Disusun Oleh :
KELOMPOK 4
UNIVERSITAS JEMBER
2021
BUMBU
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II METODE PERCOBAAN...................................................................................... 3
2.1 Alat dan Bahan..................................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja............................................................................................................ 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 5
3.1 Hasil..................................................................................................................... 5
3.2 Pembahasan........................................................................................................11
BAB IV PENUTUP........................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan........................................................................................................... 25
4.2 Saran.................................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 26
LAMPIRAN
ii
Acara : Bumbu
Hari / Tanggal : 21 April 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis bumbu serta hasil olahannya
2. Mengetahui kandungan gizi bumbu
3. Mengetahui mutu bumbu serta hasil olahannya
4. Mengamati perubahan nilai gizi dan sifat fisik produk pangan akibat proses
pengolahan
1.3 Manfaat
2
BAB II
METODE PERCOBAAN
2. Bahan
a. Jahe segar Secukupnya m. Lada hitam bubuk Secukupnya
b. Kayu manis Secukupnya n. Lada putih bubuk Secukupnya
c. Lada hitam Secukupnya o. Pala bubuk Secukupnya
d. Lada putih Secukupnya p. Daun mint segar Secukupnya
e. Pekak Secukupnya q. Daun mint kering Secukupnya
f. Jintan putih Secukupnya r. Oregano Secukupnya
g. Biji pala Secukupnya s. Peterseli Secukupnya
h. Asam jawa Secukupnya t. Bay leaves Secukupnya
i. Kapulaga Secukupnya u. Tarragon Secukupnya
j. Adas Secukupnya v. Rosemary Secukupnya
k. Chives Secukupnya w. Marjoram Secukupnya
l. Bay leaves Secukupnya x. Klebet Secukupnya
4
BAB III
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan bumbu lokal
Nama bumbu Warna Aroma Kenampakan
Jahe segar Coklat keemasan ++++
Kayu manis
Coklat terang +++
sedikit
kemerahan
Lada putih
Putih agak
+++
kusam
5
Pekak Coklat tua seperti +++
kulit kayu
6
Klebet
Coklat +++
Keterangan :
+ = tidak menyengat
++ = agak menyengat
+++ = menyengat
++++ = sangat menyengat
Tabel 2. Hasil perbandingan flavor antara bumbu segar dengan bumbu bubuk
Nama bumbu Flavor Intensitas flavor
Jahe segar Pedas +
Keterangan :
+ = intensitas flavor kuat
- = intensitas flavor kurang kuat
8
Rosemary Hijau tua ++
Keterangan :
+ = tidak menyengat
++ = agak menyengat
+++ = menyengat
++++ = sangat menyengat
9
Keterangan :
+ = intensitas flavor kuat
- = intensitas flavor kurang kuat
Tabel 5. Hasil analisa bumbu sebagai komponen penyusun mixed herb dan
oregano
Nama bumbu Warna
Oregano Warna dari oregano adalah hijau
Mixed herbs
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengamatan rempah lokal
a. Jelaskan penyebab sifat fisik masing-masing sampel
Jahe segar
Jahe segar mempunyai rimpang relatif kecil, bentuknya agak pipih,
berwarna putih sampai kuning, seratnya agak kasar, aromanya agak tajam,
rasanya pedas, panjang akar 20,55-21,10 cm, diameter akar 4,78-5,90 mm,
panjang rimpang 16,13-31,70 cm, tinggi rimpang 7,86-11,10 cm, dan berat
rimpang 1,11-1,58 kg.
Kayu manis
Kayu manis didapat bahwa pori-porinya berbentuk soliter dan
berganda 2-3, batang kayu manis berwarna coklat kekuningan, batang kayu
manis tidak kilap dan arah seratnya lurus hingga berombak.
Lada hitam
Lada hitam berwarna hitam, agak berbau, dan berbentuk butiran kecil
hitam
Pekak
10
Pekak itu berwarna colat tua, sangat berbau dan bentuknya
menyerupai bintang.
Jinten putih
Jinten berwarna coklat ada garis putihnya, berbau kuat (sedap), dan
berbentuk lonjong memanjang.pala berwarna krem-coklat, berbau kuat
berbentuk bulatan besar meski tak sempurna bulat.
Biji pala
Sifat fisik biji pala yang menentukan mutu ialah ukuran, bentuk, masa,
volume, kebulatan, berat jenis (bulk density), kepadatan, porositas,
geometris, daerah proyeksi, dan luas permukaan
Asem jawa
Asam jawa berwarna coklat gelap, agak berbau, berbentuk angka 8.
Asam kandis berwarna hitam kecoklatan, berbau kuat, dan berbentuk bulat
seperti biji asam jawa.
Adas
Bentuk buah tanaman adas lonjong dengan biji yang kering dan
memiliki rusuk. Panjang biji adas sekitar 6 sampai 10 mm dan lebarnya 3
sampai 4. Ketika masih mentah biji adas berwarna hijau dan ketika sudah
matang atau tua biji adas akan berubah menjadi cokelat tua, namun warna
biji adas ini relatif tergantung asalnya dari mana.
Kapulaga
Secara fisik kapulaga tergolong dalam herba yang dapat mencapai
ketinggian 2-3 meter dan tumbuh di hutan lebat. Kapulaga hidup subur di
ketinggian 200-1.000 meter di atas permukaan laut. Awalnya memang hidup
liar sebagai tanaman semak, tetapi kini kapulaga dibudidayakan sebagai
tanaman obat atau rempah.
Lada putih biji
Kulit kayu manis mempunyai rasa pedas dan manis, berbau wangi dan
bersifat hangat. Hangat ini disebabkan eloh kandungan minyak asiri pada
kayu manis.bau yang harum disebabkan oleh kandungan sinamaldehida.
Selain itu dalam kayu manis juga terdapat eugenol, safrole, tannin, kalsium
oksalat, dammar, dan zat penyamak. Bentuk kayu manis mirip gulungan
kulit kayu. Efek penggunaan kayu manis adalah peluruh kentut, peluruh
keringat, antireumatik, penambah nafsu makan, dan penghilang rasa sakit.
( Arief Hariana, 2008).
Lada hitam
Pekak
12
dan lonjong, jika sudah tua akan berwarna cokelat tua, kering, dan
permuaannya licin dan membentuk guratan-guratan.(Ir. Drajat, M.S ,2006).
Jinten putih
Biji jinten ada di dalam buah yang berbentuk bulat telur atau agak built.
Di dalam jinten terkandung senyawa Kristal nigelon dan arginin yang
berfungsi sebagai stabilisator dalam system imunitas tubuh pada masa
pertumbuhan, menekan anti histamine penyebab asma bronchitis dan
alergi.
Biji pala
Komponen dalam biji pala dan fuli terdiri dari minyak atsiri, minyak
lemak, protein, selulosa, pentosan, pati, resin dan mineral-mineral.
Persentase dari komponen-komponen bervariasi dipengaruhi oleh klon,
mutu dan lama penyimpanan serta tempat tumbuh
Asem jawa
Nutrisi yang terkandung didalam Asam Jawa antara lain
adalah asam apel, asam sitrat, asam anggur, asam tartarat, asam suksinat,
pectin dan gula invert. Buah Asam Jawa yang masak dalam 100 gram akan
mengandung nilai kalori sebesar 239 kal, protein 2,8 gram, lemak 0,6 gram,
hidrat arang 62,5 gram, kalsium 74 miligram.
Adas
Lima komponen utama adas manis yaitu anetol, fenkon, estragol,
limonen dan α-pinen. Kadar senyawa anetol tertinggi (77,57 %) minyak biji
adas manis diperoleh dari hasil distilasi uap 7 jam.
Kapulaga
kapulaga mengandung senyawa fenolat, flavonoid, minyak volatil, dan
mineral, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antiinflamasi.
Kemungkinan dalam daun kapulaga juga mengandung senyawa yang
sama meskipun dengan kuantitas yang berbeda.
Lada putih
Menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa lada putih memiliki
komponen utama yaitu minyak astiri yang lebih rendah tetapi memiliki
peperin yang sangat tinggi.
Chives
13
Dalam penelitian yang dilkukan oleh Wan H pada tahun 2014
menyatakan bahwa komponen utama yang terdapat pada chives yaitu
mengandung yang namanya senyawa etanol.
Bay leaves
zat bahan warna, zat samak dan minyak atsiri yang bersifat
antibakteri. Zat tanin yang terkandung bersifat menciutkan (astringent).
14
Khasiat chives digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit. Dalam segi khasiat, bawang kucai
mengandung zat gizi yang mampu mencegah penyakit kanker dan
hipertensi, serta bisa menurunkan kadar kolesterol darah. chives
mengandung asam folat yang tinggi. Asam folat sangat penting, terutama
bagi para ibu hamil untuk menjaga kesehatan janin dan juga
mengoptimalkan perkembangan dari janin dan mencegah kecacatan
bawaan pada bayi, sehingga dapat lahir dengan sehat. Asam folat ini juga
bermanfaat bagi ibu hamil karena dapat melindungi tubuh dari berbagai
penyakit.
Chives juga bermanfaat untuk pertumbuhan tulang dan gigi pada janin
yang masih dalam kandungan. Pertumbuhan tulang dan gigi dapat berjalan
optimal berkat kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi pada buah chives.
Bay leaves
Manfaat daun salam lainnya adalah untuk menurunkan gula darah.
Kandungan zat polifenol – semacam antioksidan dalam ekstrak daun
tersebut dipercaya para peneliti dapat menurunkan jumlah gula darah bagi
orang yang memiliki diabetes.
