Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

SEMESTER 118 TA 2022/2023

Judul Praktikum:
Pengamatan Kromosom pada Akar Bawang Merah

Disusun oleh:
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Biologi A 2021

Dosen Pengampu:
Rizky Priambodo, S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromosom merupakan suatu struktur makromolekul yang tersusun dari DNA, di
mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu
sentromer yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang
mengandung kromonema serta sepasang gen. Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa
kromosom merupakan alat transportasi materi genetik yang sebagian besar bersegregasi
menurut hukum Mendel. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu
dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi
suatu struktur yang disebut sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang
panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan posisi bidang yang membesar yang disebut knot
(tombol) atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material
kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Suprihati et al., 2007).
Kromosom memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup suatu makhluk
hidup, karena kromosom merupakan alat pengangkutan bagi gen-gen yang akan diturunkan
dari suatu sel induk ke sel anakannya, dari generasi yang satu ke generasi yang lainnya.
Pengamatan kromosom sama pentingnya dengan mempelajari struktur kromosom.
Aktivitas kromosom dapat terlihat dalam siklus sel, yaitu pembelahan sel (mitosis dan
meiosis). Pengamatan kromosom melalui mitosis merupakan langkah awal yang dapat
dilaksanakan untuk mempelajari kromosom.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan praktikum ini adalah untuk;
1. mempelajari cara membuat preparat kromosom;
2. mengenal fase-fase pembelahan mitosis; dan
3. mengamati dinamika atau aktivitas kromosom.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Satuan kehidupan terkecil yang tidak dapat diperkecil lagi adalah sel. Sel pertama kali
ditemukan lebih dari 300 tahun yang lalu, tidak lama setelah mikroskop pertama dibuat.
Umumnya sel itu sangat kecil dengan diameter jauh lebih kecil dari 1 mm, sehingga tidak
terlihat oleh mata telanjang. Pada sel yang paling sederhana, yaitu bakteri sebuah dinding sel
mengelilingi suatu membran (plasma) sangat tipis dan mengandung asam lemak, yang
mengelilingi permukaan daerah dalam yang tidak berstruktur. Sifat terpenting sel adalah
kemampuannya untuk tumbuh dan membelah diri untuk menghasilkan molekul-molekul
seluler baru dan memperbanyak dirinya. Sel yang paling sederhana sekalipun mengandung
hampir 1000 molekul yang berbeda. Maka pada hakikatnya sel merupakan pabrik kecil yang
tumbuh dengan memasukkan unsur-unsur pembangun berupa molekul-molekul sederhana dan
dengan cara tertentu mengubahnya menjadi berbagai molekul yang dibutuhkan untuk
berfungsinya sel-sel (Watson, 1988).
Pembelahan sel merupakan proses integrasi dari dua pembelahan, yaitu pembelahan inti
(kariokinesis) dan pembelahan sitoplasma (sitokinesis). Mitosis terjadi pada sel-sel somatik,
menghasilkan dua sel anakan yang memiliki jumlah kromosom sama dengan induknya. Proses
mitosis dibagi dalam empat stadium secara berturut-turut, yaitu profase, metafase, anafase, dan
telofase. Tahap profase terjadi kondensasi kromosom menjadi lebih pendek dan tebal.
Nukleolus mulai tidak tampak, membran inti menghilang. Tiap kromosom membelah
memanjang, anakan kromosom ini disebut kromatid. Tahap metafase, kromosom
menempatkan diri di bidang ekuatorial (tengah) sel. Pada tahap anafase kedua buah kromatid
memisahkan diri dan ditarik benang gelendong ke tiap kutub sel yang berlawanan. Pada tahap
telofase di setiap kutub sel terbentuk set kromosom yang serupa. Benang-benang gelendong
lenyap dan membran inti terbentuk kembali (Ernawiati, 2007).
Setiap sel somatik pada organisme tingkat tinggi memiliki jumlah kromosom dasar,
yaitu suatu set yang diwariskan dari induk dan satu set diwariskan dari ayah. Masing-masing
kromosom memiliki pasangan yang identik, yaitu kromosom homolog. Dua set kromosom ini
disebut diploid (2n). Sel kelamin atau gamet memiliki separuh jumlah kromosom pada sel
somatik. Kromosom ini disebut haploid (1n). Jumlah kromosom somatik sama untuk suatu
spesies tertentu (Crowder, 1986).
Sel dari jenis dan individu tumbuhan yang berbeda memiliki komponen yang berbeda.
Keadaan ini menuntut perlakuan yang berbeda terhadap sel-sel tersebut agar kromosom dapat
diamati. Bahan standar yang bisa digunakan dalam pengamatan kromosom adalah sel-sel ujung
akar bawang merah, karena sel-selnya bersifat meristematik serta komposisi dinding selnya
tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan
pewarna. Pada saat sel aktif membelah, kromosom relatif mudah diamati hanya dengan
memperlakukan sel-sel tersebut dengan metode fiksasi dan pewarnaan yang sederhana
(Anderson, 2006).
Kromosom merupakan suatu struktur makromolekul yang tersusun dari DNA, di mana
informasi genetik dalam sel disimpan. Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer yang
merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung
kromonema serta sepasang gen. Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom
merupakan alat transportasi materi genetik yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum
Mendel. Setiap kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya
oleh beberapa kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut
sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda,
kehadiran dan posisi bidang yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain
itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut satelit, dan
sebagainya (Suprihati et al., 2007).
Kromosom antar tumbuhan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Baik dari
bentuk, jumlah, dan panjangnya. Allium cepa memiliki kromosom haploid (2n) yang berjumlah
16 (Sastrosumarjo, 2006). Hal ini sangat membantu dalam mempelajari pengamatan kromosom
pada tumbuhan, karena jumlahnya yang tidak terlalu banyak, memiliki ukuran kromosom yang
besar, dan cukup mudah untuk dibuat preparatnya. Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan
salah satu anggota dari suku Liliaceae. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan semusim dan
memiliki umbi yang berlapis. Tumbuhan ini memiliki akar serabut, dengan daun berbentuk
silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang
berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah
terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan
merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas.
Preparat pejetan atau yang disebut dengan squash preparation merupakan preparat
yang dibuat dengan cara memejet sebuah objek di atas kaca objek dengan menggunakan benda
tumpul yang tidak terlalu keras seperti karet penghapus. Preparat pejetan biasanya digunakan
untuk melihat proses mitosis pada akar bawang (Dwisang, 2008).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 29 Maret 2023, pukul 08.00 WIB.
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Genetika, Gd. Hasjim Asj’arie, Kampus A
Universitas Negeri Jakarta.

