Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KERUSAKAN BAHAN PANGAN
i
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II METODE PERCOBAAN...................................................................................... 3
2.1 Alat dan Bahan..................................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja............................................................................................................ 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 4
3.1 Hasil..................................................................................................................... 4
3.2 Pembahasan........................................................................................................ 5
BAB IV PENUTUP........................................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 10
4.2 Saran.................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 11
LAMPIRAN
ii
Acara : Kerusakan Bahan Pangan
Hari / Tanggal : 22 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum yang dituliskan pada laporan praktikum adalah sebagai
berikut :
1. Memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis kerusakan bahan pangan, tanda-
tanda kerusakan bahan pangan dan cara pencegahan dari terjadinya kerusakan
bahan pangan di masyarakat.
2. Memberikan berbagai pengetahuan yang lebih luas mengenai kerusakan bahan
pangan.
3. Sebagai sarana referensi baik untuk mahasiswa program studi gizi maupun kalangan
umum mengenai jenis-jenis kerusakan bahan pangan dan cara pencegahannya.
2
BAB II
METODE PERCOBAAN
2.1 Bahan
1. Bahan
a. Ketimun 1 buah
b. Tomat 1 buah
c. Gambas atau Oyong 1 buah
d. Wortel 1 buah
e. Pisang 1 buah
f. Belimbing 1 buah
g. Jambu 1 buah
h. Apel 1 buah
i. Tahu 1 buah
3
BAB III
3.1 Hasil
4
Munculnya spot/bintik hitam
Bakteri Colletotrichum lindemuthianium
(kapang)
Belimbing Kerusakan Mekanis
Mengalami benturan karena buah jatuh
atau membentur permukaan keras
Jambu Kerusakan mikrobiologis
Apel Kerusakan Kimiawi
Reaksi Browning
Timbulnya warna coklat pada akibat reaksi
enzimatis bahan dengan lingkungan
Tahu Kerusakan Fisik
Penggorengan terlalu lama menyebabkan
kegosongan
3.2 Pembahasan
6
Bahan pangan dianggap rusak apabila telah menunjukkan penyimpangan dari
keadaan semula yang meliputi beberapa hal, diantaranya:
1) Konsistensi
Bahan yang secara normal berkonsistensi kental, tetapi apabila dalam
berkonsistensi encer berarti telah terjad suatu penyimpangan yang
menujukan adanya keruskan.
2) Tekstur
Bahan hasil pertanian yang secara normal mempunyai tekstur yang
keras seperti pada kentang, ubi jalar, wortel dan lainnya apabila dalam
keadaan segar bahan tersebut mempunyai tekstur lunak, maka bahan
tersebut berarti sudah mengalami kerusakan.
3) Berlendir
Daging-daging, buah-buahan dan bahan pangan lain yang rusak akan
mengeluarkan lendir yang dianggap telah mulai atau sedang mengalami
kerusakan.
4) Memar
Terjadinya memar yang lanjut dapat digunakan sebagai suatu tanda
terjadinya kerusakan. Pada sawo, mangga, apel, jambu dan buah-buahan
lainnya sering terjadi memar, yang menunjukan adanya kerusakan pada
bagian dalam.
5) Gosong
Beberapa bahan yang digoreng disebut rusak apabila terjadi
kegosongan yang disebabkan oleh pemanasan terlalu lama atau
menggunakan suhu yang terlalu tinggi. Demikian pula terjadinya reaksi
browning yang tidak diinginkan merupakan salah satu kerusakan.
6) Ketengikan
Minyak goreng mengalami kerusakan ditandai dengan timbul bau yang
menyimpang yaitu terjadinya bau tengik, yang disebabkan oleh hasil oksidasi
dan degradasi dari asam-asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam
minyak tersebut
7) Reaksi browning
Reaksi browning dapat terjadi secara enzimatis maupun non-enzimatis.
Browning nonenzimatis merupakan kerusakan kimia yang mana dapat
menimbulkan warna coklat yang tidak diinginkan.
8) Penyimpangan bau, warna, cita rasa
7
Ikan mengalami kerusakan apabila terlihat tanda-tanda seperti berwarna
pucat, mata tenggelam dan teksturnya lunak sekali sehingga mengeluarkan
bau dan berlendir yang mennadakan adanya kerusakan
9) Lubang
Tanda-tanda kerusakan fisik yang dapat dijumpai pada bahan-bahan
hasil pertanian yang mengalami serangan serangga atau tikus sehingga
bentuk-bentuk fisiknya menjadi berlubang atau adanya bekas-bekas gigitan.
Terdapatnya kepompong, ulat dan sebagainya sering digunakan sebagai
tanda-tanda kerusakan
10) Candling
Telur yang rusak dapat ditandai dengan adanya kertakan, isi telur
menjadi encer atau Candling terlihat tanda-tanda kerusakan.
11) Penggumpalan atau pengerasan pada tepung
Tepung-tepung yang menggumpal dan mengeras menyebabkan
tepungtepung tersebt tidak memenuhi fungsinya seperti yang diharapkan.
Misalnya tepung telur albumen yang mengeras selama penyimpanan,
menyebabkan daya larut dan daya buih albumen menjadi rendah atau kasein
yang mengeras selama 9 disimpan sehingga daya larutnya berkurang.
Tanda-tanda tersebut merupakan tanda kerusakan.
d. Bagaimana cara mencegah kerusakan bahan pangan
Konsumsi bahan pangan yang sudah rusak dapat membahayakan kesehatan.
Cara mencegah terjadinya kerusakan bahan pangan yaitu:
1) Lindungi bahan pangan atau makanan dari cemaran mikroba, misalnya
dengan cara melindungi (menutup) bahan pangan atau makanan dari
serangan hama seperti lalat, kecoa, tikus dan binatang pembawa penyakit
lainnya. Memilih bahan pangan yang bermutu baik adalah suatu cara yang
paling utama dalam menghindari bahaya biologis.
2) Lindungi bahan pangan dari cemaran kimia, misalnya dengan mengolah
pangan di tempat yang jauh dari sumber pencemaran seperti tempat
penyimpanan pupuk, insektisida, oil dan sebagainya. Menggunakan bahan
pangan yang bersih bebas pestisida adalah cara lainnya untuk menghindar
dari bahaya kimia.
3) Gunakan hanya bahan yang sudah bersih dari kerikil, dan/atau cemaran fisik
lainnya. Sortasi dan mencuci adalah tahap-tahap pengolahan yang baik
untuk menghindari bahaya fisik.
8
4) Pada umumnya menyimpan semua buah dan sayuran di dalam kulkas.