Zat ini juga mampu meningkatkan kadar kolesterol baik dalam darah,
sehingga mencegah komplikasi penyakit jantung yang sering kali
menyerang pasien dengan diabetes.
a. Jelaskan mengapa terjadi perubahan intensitas falvor pada rempahh segar dan
rempah kering
15
kesukaran dalam penggunaan termasuk pada saat penimbangan dan
pencampuran terutama pada ekstrak bentuk cair, aroma dan rasa yang tidak
sama dengan rempah segar (Fatmawati, 2013).
16
Berwarna hijau tua, berbau kuat atau berbau wangi, dingin
menyegarkan dan dengan bentuk bulat, kecil, berkerut dan sedikit runcing
ujungnya.
Peterseli
Memiliki warna yang hijau pucat bisa juga hijau, beraroma kuat,
dengan bentuk daun kecil yang lancip dan melebar serta keriting.
Tarragon
Berwarna hijau kekuningan, beraroma sangat kuat dan memiliki
bentuk daun yang panjang seperti tenaman kangkung.
Chives
Chives berwarna hijau, beraroma kuat dan berbentuk sperti daun
bawang tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil
Bayleaves
Berwarna hijau kecoklatan, beraroma menyengat, dan berbentuk oval
seperti daun salam
Marjoram
Berwarna coklat pucat, beraroma menyengat, dan berbentuk butiran
kecil hampir menyerupai oregano tetapi marjoram memeiliki ukuran yang
sedikit lebih besar
Rosemary
18
menyebabkan batuk. Hal ini disebabkan ada beberapa komposisi
mint yang sangat baik untuk membuka rongga pada bagian hidung.
f) Meningkatkan sistem imunitas
Kekebalan tubuh akan meningkat ketika nutrisi yang di
butuhkan tubuh anda terpenuhi secara maksimal. Salah satu nutrisi
makronutrien yang sangat berfungsi untuk menjaga imunitas tubuh
adalah vitamin. Kerja dari vitamin C yang sesuai dengan porsi tubuh
anda, biasanya 500 mg, jika terpenuhi sepanjang hari mampu
meningkatkan imunitas.
Peterseli
Peterseli mengandung vitamin A, vitamin C, Fe, dan iodium seingga
baik untuk kesehatan.
Tarragon
Memiliki banyak manfaat :
g) Mencegah Infeksi Akibat Bakteri (Antibakteri)
Aktivitas antibakteri dari kloroform, aseton, dan metanol serta
ekstrak air tarragon telah banyak dipelajari. Hasil menunjukkan
adanya berbagai macam aktivitas antibakteri tarragon terhadap
patogen atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua sampel yang diberi minyak
atsiri tarragon memiliki dampak antibakteri pada kedua bakteri
tersebut.
h) Menurukan kadar gula darah
Tarragon telah banyak diteliti manfaatnya untuk
penyakit diabetes karena efeknya yang dapat menurunkan tingkat
glukosa plasma dalam darah. Salah satunya, ekstrak etanol dari
tarragon (Tarralin) yang terbukti menurunkan kadar glukosa plasma
pada tikus yang menderita diabetes keturunan.
i) Meningkatkan perlindungan saluran pencernaan
Dalam pengobatan tradisional Iran, tanaman ini digunakan
sebagai obat pencahar, memperbaiki pencernaan, memerangi gas
perut, meredakan perut mulas dan untuk pengobatan tukak
lambung.
Ekstrak etanol tarragon dilaporkan dapat mencegah efek
kerusakan selaput lambung yang disebabkan oleh fenilbutazon pada
tikus secara efektif. Selain itu, sebuah penelitian juga melaporkan
19
kemampuan ekstrak air tarragon untuk meningkatkan pengeluaran
cairan lambung.
j) Meredakan nyeri pada sendi
Dalam pengobatan tradisional tradisional, tarragon telah
digunakan untuk mengobati rasa sakit dan nyeri sejak lama.
Daunnya dapat digunakan langsung secara oles untuk meredakan
nyeri rematik.
Rosemary
Marjoram
Memiliki beberapa manfaat :
a) Mengatasi anemia
Marjoram diketahui memiliki kandungan zat besi yang sangat
tinggi di dalamnya yang dapat memberikan manfaat dalam mengatasi
penyakit anemia atau kekurangan darah. Anemia merupakan kondisi
dimana tubuh kekurang sel darah merah yang bertugas dalam hal
transportasi di dalam tubuh. Sel darah merah tersebut berfungsi
dalam transportasi oksigen dari paru-paru untuk disalurkan ke
seluruh jaringan tubuh. Dengan senyawa zat besi, yang merupakan
komponen utama dalam memproduksi sel darah merah dapat
memicu meningkatnya produksi sel darah merah di dalam tubuh. Zat
besi akan berikatan dengan hemoglobin dan myoglobin yang mana
kedua senyawa tersebut yang bertugas mengikat oksigen untuk
disalurkan ke seluruh tubuh
Bayleaves
a. Membantu pengobatan diabetes
Daun salam ditemukan efektif mengobati diabetes tipe 2
karena bisa menurunkan kadar glukosa, kolesterol dan trigliserida
dalam tubuh. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, daun ini dapat
dibuat bubuk dan dikonsumsi selama 30 hari. Hal ini akan
menyebabkan penurunan kadar gula serta mengatur fungsi jantung.
Ini karena daun salam mengandung antioksidan yang memungkinkan
tubuh untuk memproses insulin lebih efisien, sehingga membuatnya
menjadi pilihan yang baik untuk penderita diabetes dan orang dengan
resistensi insulin.
b. Manfaat untuk pencernaan
Daun salam baik untuk pencernaan dan dapat mengobati
gangguan pencernaan seperti perut terasa mulas dan kembung.
Minum teh daun salam dengan air panas dapat meringankan
gangguan pencernaan yang umum seperti sembelit, asam lambung
dan BAB tidak teratur. Daun salam juga mengandung enzim yang
memungkinkan pemecahan protein, sehingga membuatnya sangat
baik untuk diet non vegetarian. Dalam kasus untuk meredakan
gangguan pencernaan dan kembung, Anda dapat mengambil 5 gram
daun salam dan menambahkan sepotong jahe dan didihkan dengan
200 mili air hingga tersisa 1/4 bagian. Bisa juga ditambahkan
beberapa sendok madu dan di minum dua kali sehari. Ini juga dapat
22
menambah nafsu makan terutama jika Anda baru saja sembuh dari
sakit.
c. Manfaat bagi kesehatan kardiovaskular
Fitonutrien yang kuat dalam daun salam bisa memberikan
perlindungan kita dari penyakit kardiovaskular seperti serangan
jantung dan stroke. Hal ini karena daun salam mengandung
senyawa seperti rutin, salisilat, asam caffeic dan fitonutrien yang
meningkatkan kesehatan jantung dan meningkatkan fungsi jantung.
Dalam kasus penyakit jantung, rebus 3 gram daun salam dan 3 – 4
gram bunga mawar liar dengan 300 mili air sampai tersisa 75 mili.
Saring lalu minum.
d. Memiliki sifat anti kanker
Daun salam mengandung asam caffeic, quercetin, euganol dan
catechin yang semuanya memiliki agen yang melawan berbagai
jenis kanker. Hal ini juga mengandung fitonutrien yang disebut
parthenolide yang telah terbukti secara khusus menahan proliferasi
sel kanker serviks.
23
ketika dimakan. Warna daun dari oregano yang hijau segar sekilas mirip
dengan daun mint namun ukurannya lebih kecil. Biasanya untuk campuran
makanan Anda bisa gunakan oregano yang sudah dikeringkan karena lebih
keluar aromanya dan tentunya tidak begitu pahit ketika dimakan. Oregano
yang sudah dikeringkan memilki warna coklat pucat dan ukurannya sangat
kecil seperti bubuk karena pada saat pengeringan Anda dapat mencacahnya
menjadi ukuran yang kecil sehingga mempermudah Anda untuk
mengolahnya. Selain pasta, oregano juga digunakan pada pembuatan pizza.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
1) Diharapkan kepada praktikan, sebelum memulai praktek agar menguasai
materi terlebih dahulu
2) Diharapkan kepada praktikan setelah praktek dapat mengetahui jenis bumbu
dan macam-macamnya
3) Dalam melakukan analisia bumbu diperlukan ketelitian serta literatur yang
lebih banyak. Ini disebabkan karena kurangnya penelitian tentang bumbu,
serta materi bumbu dan rempah yang hampir sama. Sehingga perlu
pemisahan dan telaah lebih jelas.
25
DAFTAR PUSTAKA
Winarsi, H., Sasongko, N. D., Purwanto, A., & Nuraeni, I. (2013). Ekstrak daun kapulaga
menurunkan indeks atherogenik dan kadar gula darah tikus diabetes induksi
alloxan. Agritech, 33(3), 273-280.
Arief, R. W., Mustikawati, D. R., & Asnawi, R. (2020, August). Karakteristik Mutu Lada Hitam
dan Lada Putih dari Beberapa Kabupaten Sentra Lada di Lampung. In Prosiding
Seminar Nasional Fakultas Pertanian UNS (Vol. 4, No. 1, pp. 111-116).
Garjito, M. (2013). Bumbu, penyedap, dan penyerta masakan Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama.
Soa, U. O. M., Amelia, R., & Octaviani, D. A. (2018). Perbandingan Efektivitas Pemberian
Rebusan Jahe Merah Dan Daun Mint Dengan Jeruk Nipis Dan Madu Terhadap Mual
Muntah Pada Ibu Hamil Trimester I Di Puskesmas Waepana, Ngada, NTT. Jurnal
Kebidanan, 8(2), 157-167.
Aziza, S. A. N., Retnowati, R., & Suratmo, S. (2013). Isolasi Dan Karakterisasi Terhadap
Minyak Mint Dari Daun Mint Segar Hasil Distilasi Uap. Jurnal Ilmu Kimia Universitas
Brawijaya, 2(2), pp-580.
Putri, W. D. R., & Fibrianto, K. (2018). Rempah untuk Pangan dan Kesehatan. Universitas
Brawijaya Press.
