dengan keadaan sekitarnya. Salah satu metode yang

paling akurat untuk mengetahui kepadatan populasi di suatu wilayah adalah

dengan melakukan sensus. Tetapi kendala dari diadakannya sensus adalah lokasi

penelitian. Misalnya jika penghitungan sensus dengan lokasinya berada di hutan

terbuka dengan hewan liar seperti ular yang akan dihitung kerapatan populasinya.

Pergerakan hewan yang akan dihitung juga mempengaruhi keakuratan sensus

(Soegianto, 1994).

Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, akan membutuhkan waktu

dan biaya yang lebih untuk mengukurnya. Karakteristik sampel disebut statistik
dalam hal ini parameter dari statistic harus diperhatikan secara cermat. Metode

pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus

mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti

itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif.

Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang

sama pada semua unsur populasi untuk dipilih. Memang, sampel mungkin

menunjukkan karakteristik yang menyimpang dari karakteristik populasi.

Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling

error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari

sampel dengan hasil yang didapat dari sensus (Soegianto, 1994).

Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas

(probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi

mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini

mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga

disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan

(judgemental sampling), disebut juga sample non-probabilitas. Untuk kedua jenis

sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan

sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling

design) (Heddy, 1986).

Penarikan Sampel Secara Random sistematis (Systematic Random

Sampling) Teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya hanya

bedanya teknik ini menggunakan urutan-urutan yang alami. Caranya ialah pilih

secara random dimulai dari antara ngka 1 dan integer yang terdekat terhadap ratio

sampling (N/n); kemudian pilih item-item dengan interval dari integer yang
terdekat terhadap ratio sampling.Keuntungan menggunakan sampel ini ialah

peneliti menyederhanakan proses penarikan sampel dan mudah dicek; dan

menekan keanekaragaman sampel.Kerugian ialah apabila interval berhubungan

dengan pengurutan periodik suatu populasi, maka akan terjadi keanekaragaman

sampel (Priyono, 2008).

Salah satu cara penarikan sampel dalam metode ini ialah misalnya

mengambil setiap nama ke 10 dari directori nomor telepon sehingga penarikan

responden akan mempunyai interval 10. Dalam kasus seperti ini, cara pemilihan

akan menjadi nonprobabilitas kecuali direktori telepon itu sudah dalam bentuk

random (Priyono, 2008).

Penentuan besar kecilnya ukuran sampel tergantung pada antara lain,

derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Semakin tinggi tingkat

homogenitas populasi semakin kecil ukuran sampel yang boleh diambil, semakin

rendah tingkat homogenitas populasi semakin besar ukuran sampel yang harus

diambil, Tingkat Presisi yang diinginkan (level of precisions). Semakin tinggi

tingkat pesisi yang diinginkan peneliti, semakin besar sampel yang harus diambil

(Sugiana, 2008).

Untuk menghitung populasi hewan bergerak terdapat dua cara yakni secara

langsung dan tidak langsung. Secara tidak langsung yaitu dengan perkiraan.

Misalnya untuk menghitung populasi rumput di suatu kebun dapat digunakan

metode kuadrat rumput, untuk hewan yang relatif mudah ditangkap dapat

dilakukan dengan metode CMR atau Capture- Mark- Recapture dalam bahasa

indonesia adalah tangkap, tandai dan tangkap kembal (Soegianto, 1994).

Capture, Mark, Release, Recapture (CMMR) yaitu menandai, melepaskan

dan menangkap kembali sampel sebagai metode pengamatan populasi. Merupakan


metode yang umumnya dipakai untuk menghitung perkiraan besarnya populasi.

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Hal yang pertama

dilakukan adalah dengan menentukan tempat yang akan dilakukan estimasi, lalu

menghitung dan mengidentifikasinya, dan hasil dapat dibuat dalam sistem daftar.

Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama

spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus

(Hadisubroto, 1989).

Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan.

Pengukuran kerapatan mutlak ialah dengan cara penghitungan menyeluruh yaitu

cara yang paling langsung untuk mengerti berapakah makhluk yang di

pertanyakan di sutau daerah adalah menghitung makhluk tersebut semuanya dan

metode cuplikan yaitu dengan menghitung proporsi kecil populasi pada rumus

Paterson. Untuk metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan

metode capture-recapture. Merupakan metode yang sederhana untuk menduga

ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan, burung

dan mamalia kecil (Naughton, 1973).