Padahal buah dan sayuran tertentu justru rusak jika disimpan di dalam
temperatur dingin. Contohnya labu, tomat dan jeruk.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kerusakan bahan pangan merupakan perubahan karakteristik fisik dan kimiawi suatu
bahan makanan yang tidak diinginkan atau adanya penyimpangan dari karakteristik
normal. Bila ditinjau dari penyebab kerusakan bahan pangan, maka kerusakan tersebut
dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu kerusakan mikrobiologis, mekanis, fisik,
biologis, dan kimia. Faktor utama penyebab kerusakan bahan pangan yaitu
pertumbuhan dan aktivitas mikroba; aktivitas enzim-enzim di dalam bahan pangan;
serangga parasit dan tikus; suhu (pemanasan dan pendinginan); kadar air; udara
(oksigen); sinar; waktu. Kerusakan bahan pangan mengakibatkan terpengaruhinya
mutu, nilai gizi, dan kesehatan.
9
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
SlideShare.com. (2017,20 Maret). Kerusakan Pangan. Diakses pada 22 Maret 2021, dari
https://www.slideshare.net/AgnesciaSera1/kerusakan-pangan
10
Arini, Liss Dyah Dewi. 2017. Faktor-Faktor Penyebab Karakteristik Makanan Kadaluarsa
yang Berdampak Buruk pada Kesehatan Masyarakat. Jurnal Teknologi dan Industri
Pangan, 2(1): 15-24.
LAMPIRAN
11
Gambar 1. Ketimun
Gambar 2. Tomat
12
Gambar 3. Gambas atau Oyong
Gambar 4. Wortel
13
Gambar 5. Pisang
Gambar 6. Belimbing
14
Gambar 7. Jambu
Gambar 8. Apel
15
Gambar 9. Tahu
16
SEREALIA
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................17
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................17
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 17
1.3 Manfaat................................................................................................................18
BAB II METODE PERCOBAAN......................................................................................19
2.1 Alat dan Bahan...................................................................................................19
2.2 Cara Kerja.......................................................................................................... 19
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................21
3.1 Hasil..................................................................................................................... 21
3.2 Pembahasan........................................................................................................ 23
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................30
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................30
4.2 Saran....................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 31
LAMPIRAN
iii
Acara : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat (Serealia)
Hari / Tanggal : 22 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan setiap manusia harus sesuai dengan energi yang akan dihasilkan.
Maka dari itu, berbagai makanan harus sesuai dengan kebutuhannya masing-
masing, tidak perlu dilebihkan maupun dikurangkan. Jika dikonsumsi terlalu
banyak, maka akan menjadikan kondisi tubuh seseorang tidak baik. Adanya
bahan makanan yang mengandung karbohidrat akan memenuhi sebagian
kebutuhan seseorang dengan baik. Karena semakin berat seseorang dalam
beraktifitas, maka akan semakin banyak kebutuhan makanan yang perlu
dikonsumsi untuk penyimpanan energi yang akan digunakan ketika beraktifitas.
Banyak bahan makanan yang bisa digunakan, salah satunya makanan yang
berbahan dasar karbohidrat. Contohnya adalah produk olahan. Pada produk
olahan memiliki proses pemasakan yang berbeda-beda dari bahan satu ke yang
lainnya. Maka dari itu, banyak karbohidrat yang secara tidak sadar bisa
dikonsumsi, seperti camilan keripik kentang dan energen yang mempunyai
kandungan karbohidrat yang tinggi. Jenis olahan kering pada karbohidrat dapat
disimpan dalam jangka panjang untuk dikonsumsi. Sedangkan olahan yang
basah seperti beras yang diolah menjadi nasi, jika disimpan diruang terbuka, bisa
membuat nasi tersebut basi, dikarenakan adanya kontaminasi oleh udara dan
bakteri yang terbawa oleh udara. Bahan makanan yang baik itu tergantung
dengan bagaimana kita melakukan penyimpanan dan pengolahan yang baik.
Dalam pengolahan jenis-jenis serealia terdapat beragam nilai gizi yang dapat
kita peroleh. Selain itu, fisik dalam proses pengolahan akan berubah dari fisik
aslinya dan berat masa berat serta kandungan nilai gizinya pun akan berubah.
Karena hasil produk olahan tersebut dicampur dengan bahan-bahan lainnya,
sehingga memiliki kandungan nilai gizi yang lebih tinggi dari pada kandungan
nilai gizi pada bahan makanan yang belum diolah.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
18
BAB II
METODE PERCOBAAN
2. Bahan
a. Beras Putih 10 gr
b. Beras ketan putih 10 gr
c. Beras ketan hitam 10 gr
d. Jagung pipil 10 gr
e. Makaroni 10 gr
f. Bubur instan 10 gr
g. Energen 10 gr
19
Menimbang bahan-bahan tersebut sebanyak 10 gram
20
BAB III
3.1 Hasil
Keterangan :
Kekilapan :
+ = tidak mengkilap
++ = agak mengkilap
+++ = mengkilap
++++ = sangat mengkilap
2. Pengamatan proses pemasakan
21
3. Pengamatan sifat organoleptik dan nilai gizi produk olahan
Tabel 3. Pengamatan produk olahan serealia
Keterangan :
Kekilapan :
+ = tidak keraas
++ = agak keras
+++ = keras
++++ = sangat keras
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengamatan sifat fisik serealian (Tabel 1)
a) Jelaskan hasil pengamatan sifat fisik serealia
22
Beras Putih memiliki warna putih agak transparan, bentuknya menyerupai
beras merah namun tumpul (tidak lancip), bentuknya pendek dan sedikit
gemuk, tidak berbau, dan sedikit mengkilap.
Jagung pipil memiliki warna orange kekuningan, tidak berbau dan sedikit
mengkilap.
Beras ketan putih memiliki warna putih susu, berbau wangi, mengkilap,
bentuk bulirnya pendek dan gemuk.
Beras ketan hitam memiliki warna gelap hitam kecoklatan, tidak berbau,
dan mengkilap, bulirnya lebih kecil dibandingkan beras merah.
Makaroni memiliki warna kuning kecoklatan, memiliki tekstur keras
sebelum dimasak, memiliki bentuk melengkung, tidak berbau dan sedikit
mengkilap.
Bubur instan memiliki warna putih, berbentuk menyerupai energen akan
tetapi lebih besar daripada energen, tidak berbau dan tidak mengkilap.
Energen memiliki warna putih ada kuningnya, berbentuk pipih, memiliki
aroma wangi susu vanilla dan tidak mengkilap.
b) Gambarlah penampang melintang beras, gandum, dan jagung beserta
keterangannya. Berilah penjelasan masing-masing bagiannya
Gambar penampang melintanga gandum
23
cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian
yang selnya masih hidup, bahkan setelah pemanenan.
Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari :
Aleuron merupakan lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam
proses pemisahan kulit. Endospermia merupakan tempat sebagian besar
pati dan protein beras berada. Embrio merupakan calon tanaman baru
(dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur
jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras
(Muchtadi, 1992).
Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu pericarp, berupa lapisan luar
yang tipis, berfungsi mencegah embrio dari organisme pengganggu dan
kehilangan air; endosperm, sebagai cadangan makanan, mencapai 75%
dari bobot biji yang mengandung 90% pati dan 10% protein, mineral,
minyak, dan lainnya; dan embrio (lembaga), sebagai calon tanaman yang
terdiri atas plamuleakar radikal, seutelum, dan koleoptil (Subekti, 2010).
c) Jelaskan kenapa beras miliki aroma yang berbeda-beda
Beras memiliki aroma yang berbeda beda karena disebabkan oleh faktor
genetis, selain itu juga karena kondisi tempat tumbuh dan penanganan
pascapanen (Cagampang etal,. 1973). Secara umum, komponen penyusun
24
aroma pada beras terdiri dari beberapa senyawa yang masing-masingakan
memberikan aroma yang berbeda. Tercatat lebih dari 100 komponen aktif
beras telah teridentifikasi, namun beberapa komponendengan nilai
threshold tertentu yang akan memberikan kontribusi terhadap karakteristik
aroma pada beras (Wongpornchai et al., 2004).
d) Jelaskan kriteria mutu masing-masing sampel
Kriteria mutu beras putih dilihat dari wana beras yang putih agak
transparan, tidak berbau apek, tidak menempel ditangan ketika diremas,
tekstur yang kuat dan tidak mudah patah.
Kriteria mutu jagung pipil dilihat dari warna jagung yang orange
kekuningan, tekstur jagung yang keras, kulitnya agak mengkilap, aroma
khas jagung/tidak apek.
Kriteria mutu beras ketan putih dilihat dari warna beras yang putih susu
alami, tidak berbau apek, beraroma wangi, tidak menempel ditangan ketika
diremas, tekstur yang kuat dan tidak mudah patah.
Kriteria mutu beras ketan hitam dilihat dari warna beras yang hitam
kecoklatan, bulir beras yang utuh dan tidak mudah patah ketika ditekan,
tidak berbau apek.
Kriteria mutu makaroni dilihat dari warna makaroni yang kuning kecoklatan,
aroma yang khas tidak apek, berbentuk pipa, dan teksturnya yang mudah
matah
Kriteria mutu bubur instan dilihat dari warna bubur yang berwarna putih,
aroma khas bubur instan yang tidak bau apek.
Kriteria mutu energen dilihat dari warna energen yang berwarna putih dan
juga terdapat beberapa warna kuning, aroma wangi susu vanila yang tidak
berbau apek.
e) Jelaskan jenis-jenis kerusakan yang terjadi dan penyebabnya pada setiap
sampel
Kerusakan pada beras putih dilihat dari bulir beras yang tidak utuh/hancur,
tekstur yang mudah patah/tidak keras, aroma apek, dan ditumbuhi jamur.
Hal ini disebabkan oleh cara penyimpanan beras merah yang kurang baik.
Kerusakan pada jagung pipil ditandai dengan jagung yang mulai lembek,
warna berubah menjadi orange, berbau apek, dan tidak layak konsumsi.
Hal ini dikarenakan penyimpanan yang kurang baik.
25
Kerusakan pada beras ketan putih ditandai dengan bulir beras yang tidak
utuh, rapuh, berbau apek, dan warnanya menguning. Hal ini disebabkan
oleh bakteri/ jamur karena penyimpanan yang kurang baik.
Kerusakan pada beras ketan hitam ditandai dengan bulir beras yang patah
dan rapuh, berbau apek, warna beras yang sudah tidak mengkilap. Hal ini
dikarenakan jamur/bakteri akibat dari penyimpanan yang kurang baik.
Kerusakan pada makaroni ditandai dengan aroma makaroni yang berbau
apek, bentuk makaroni yang sudah tidak utuh/hancur, tidak layak
konsumsi, adanya jamur pada makaroni. Hal ini dikarenakan penyimpanan
yang kurang baik.
Kerusakan pada bubur instan ditandai dengan aroma bubur instan yang
berbau apek, kemasan bubur yang telah terbuka/berlubang, tidak layak
konsumsi, adanya jamur pada bubur instan. Hal ini dikarenakan
penyimpanan yang kurang baik.
Keerusakan pada energen ditandai dengan aroma energen yang berbau
apek, kemasan energen yang telah terbuka/berlubang, tidak layak
konsumsi, adanya jamur pada energen, dan teksur nya sudah sedikit
basah karena terkena angin luar. Hal ini dikarenakan penyimpanan yang
kurang baik.
f) Jelaskan kandungan gizi utama pada setiap sampel
Kandungan gizi pada beras meliputi karbohdirat, lemak, protein, vitamin
B1, vitamin B2, vitamin B3, vitaMin B5, vitamin B6, vitamin B9, kalsium, zat
besi, mangan, magnesium, fosfor, posatium dan seng.
Kandunggan gizi pada jagung pipil meliputi karbohidrat, protein, lemak,
vitamin B1, vitamin B2, kalsium, fosfor, natrium.
Kandungan gizi pada beras ketan putih meliputi karbohidrat, protein, lemak,
kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1. Bagian beras yang memiliki
kandungan protein terdapat pada bagian luar dari biji. Kandungan protein
yang terdapat pada beras pecah kulit sekitar 8%, sedangkan pada beras
giling sekitar 7%.
26
yang dilakukan dalam praktikum hanya sampai airnya habis. Dan untuk
menjadi nasi yang matang di perlukan tambahan air lagi.
Pada beras ketan ketan putih proses pemasakan memerlukan waktu
sekitar 16 menit 30 detik, namun belum matang karena masih memerlukan
proses lanjutan, dan proses memasak awal untuk mengempukkan beras
ketan putih.
Proses pemasakan beras ketan hitam memerlukan waktu sekitar 17 menit
20 detik, jauh lebih lama dibandingkan memasak beras ketan putih, karena
ketan hitam lebih memiliki tekstur yang keras daripada beras ketan putih,
namun masih memerlukan waktu lagi untuk memasak beras ketan hitam
agar matang dan siap dikonsumsi.