26
Krisnawati, I. (2008). Teh Herbal: Minuman Berkhasiat Pemulih Kesehatan. Gramedia
Pustaka Utama.
27
LAMPIRAN
28
BUAH DAN SAYUR
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER......................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Manfaat................................................................................................................ 2
BAB II METODE PERCOBAAN...................................................................................... 3
2.1 Alat dan Bahan..................................................................................................... 3
2.2 Cara Kerja............................................................................................................ 3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................. 6
3.1 Hasil..................................................................................................................... 6
3.2 Pembahasan........................................................................................................ 10
BAB IV PENUTUP........................................................................................................... 36
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................36
4.2 Saran....................................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 37
LAMPIRAN
ii
Acara : Sayur dan Buah
BAB I
PENDAHULUAN
1
dan Sayur” dalam upaya mencapai Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Selain itu,
pemerintah juga perlu mengadakan penyuluhan tentang makan makanan sehat
dalam keseharian yang seimbang untuk penunjang kesehatan yang baik. Adanya
gerakan tersebut ditujukan pada masyarakat khususnya anak usia sekolah dan
remaja yang memerlukan kebutuhan gizi yang baik untuk mempermudah anak
melakukan segala sesuatunya secara terstruktur dan terencana. Karena menurut
Kemenkes RI (2014), pesan gizi seimbang yaitu dengan memperbanyak konsumsi
buah dan sayur dalam jumlah 300-400 gram perhari disetiap orangnya. Perilaku
seseorang dalam mengonsumsi makanan sangat berpengaruh pada kesehatan
tubuhnya. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan pola konsumsi makanan yang
sehat dengan mengonsumsi buah dan sayur yang cukup.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis buah dan sayur serta hasil olahannya
2. Mengetahui kandungan gizi buah dan sayur
3. Mengetahui mutu buah dan sayur serta hasil olahannya
4. Mengamati perubahan nilai gizi dan sifat fisik produk pangan akibat proses
pengolahan
1.3 Manfaat
1. Memberikan pengetahuan mengenai jenis-jenis bumbu, buah, dan sayuran
serta hasil olahannya.
2. Memberikan berbagai pengetahuan yang lebih luas mengenai kandungan dan
mutu dari bumbu, buah, dan sayur.
3. Sebagai sarana referensi baik untuk mahasiswa program studi gizi maupun
kalangan umum mengenai jenis-jenis bumbu, buah, dan sayuran.
2
BAB II
METODE PERCOBAAN
Memotong
3
2. Pengamatan nanas
Buah nanas
Daun singkong
4
5. Pengamatan buah jeruk segar dan hasil olahannya
5
BAB III
3.1 Hasil
Tabel 1. Hasil pengamatan buah apel
Perlakukan Waktu
Dipotong dengan pisau stainless steel 21 jam 20 menit
Keterangan :
+ = tidak menyengat
++ = agak menyengat
+++ = menyengat
++++ = sangat menyengat
Keterangan :
Tekstur : + = tidak lunak ++ = agak lunak +++ = lunak ++++ = sangat lunak
Rasa : + = kurang manis ++ = agak manis +++ = manis ++++ = sangat manis
6
Tabel 3. Hasil pengamatan daun singkong
Kenampakan
Perlakuan Air rebusan Daun
Direbus dalam 100 ml air+tidak ditutup
Keterangan :
+ = tidak menyengat ++ = agak menyengat +++ = menyengat ++++ = sangat
menyengat
8
Sari jeruk kemasan +++ ++
Keterangan :
+ = sangat asam ++ = asam +++ = agak asam ++++ = manis
+ = tidak menyengat ++ = agak menyengat +++ = menyengat ++++ = sangat
menyengat
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengamatan pisang
a. Jelaskan tingkat kematangan buah pisang
Tingkat kematangan buah pisang bisa dilihat dari warna kulitnya, bisa
bervariasi dari hijau keras, kuning, hingga lebih lunak dengan banyak bintik-
bintik cokelat.
1) Hijau
Pisang hijau kaya akan kandungan pati resisten, yakni jenis pati yang
sulit dicerna oleh tubuh. Pisang ini baik untuk menurunkan berat badan
atau bagi penderita diabetes. Rasa pisang hijau yang pahit, menunjukkan
kandungan gulanya yang rendah. Selain itu, pisang ini mengandung
bakteri probiotik yang dapat membantu menjaga kesehatan
pencernaan.Akan tetapi, pisang hijau berpotensi menyebabkan perut
kembung dan bergas sehingga intensitas buang angin bisa bertambah.
2) Hjau-Kuning
9
Pada tahap ini, pisang hampir matang dan lebih mudah dicerna.
Pisang ini sudah mulai mengandung gula tapi tidak sebanyak pisang yang
matang sempurna.
3) Kuning
Pada tahap ini, pisang sudah lebih matang dan mudah dicerna. Pati
resisten pada pisang berwarna kuning telah menjadi gula sederhana
sehingga rasanya lebih manis. Warna pisang yang dominan kuning lebih
kaya akan antioksidan jika dibandingkan dengan pisang hijau. Akan
tetapi, pisang ini memiliki indeks glikemik yang lebih tinggi dibanding yang
berwarna hijau sehingga konsumsinya perlu dibatasi pada penderita
diabetes tipe 2.
4) Kuning dengan bintik-bintik coklat
Saat warna pisang kuning telah dihiasi bintik cokelat, bukan berarti
pisang busuk. Kondisi ini menunjukkan lebih banyak pati resisten yang
telah diubah menjadi gula sederhana. Semakin banyak bintik yang
terdapat di permukaan kulit pisang, semakin tinggi kandungan gula pada
pisang. Banyaknya bintik cokelat yang ada di kulit pisang juga
menunjukkan kandungan antioksidan yang semakin tinggi. Pisang matang
berwarna kuning dan berbintik cokelat dianggap memiliki potensi untuk
membantu melindungi tubuh dari penyakit kanker.
5) Cokelat
Warna cokelat pada pisang menunjukkan kandungan antioksidan yang
paling tinggi. Pada tingkat kematangan ini, semua pati pada pisang telah
menjadi gula. Oleh karena itu, jenis pisang ini harus dihindari oleh
penderita diabetes karena kandungan gulanya yang tinggi.
Pisang hijau memiliki tekstur keras, bertepung, dan tidak memiliki rasa
khas pisang.
b. Hjau-Kuning
Warna hijau pada kulit buah pisang lebih dominan dari pada warna
kuning. Teksturnya masih sedikit keras.
c. Kuning
10
Pisang mulai melunak tetapi masih tetap pada bentuknya. Pada tahap
ini pisang mulai mengeluarkan aroma manis khasnya.
e. Cokelat
2. Tekstur
11
UDP dan glukosa didalam sitosol. Sukrosa juga dapat dibentuk lewat
pemecahan pati.
3. Rasa
Buah pisang yang sudah matang akan memiliki rasa manis. Rasa
manis ini disebabkan oleh adanya gula hasil degradasi pati menjadi
sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
4. Aroma
12
Pemotongan yang menggunakan pisau besi akan mempengaruhi
perubahan warna pada buah. Warna buah yang menggunakan pisau besi
berwarna lebih coklat. Hal ini disebabkan pisau besi mengandung ion Fe,
mudah berkarat (oksidasi). Hal ini karena enzim polifenolase akan bereaksi
dengan besi dan mempercepat warna coklat. Sedangkan, Sampel yang diiris
dengan pisau stainles lebih lama pencoklatannya bila dibandingkan dengan
pisau besi. Hal ini disebabkan karena stainless tidak bereaksi dengan oksigen
diudara bebas sehingga tidak terjadi proses oksidasi.
c. Sebutkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah reaksi browning
Pencegahan browning telah banyak dilakukan dengan menggunakan
penambahan bahan-bahan kimia sintetis seperti bisulfid, asam sitrat, asam
askorbat, asam benzoat dan kalsium klorida sebagai senyawa anti browning
pada berbagai jenis buah-buahan dan sayur-sayuran. Namun, pengunaan
bahan kimia sintetis sebagai anti browning telah dilarang karena dapat
menyebabkan asmatik dan efek samping bagi kesehatan pada konsumen.
Pengunaan bahan – bahan alami lebih efektif dalam mencegah browning pada
buah-buahan dan sayur-sayuran dibanding bahan kimia sintetis. Ada beberapa
tips untuk mencegah terjadinya browning pada buah dan sayur :
2. Rendam dalam air garam
Jika buah atau sayuran tidak ingin langsung dimakan, kamu bisa
merendam buah ke dalam air garam dingin. Tetapi, menggunakan
perbandingannya yang akurat. Misalnya untuk 4 gelas air, kamu cukup
menuang ½ sdt garam saja. Jika terlalu banyak, rasa buahnya akan
berubah. Untuk pisang, cukup celupkan sekali saja, tidak perlu sampai
direndam.
3. Gunakan perasan air lemon atau jeruk nipis
Kamu juga dapat mengoleskan air lemon ke buah-buah yang akan
disimpan. Tidak perlu banyak-banyak, cukup oleskan dengan jari saja.
Kandungan asam pada lemon akan mencegah browning karena
memperlambat proses oksidasi.
4. Gunakan air cuka
Selain lemon, kamu juga bisa menggunakan asam yang terkandung
dalam air cuka. Caranya mirip-mirip dengan menggunakan air lemon.
Kamu bisa mencampur cuka sedikit dengan air supaya baunya nggak
terlalu kecut. Lalu rendam buah beberapa saat ke dalam larutan cuka.
13
Pembuktian anti-browning dengan air cuka ini bisa kamu lihat dari asinan
bogor, yakni buah-buahan yang direndam dengan air cuka.
5. Menggunakan air soda
Caranya dengan menyediakan air soda dalam satu wadah terus
celup apel atau pir ke dalam air soda tersebut selama 1-2 menit.