3.2 Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. Mikroskop 1. Biakan akar bawang merah
2. Kaca objek 2. Asetokarmin
3. Kaca penutup 3. HCl 1 M
4. Silet 4. Akuades
5. Lampu spiritus 5. Tisu
6. Cawan petri
7. Pipet tetes
8. Karet penghapus
9. Arloji

3.3 Langkah Kerja


1. Dibiakkan akar bawang merah dengan direndamnya bagian bawah bawang merah pada
air dalam gelas selama 3-4 hari sampai akarnya tumbuh.
2. Dipotong ujung akar bawang merah sekitar 1-2 mm dari ujung, kemudian dimaserasi
dengan HCl 1 M selama 4 menit. Dikeringkan akar bawang merah dari HCl
menggunakan tisu.
3. Ditambahkan setetes asetokarmin dan didiamkan selama 2 menit, kemudian
dikeringkan menggunakan tisu.
4. Ditambahkan setetes akuades, kemudian ditutup dengan kaca penutup.
5. Dilakukan squashing dengan diberi sedikit tekanan pada kaca penutup menggunakan
karet penghapus.
6. Diamati preparat di bawah mikroskop dan difoto.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengamatan Kromosom pada Tahapan Mitosis
Tahapan Gambar Keterangan
Profase Kromosom terwarnai asetokarmin.
• Kromosom terkondensasi dan
memendek
• Membran inti masih tampak

Gambar 1. Tahap Profase pada


Akar Bawang Merah (Mag. 1000x)
Metafase Kromosom terwarnai asetokarmin.
• Membran inti sirna
• Kromosom berposisi di bidang
ekuatorial sel

Gambar 2. Tahap Metafase pada


Akar Bawang Merah Merah (Mag.
1000x)
Anafase Kromosom terwarnai asetokarmin.
• Membran inti sirna
• Kromatid berpisah menuju kutub sel
yang berlawanan

Gambar 3. Tahap Anafase pada


Akar Bawang Merah Merah (Mag.
1000x)
Telofase Kromosom terwarnai asetokarmin.
• Membran inti mulai terbentuk
• Terjadi kariokinesis
• Terbentuk satu set kromosom pada
masing-masing kutub sel

Gambar 4. Tahap Telofase pada


Akar Bawang Merah Merah (Mag.
1000x)