Proses pemasakan jagung pipil memerlukan waktu sekitar 15 menit 13
detik, proses pemasakan pada jagung pipil ditujukan agar jagung menjadi
lebih lunak. Namun volume air yang disiapkan tidak cukup untuk membuat
jagung lunak. Akhirnya sampai air habis dalam proses pemasakan tidak
berhasil membuat jagung menjadi lunak. Di perlukan tambahan air dan
waktu proses pemasakan agar jagung menjadi lunak.
b) Jelaskan komponen gizi yang menyebabkan perbedaan warna dan tekstur
pada nasi dan mekanisme kerjanya
Pada beras putih, warna putih yang transparan memiliki sedikit aleuron,
dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras putih memiliki
lapisan kulit yang sudah dibuang sebelumnya. Proses penggilingan
membuat beras putih berkurang kandungan zat gizinya jika dibandingan
dengan jenis beras merah atau hitam. Beras putih adalah jenis beras yang
bagian sekam, kulit dan juga benihnya terlepas oleh karena itu memiliki
kandungan serat yang lebih sedikit begitu juga kandungan protein,
antioksidan sampai jenis vitamin dan mineral lainnya. Tekstur beras putih
tidak sekeras beras lainnya.
Pada beras ketan hitam warna hitam disebabkan oleh aleuron dan
endosperma (tempat sebagian pati dan protein beras berada)
memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu
pekat mendekati hitam. Tekstur lengket pada beras ketan hitam
disebabkan karena kandungan amilopektinnya lebih tinggi dibandingkan
kandungan amilosanya.
Pada beras ketan putih warna putih susu disebabkan oleh jumlah leuron
yang sedikit dan tekstur lengket pada beras ketan putih disebabkan oleh
27
kandungan amilopektinnya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
kandungan amilosanya.
Pada jagung pipil warna kuning disebabkan oleh kandungan antosianin
yang menybabkan warna pada biji, setiap macam jagung memiliki
kandungan amilopektin dan amilosa yang berbeda.
c) Bagaimana efek pemasakan terhadap indeks glikemik
Pada beras putih indeks glikemiknya lebih tinggi dari beras merah, hal ini
menjadikan beras putih kurang disarankancdikonsumsi oleh penderita
diabetes mellitus.
Pada beras ketan hitam indeks glikemiknya lebih tinggi dibandingkan beras
hitam.
Pada beras ketan putih indeks glikemiknya lebih tinggi dibandingkan nasi
merah.
Pada jagung pipil indeks glikemiknya lebih rendah daripada nasi putih, hal
ini menunjukkan jagung lebih aman dikonsumsi oleh penderita diabetes
mellitus.
3.2.3 Pengamatan sifat organoleptik dan nilai gizi produk olahan (Tabel 3)
a) Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis oats
Steel cut oats
Biji utuh oat yang dipotong menjadi 2-3 bagian dengan menggunakan
mesin potong baja (steel cutters). Jenis oat ini membutuhkan waktu yang
cukup lama untuk pemasakan, memiliki tekstur kenyal dan
mempertahankan bentuk aslinya setelah dimasak.
Rolled oats
Biji utuh yang mengalami proses pengukusan agar mendapatkan
tekstur yang lunak dan mudah dibentuk, lalu dipres hingga pipih
menggunakan mesin penggilas (rollers). Sehingga produk akhirnya
memiliki bentuk pipih dan tipis, bulat tak beraturan dan sedikit bertekstur.
Jenis oat ini sering digunakan untuk menghasilkan produk-produk oat
lainnya, seperti muesli, granula, susu oat, cereal bar, dan bubur oat.
Instant oats
Oat yang mengalami banyak proses meliputi percincangan biji oat,
pengepresan, pemasakan awal, dan pengeringan kembali. Biasanya telah
mengalami penambahan garam bahkan beberapa merek juga
menambahkan gula, dan fortifikasi vitamin, mineral seperti vitamin A, zat
besi, serta kalsium.
28
b) Jelaskan pengaruh proses pengolahan terhadap sifat fisik produk olahan
Pada bubur instan berwarna putih, sebelum diolah, teksturnya keras
namun rapuh dan tidak beraroma. Namun setelah diolah, bubur instan
beraroma harum beras, berasa gurih dan asin, dan bertekstur tidak keras.
Pada makaroni berwarna kuning keruh, tidak beraroma, berasa hambar,
dan bertekstur agak keras. Setelah di olah, teksturnya menjadi lembut dan
rasanya tawar.
Pada energen berwarna putih kekuningan, beraroma wangi susu, berasa
manis, dan bertekstur tidak keras. Setelah diolah teksturnya menjadi cair
dan rasanya manis.
c) Amati perbedaan nilai gizi produk olahan dengan bahan dasarnya dan jelaskan
penyebab perbedaannya
Produk olahan dengan bahan dasarnya, tentu memiliki kandungan nilai gizi
yang berbeda. Produk olahan memiliki kandungan gizi yang lebih lengkap
dibandingkan dengan bahan dasarnya karena produk olahan telah mengalami
proses penambahan kandungan gizi atau bahan pelengkap lainnya
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
Andriani, A., & Isnaini, M. (2011). Morfologi dan Fase Pertumbuhan Gandum. Balai
Penelitian Tanaman Serealia: Maros.
Fibriyanti, Y. W. (2012). Kajian kualitas kimia dan biologi beras merah (oryza nivara)
dalam beberapa pewadahan selama penyimpanan.
Hernawan, E., & Meylani, V. (2016). Analisis karakteristik fisikokimia beras putih, beras
merah, dan beras hitam (Oryza sativa L., Oryza nivara dan Oryza sativa L. indica).
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-ilmu Keperawatan, Analis
Kesehatan dan Farmasi, 15(1), 79-91.
Rakhmi, A. T. (2015). Karakterisasi aroma dan rasa beberapa varietas beras lokal melalui
quantitative descriptive analysis method. Informatika Pertanian, 22(1), 37-44.
Septianingrum, E., Liyanan, L., & Kusbiantoro, B. (2016). Review indeks glikemik beras:
faktor-faktor yang mempengaruhi dan keterkaitannya terhadap kesehatan tubuh.
Jurnal Kesehatan, 9(1), 1-9.