Kandungan soda ini juga bisa mencegah proses browning pada buah.
Lebih baik lagi kalau sudah direndam kamu simpan potongan buah ke
dalam plastik. Tapi pastikan tidak ada udara yang ikut tersimpan dalam
plastik . Karena sebenarnya udara inilah sumber oksidasi yang
menyebabkan warna buah berubah jadi cokelat.
14
sehingga daging nanas terpisah dari kulitnya. Setelah itu,
daging nanas akan diblanching.
4) Blanching
Dalam pengalengan, blanching diartikan sebagai pemasukan
buah ke dalam air mendidih atau mengukus dalam air mendidih
yang berlebih selama periode waktu tertentu diikuti dengan
mecelupkannya dalam air dingin untuk menghentikan
pemasakan. Blanching akan merusak enzim yang
mengakibatkan perubahan warna, flavor dan tekstur. Blanching
menghilangkan udara dari makanan sehingga membuatnya
lunak dan lebih mudah ditangani.
b) Cara proses pengalengan
Setelah dilakukan penyipan bahan baku selanjutnya dilakukan
proses selanjutnya. Proses selanjutnya ialah pengalengan buah
nanas tersebut. Menurut Larousse (1997), proses pengalengannya
terdiri dari:
1) Pengisian (Filing)
Pengisian bahan ke dalam wadah (kaleng) harus dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak udara tertahan
dalam wadah. Pengisian bahan jangan terlalu penuh dan harus
disisakan tempat kosong di bagian atas wadah (head space).
Volume head space tak lebih dari 10 % dari kapasitas wadah.
Head space ditujukan agar pada waktu proses sterilisasi masih
terdapat tempat untuk pengembangan isi. Pengisian bahan
dapat dilakukan dengan tangan atau mesin. Besar head space
dalam wadah sangat penting. Bila terlalu kecil akan sangat
berbahaya, karena ujung kaleng akan pecah akibat
pengembangan isi selama pengolahan. Bila head space tidak
cukup, kecepatan pemindahan panas menurun, dengan
demikian waktu pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila
head space terlalu besar, udara yang terkumpul di dalam ruang
tersebut lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan oksidasi
dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
2) Exhausting
Tujuan dari exhausting adalah menghilangkan udara sehingga
tekanan di dalam kaleng setelah perlakuan panas dan
15
pendinginan sehingga tekanan di dalam kaleng lebih rendah
daripada tekanan atmosfer. Kondisi vakum menjaga tutup
kaleng tertutup sehingga mengurangi tingkat oksigen dalam
head space.Hal ini juga akan memperpanjang umur simpan
dari produk makanan dan mencegah penggembungan kaleng
pada daerah yang tinggi. Pengurangan jumlah udara bertujuan
mengurangi oksigen dan kesempatan oksidasi dari bahan.
Vakum di dalam kaleng dihasilkan dari penggunaan panas atau
dengan cara mekanis. Vakum dalam kaleng dapat dihasilkan
dari pemanasan kaleng menggunakan steam pada suhu 80-
90°C selama 5-7 menit, diikuti dengan sealing kaleng panas.
Alternatif lain adalah dengan mechanical high vacuum seamer
pada suhu kamar. Beberapa produk, khususnya jus,
dipanaskan terlebih dahulu selama preparasi dan pengisian ke
dalam kaleng. Kadang, sebelum pengisian kaleng, udara dalam
head space dihilangkan dengan steam, yang terkondensasi
setelah proses dan dengan cara demikian menyebabkan
kondisi vakum. Tingkat vakum dalam proses, pendinginan
kaleng tergantung dari ukuran kaleng dan jenis produk.
3) Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan penutupan wadah : Memasang tutup dari wadah
sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor penyebab kerusakan
tidak dapat masuk lagi ke dalamnya setelah dilakukan
sterilisasi. Penutupan kaleng dilakukan dengan alat khusus.
Penutupan kaleng harus sempurna, sebab kebocoran dapat
merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu
apakah head space-nya sudah cukup dan sesuai dengan
perhitungan. Setelah ditutup sempurna, kaleng/wadah perlu
dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada
dinding kaleng / wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas
(suhu sekitar 82,2°C) yang mengandung larutan H2PO4
dengan konsentrasi 1,0 – 1,5 %, kemudian dibilas dengan air
bersih beberapa kali
4) Sterilisasi (pemanasan)
Sterilisasi pada pengalengan adalah proses pemanasan wadah
serta isinya pada suhu dan jangka waktu tertentu untuk
16
menghilangkan atau mengurangi faktor-faktor penyebab
kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat
pemasakan (over cooking) pada makanannya. Suhu yang
digunakan biasanya 121°C selama 20 – 40 menit, tergantung
dari jenis bahan makanan. Pada umumnya suhu sterilisasi yang
biasa dilakukan untuk buah-buahan pada suhu 100°C.
5) Pendinginan
Pendinginan dilakukan untuk beberapa tujuan yaitu mencegah
lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan dan
mencegah tumbuhnya sporaspora dari bakteri perusak bahan
pangan yang belum mati. Pendinginan dilakukan menggunakan
air dingin pada wadah yang sudah disterilisasi hingga suhu
mencapai 35 – 40°C. Pendinginan dapat dilakukan pada dalam
autoklaf sebelum autoklaf dibuka, ataupun diluar autoklaf
dengan jalan menyemprotkan air dingin (air pendingin
sebaiknya mengalami khlorinasi terlebih dahulu).
Menurut Smith (1997), proses pengalengan buah nanas:
1) Pencucian
2) Sortasi dan Grading
3) Pengupasan/pemotongan/sizing
4) Blanching
5) Pengisian
6) Exhausting
7) Sealing
8) Proses pemanasan
9) Pendinginan
10) Pelabelan
11) Penyimpanan
b. Sebutkan penyebab terjadinya perubahan sifat fisik buah segar dan buah
yang dikalengkan
Disebabkan oleh panen tidak tepat waktu (ketuaan tidak memenuhi
syarat), kurangnya perawatan tanaman dan buruknya penanganan di kebun
dan selama pengangkutan yang mengakibatkan kerusakan mekanis dan
memberi peluang infeksi mikroorganisme penyebab busuk pascapanen lebih
besar. Selain mikroorganisme yang masuk ke dalam buah melalui luka,
17
serangan busuk buah juga sudah dimulai penetrasinya sejak buah masih di
pohon. Mikroorganisme yang telah melakukan penetrasi tersebut adalah
Colletotrichum sp, yang kemudian berada dalam keadaan laten, dan spora
berkecambah saat buah menjadi matang. Pada umumnya busuk pada pisang
di Indonesia adalah antraknos, tip rot, dan crown rot. Sedangkan pada buah
yang dikalengkan jenis kerusakan antara lain: 1) Kerusakan mekanis,
terutama pada penangan produk akhir yang kurang baik 2) Kerusakan
biologis, mikrobia pembusuk&keasaman 3) Kerusakan kimiawi, reaksi kimia
akan membawa banyak perubahan pada makanan kaleng selama
penyimpanan.
18
gula menjadi senyawa sederhana, terbentuk CO2, H2O, dan energi. Respirasi
dapat terjadi dengan adanya oksigen ( respirasi aerob) dan dapat pula terjadi
respirasi tanpa adanya oksigen ( respirasi anaerob atau fermentasi). Laju
respirasi dari suatu produk merupakan indikator terjadinya aktivitas metabolik
jaringan; jadi, merupakan petunjuk yang sangat penting mengenai umur
simpan produk. Apabila laju respirasi buah dan sayur-sayuran diukur dengan
oksigen yang diserap atau CO2 yang dikeluarkan sewaktu proses
pendewasaan sel, pematangan (pemasakan), dan masa pelayuan, maka akan
diperoleh pola respirasi yang karakteristik. Laju respirasi per satuan berat
adalah tertinggi pada buah atau sayur-sayuran yang belum masak dan
kemudian menurun sesuai dengan umurnya. Sekelompok buah -buahan
termasuk tomat, mangga, pisang, dan apel mempunyai suatu variasi pola
respirasi, yaitu terjadinya peningkatan respirasi berimpitan pada saat
terjadinya pemasakan. Terjadinya peningkatan respirasi tersebut sering pula
dinamakan klimakterik respirasi (respiration climacteric.
19
lemak. Kadar air pada sayur akan berkurang setelah mengalami proses
pemasakan. Hal ini dikarenakan pada proses pemasakan dengan suhu 100 OC
air yang ada di dalam sayur dikeluarkan lebih banyak sehingga kandungan air
pada sayur berkurang. Kadar abu pada bahan pangan menunjukkan adanya
kandungan mineral anorganik. Tinggi rendahnya kadar abu pada sayur
tergantung pada lama dan suhu pada proses pemasakan. Proses pemasakan
dengan suhu yang tinggi mengakibatkan denaturasi protein sehingga kadar
protein berkurang. Penrurunan kadar lemak pada proses pemasakan
disebabkan oleh sifat lemak yang tidak tahan panas. Selama proses
pemasakan, lemak mencair bahkan menguap seperti rasa. Tinggi atau
rendahnya kandungan gizi akibat proses pemasakan tergantung dari jenis
bahan makanan, serta suhu yang digunakan saat proses pemasakan.