Banyaknya variabel yang diteliti dan rancangan analisis yang akan

digunakan. Semakin banyak variabel yang akan dianalisis, misalnya dengan

menggunakan rancangan analisis tabulasi silang atau uji chi-square of

independen (uji chi kuadrat), mengingat adanya persyaratan pengujian hubungan

antarvariabel yang tidak membolehkan adanya nilai frekuensi hasil penelitian < 1,

maka ukuran sampelnya harus besar serta alasan-alasan Peneliti (waktu, biaya,

tenaga, dan lain-lain) (Sugiana, 2008).


Model Peterson menangkap sejumlah individu dari sujumlah populasi

hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda kemudian

dilepaskan kembali dalam beberapa waktu yang singkat. Setelah itu dilakukan

pengambilan (Penangkapan Ke 2 terhadap sejulah individu dari populasi yang

sama. Dari penangkapan kedua inilah diidentifikasi individu yang bertanda yang

berasal dari penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil

penangkapan ke dua (Tarumingkeng, 1994).

Metode Capture-Recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga

ukuran populasi alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode

Capture-Recapture sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk itu dilakukan metode

Removal Sampling yang tidak melepaskan kembali hewan yang telah disampling.

Contoh metode Removal Sampling adalah Metode Zippin yang dilakukan dengan

cara penangkapan pertama tidak dilepaskan kembali, kemudian dalam jangka

waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak

dilepaskan kembali. Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin dapat

diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2015).


DAFTAR PUSTAKA

Hadisubroto, T., 1989. Ekologi Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


Jakarta.

Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.

Naughhton, 1973. Ekologi Umum edisi Ke 2. Universitas Gajah Mada Press,


Yogyakarta.

Proyono, 2008. Ekologi Kuantitatif. http://www.scribd.com. Diakses pada hari


Minggu, 12 April 2015 pukul 21.05 WITA.

Riyanto, 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains.. (Vol. 10)
2. Diakses pada hari Minggu, 12 April 2015, pukul 23.00 WITA,
Makassar.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Soetjipta, 1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. DeptDikBud DIKTI, Jakarta.

Sugiana, 2008. Populasi dan metode Sampling. http://dankfsugiana.wordpress.


com. Diakses pada hari Minggu 12 April 2015 pukul 22.00 WITA.

Suin, N. M., 1989. Ekologi Hewan Tanah. Bumi Aksara, Jakarta.

Tarumingkeng, R. C., 1994. Dinamika Populasi Kajian Ekologi Kuantitatif.


Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Umar, M. R., 2015. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Biologi


Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Pengamatan Metode Capture – Recapture

NO PARAMETER JUMLAH

1. M 35

2. n 88

3. R 5

∑ 128

IV.1.2 Tabel Pengamatan Metode Removal Sampling

NO PARAMETER JUMLAH

1. n1 15

2. n2 20

∑ 35

IV.2 Analisis Data

IV.2.1 Metode Capture – Recapture

A) Pendugaan Populasi

(𝑀)𝑛
N = 𝑅

35 (88)
= 5

= 616

B) Kesalahan Baku
(𝑀)(𝑛)(𝑀−𝑅)(𝑛−𝑅)
SE =√ 𝑅3

(35)(88)(36−5)(88−5)
=√ 5³

(3080)(30)(83)
=√ 125

(7.669.200)
=√ 125

= 247,7

C) Selang Kepercayaan

N ± (t) (SE)

 Mencari nilai t

t = (df ∝)

t = (N-2) (∝)

t = [(616-2) (0,01)]

t = 6,14

Jadi,

N ± (t) (SE)

616 ± (6,14) (247,7)

616 ± 1520,88

616 + 1520,88 = 2136,88

616 - 1520,88 = -904,88

2136,88 sampai -904,88

IV.2.1 Metode Removal Sampling

A) Pendugaan Populasi

𝑛12
N = (𝑛
1 −𝑛2 )
(15)2
= (15−20)

225
= −5

= -45

B) Kesalahan Baku

𝑛1 𝑛2 √𝑛1 + 𝑛2
SE = (𝑛1 − 𝑛2 )2
(15)(20)√15+20
= (15− 20 )2
300√35
= (−5)2
1.773
= 25
= 70,92

C) Selang Kepercayaan

N ± (t) (SE)

Mencari nilai t

t = (df ∝)

t = (N-2) (∝)

t = [(-45-2) (0,01)]

t = -0,47

Jadi,

N ± (t) (SE)

-45± (-0,47) (70,92)

-45± -33,33

-45 + 33,33 = -11,67

-45 - 33,33 = -78,33

-11,67 sampai -78,33

IV.3 Pembahasan
Populasi adalah kumpulan individu dari suatu jenis organisme. Di dalam

penelitian, kemampuan kita terbatas sedangkan obyek yang akan kita telaah

demikian luasnya (populasi), sehingga kita hanya dapat menentukan wakil

populasi yang berupa sampel, dengan catatan sampel yang diambil benar – benar

mewakili populasi. Cara pengambilan sampel ini dikenal dengan istilah sampling.