31
LAMPIRAN
32
Gambar 3. Beras ketan putih sebelum di masak
33
Gambar 5. Makaroni sebelum di masak
34
Gambar 7. Energen sebelum di masak
35
Gambar 9. Jagung pipil sesudah di masak
36
Gambar 11. Beras Ketan Hitam sesudah di masak
37
Gambar 12. Bubur instant sesudah di masak
38
UMBI BERPATI
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................39
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................39
1.2 Tujuan .................................................................................................................39
1.3 Manfaat................................................................................................................ 40
BAB II METODE PERCOBAAN......................................................................................41
2.1 Alat dan Bahan.....................................................................................................41
2.2 Cara Kerja............................................................................................................41
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................44
3.1 Hasil..................................................................................................................... 44
3.2 Pembahasan........................................................................................................46
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................50
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 50
4.2 Saran................................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 51
LAMPIRAN
iv
Acara : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat (Umbi Berpati)
Hari / Tanggal : 22 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
40
BAB II
METODE PERCOBAAN
2. Bahan
a. Ketela pohon 1 buah
b. Ubi cilembu 1 buah
c. Kentang 1 buah
d. Ubi ungu 1 buah
e. Keripik gadung 10 gr
f. Stik talas 10 gr
g. Keripik kentang 20 gr
41
Menimbang berat sesudah dikupas
Mengamati sifat organoleptik (warna, bau, rasa, dan tekstur) produk olahan
43
BAB III
3.1 Hasil
Keterangan :
Tekstur :
+ = lunak
++ = agak keras
+++ = keras
++++ = sangat keras
Kekompakan :
+ = tidak padat
++ = agak padat
+++ = padat
44
++++ = sangat padat
Keterangan :
Tekstur :
+ = lunak
++ = agak keras
+++ = keras
++++ = sangat keras
4. Pengamatan sifat organoleptik dan nilai gizi produk olahan umbi berpati
Tabel 4. Pengamatan sifat organoleptik dan nilai gizi produk olahan umbi berpati
Keterangan :
Tekstur :
+ = lunak
++ = agak keras
+++ = keras
45
++++ = sangat keras
3.2 Pembahasan
46
kentang, yaitu kulitnya perlu dikupas. Baunya seperti bau kentang pada
umumnya.
Ubi Ungu
Berdasarkan pengamatan pada ubi ungu teksturnya sangat keras dengan
kekompakkan yang sangat padat. Warna ubi ungu yaitu ungu. Kerusakan
pada ubi ungu, yaitu kulitnya perlu dikupas. Baunya seperti bau ubi pada
umumnya.
b) Jelaskan kriteria mutu masing-masing sampel
Mutu masing-masing sampel diamati dari beberapa kriteria, yaitu tekstur,
warna, kekompakkan, kerusakan pada umbi, dan bau umbi.
c) Jelaskan penyebab kerusakan yang terjadi pada umbi berpati
Penyebab kerusakan pada sampel umbi yang digunakan, yaitu
pengupasan kulit umbi yang tidak digunakan. Pada ubi cilembu terdapat
kerusakan fisik yang disebabkan karena bagian umbi yang rusak berubah
mengeras seperti akar. Untuk itu, bagian ini perlu dikupas karena tidak bisa
dimakan.
3.2.3 Pengamatan proses pemasakan (Tabel 3 )
a) Jelaskan perbedaan sifat fisik yang terjadi akibat proses pemasakan
Ketela pohon
Pada ketela pohon, proses pemasakan dilakukan selama 15 menit. Adapun
sifat fisik yang terjadi yaitu perubahan warna sedikit lebih gelap yaitu
berwarna putih tulang. Teksturnya pun lunak, memiliki bau seperti ketela
pohon pada umumnya, dan rasanya menjadi agak manis.
Ubi cilembu
Pada ubi cilembu, proses pemasakan dilakukan selama 12 menit.
Adapun sifat fisik yang terjadi yaitu warnanya tetap namun sedikit lebih
pekat yaitu berwarna orange. Teksturnya pun agak, keras memiliki bau
seperti ubi pada umumnya, dan rasanya manis.
Kentang
Pada kentang, proses pemasakan dilakukan selama 8 menit. Adapun
sifat fisik yang terjadi yaitu perubahan warna tetap namun sedikit lebih
pekat yaitu berwarna kuning. Teksturnya pun lunak, memiliki bau seperti
kentang pada umumnya, dan rasanya hambar.
Ubi Ungu
Pada ubi ungu, proses pemasakan dilakukan selama 10 menit.
Adapun sifat fisik yang terjadi yaitu perubahan warna menjadi lebih gelap
47
yaitu berwarna ungu tua. Teksturnya pun agak keras, memiliki bau seperti
ubi pada umumnya, dan rasanya agak manis.
b) Jelaskan mengapa terjadi perbedaan waktu pemasakan pada setiap sampel
Air merupakan komponen utama dalam bahan bahan makanan. Semua
bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda. Saat umbi
mengalami proses pemasakan, kadar air dalam umbi akan berkurang. Proses
pemasakan menyebabkan air banyak kaeluar dari umbi, dan air banyak
menguap dalam proses tersebut.
c) Jelaskan bagaimana efek proses pemasakan terhadap indeks glikemik
Proses pemasakan dapat merubah karakteristik dan sifat fisikokimia
pangan. Struktur bahan menjadi lebih mudah dicerna dan diserap sehingga
kadar gula darah dapat naik dengan cepat. Jadi, proses pemasakan pada
karbohidrat yaitu pada umbi akan menaikkan indeks glikemik.
3.2.4 Pengamatan sifat organoleptik dan nilai gizi produk olahan (Tabel 4)
a) Jelaskan penyebab proses pengolahan terhadap sifat fisik produk olahan
Keripik Gadung
Proses pengolahan pada keripik gadung, yaitu gadung diiris tipis
kemudian dijemur sampai kering selanjutnya digoreng. Gadung yang diolah
dengan cara dijemur dan digoreng merubah sifat fisik bahan dasarnya.
Stik Talas
Proses pengolahan pada stik talas, yaitu talas diiris menyerupai stik
panjang yang melalui proses pengolahan dengan cara digoreng. Talas
yang diolah dengan cara digoreng merubah sifat fisik bahan dasarnya.
Keripik Kentang
Proses pengolahan pada keripik kentang, yaitu diiris tipis kemudian
digoreng sampai garing. Kentang yang diolah dengan cara digoreng
merubah sifat fisik bahan dasarnya.
b) Amati perbedaan nilai gizi produk olahan dengan bahan dasarnya dan jelaskan
penyebab perbedaannya.
Pengolahan bahan pangan bertujuan untuk mengubah bahan dasar
mendekati bentuk untuk segera dimakan. Proses pengolahan bahan pangan
dapat mempengaruhi nilai gizi dari bahan makanan tersebut. Penyebab
perbedaan nilai gizi produk olahan dengan bahan dasarnya dikarenakan
adanya proses pengolahan dengan cara dijemur, dan digoreng. Penggunaan
panas dalam proses pengolahan sangat berpengaruh pada nilai gizi bahan
48
makanan tersebut. Selain itu, pada sampel yang digunakan yaitu pada keripik
gadung, stik talas, dan keripik kentang menggunakan minyak untuk
menggoreng. Penggunaan minyak pada proses olahan mempengaruhi nilai
gizinya.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
49
Umbi berpati termasuk dalam golongan karbohidrat. Di dalam umbi
berpati ini, memiliki keberagaman bahan makanan dan hasil olahan. Umbi
berpati ini memiliki nilai gizi dalam karbohidrat yang hampir sama dengan
serealia. Sehingga perlu adanya pengolahan yang baik dan pemberian yang
sesuai untuk pemenuhan kebutuhan energi yang ada. Jika pengolahan dari
umbi berpati tidak sesuai, akan menimbulkan kerusakan dalam bahan
makanan tersebut. Jika dalam olahan umbi berpati ini mengalami kerusakan,
maka akan membuat nilai gizi itu juga tidak sesuai dengan hasil yang ada.