3.2.5 pengamatan buncis dan wortel
a. Jelaskan pengaruh proses pembekuan pada sifat fisik sayur
Proses pembekuan pada sayur dapat mempertahankan karakteristik
warna dan aroma. Dalam pembekuan wortel terjadi evaporasi yang
disebabkan oleh udara yang ada di dalam ruang pendinginan terlalu kering
sedangkan kandungan air pada wortel tinggi. Hal ini akan mengakibatkan air
dari wortel akan menguap untuk mencapai keseimbangan yang disebuat
dengan evaporasi. Akibatnya terjadi pengerutan atau layu, pengeringan,
pengerasan, dan susut bobot.
b. Jelaskan pengaruh pembekuan pada nilai gizi sayur
Proses pembekuan pada sayur tidak banyak mengubah kandungan zat
gizinya, namun ada beberapa zat gizi yang mungkin berubah dalam proses
pembekuan, seperti vitamin B kompleks dan vitamin C yang larut air. Proses
pembekuan pada sayur dilakukan dengan tujuan supaya kandungan gizi pada
sayuran bisa bertahan lebih lama, serta ada kemungkinan bahwa sayuran
yang dibekukan memiliki kandungan gizi yang lebih besar dari sayuran segar
karena sayuran segar masih melalui proses sortir. Selain itu, suhu dan lama
penyimpanan akan berpengaruh pada penurunan zat gizinya bahkan dapat
mengakibatkan kerusakan makanan. Namun, masih bisa diminimalisir dengan
mengetahui batas-batasnya.
a. Jelaskan penyebab perbedaan sifat fisik sari buah yang dilarutkan, jus buah
kemasan, dan sari buah dari buah segar
20
Sari buah yang dilarutkan
Sari buah bubuk dibuat dengan cara cairan sari buah dikeringkan,
diubah ke dalam bentuk butiran-butiran air dengan cara dikabutkan.
Kemudian di kontakkan dengan udara panas yang menyebabkan cairan
dalam kabut tersebut mengering dan berubah menjadi tepung/serbuk.
Adapun dalam konsumsi bubuk sari buah perlu dilarutkan ke dalam air.
Jus buah kemasan
Sari buah yang ada dalam kemasan merupakan minuman ringan yang
dibuat dari sari buah dan air dengan atau tanpa penambahan gula dan
tambahan zat makanan lain. Sari buah dalam kemasan memberikan
kemudahan untuk mengkonsumsi dan menghabiskannya. Selain itu,
konsistensi jus yang cair akan membuat zat-zat terlarut mudah diserap
oleh tubuh.
Sari buah dari buah segar
Sari buah adalah cairan yang diperoleh dari bagian buah yang dapat
dimakan yang dicuci, dihancurkan, dijernihkan, dengan atau tanpa
pasteurisasi dan dapat dikonsumsi langsung.
b. Jelaskan apakah ada perrbedaan kandungan gizi dari kedua produk jus buah
dengan buah segar
22
suhu beku. Contoh yang dapat bertahan pada suhu beku: biji dan kacang-
kacangan, biji gandum, beberapa pada umbi.
Terdapat tekanan panas tinggi
Suhu pada lingkungan sangat berpengaruh dalam bahan
pangan.suhu lingkungan atau udara panas sekitar, panas matahari yang
mengenai makanan langsung, panas yang ditimbulkan dari aktivitas organ
tubmbuhan akan mempengaruhi mutu pangan. Kerusakan yang
diakibatkan tekanan suhu tinggi sangat tidak baik. Pada perawatan bahan
pangan dapat ditujukan untuk mengurangi reaksi panas terhadap
kerusakan pangan. Kemampuan setiap bahan sangat beragam dalam
menahan panas. Bakteri termofilik dapat tumbuh dan berkembang pada
suhu diatas titik didih air.
Hilangnya kandungan vitamin
Vitamin dapat rusak saat panen, penyimpanan, pemrosesan dan
pemasakan dan tergantung dalam pengolahan juga. Kerusakan tersebut
akibat pemaparan sinar matahari, udara panas, waktu simpan yang lama.
Ketika memasak penggunaan suhu tinggi lalu air rebusan tersebut
dibuang, maka akan menghilangkan vitamin yang ikut larut dalam air.
Penambahan baking soda (dan alkali lain) saat memasak sayur, hasilnya
serat lebih lunak. Baking soda merusak tekstur dan flavor sayuran.
Sayuran sebaiknya tidak dimasak dengan baking soda karena akan
menjadi seperti bubur dan kehilangan vitamin seperti vitamin B, asam
askorbat.
b. Sebutkan cara memilih buah dan sayu (daun, polong, umbi) yang segar
1. Sayuran daun, misalnya bayam, sawi, kangkung dan daun singkong
a) Daun dipilih yang berwarna cerah, tidak buram dan belum menguning
b) Daun tidak sobek dan berlubang
c) Tulang daun terlihat jelas d. Batang daun mudah dipatahkan
d) Daun tidak terlalu tua
2. Sayuran polong, misalnya buncis dan kacang panjang
a) Polong sayuran dipilih yang masih muda
b) Batas antara biji belum jelas
c) Bentuk polong silindris
d) Polong mudah dipatahkan
e) Tidak berlubang-lubang atau berbintik-bintik
f) Untuk polong yang diambil bijinya, pilih polong yang sudah tua
23
3. Sayuran umbi, misalnya kentang, wortel dan bawang
a) Umbi tidak berlubang-lubang
b) Umbi tidak lunak atau berair
c. Jelaskan cara penyimpanan buah dan sayur yang tepat (penyimpanan pada
suhu kamar, penyimpanan pada suhu rendah, penyimpanan dengan
merendam pangkal batang)
1. Penyimpanan pada suhu kamar
Penyimpanan pada suhu kamar harus memiliki tempat yang
kering, tidak terkena sinar matahari langsung dan memiliki sirkulasi
udara yang baik. Karena kondisi yang lembab bisa mempercepat
kerusakan, sedangkan cahaya dapat merangsang pertumbuhan klorofil.
Contoh: kentang akan berubah warna menjadi hijau jika disimpan
ditempat yang terkena cahaya. Cahaya juga dapat menyebabkan
terbentuknya solanin yang bersifat racun. Jika sayuran pada ruangan
dibungkus sebaiknya menggunakan plastik yang sudah dilubangi. Selain
itu, bisa dilakukan penyimpanan dengan cara digantung.
2. Penyimpanan pada suhu rendah
Penyimpanan pada suhu rendah dilakukan dalam lemari es. Pada
cara ini sayuran disimpan pada suhu 5-8 C. Penyimpanan cara ini
mampu menghambat kegiatan respirasi dan metabolisme sayuran,
proses penuaan, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan oleh bakteri
dan kapang, serta proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki misalnya
pertunasan pada kentang. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyimpanan pada lemari es yaitu dengan cara
menjaga suhu relatif stabil, menjaga kebersihan lemari es, serta
mengemas dan menyusun sayuran dengan benar.
3. Penyimpanan dengan merendam pangkal batang
Wadah yang digunakan untuk merendam diusahakan dalam
keadaan bersih dan diisi air setinggi 5 cm. Air yang digunakan untuk
merendam tidak boleh terlalu banyak karena justru akan mempercepat
terjadinya kebusukan. Batang sayuran yanga kan disimpan dipotong 1
cm agar proses penyerapan air saat direndam dapat lebih lancar.
Sayuran disusun dalam keadaan berdiri tegak sehingga ketinggian akar
atau batang yanga kan direndam dalam air dapat sama. Penyimpanan
dengan cara ini biasanya tidak dapat berlangsung lama, ketahanannya
kira-kira satu sampai tiga hari saja
24
d. Apa yang dimaksud dengan chiling injury
Cacat suhu dingin (chilling injury) adalah kerusak pada jaringan
tanaman terutama tanaman yang berasal dari daerah tropis atau subtropis.
Hal ini dapat disebabkan karena jaringan peka pada suhu di bawah 15°C,
walaupun suhu kritis mengakibatkan gejala cacat suhu dingin (chilling injury)
bervariasi tergantung pada komoditinya. Chilling injury adalah masalah utama
pada penyimpanan dingin bagi komoditas tropis dan sub tropis. Penyimpanan
produk dibawah suhu kritis dapat menyebabkan terjadinya gangguan fisiologis
yang parah. Suhu kritis untuk chilling injury bervariasi sesuai dengan sifat
komoditas, tetapi umumnya terjadi ketika produk disimpan pada suhu dibawah
10°C – 13°C (Tasneem, 2004). Gejala chilling sering muncul beberapa hari
setelah berada di suhu yang lebih hangat dalam bentuk legokan (pitting) atau
kulit produk memar, terjadi internal discoloration atau gagal matang. Gejala
umum dari chilling injury adalah runtuhnya sel-sel dibawah permukaan kulit
yang menyebabkan pitting, pencoklatan enzimatik dan timbulnya seperti
genangan air (waterlogging) (Taub, 1998). Gejala kerusakan CI ditunjukkan
oleh bintik-bintik hitam dan browning, tingkat kerusakan yang parah yang
disebabkan oleh waktu penyimpanan dan disertai oleh pelunakan dan
kebocoran ion (electrolyte leakage) (Sayyari, et al., 2011)
e. Jelaskan penanganan pasca panen sayur dan buah (pendinginan, atmosfir
terkendali, udara termodifikasi, dan pelapisan lilin)
a) Pendiginan
Tujuan penyimpanan pada suhu dingin adalah untuk memperlambat
terjadinya kerusakan sekecil mungkin tanpa terjadinya pematangan
abnormal atau perubahan lain yang tidak diinginkan. Jadi, itu untuk
mempertahankan komoditi agar tetap dalam keadaan baik yang dapat
diterima oleh konsumen selama mungkin. Buah-buahan atau sayur-
sayuran yang dipanen kadang-kadang dapat mencapai suhu 40°C dan
pada suhu ini kecepatan respirasi sangat tinggi sehingga umur simpan
pendek. Oleh karena itu, buah-buahan maupun sayur- sayuran
hendaknya dipanen sepagi mungkin karena suhu udara pada waktu pagi
hari lebih rendah daripada suhu pada siang atau sore hari.