Cara pengambilan sampel untuk menduga suatu populasi biasa disebut

dengan metode. Metode yang biasa digunakan untuk menduga suatu populasi

yaitu metode Lincoln-Peterson dan metode Zippin. Metode Lincoln-Peterson

adalah metode yang digunakan untuk menduga populai dengan cara menangkap

sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari, individu yang

ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah dibacakemudian dilepaskan

kembali dalam periode waktu yang pendek. Setelah beberapa hari, dilakukan

penangkapan kembali dan dihitung yang bertanda dan tidak bertanda yang

tertangkap. Sedangkan metode Zippin dilakukan dengan cara penangkapan

pertama tidak dilepaskan kembali kemudian dalam jangka waktu tertentu

dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali.

Dalam percobaan ini dilakukan pengambilan sampel hewan bergerak

dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson. Dimana jumlah sampel yang

didapat pada penangkapan pertama yang akan ditandai (M) adalah 11 dan pada

pengambilan sampel kedua hewan yang tertangkap bertanda dan tidak bertanda

(n) adalah 25 yang diantara hewan bergerak yang tertangkap kembali dan

bertanda (R) sebanyak 1. Dari data tersebut, kita dapat menduga populasi hewan

bergerak yang ada di dekat Danau Universitas Hasanuddin 275 populasi. Pada

percobaan yang kami lakukan memiliki nilai kesalahan baku (SE) yaitu 256,90

dan selang kepercayaan dari data yang kami dapatkan ialah 275 ± 701,337.
Selain menggunakan metode Lincoln-Peterson, dalam percobaan ini

dilakukan pengambilan sampel hewan bergerak dengan menggunakan metode

Zippin. Dimana jumlah hewan yang tertangkap dan tidak dilepaskan kembali pada

penangkapan pertama (𝑛1 ) adalah 51 dan jumlah hewan yang tertangkap dan tidak

dilepaskan kembali pada penangkapan kedua (𝑛2 ) adalah 14. Dari data tersebut,

kita peroleh jumlah total individu populasi (N) adalah 70,29. Pada percobaan yang

kami lakukan memiliki nilai kesalahan baku (SE) yaitu 4,20dan selang

kepercayaan dari data yang kami dapatkan ialah 70,29± 2,87.

Dari percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode

Lincoln-Peterson dan metode Zippin, kita dapat dengan mudah menduga jumlah

populasi hewan bergerak disuatu daerah. Namun dengan menggunakan metode ini

data yang kita dapatkan tidak valid atau hanya berupa dugaan saja.

Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa

lingkungan tempat pengambilan sampel tersebut terjadi migrasi. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya dorongan mencari makanan,

menghindari predator, atau mungkin karena terbawa angin atau air. Hal ini

terbukti karena pada saat penangkapan hari kedua hanya satu yang ditemukan

bertanda (pada penangkapan pertama).


BAB V

PENUTUP

V. 1 Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan ini adalah:

1. Berdasarkan Metode Lincoln Peterson diperoleh bahwa jumlah populasi

hewan bergerak ditempat tersebut sebesar 128 sedangkan dengan

menggunakan Metode Zippin diperoleh jumlah populasi sekitar 30. Hal-hal

yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan karena terjadi kesalahan

pada percobaan cara penangkapan serangga, luas area, kondisi lingkungan

dan suhu sekitar lingkungan.

2. Teknik sampling dengan metode Lincoln-Peterson yang digunakan yaitu

dengan menggunakan sweeping net, dilakukan penangkapan dua periode,

pada periode pertama sampel ditandai dan dilepas kembali, dan pada periode

kedua dilakukan sampling kembali dan dihitung jumlah yang bertanda

kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus, sedangkan teknik sampling

dengan metode Zippin juga menggunakan sweeping net, dilakukan dua

periode sampling pula, pada metode ini sama dengan metode Lincoln-

Peterson, tetapi dalam penangkapan pertama sampel tidak ditandai dan tidak

dilepas kembali ke habitatnya.

V. 2 Saran

Sebaiknya alat seperti sweeping net itu lebih diperbanyak, agar praktikum

yang berlangsung dapat lebih efektif.

Anda mungkin juga menyukai