Judul Praktikum:
Identifikasi Fenotipe pada Tumbuhan
Disusun oleh:
Rivaldy Zeidane Kristiando (1308621028)
Biologi A 2021
Dosen Pengampu:
Rizky Priambodo, S.Si., M.Si.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan menjelaskan keanekaragaman genetik pada buah pisang dan ciri-ciri
varietas berbagai pisang berdasarkan data kualitatif dan data kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep genetika berkembang dari ilmu yang membahas mengenai bagaimana sifat
diturunkan menjadi lebih luas lagi, yakni ilmu yang mempelajari tentang materi genetik. Secara
luas genetika membahas: 1) struktur materi genetik meliputi gen, kromosom, DNA, RNA,
plasmid, episom, dan elemen transposabel, 2) reproduksi materi genetik meliputi reproduksi
sel, replikasi DNA, reverse transcription, rolling circle replication, cytoplasmic inheritance,
dan Mendelian inheritance, 3) kerja materi genetik meliputi ruang lingkup materi genetik,
transkripsi, modifikasi pasca transkripsi, kode genetik, translasi, konsep one gen one enzyme,
interaksi kerja gen, kontrol kerja gen pada prokariotik, kontrol kerja gen pada eukariotik,
kontrol genetik terhadap respon imun, kontrol genetik terhadap pembelahan sel, ekspresi
kelamin, perubahan materi genetik, 4) perubahan materi genetik meliputi mutasi, dan
rekombinasi, 5) genetika dalam populasi, dan 6) perekayasaan materi genetik (Corebima,
2014). Keragaman genetik dan heritabilitas merupakan parameter genetik yang dapat
digunakan sebagai pertimbangan agar seleksi yang dilakukan efektif dan efisien (Martono,
2019). Respons genotipe terhadap lingkungan umumnya terlihat dalam penampilan fenotipe
tumbuhan tersebut. Genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama akan menunjukkan
fenotipe yang berbeda (Pradnyawathi, 2012).
Pisang (Musa sp.) merupakan komoditas buah yang paling umum dikonsumsi di
Indonesia. Tumbuhan pisang merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki arti
ekonomi penting di Indonesia. Setiap jenis pisang mengandung gizi yang berbeda antara jenis
satu dengan yang lainnya. Rata-rata kandungan setiap 100 gr daging buah pisang terdiri atas
energi 90 kkal, karbohidrat 22,84 g, protein 1,09 g, lemak 0,33 g, serat 2,6 fg, kalsium 5 mg,
fosfor 22 mg, zat besi 0,26 mg, tembaga 0,078 mg, potasium 358 mg, magnesium 27 mg,
vitamin A 64 mg, vitamin B1 0,031 mg, vitamin C 8,7 mg, dan vitamin E 0,1 mg (Wardhany,
2014). Produksi pisang di Indonesia menduduki tempat kelima di dunia dengan besaran 3,6
juta ton atau 5 persen dari produksi dunia (Dinas Pertanian, 2006). Potensi produksi buah
pisang di Indonesia memiliki daerah sebaran yang luas, hampir seluruh wilayah merupakan
tempat produksi pisang, ditanam di pekarangan maupun di ladang, dan sebagian telah
membudidayakannya menjadi sebuah perkebunan. Jenis pisang yang ditanam oleh masyarakat
bervariasi, mulai dari pisang untuk olahan sampai jenis pisang komersial yang bernilai ekonomi
tinggi (Wardhany, 2014). Dari banyaknya daerah sebaran pisang yang luas di Indonesia, maka
dapat dilakukan penggolongan atau pengelompokkan berdasarkan keseluruhan persamaan atau
ketidaksamaan yang dimiliki terhadap individu yang lain (Saupe, 2015). Semakin dekat antar
individu dengan individu lain, maka semakin besar pula kesamaan antar individu tersebut.
Pengamatan fenotipe dapat dilakukan dengan memerhatikan data kualitatif dan
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang menggunakan angka sebagai data pokoknya,
sehingga analisisnya menggunakan prinsip-prinsip statistik. Bentuk umum yang dapat
membedakan jenis data statistik, yakni deskriptif jika menggambarkan karakteristik sampel,
dan korelatif jika menggambarkan kekuatan dan arah hubungan (Mertens, 2010). Sedangkan
data kualitatif merupakan data yang mendasarkan pada adanya hubungan semantis antar
variabel yang sedang diteliti. Hubungan semantis menjadi kajian utama yang ilmiah dalam
penelitian kualitatif (Sarwono, 2016).
Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan dua pengujian, yaitu pengujian destruktif
dan pengujian non-destruktif. Pengujian destruktif adalah pengujian yang dilakukan terhadap
suatu material atau spesimen objek yang akan diujikan sampai material tersebut mengalami
kerusakan. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui performa pada material yang
bersangkutan, salah satunya bila material tersebut dikenai kerja dari luar dengan besar gaya
yang berbeda-beda. Pengujian ini umumnya jauh lebih mudah untuk dilaksanakan, selain itu
memberikan informasi yang lebih baik dari pada pengujian non-destruktif (Bayu, 2016).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
4.1 Hasil
Gambar 1. Tampak Luar Pisang: 1) pisang cavendish; 2) pisang uli; 3) pisang raja; 4)
pisang lampung
Gambar 2. Tampak Dalam Pisang: 1) pisang cavendish; 2) pisang uli; 3) pisang raja; 4)
pisang lampung
Pisang Pisang
Karakteristik Pisang uli Pisang raja
cavendish lampung
I. Kuantitatif
Panjang (cm) 15,5 12,5 11,5 9,5
Keliling (cm) 13 10,5 11,1 11
Diameter (cm) 4 3,3 3,5 3,3
Tebal kulit (cm) 0,5 0,3 0,4 0,4
Massa (g) 157 72 87 60
II. Kualitatif Non-Destruktif
Warna kulit Kuning pucat Kuning disertai Kuning cerah Kuning
bercak hitam kehijauan
Aroma Harum Cukup Harum disertai Beraroma getah
menyengat aroma getah
III. Kualitatif Destruktif
Warna daging Putih Kuning Kuning pucat Kuning cerah
buah kekuningan kecokelatan
Rasa Manis Cukup manis Cukup manis Cukup manis
dan sedikit
asam
Tekstur Sangat lunak Cukup lunak Sangat lunak Cukup lunak
dan sedikit dan sedikit
berair berair
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada beberapa varietas pisang, yaitu
pisang cavendish (Musa acuminata Cavendish Subgroup), pisang uli
(Musa paradisiaca L.), pisang raja (Musa acuminata × Musa balbisiana), dan pisang
lampung (Musa acuminata Colla) menunjukkan bahwa masing-masing varietas pisang
yang diamati terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan dari segi kualitatifnya
maupun kuantitatifnya.
Pisang cavendish (Musa acuminata Cavendish Subgroup) yang diamati memiliki
bentuk yang memanjang dengan panjang 15,5 cm dan diameter 4 cm. Kulitnya berwarna
kuning pucat dan memiliki tebal 0,5 cm. Pisang cavendish memiliki daging buah yang
harum, teksturnya sangat lunak dan sedikit berair, warnanya putih kekuningan, dan rasanya
manis.
Pisang uli (Musa paradisiaca L.) yang diamati memiliki bentuk yang agak
memanjang dengan panjang 12,5 cm dan diameter 3,3 cm. Kulitnya berwarna kuning
disertai bercak hitam dan memiliki tebal 0,3 cm. Pisang uli memiliki daging buah yang
aromanya cukup menyengat, teksturnya cukup lunak, warnanya kuning kecokelatan, dan
rasanya cukup manis.
Pisang raja (Musa acuminata × Musa balbisiana) yang diamati memiliki bentuk
yang agak memanjang dengan panjang 11,5 cm dan diameter 3,5 cm. Kulitnya berwarna
kuning cerah dan memiliki tebal 0,4 cm. Pisang raja memiliki daging buah yang harum
disertai aroma getah, teksturnya sangat lunak, warnanya kuning pucat, dan rasanya cukup
manis.
Pisang lampung (Musa acuminata Colla) yang diamati memiliki bentuk yang
pendek dengan panjang 9,5 cm dan diameter 3,3 cm. Kulitnya berwarna kuning kehijauan
dan memiliki tebal 0,4 cm. Pisang lampung memiliki daging buah yang beraroma getah,
teksturnya cukup lunak dan sedikit berair, warnanya kuning cerah, dan rasanya cukup
manis dan sedikit asam.
Perbedaan karakter morfologi pisang telah dipakai secara rutin untuk
mengidentifikasi fenotipe pisang, bahkan dapat digunakan sebagai identifikasi kultivar
pisang secara komersial. Variasi genetik di dalam satu jenis pisang dapat memunculkan
fenotipe baru atau hanya menimbulkan variasi genetik di tingkat DNA tanpa mengubah
fenotipe buah pisang. Namun identifikasi morfologi ini sulit dilakukan pada pisang yang
memiliki kemungkinan variasi genetik yang besar. Maka dari itu identifikasi secara
molekular dengan teknologi analisis DNA dapat dipertimbangkan sebagai tambahan data
identifikasi pisang (Chiang et al., 2012).
BAB V
KESIMPULAN
Bayu. (2016). Mengenal Pengujian Destruktif dan Non Destruktif. Disadur pada 28 Februari
2023, dari
https://www.kompasiana.com/bayujvm/56de4a446623bd570dbfe7b5/mengenalpenguj
ian-destruktif-dan-non-destruktif/
Chiang, YC, CM Tsai, YKH Chen, SR Lee, CH Chen, YS Lin & CC Tsai. (2012). Development
and characterization of 20 new polymorphic microsatellite markers from Mangifera
indica (Anacardiaceae). Am. J. Bot.
Corebima. (2014). Pendekatan Baru Genetika dari Pendekatan Sejarah ke Pendekatan
Konsep. Disajikan pada Seminar Nasional MIPA Universitas Negeri Malang 13
Oktober 2010.
Finkeldey, R. (2015). An Introduction to Tropical Forest Genetics: Molecular Basic the Gene
as a Function Unit. Institute of Forest Genetics and Forest Tree Breeding. Germany.
Indrawan, M, RB Primack & J Supriatna. (2017). Biologi Konservasi. Yayasan Obor Indonesia.
Jakarta.
Martono, B. (2019). Keragaman genetik, heritabilitas dan korelasi antar karakter kuantitatif
nilai (Pogostomon sp.) hasil fusi protoplas. J. Littri, 15(1): 9-15.
Pradnyawathi, NLM. (2012). Evaluasi galur jagung smb-5 hasil seleksi massa varietas lokal
Bali “berte” pada daerah kering. Jurnal Bumi Lestari, 12(1): 106-115.
Sarwono, J. (2016). Metode Penelitian; Kuantitatif dan Kualitatif. Candi Gebang Permai.
Yogyakarta.
Sobir & M Syukur. (2015). Genetika Tanaman. PT Penerbit IPB Press. Bogor.