Permasalahannya, untuk kebun yang luas, pemanenan pada waktu
pagipagi benar agak sulit dilakukan dan untuk di daerah tropis, suhu pada
waktu pagi hari juga relatif tinggi. Pendinginan sebaiknya dilakukan
segera setelah pemanenan sebagai pendinginan pendahuluan
25
(precooling) terutama untuk buah dan sayur-sayuran yang mudah rusak
atau buah dan sayuran yang respirasinya berlangsung dengan cepat.
Metode pendinginan yang digunakan tergantung pada umur simpan
komoditi. Komoditi yang laju respirasinya cepat mempunyai umur simpan
pendek. Maka, komoditi yang demikian perlu pendinginan dengan segera
setelah pemanenan. Komoditi yang mempunyai umur simpan panjang
umumnya tidak memerlukan pendinginan dengan cepat, tetapi sangat
baik apabila didinginkan dengan segera. Komoditi yang tidak tahan
terhadap chilling injury (cacat suhu dingin) harus didinginkan sesuai
dengan keperluan masing-masing produk terseebut, mungkin sekitar suhu
10 -12°C. Penggunaan metode pendinginan pendahuluan tergantung tiga
faktor utama, yaitu suhu komoditi pada saat panen, fisiologi komoditi, dan
umur simpan yang diinginkan.
b) Atmosfir terkendli
Udara atau atmosfer terkendali (Udara Terkendali =UT) merupakan
istilah untuk penambahan CO2, penurunan O2, dan kandungan N2 tinggi
jika dibandingkan dengan udara biasa. Penyimpanan dalam hampa udara
parsial atau hipobarik adalah cara penyimpanan dalam udara terkendali
yang ditekankan pada penurunan tekanan pada bahan yang disimpan.
Cara ini tidak hanya mengurangi konsentrasi O2, tetapi mempercepat
difusi C2H4 (etilen) keluar dari jaringan buah sehingga buah dapat
diperpanjang umur simpannya.
c) Udara termodifikasi
Istilah udara atau atmosfer termodifikasi (Udara Termodifikasi =
UM) digunakan bila komposisi atmosfer penyimpanan tidak dikendalikan
dengan ketat misalnya dalam kemasan plastik di mana perubahan
komposisi atmosfer timbul sesuai dengan tujuan maupun tidak.
d) Pelapisan lilin
Buah dan sayur-sayuran secara alami mempunyai lapisan lilin pada
permukaanya. Lapisan lilin dapat hilang karena pencucian. Pemberian
lapisan lilin pada buah dan sayursayuran bertujuan untuk :
1. memberikan perlindungan buah dari mikroba pembusuk.
2. menutup kerusakan kecil misalnya luka -luka kecil dan goresan.
3. memberikan penampakan yang lebih baik, seperti lebih mengkilat
dan menarik bagi konsumen.
4. mengurangi laju kehilangan air 30 - 50 %, dan
26
5. memperpanjang umur simpan dan sangat sesuai untuk daerah-
daerah yang tidak mempunyai fasilitas penyimpanan dingin.
Tidak semua buah cocok diberi lapisan lilin. Misalnya, buah sukun
yang diberi lapisan lilin, umur simpannya menjadi lebih pendek. Diantara
pelarut lilin yang baik adalah emulsi lilin dalam air, dan ini lebih baik
daripada menggunakan pelarut lilin yang mudah terbakar. Beberapa
macam jenis lilin yang biasa digunakan adalah lilin tebu, resin terpen,
selak, dan sebagainya. Untuk pengemulsi biasa digunakan trietanolamine
dan asam oleat dan dapat pula ditambahkan fungisida atau baktersida.
Pemberian lapisan lilin dapat dilakukan dengan penyemprotan,
pencelupan, pengolesan, atau pembuihan. Penyemprotan emulsi lilin
dapat dilakukan dengan menggunakan nozzle hidrolik atau pneumatik
yang dipasang di atas alat beroda atau konveyor. Laju penyemprotan
dapat diatur dengan mengganti ukuran pipa atau mengubah tekanan.
Pencelupan dapat dilakukan dengan membenamkan buah atau
sayur-sayuran ke dalam tangki pencelupan berisi emulsi lilin selama 30
detik. Dengan cara pencelupan; lilin terlalu tebal pada kulit komoditi.
Pengolesan dengan kuas merupakan pemberian lapisan yang
efisien. Emulsi lilin diberikan dengan kuas yang dipasang di atas
konveyor. Untuk mencegah terjadinya kerusakan buah gerakan kuas
harus dipertahankan pada kecepatan minimun yang masih efektif.
Pemberian lilin dengan pembuihan akan dapat meninggalkan
lapisan lilin yang sangat tipis setelah airnya menguap. Alat pembuihan di
pasang diatas sikat yang sesuai. Keenceran emulsi tergantung pada
keperluannya. Emulsi yang terdiri atas 3 bagian lilin dan 1 bagian air
digunakan untuk pelilinan dengan pembuihan. Untuk menetapkan emulsi
yang paling baik dapat dicoba terlebih dahulu dengan berbagai macam
pengenceran. Pelilinan dengan sistim pencelupan lebih sering terjadinya
pecah daripada pelilinan dengan pembuihan. Apabila emulsi pecah,
partikel lilin lepas dari emulsi dan mengapung dalam bak menyebabkan
buah tidak mengkilat. Pecahnya emulsi disebabkan karena hilangnya sifat
alkalinitas larutan tersebut. Pemberian SOPP ( Sodium Ortho Fenyl
Fenat), masuknya CO2 dari udara, dan CO2 dari buah dapat mengurangi
terjadinya alkalinitas emulsi tersebut.
Emulsi dingin dapat digunakan untuk berbagai macam buah dan
emulsi dingin ini dapat disimpan beberapa lama. Emulsi dingin dapat
27
digunakan untuk buah yang kulitnya lunak, misalnya untuk buah anggur.
Lilin yang digunakan sebagai emulsi dingin lebih baik adalah lilin alami
misalnya lilin lebah.
f. Sebutkan dan jelaskan senyawa yang berperan dalam proses pematangan
buah (rasa dan aroma)
a) Etilen
Etilen merupakan gas yang dalam kehidupan tanaman dapat
digolongkan sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan.
Etilen dapat disebut sebagai hormon karena dihasilkan oleh tanaman,
bersifat mobil dalam jaringan tanaman, dan merupakan senyawa
organik. Jadi etilen dapat terbentuk pada buah itu sendiri, tetapi dapat
pula berasal dari luar buah. Gas etilen yang berasal dari luar buah-
buahan dapat diperoleh dari hasil pembakaran batu bara, hasil
pembakaran minyak tanah (karosen). Pada buah yang termasuk
klimakterik respirasi, lebih banyak terbentuk etilen dari pada buah yang
termasuk non klimakterik. Konsentrasi etilen internal pada buah
klimakterik kisarannya lebih besar jika dibandingkan buah non
klimakterik.
b) Selulosa, Hemiselulosa dan Pektin
Pada buah atau sayuran yang telah dipanen, akan terjadi pelunakan
dinding sel karena terjadinya degradasi selulosa, hemiselulosa dan
protopektin. Selulosa akan dipecah oleh enzim selulase dan
hemiselulosa dipecah oleh enzim hemiselulase. Aktivitas selulase
meningkat selama proses pematangan buah tomat, tetapi pengaruhnya
terhadap pelunakan tidak kelihatan.
c) Pati
Pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen, pati
yang terdapat di dalamnya akan mengalami perombakan menjadi gula
sederhana seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa. Karena pati dipecah,
terjadi penurunan pati, tesebut tetapi terjadi peningkatan sukrosa.
Sukrosa yang terbentuk akan dipecah menjadi fruktosa dan glukosa.
d) Khlorofil
Khlorofil yang terdapat pada buah dan sayur-sayuran adalah
khlorofil a dan khlorofil b. Warna hijau disebabkan karena adanya
khlorofil yang mengandung Mg. Hilangnya warna hijau adalah karena
terjadi degradasi struktur khlorofil. Penyebab terjadinya degradasi
28
adalah karena terjadi perubahan pH, perubahan enzim oksidatif, dan
adanya enzim khlorofilase. Khlorofil dipecah oleh enzim khlorofilase
menjadi fitol dan inti forfirin. Khlorofil dapat kehilangan Mg nya yang
terdapat pada gugus porfirinnya, sehingga akan berubah menjadi
feofitin. Akibatnya terjadi perubahan warna.
e) Fenolat/fenol
Senyawa fenolat terdapat hampir pada semua tanaman terutama
pada buahbuahan. Senyawa ini berperan dalam pembentukan warna
dan cita rasa. Kadar fenolat pada buah dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripada bagian tanaman lainnya.
f) Karotenoid
Karotenoid adalah kelompok senyawa yang tersusun dari isoprene
dan derivatnya (turunannya), dengan karoten dan isomer likopen
termasuk di dalamnya. Karoten merupakan hidrokarbon yang tidak
jenuh, yang memberikan warna jingga sedangkan likopen memberikan
warna jingga agak merah pada tanam-tanaman.
g) Asam organik
Asam organik pada buah dianggap sebagai sumber enersi
cadangan, sehingga jumlahnya akan turun sewaktu terjadinya aktivitas
metabolisma yang lebih besar dan hal tersebut terjadi pada saat
terjadinya proses pematangan buah. Terjadinya aktivitas metabolisma
yang tinggi pada saat proses pematangan buah menyebabkan
terjadinya penurunan kadar keasaman buah.
h) Volatil dan minyak
Memberikan cita rasa yang khas ada buah-buahan meskipun
terdapat dalam jumlah yang kecil.