5.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan pengamatan kromosom pada sel akar bawang merah
(Allium cepa) yang bertujuan untuk; (1) mempelajari cara membuat preparat kromosom;
(2) mempelajari cara membuat preparat kromosom; dan (3) mengamati dinamika atau
aktivitas kromosom. Preparat kromosom yang digunakan adalah ujung akar bawang merah.
Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengamatan kromosom, karena sel-selnya bersifat
meristematik serta komposisi dinding selnya tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang
mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna (Anderson, 2006).
Akar bawang merah dibiakkan dengan merendam bagian bawahnya pada air dalam
gelas selama 3-4 hari sampai akarnya tumbuh. Setelah akarnya tumbuh, ujung akarnya
dipotong sepanjang 1-2 mm dari ujung untuk dijadikan preparat. Pembuatan preparat
menggunakan metode squash preparation, yaitu dengan memejet objek di atas kaca objek
dengan menggunakan benda tumpul yang tidak terlalu keras seperti karet penghapus.
Metode ini bertujuan agar sel-sel akar bawang merah menyebar dan tidak bertumpuk,
sehingga mempermudah pengamatan kromosomnya.
Langkah awal pembuatan preparat adalah memotong ujung akar bawang merah
sepanjang 1-2 mm dari ujung, kemudian dimaserasi dengan HCl 1 M selama 4 menit. Hal
ini bertujuan untuk melunakkan sel agar mudah di-squash saat pembuatan preparat
nantinya. HCl akan melarutkan pektin dan selulosa yang ada pada dinding sel, sehingga sel
menjadi lunak. Langkah selanjutnya dilakukan pemanasan preparat di atas lampu spiritus.
Hal ini bertujuan untuk mempercepat reaksi pelunakan sel, di mana suhu yang digunakan
selama pemanasan yakni berkisar antara 50-60℃ yang merupakan suhu optimal terjadinya
reaksi. Selanjutnya preparat dicuci sebanyak 3 kali. Hal ini memiliki fungsi sama dengan
pencucian sebelumnya yakni untuk membersihkan HCl. Selain itu, pencucian dimaksudkan
agar dalam langkah selanjutnya dalam pewarnaan lebih sempurna. Langkah selanjutnya
dilakukan pewarnaan oleh asetokarmin. Pewarnaan dimaksudkan agar sel-sel yang akan
diamati terlihat. Perendaman menggunakan asetokarmin selama 2 menit dimaksudkan agar
proses pewarnaan berjalan sempurna. Penggunaan bahan pewarna asetokarmin supaya
dapat memberi warna pada inti sel. Hal ini berhubungan dengan tujuan pembuatan preparat,
yaitu untuk mengamati pembelahan mitosis yang terjadi pada ujung akar bawang merah.
Dengan adanya pewarnaan menggunakan asetokarmin, bagian ujung akar yang aktif
membelah akan berwarna lebih tua dibandingkan sel-sel yang telah terdiferensiasi.
Selanjutnya dilakukan pencucian dengan menggunakan air. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kepekatan bahan pewarna, sehingga pada bagian ujung akar yang akan diamati
dapat terlihat.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh terlihat bahwa sel-sel pada akar bawang
merah tersebut tengah berada pada tahapan pembelahan sel (mitosis). Pada pengamatan
tersebut, dijumpai sel-sel yang berada pada tahapan profase, metafase, anafase, dan
telofase. Tahapan tersebut ditandai dengan terlihatnya kromosom-kromosom yang berada
pada bidang pembelahan dan juga dapat diindikasikan oleh posisi kromosom-kromosom
tersebut. Pada fase profase terlihat benang-benang kromatin yang menebal membentuk
kromosom-kromosom tunggal, serta lenyapnya selubung nukleus. Pada fase metafase
terlihat kromosom menempatkan diri sejajar dengan bidang pembelahan sel (ekuatorial).
Kemudian pada fase anafase terlihat kromatid bersaudara terpisah menuju kutub sel yang
berlawanan, karena tertarik oleh benang spindel yang terbentuk dari sentromer. Pada fase
mitosis yang terakhir, yaitu fase telofase terlihat inti sel terbagi menjadi dua bagian, di
mana proses ini disebut kariokinesis, serta membran inti sel dijumpai kembali pada masing-
masing kutub sel (Hartati, 2010). Fase mitosis yang paling banyak dijumpai adalah profase,
karena pembelahan sel cenderung lambat walaupun sel-sel ujung akar bawang merah
bersifat meristematik. Sebelum sel mengalami pembelahan, sel harus mempersiapkan
energi lebih untuk mendukung terjadinya pembelahan, kemudian sel melakukan duplikasi
organel untuk dapat terjadinya sitokinesis, dan sel harus menduplikasi kromosom agar
jumlah kromosom sel anakan identik dengan sel induknya.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil yang diperoleh, maka dapat ditarik kesimpulan. Mitosis terdiri dari beberapa
tahapan, yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase. Di mana pada setiap tahapan
pembelahan yang terlihat sangatlah jelas dengan perbesaran 1000x. Metode squash
preparation merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan suatu sediaan dengan cara
memejet suatu objek di atas kaca objek atau kaca preparat. Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, tahap mitosis yang paling banyak dijumpai adalah tahap profase. Akar bawang
merah dijadikan preparat karena sel-selnya bersifat meristematik. Preparat diberikan HCl untuk
melunakkan dinding sel dan diberi pewarna agar benang-benang kromatin terlihat jelas.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Ted R. (2006). Biology of the Ubiquitous House Sparrow: From Genes to
Populations. Oxford University Press. Oxford.
Crowder, L.V. (1986). Genetika Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta: Universitas Gadjah
Mada.
Dwisang. (2008). Inti Sari Biologi. Scientific Press. Tangerang.
Ernawiati. (2007). Efek Antimitosis Ekstrak Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superb
Linn.) terhadap Pembelahan Sel Akar Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.).
Jurnal Sains MIPA, 13(1): 35-38.
Sastrosumarjo, S. (2006). Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Suprihati, D. et al. (2007). Identifikasi Karyotipe Terung Belanda (Solanum betaceum Cav.)
Kultivar Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara, 2(1): 7-11.
Watson, James D. (1988). The Double Helix. Penguin Publishing Group. Westminster.

Anda mungkin juga menyukai