Sehingga tidak akan ada serapan nilai gizi dalam karbohidrat yang baik,
berbeda dengan pengolahan yang baik, yang membuat nilai gizi dalam
karbohidrat tersebut terserap dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Nurdyansyah, Fafa, et al. 2019. Nilai Indeks Glikemik Dan Beban Glikemik Produk Olahan
Suweg (Amorphophalus campanulatus BI). Jurnal Teknologi Pangan. Vol.13 No.1, Juni
2019. Hal 76-85.
Sundari, D., Almasyhuri, dan Lamid, A. 2015. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap
Komposisi Zar Gizi Bahan Pangan Sumber Protein. Jurnal Media Litbangkes. Vol.25,
No.4, Desember 2015. Hal. 235-242.
50
LAMPIRAN
51
Gambar 2. Ketela Pohon, Ubi Cilembu, Kentang
dan Ubi Ungu setelah dikupas.
52
Gambar 4. Kentang dan Ubi Ungu
53
Gambar 6. Proses pemasakan Ketela Pohon
54
Gambar 8. Proses pemasakan Ubi Ungu
55
Gambar 10. Kentang dan Ubi Ungu
setelah melalui proses pemasakan
56
KACANG, BIJI, DAN BEAN
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................57
1.1 Latar Belakang....................................................................................................57
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 57
1.3 Manfaat...............................................................................................................58
BAB II METODE PERCOBAAN......................................................................................59
2.1 Alat dan Bahan...................................................................................................59
2.2 Cara Kerja.......................................................................................................... 59
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................63
3.1 Hasil...................................................................................................................63
3.2 Pembahasan......................................................................................................64
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................67
4.1 Kesimpulan........................................................................................................67
4.2 Saran.................................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 68
LAMPIRAN
v
Acara : Bahan Makanan Sumber Protein (Kacang, biji dan bean)
Hari / Tanggal : 22 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
57
1.3 Manfaat
58
BAB II
METODE PERCOBAAN
Menuangkan air 200 ml ke dalam panci dan merebus hingga air mendidih
59
Memasukkan sampel ke dalam panci
60
Meniriskan
61
Mengamati nilai gizinya
62
BAB III
3.1 Hasil
63
Sampel Warna Rasa Tekstur Bau
Tempe Putih Padat , muda diiris, Khas seperti pada
diselimuti miselium tempe umumnya
berwarna putih ( aroma kedelai)
Sari Hijau pucat Manis Cair sedikit Khas kacang hijau
Kacang cenderung berserat dan seperti aroma teh
Hijau gelap panas
Sari Putih seperti Manis Cair Dominan kedelai
Kedelai susu segar direbus
3.2 Pembahasan
65
memiliki bentuk yang lebih kecil dan ringan sehingga pada saat
pengembangan yang dibantu dengan proses pemasakan mempercepat
pengembangan kacang hijau.
b) Jelaskan perbedaan perlakuan perendaman terhadap rasio pengembang
Perbedaan perlakuan terjadi disaat proses pemasakan dimasa suhu pada
kompor yang lebih tinggi di kacang kedelai sedangkan pada kacang hijau
suhu lebih rendah dikarenakan kacang kedelai yang lebih lama untuk
mengembang dibandingkan denga kacang hijau yang cepat pada saat
mengembangnya.
3.2.4 Pengamatan Nilai Gizi dan Sifat Organoleptik Produk Olahan (Tabel 4)
c) Jelaskan penyebab proses pengolahan terhadap sifat fisik produk olahan
Tindakan terhadap bahan oalahan berupa merebus sampel seperti kacang
hijau antara 17 menit sampai 30 menit sedangkan kacang kedelai antara 45
menit sampai 1 jam.
d) Amati perbedaan nilai gizi produk olahan dengan bahan dasarnya dan jelaskan
penyebab perbedaannya.
Diantara 3 sempel diatas yang dapat digunakan untuk diet dan cocok
adalah kacang hijau dikarenakan lemak yang rendah tetapi energi yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
66
membahayakan kesehatan seseorang jika dikonsumsi secara tidak
berlebihan. Dalam kacang-kacangan ini, memiliki beragam tekstur yang
berbeda-berbeda, sehingga mudah untuk menggolongkan jenis kacang-
kacangannya, terutama pada warnanya. Dalam penyerapan pada air, kacang
hijau lebih rendah daya serap airnya dibandingkan dengan kacang kedelai.
Sedangkan dalam pengembangannya lebih cepat kacang hijau dari pada
kacang kedelai dan memiliki volume yang lebih tinggi kacang hijau dari pada
kacang kedelai. Pada produk olahan kacang-kacangan ini juga sangat
beragam dan memiliki ciri khasnya masing-masing, sehingga banyak dari
jenis kacang-kacangan yang bisa diolah dengan berbagai jenis makanan.
4.2 Saran
Dalam protein 2 ini meliputi kacang-kacangan. Dimana kacang-kacangan
ini mengandung nilai gizi dalam protein yang tinggi. Bisa dikonsumsi sebagai
camilan atau lauk dari makanan yang akan dikonsumsi. Dalam hasil olahan
kacang-kacangan ini tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan. Jika
dikonsumsi secara berlebihan akan menimbulkan penyakit dan tidak baik
untuk kesehatan tubuh. Karena sesuatu yang berlebihan akan menimbulkan
efek negatif dari jangka pendek maupun jangka panjang. Jika kebutuhan
proteinnya sedikit, tetapi mengonsumsi hasil protein yang banyak, akan
membuat tubuh mengalami efek samping. Sehingga lebih baik mengonsumsi
makanan berprotein dengan baik dan cukup.
DAFTAR PUSTAKA
68
Gambar 1. Kacang hijau 250 gram
69
Gambar 3. Sari kacang hijau 100 ml
70
Gambar 5. Tempe
71
Gambar 7. Kacang hijau sebelum pengembangan
72
Gambar 9. Kacang kedelai sudah pengembangan.