g. Sebutkan dan jelaskan perubahan biokimiawi pasca panen dan selama
penyimpanan (perubahan pigmen, perubahan karbohidrat, perubahan lipid,
perubahan protein, perubahan vitamin C, perubahan senyawa folatile)
a) Perubahan pigmen
Warna Khlorofil
Perubahan warna terjadi pada sebagian besar buah-buahan
dan ini sering dijadikan kriteria oleh konsumen untuk membedakan
buah masak dan yang belum masak. Perubahan warna terjadi
dengan berkurangnya atau hilangnya warna hijau. Buah apokat dan
buah apel varietas Grain Smith yang bersifat klimakterik, warna
29
hijaunya hilang dengan cepat setelah matang. Khlorofil yang
terdapat pada buah dan sayur-sayuran adalah khlorofil a dan
khlorofil b. Warna hijau disebabkan karena adanya khlorofil yang
mengandung Mg. Hilangnya warna hijau adalah karena terjadi
degradasi struktur khlorofil. Penyebab terjadinya degradasi adalah
karena terjadi perubahan pH, perubahan enzim oksidatif, dan
adanya enzim khlorofilase. Khlorofil dipecah oleh enzim khlorofilase
menjadi fitol dan inti forfirin. Khlorofil dapat kehilangan Mg nya yang
terdapat pada gugus porfirinnya, sehingga akan berubah menjadi
feofitin. Akibatnya terjadi perubahan warna.Hasil pengamatan
dengan mikroskop menunjukkan bahwa khloroplas mengalami
degradasi lebih dahulu jauh sebelum warna hijaunya hilang dari
jaringan . Jadi terdegradasinya warna hijau tersebut menyebabkan
warna lain muncul karena warna ini sebelumnya tertutup oleh warna
hijau tersebut. Misalnya, warna kuning ( xanthofil ) pada buah
mangga pada saat buah belum matang warna kuning tertutup oleh
warna hijau dan baru nampak setelah warna hijau tersebut
terdegradasi. Pada tanaman tinggi, kandungan khlorofilnya 0,1 %
dari berat segar. Perbandingan khlorofil a dengan khlorofil b adalah
2,5 : 1. Pada gagang coklat, terdapat khlorofil a dan c, sedangkan
pada ganggang merah terdapat khlorofila a dan d Dengan asam
lemah, Mg akan lepas maka akan terbentuk feofitin. Perlakuan
khlorofil dengan asam kuat, menyebabkan logamnya terlepas dan
gugusan fitolnya membentuk feoforbide. Pada buah alpokat
turunnya kandungan khlorofil disertai dengan terjadinya
peningkatan respirasinya. Kentang yang tersimpan di tempat yang
kena sinar matahari akan mengalami pembentukan khlorofil.
Kentang yang berwarna hijau tidak disenangi karena terasa pahit
dan biasanya beracun. Racun yang terdapat pada kentang adalah
solanin. Rasa pahit tersebut mempunyai sifat stabil dan sukar
dihilangkan. Racun solanin terbentuk bersamaan dengan
terbentuknya khlorofil. Faktor yang merangsang pembentukan
khlorofil merangsang pula pembentukan solanin. Dengan demikian,
faktor yang merangsang pembentukan warna hijau pada kentang
harus dicegah.
Fenolat/fenol
30
Senyawa fenolat terdapat hampir pada semua tanaman
terutama pada buah-buahan. Senyawa ini berperan dalam
pembentukan warna dan cita rasa. Kadar fenolat pada buah dapat
lebih tinggi atau lebih rendah daripada bagian tanaman lainnya.
Senyawa fenol juga terdapat pada bagian tanaman yang lain seperti
pada kulit pohonnya. Konsentrasi fenol turun dengan makin
masaknya buah, tetapi umumnya jumlah fenolat per buah makin
meningkat. Buah maupun bunga mengandung beberapa macam
fenolat seperti anthosianin, tetapi bagian lain dari tanaman misalnya
daun, kulit kayu mengandung sangat sedikit atau tidak terdapat
sama sekali senyawa fenolat. Jumlah fenolat dalam buah
tergantung pada varietas, spesies, musim, dan lokasi. Penyakit
yang menyerang tanaman juga mempengaruhi konsentrasi fenolat
dalam tanaman itu.
Karotenoid
Karotenoid adalah kelompok senyawa yang tersusun dari
isoprene dan derivatnya (turunannya), dengan karoten dan isomer
likopen termasuk di dalamnya. Karoten merupakan hidrokarbon
yang tidak jenuh, yang memberikan warna jingga sedangkan
likopen memberikan warna jingga agak merah pada tanam-
tanaman. Perubahan warna dari hijau ke kuning pada buah jeruk
ditandai dengan hilangnya khlorofil dan muculnya zat warna
karotenoid. Selama masih berwarna hijau dan pada flavedo buah
jeruk masih terdapat khlorofil masih terjadi kegiatan fotosintesis.
Pada buah tomat matang terdapat karotenoid di dalam khloroplas
yang terbentuk pada waktu terjadinya pematangan buah yang diikuti
oleh degradasi khlorofil, saat itu khloroplas berubah menjadi
khromoplas. Pada kulit buah pisang selama proses pematangan
karotenoidnya tetap ada, demikian juga pada buah apel.
Konsentrasi karotenoid pada kulit buah apel lebih besar daripada
yang terdapat pada dagingnya. Pada jeruk jenis Valencia, jenis
karotenoid yang terdapat pada pulp dan kulit buahnya berbeda,
yaitu pada kulit buahnya mengandung relatif lebih banyak
violaxanthin daripada dalam pulpnya. Pada buah anggur, sintesis
karotenoid terjadi sebelum khlorofil hilang ( Hulme, 1970).
Khususnya pada flavedo buah anggur, tidak terjadi sintesis
31
karotenoid sewaktu pematangan setelah khlorofil terdegradasi,
tetapi merupakan suatu tanda terjadinya sintesis phytoene. Pada
buah jeruk selama pematangan, jumlah xanthofil menurun tetapi
jumlah karotenoid yang lain meningkat. Pada buah tomat, selain
karotein terdapat pula likopen, sedangkan pada buah semangka
sebagian besar pigmennya adalah likopen.
b) Perubahan karbohidrat
Selulosa, Hemiselulosa, dan Pektin
Penyusun dinding sel adalah selulosa, hemiselulosa, dan
pektin. Pada buah atau sayuran yang telah dipanen, akan terjadi
pelunakan dinding sel karena terjadinya degradasi selulosa,
hemiselulosa dan protopektin. Selulosa akan dipecah oleh enzim
selulase dan hemiselulosa dipecah oleh enzim hemiselulase.
Aktivitas selulase meningkat selama proses pematangan buah
tomat, tetapi pengaruhnya terhadap pelunakan tidak kelihatan.
Terjadinya degradasi pada selulosa oleh keaktifan tanaman sendiri
sangat terbatas , tetapi beberapa jenis kapang dan bakteri dapat
meghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana..
Selulosa akan dirombak oleh enzim selulase menjadi selobiosa.
Selanjutnya selubiosa oleh enzim selubiosa akan diubah menjadi
glukosa. Protopektin merupakan pektin yang tidak larut sedangkan
pektin merupakan senyawa yang dapat larut dalam cairan buah-
buahan. Protopektin akan dipecah oleh enzim protopektinase
menjadi pektin yang selanjutnya akan dipecah menjadi asam
pektinat, asam pektat, dan kemudian asam galakturonat. Terjadinya
degradasi hemiselulosa dan perubahan protopektin menjadi pektin
yang larut menyebabkan terjadi keempukan pada buah. Hal ini
dapat terjadi misalnya pada buah apel yang disimpan selama empat
bulan terjadi perubahan hemiselulosa dan protopektin ( Winarno
dan Aman, 1981). Laju degradasi zat-zat pektat pada buah
berkaitan langsung dengan terjadinya pelunakan pada buah.
Pati
Pada buah-buahan dan sayur-sayuran yang telah dipanen, pati
yang terdapat di dalamnya akan mengalami perombakan menjadi
gula sederhana seperti sukrosa, glukosa dan fruktosa. Karena pati
dipecah, terjadi penurunan pati, tesebut tetapi terjadi peningkatan
32
sukrosa. Sukrosa yang terbentuk akan dipecah menjadi fruktosa
dan glukosa. Sebagian glukosa yang terbentuk digunakan untuk
sumber energi. Pati, oleh enzim amilase dapat diubah menjadi
maltosa kemudian oleh enzim maltase akan dapat diubah menjadi
glukosa. Selain pemecahan melalui maltosa dapat juga terjadi
pemecahan pati oleh enzim fosforilase sehingga berubah menjadi
glukosa 1 fosfat yang kemudian oleh enzim fosfoglukomutase akan
diubah menjadi glukosa 6 fosfat. Glukosa 6 fosfat akan berubah
menjadi fruktosa 6 fosfat dan dari fruktosa 6 fosfat menjadi sukrosa
fosfat. Selanjutnya oleh enzim invertase sukrosa akan diubah
menjadi glukosa dan fruktosa. Buah pisang dan apel mempunyai
kandungan pati tinggi. Buah apel pada waktu dipanen kandungan
patinya sudah rendah dan selama penyimpanan akan habis
sehingga tidak lagi memberikan rasa manis. Sedangkan buah
pisang pada saat pemanenan kandungan patinya sebanyak 20-30
%, dan dalam penyimpanan selama 4-8 hari kandungan patinya
turun menjadi 4 % sedangkan jika disimpan selama 12 hari
kandungan patinya hampir habis (Winarno dan Aman, 1981).
Perubahan pati menjadi glukosa dan fruktosa akan memberikan
rasa manis pada buah tersebut. Akan tetapi, glukosa dan fruktosa
yang terbentuk akan dirombak menjadi energi, air, dan
karbondioksida (proses respirasi). Buah semangka dan buah
anggur kandungan patinya sangat rendah dan selama penyimpanan
tidak terjadi penambahan gula sehingga buah tidak menjadi lebih
manis. Sayur-sayuran yang mempunyai kadar pati tinggi misalnya
sayuran dari buah jagung. Jagung waktu masih muda mempunyai
kadar disakarida tinggi tetapi apabila dilakukan penyimpanan maka
kadar disakaridanya akan turun dan jagung menjadi tidak manis.
Buah tomat mengandung zat pati rendah sehingga terbentuknya
sukrosa juga sangat rendah dan segera habis.
c) Perubahan lipid
Kandungan lemak pada buah dan sayur-sayuran adalah rendah
tetapi mempunyai peran penting dalam mempertahankan tekstur, bau,
warna, dan lain-lainnya. Pada buah tomat, sewaktu perkembangan
warna terjadi penurunan kadar asam linolenat dan oleat. Kandungan
fosfolipidanya tampaknya meningkat pada fase permulaan
33
pematangan, tetapi kemudian berkurang sewaktu terjadi perubahan
warna selama penyimpanan. Pada buah mangga, selama
pematangan, kandungan asam lemak tidak jenuh meningkat lebih
banyak daripada asam lemak jenuh. Lipida pada sebagian besar buah-
buahan kecuali buah apokat selama proses pematangan kadarnya
rendah dan kemungkinan besar tidak akan meningkat. Walaupun
demikian, dalam buah mangga nampak terjadi kenaikan lipida dan
asam-asam lemak. Pada buah pisang, kandungan asam lemaknya
adalah asam isobutirat, butirat, dan isovalerat, yang meningkat dengan
cepat dan disertai dengan pembentukan aroma. Pada kulit dan daging
buah pisang, terjadinya kehilangan sebagian besar lemak-lemak tidak
jenuh.
d) Perubahan protein
Pada umumnya, buah-buahan mempunyai kadar protein sangat
rendah. Misalnya buah apel mengandung protein 0,1% (dari berat
basah) dan sebanyak 80-90% protein tersebut terletak di kulit. Pada
buah apel, kenaikan kandungan protein disertai dengan kenaikan
proses respirasi. Apabila sintesis protein itu dapat dicegah, maka
kecepatan respirasinya dapat dicegah yang berarti klimakteriknya juga
dapat dicegah. Pada buah mangga, selama pematangan terjadi
kenaikan kandungan asam amino seperti alanin, triptofan isoleusin,,
valin, dan glisin, sedangkan lisin, prolin, dan treonin mengalami
katabolisme (degradasi). Pada waktu klimakterik, pada buah mangga
terjadi kenaikan asam glutamat, glutamin, leusin dan arginin. Akan
tetapi, pada awal klimakterik kandungan asam-asam amino tersebut
menurun. Menurut Vines dan Grierson (1966) dalam Pantastico
(1986), pada buah belimbing, terjadi penurunan kandungan asam
amino secara konsisten selama pematangan buah terutama alanin,
serin, dan asam glutamat. Pada buah semangka, selama pematangan
asam glutamat dan asam aspartat menurun sedangkan asam alanin
dan glisin meningkat.
e) Perubahan vitamin C
Vitamin C disebut juga asam askorbat, merupakan vitamin yang
paling sederhana, mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna
bagi manusia. Struktur kimianya terdiri dari rantai 6 atom C dan
kedudukannya tidak stabil (C6H8O6), karena mudah bereaksi dengan
34
O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat. Sifat vitamin C adalah
mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika merupakan kristal
(murni). Menurut Wills et al (1981) penyimpanan pada suhu rendah
dapat mengurangi kegiatan respirasi dan metabolisme, memperlambat
proses penuaan, mencegah kehilangan air dan mencegah kelayuan.
Namun Linder (1992) menyebutkan bahwa walaupun dalam keadaan
temperatur rendah dan kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan
hilang dalam 3-5 bulan.
f) Perubahan senyawa folatile
Rasa khas dari buah-buahan adalah karena terbentuknya
berbagai senyawa komplek berupa senyawa mudah menguap (volatil)
dan minyak walaupun senyawa-senyawa tersebut terdapat dalam
buah-buahan dalam jumlah kecil. Perkembangan citarasa menjadi
enak pada buah-buahan antara lain karena terjadinya penurunan
derajat keasaman dan peningkatan kandungan gula. Perbandingan
kandungan gula dan asam sering digunakan sebagai indikator tingkat
kematangan pada sebagian dari buah-buahan.
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sayur dan buah pada umumnya mempunyai rasa, warna, bentuk, kekerasan,
aroma, dan nilai gizi beraneka ragam. Warna pada sayur dan buah beraneka
ragam mulai dari warna hijau jingga, merah, putih, dan bahkan kuning. Rasa pada
sayur dan buah juga beragam, mulai dari rasa manis, pahit, dan hambar. Sayur
dan buah ini mengandung vitamin dan mineral serta sebagai sumber serat dalam
makanan sehari-hari.
Secara umum sayur mempunyai beraneka ragam bentuk. Mulai dari bentuk
daun, batang akar, buah, dan bunga. Contoh sayur bentuk daun antara lain
bayam, kangkung, sawi hijau, dan sawi putih. Sayur bentuk batang antara lain
lobak, buncis, terong hijau, dan terong ungu. Sayur dengan bentuk akar contohnya
wortel dan kentang. Sayur berbentuk buah antara lain tomat, leunca, labu kuning
labu siam (manisah). Sayur dengan bentuk bunga antara lain bunga kol dan
brokoli. Adapun buah juga mempunyai aneka macam bentuk. Ada buah bentuk
bulat, bentuk biji, dan bentuk lonjong. Bentuk bulat antara lain jeruk, apel, pir.
semangka, dan melon. Bentuk biji seperti anggur, leci, duku, dan langsep. Adapun
contoh bentuk lonjong adalah pepaya. Beberapa buah ada yang memiliki duri
seperti durian, ada buah yang mempunyai kulit kasar seperti pada nangka, salak,
dan buah naga.
4.2 Saran
1. Diharapkan kepada praktikan, sebelum memulai praktek agar menguasai
materi terlebih dahulu
2. Diharapkan kepada praktikan setelah praktek dapat mengetahui jenis bumbu
dan macam-macamnya
3. Disarankan agar dalam pengamatan di lakukan dengan baik dan teliti, juga
dalam melakukan pemotongan buah terutama dilakukan dengan hati-hati agar
saat mengamati struktur buah mudah dilakukan
4. Diharapkan praktikan memahami betul prosedur yang diberikan agar
praktikum berjalan dengan lancar dan dapat meminimalisir kesalahan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro Pramono, Eko. (2020). Pengukuran Tingkat Kematangan Buah Pisang Cavendish
Berdasarkan Reflektansi Cahaya Led. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian,
17(2), 88-94.
Sumatera, T., Meriksa, S., dan Donatus, D. (2020). Perubahan Fisik Dan Kimia Pisang
Barangan (Musa Acuminata L.) Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dalam Proses Edible
Coating Selama Penyimpanan. Jurnal Agroteknosains, 4(1).
Husaini, O. et al. (2017) ‘Karakterisasi Bahan Anti Browning dari Ekstrak Air Buah Jambu
Batu (Psidium guajava Linn) pada Buah Apel Malang (Malus sylvestris (L.) Mill)’,
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan, 17(2), pp. 85–92. doi: 10.25181/jppt.v17i2.285.
Wijana, S., Mulyadi, Arie, F. and Septivirta, Theresia, D. (2014) ‘Pembuatan Permen Jelly
dari Buah Nanas (Ananas comosus) Subgrade (Kajian Konsentrasi Karagenan dan
Gelatin)’, Teknologi Industri Pertanian, 1(1), pp. 1–15.
Afrianti, L.H., Taufik, Y., Gustianova, H. 2014. Karakteristik Fisiko-Kimia dan Sensorik Jus
Ekstrak Buah Salak (Salacca edulis Reinw) Varietas Bongkok. Chimica et Natura
Acta, Vol.2, No.2. Hal. 126-130.
Parastiwi, A., Rahmad, C., et al. 2015. Bubuk Ekstrak Sari Buah dan Sayur: Teknologi
Produksi Menggunakan Metode Spray Drying. Prosiding SENTIA, Vol.7, No. 1. Hal.
25-28
Asaleo, Liviana (2018) Perbedaan kadar gula darah setelah mengonsumsi buah dan jus
buah pir. Undergraduate thesis, Widya Mandala Catholic University Surabaya.
URI: http://repository.wima.ac.id/id/eprint/17344
Hermina, H., & Prihatini, S. (2016). Gambaran konsumsi sayur dan buah penduduk
Indonesia dalam konteks gizi seimbang: analisis lanjut survei konsumsi makanan
individu (SKMI) 2014. Indonesian Bulletin of Health Research, 44(3), 205-218.
37
Azadirachta, F. L., & Sumarmi, S. (2017). Pendidikan Gizi Menggunakan Media Buku Saku
Meningkatkan Pengetahuan Dan Praktik Konsumsi Sayur Dan Buah Pada Siswa
Sekolah Dasar. Media Gizi Indonesia, 12(2), 107-115.
Hamidah, S. (2015). Sayuran dan buah serta manfaatnya bagi kesehatan. Artikel Ilmiah.
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
Safaryani, N., Haryanti, S., & Hastuti, E. D. (2007). Pengaruh suhu dan lama penyimpanan
terhadap penurunan kadar vitamin C Brokoli (Brassica oleracea L). ANATOMI
FISIOLOGI, 15(2), 39-45.
Zainal, P. W., Purwanto, A. Y., & Ahmad, U. (2017). Identifikasi gejala chilling injury
berdasarkan perubahan pH dan ion leakage pada buah mangga gedong
gincu. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas, 21(1), 16-21.
Broto, W. (2008). Teknologi Pascapanen dan Teknik Pengolahan BUAH PISANG. Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.
38
LAMPIRAN
Gambarr 1. Apel dipotong pisau besi Gambar 2. Browning oleh pisau besi
Gambarr 3. Apel dipotong pisau stainless steel Gambar 4. Browning oleh pisau stainless
steel
39