73
MINYAK DAN LEMAK
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................74
1.1 Latar Belakang....................................................................................................74
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 74
1.3 Manfaat...............................................................................................................74
BAB II METODE PERCOBAAN......................................................................................76
2.1 Alat dan Bahan...................................................................................................76
2.2 Cara Kerja.......................................................................................................... 76
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................................79
3.1 Hasil...................................................................................................................79
3.2 Pembahasan......................................................................................................80
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................88
4.1 Kesimpulan.........................................................................................................88
4.2 Saran..................................................................................................................88
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 89
LAMPIRAN
vi
Acara : Minyak dan Lemak
Hari / Tanggal : 22 Maret 2021
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupan sehari-hari sebagai manusia tentunya kita tidak bisa terlepas
dari zat-zat kimia yang dimana itu zat organik maupun non organik. Sebagai
contohnya yaitu lemak dan minyak, yang hampir setiap hari bisa kita gunakan.
Lemak dan minyak adalah senyawa kimia yang dapat ditemukan di alam bebas.
Minyak dan lemak dapat dihasilkan dari bahan nabati maupun hewani. Lemak
adalah bahan padat yang terletak pada suhu ruang, dimana disebabkan oleh
kandungan asam lemak yang tinggi yang tidak memiliki ikatan rangkap, sehingga
mempunyai titik lebur yang lebih tinggi, sedangkan minyak adalah bahan cair pada
suhu ruang karena disebabkan oleh tingginya kandungan asam lemak yang tidak
jenuh yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap diantara karbon atom-atomnya
sehingga memiliki titik lebur yang rendah.
Dengan banyaknya jenis lemak dan minyak, membuat beraneka ragam juga
hasil olahan dari bahan kimia organik tersebut. Oleh karena itu, dilakukan praktikum
mengenai lemak dan minyak dengan cara mengamati makanan golongan lemak
dan minyak sebagai pangan yang bersumber lemak.
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum yang dituliskan pada laporan praktikum adalah
sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis lemak dan minyak yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat, yang mencakup pengetahuan dasar,
74
penggolongan, fungsi, manfaat, pengolahan, penyimpanan dan kualitas dari
lemak dan minyak.
2. Memberikan berbagai pengetahuan yang lebih luas mengenai lemak dan
minyak sebagai pangan sumber lemak.
3. Sebagai sarana referensi baik untuk mahasiswa program studi gizi maupun
kalangan umum mengenai kandungan gizi dari lemak dan minyak serta
produk olahannya
75
BAB II
METODE PERCOBAAN
Menghitung BKa
Menghitung Fj
Rumus Perhitungan :
77
Berat bahan masak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
78
1.1 Hasil
Tabel 2. Hasil pengamatan % minyak terserap, berat minyak terserap (Bka), dan faktor
konversi mentah masak (Fj). Hitung BDD lebih dahulu !
a. Pengamatan % minyak terserap
b. Berat minyak terserap (Bka), dan faktor konversi mentah masak (Fj)
2.3 Pembahasan
80
bahan yang mengandung minyak dengan tekanan dan suhu yang lebih
tinggi, logam Fe, Cu dan Mn akan menimbulkan warna yang tidak
diinginkan dalam minyak.
b) Warna coklat
Pigmen coklat biasanya terdapat pada minyak atau lemak yang
berasal dari bahan yang rusak atau memar
c) Warna kuning
Hubungan yang erat antara proses absorpsi dan timbulnya warna
kuning dalam minyak, terutama terjadi dalam minyak atau lemak tidak
jenuh. Warna ini timbul selama penyimpanan dan intensitas warna
bervariasi dari mulai kuning sampai ungu kemerah-merahan , diantaranya
sebagai berikut :
Lemak hewan, timbulnya warna kuning dalam lemak terjadi pada
suhu rendah, dalam waktu penyimpanan yang terlalu lama. Lemak
hewan contohnya, lemak celeng yang diekstraksi dari daging tidak
akan menjadi kuning pada proses oksidasi, kecuali apabila
disimpan dalam jangka panjang.
Ikan, warna kuning dapat terjadi pada ikan asin dan ikan kering
atau istilah lainnya rusting.
Penguningan oleh mikroorganisme, warna atau perubahan warna
dapat disebabkan oleh pigmen berbagai tipe mikroorganisme yang
tumbuh diatas media yang mengandung lemak (Kataren, 2008).
c. Apa yang dimaksud dengan bleaching dalam pengelolahan minyak
Proses pemucatan (bleaching) dimaksudkan untuk mengurangi atau
menghilangkan zat-zat warna (pigmen) dalam minyak mentah, baik yang terlarut
ataupun yang terdispersi. Warna minyak mentah dapat berasal dari warna
bawaan minyak ataupun warna yang timbul pada proses pengolahan CPO
menjadi minyak goreng. Pigmen yang biasa terdapat di dalam minyak mentah
ialah karotenoid yang berwarna merah atau kuning, klorofil dan turunannya yang
berwarna hijau. Jenis pemucatan yang biasanya digunakan adalah proses
bleaching dengan adsorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap (adsorben)
yang memiliki aktivitas permukaan yang tinggi untuk menyerap zat warna yang
terdapat dalam minyak mentah.
d. Sebutkan fungsi bleaching
Tujuan utama proses pemurnian minyak adalah untuk menghilangkan rasa
serta bau yang tidak enak, warna yang tidak menarik dan memperpanjang masa
81
simpan minyak sebelum dikonsumsi atau digunakan sebagai bahan mentah
dalam industri.
e. Apa yang dimaksud dengan deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu proses pemurnian minyak untuk memisahkan
komponen yang menyebabkan bau dan flavor dari minyak. Parameter
keberhasilan deodorisasi adalah penurunan kadar asam lemak bebas dan
peroksida.
f. Sebutkan fungsi deodorisasi
Untuk menghilangkan bau dan rasa ( flavour ) yang tidak disukai konsumen
menggunakan cara destilasi dengan suatu aliran uap pada tekanan vakum serta
suhu yang semakin tinggi (150ºC -250ºC).
g. Apa yang dimaksud dengan viksositas minyak dan sebutkan hal-hal yang
mempengaruhinya
Viskositas berasal dari kata “viscous” yang berarti memiliki konsistensi yang
pekat atau kental, Jadi secara sederhana viskositas yang tinggi dapat dimaknai
sebagai kekentalan atau hukum stokes. Yang dimaksud dengan kekentalan yaitu
merujuk pada zat cair. Pengertian viskositas juga dapat dipahami sebagai suatu
gerakan yang terjadi di dalam zat cair. Penyebab gerakan tersebut bisa sangat
berbeda-beda, ada yang disebabkan oleh getaran, gaya beratnya, gaya gesek,
kecepatan terminal atau bahkan perubahan suhu.
Faktor yang mempengaruhi level viskositas, Tingkat viskositas suatu fluida
tentu tidak dapat muncul begitu saja. Ada beberapa contoh soal viskositas faktor
yang dapat memengaruhi level viskositas fluida, di antaranya :
1) Tekanan
Tingkat viskositas suatu zat cair akan naik jika terdapat tekanan.
Sedangkan pada gas, tekanan tidak akan memengaruhi tingkat viskositas.
Mengapa demikian? Ini karena tekanan ternyata memengaruhi ikatan molekul
zat cair. Semakin tinggi tekanan maka semakin tinggi pula dihasilkan oleh
gaya kohesi yang terjadi pada molekul penyusun zat cair.
2) Temperatur
Di samping tekanan, tingkat viskositas fluida juga dipengaruhi tekanan.
Pada zat cair, temperatur yang naik akan menyebabkan tingkat viskositas
turun. Sedangkan pada gas, temperature yang naik justru akan meningkatkan
viskositas. Ini karena pemanasan dapat membuat kohesi antar molekul
melemah.
3) Ukuran serta berat molekul
82
Ukuran serta berat molekul ternyata juga dapat memengaruhi
viskositas. Semakin berat massa molekul benda maka semakin tinggi pula
viskositasnya. Sebagai contoh, satuan cgs centimeter gram atau cgs
centimeter gram sekon minyak memiliki massa molekul yang lebih berat
dibandingkan air, maka nilai viskositasnya pun lebih besar dan luas
penampang dibandingkan air.
4) Kekuatan kohesi
Seperti yang telah disebutkan pada bagian pembuka, viskositas
dipengaruhi oleh gaya kohesi antar molekul sejenis dalam benda. Makin
besar kekuatan gaya kohesi, semakin tinggi pula tingkat viskositasnya.
h. Jelaskan hasil pengamatan sensoris minyak
Sumber bahan pangan pembuatan minyak membuat setiap jenis minyak
memiliki beberapa perbedaan berdasarkan pengamatan sensorisnya. Berikut
penjelasannya :
Minyak kelapa sawit
Minyak kelapa sawit berwarna kuning, ketika dicium menggunakan indra
pembau yakni hidung, minyak kelapa sawit tidak berbau dan ketika dicicipi
menggunakan indra pengecap yaitu lidah tidak ada rasanya(hambar).
Minyak zaitun
Minyak zaitun memiliki warna kuning kehijauan. Memiliki rasa pahit.
Sedangkan untuk aromanya, mengeluarkan aroma khas minyak zaitun.
Tingkat kekentalan dari minyak zaitun ini sangat kental.
Tahu 17 % 11,1%
Penyerapan minyak yang terjadi pada pengamatan dan dari pustaka dapat
mengalami perbedaan yang disebabkan oleh beberapa hal yaitu seperti berat
83
bahan mentah, penggunaan alat-alat, lama waktu dalam menggoreng,
perbedaan suhu , kadar air dalam bahan makanan, jumlah bahan yang
digunakan, dan juga komponen antara bahan makanan yang tidak sama
dengan standar dari penyerapan konversi minyak yang terdapat di pustaka.
Sehingga banyak hal yang mempengaruhi penyerapan minyak yang dapat
membedakan hasil antara pengamatan dan pustaka.
84
d. Jelaskan proses terjadinya kerusakan minyak penyerapan bau (tainting),
hidrolisis, oksidasi, dan ketengikan
1) Penyerapann Bau (tainting)
2) Hidrolisa
3) Oksidasi
4) Ketengikan
85
Mentega memiliki warna kuning. Rasanya manis dan gurih. Memiliki
aroma yang harum dan tekstur yang lebih padat dan lembut.
Margarin
Margarin memiliki warna kuning pucat. Rasanya asin. Memiliki aroma
yang harum dan tekstur yang lembut.
Butter
Butter memiliki warna kuning muda. Rasanya seperti susu. Memiliki
aroma yang sangat harum seperti susu dan tekstur yang lembut dan
mudah mencair.
b. Amati perbedaan nilai gizi produk olahan dengan bahan dasarnya dan jelaskan
penyebab perbedaannya
1) Bahan Dasar
Energi Berat (gram) Minyak Zaitun Minyak Kelapa
Sawit
kkal 100 884 884
86
Total Lemak 73,33 gram
Karbohidrat 0 gram
Protein 0 gram
Kolestrol 0 gram
Sodium 800 mg
Potassium 0 mg
Sumber : Margarin blueband
Penyebab perbedaan antara nilai gizi bahan dasar dengan produk olahan
yaitu dikarenakan pada produk olahan bahan dasar telah mengalami
serangkaian proses untuk menjadi suatu roduk sehingga nilai gizi yang
terkandung tidak akan sama dengan bahan dasarnya.
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa lemak dan minyak memiliki
beberapa jenis. Aneka jenis lemak diantaranyaada lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yakni lemak nabati dan lemak hewani.
Jenis minyak yang digunakan saat praktikum ini diantaranya minyak kelapa sawit dan
minyak zaitun. Keanekaragamannya membuat berbagai variasi juga dari segi hasil
produk olahannya, seperti margarin, mentega dan butter.
Minyak sendiri mempunyai kandungan gizi yang baik untuk tubuh, misalnya
mengandung karbohidrat, lemak, protein. Fungsi dari minyak ini sebagai zat
pembangun, penghasil energi, melarutkan vitamin, cadangan makanan dan pelindung
tubuh. Standar mutu lemak dan minyak ini dapat diamati melalui sifat fisika ataupun
sifat kimianya. Seperti melalui bau, cita rasa, aroma, kekentalan, tingkat penyerapan,
tekstur, keadaan setelah dan sesudah di goreng.
Terdapat pula perubahan-perubahan nilai gizi antara bahan dasar dengan produk
olahan. Hal ini disebabkan adanya proses pengolahan bahan dasar. Bahkan dari
setiap produk olahan terdapat perbedaan mutu nilai gizinya
5.2 Saran
Alangkah baiknya jika diadakan praktikum secara offline, supaya praktikum bisa
berjalan dengan lancar dan para mahasiswa dapat memahami betul mengenai materi
87
praktikum. Dengan hal itu, semoga wabah yang sedang melanda bumi ini dapat segera
berakhir agar bisa dilaksanakannya praktikum secara langsung
DAFTAR PUSTAKA
digilib.unimus.ac.id, 2017. Lemak Dan Minyak. Diakses pada 20 Maret 2021, dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/161/jtptunimus-gdl-tantivrisn-8045-3-babii.pdf
88
LAMPIRAN
89
Gambar 2. Tempe sebelum digoreng
90
Gambar 4. Tahu sebelum digoreng
91
Gambar 6. Kentang sebelum digoreng
92
Gambar 8. Minyak kelapa sawit setelah adanya proses penggorengan
93
Gambar 10. Mentega
94
Gambar 12. Margarin
95