Anda di halaman 1dari 16

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Kamis, 27 Februari 2020

Analisis Organoleptik PJ Dosen : Mrr. Lukie Trianawati, S.T.P., M.Si.


Tim Penyaji : Kelompok 5 Asisten Dosen : Irfan Muhammad Nur, A.Md.

UJI PEMBEDAAN
Kelompok 7 / BP1

Ajeng Sarah R.K J3E219130


Salsabila Syifa G J3E219171
Yumna Ghina Alfiah J3E119124

SUPERVISOR JAMINAN MUTU PANGAN


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses
pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu
kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya
rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan
dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan
(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan dapat
berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak menyukai akan
benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap rangsangan
adalah reaksi psikologis atau reaksi subjektif. Pengukuran terhadap nilai / tingkat
kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subjektif atau penilaian subjektif.
Disebut penilaian subjektif karena hasil penilaian atau pengukuran sangat
ditentukan oleh pelaku atau yang melakukan pengukuran (Wasil, 2016).

Panelis adalah orang yang bertindak sebagai instrumen uji dalam pengujian
organoleptik, untuk mengukur parameter mutu benda rangsangan. Setiap panelis
yang terlibat dalam pengujian organoleptik, disyaratkan berminat terhadap
pekerjaan organoleptik, bersedia meluangkan waktu, dan mempunyai kepekaan
yang diperlukan (Wasil, 2016).

Pengujian organoleptik mempunyai macam-macam cara. Cara-cara pengujian


itu dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Cara pengujian yang paling
populer adalah kelompok pengujian pembedaan (defference tests). Pengujian
pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan sifat sensorik atau
organoleptik antara dua contoh. Meskipun dalam pengujian dapat saja sejumlah
contoh disajikan bersama tetapi untuk melaksanakan pembedaan selalu ada dua
contoh yang dapat dipertentangkan (Wasil, 2016).

Keandalan (reliability) dan uji pembedaan tergantung dari pengenalan sifat


mutu yang diinginkan, tingkat latihan, dan kepekaan masing-masing anggota
panelis. Jumlah anggota panelis mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian.
Meskipun dernikian uji pembedaan yang dilakukan secara saksama dengan
menggunakan panelis yang terlatih akan memberikan hasil pembedaan yang
jauhlebih baik daripada yang dilakukan tanpa menggunakan panelis terlatih
meskipun dengan anggota panelis yang besar jumlahnya. Uji pembedaan biasanya
menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30 orang yang terlatih (Guntari,
2018).

Salah satu uji pembeda yaitu dengan melakukan uji pasangan dan uji duo trio.
uji pasangan merupakan pengujian pembedaan yang digunakan untuk menetapkan
apakah ada perbedaan sifat sensorik atau organoleptik antara dua sampel. Uji
pasangan Uji ini juga dipergunakan untuk menilai pengaruh beberapa macam
perlakuan modifikasi proses atau bahan dalam pengolahan pangan suatu industri,
atau untuk mengetahui adanya perbedaan atau persamaan antara dua produk dari
komoditi yang sama. Uji duo trio termasuk di dalam salah satu uji pembedaan yang
digunakan untuk mendeteksi perbedaan yang kecil dengan menggunakan sampel
pembanding. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan sifat
sensorik atau organoleptik antara beberapa contoh produk (Guntari, 2018).

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah memperkenalkan mahasiswa sekaligus berlatih
bagaimana penyelenggaraan pengujian pasangan, pengujian duo trio, dan
pengujian segitiga serta berlatih menganalisis respon ujinya.

BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah 1 bungkus kacang Sukro, 1
bungkus kacang Garuda, nampan atau tatakan, piring plastik, 2 lusin gelas sloki, 2
liter air mineral, 50 gram sirup Marjan dan 25 gram ABC.
2.1 Prosedur Kerja
2.1.1 Persiapan Contoh Uji
2.1.1.1 Uji Pasangan
Tiga contoh uji terdiri atas 2 piring yang berisi 2 jenis
kacang yaitu kacang sukro untuk uji rasa dan kacang garuda
untuk uji kerenyahan
Rasa Kerenyahan

Berkode Berkode
2.1.1.2 Uji Duo Trio
Tiga contoh uji terdiri atas 1 piring kacang sukro untuk
uji rasa, 1 piring kacang sukro untuk uji kerenyahan dan
terdapat piring pembeda serta terdapat 1 piring kacang
garuda untuk uji rasa, 1 piringkacang garuda untuk uji
kerenyahan dan piring pembeda.
Rasa Kerenyahan

P Berkode P Berkode

2.1.1.3 Uji Segitiga


Tiga contoh uji terdiri atas 3 gelas sloki, 1 gelas sloki untuk
larutan sirup Marjan 50 gram, 1 gelas larutan untuk sirup ABC
25 gram, dan gelas sloki pembanding. Setiap gelas sloki diberi
kode berbeda, dan ketiga gelas sloki disajikan bersama secara
acak.

Pembanding berkode berkode

2.1.1.4 Tata Cara Pengkodean


Pengkodean dilakukan pada setiap contoh uji. Kode
terdiri dari atas tiga angka yaitu kombinasi dari angka 0
sampai 9, misalnya 505, 651, 212, 371, 238, 117, 752, 269.
Format Uji

2.1.1.4.1 Format Uji Pasangan

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Metode Uji : Uji Pasangan
Jenis Contoh Uji : Kacang Atom
Instruksi : Cicipi kedua contoh uji, lalu bandingkan, dan
beritanda 1 bila berbeda, dan 0 bila sama, pada kolom
respon

Kode Contoh Rasa Kacang Atom


505
651

Kode Contoh KerenyahanKacang Atom


212
371

2.2.4.2 Format Uji Duo-Trio

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Metode Uji : Uji Duo-Trio
Jenis Contoh Uji : Kacang Atom
: :: Cicipi contoh pembanding dahulu, kemudian
Instruksi cicipi kedua contoh uji, kemudian beri tanda 1 bila
contoh uji berbeda dengan pembanding, dan tanda
0 bila sama, pada kolom respon.

Kode Contoh Rasa Kacang Atom


752
238

Kode Contoh Kerenyahan Kacang Atom


269
117

2.2.4.3 Format Uji Segitiga

Nama Panelis :
Tanggal Pengujian :
Metode Uji : Uji Segitiga
Jenis Contoh Uji : Kacang Atom

:
Instruksi : Cicipi ketiga contoh uji, lalu nyatakan sala satu
contoh yang berbeda di antara ketiga contoh
uji, dan beri tanda 1 pada kolom respon sesuai.

Kode Contoh Rasa Minuman Sirup


351
125
995

Kode Contoh Rasa Minuman Sirup


675
442
853

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

Tabel 1 Uji Pasangan, Uji Duo Trio, dan Uji Segitiga

Uji Pasangan Uji Duo Trio Uji Segitiga

Kacang Atom Kacang Atom Sirup


Nama
Rasa Renyah Rasa Renyah Rasa Manis

505 dan 212 dan


601 371 752 238 269 117 125 442

Adela Salma 1 0 1 0 1 0 0 0

Ajeng Sarah Ratna 0 1 1 0 0 1 0 1

Alain Hafiid 1 0 1 0 0 1 0 0

Aliva Desya 1 0 1 0 1 0 0 0

Arvin Rakha 1 1 1 0 1 0 0 0
Atira Hazida 1 0 1 0 1 0 1 0

Carissa Faradita 1 0 1 0 1 1 1 0

Cindi Fadiya
Pangestu 1 0 1 0 1 0 0 0

Durrotun Nafiisah 1 0 1 0 0 1 0 1

Fadhil Haekal 1 1 0 1 1 0 0 1

Fadillah Azzahra 1 0 0 1 1 0 0 0

Febmiyana Ermisam
Putri 1 0 0 0

Lusy Enjelika
Pulungan 0 0 1 0 0 1 0 0

Nadia Laily 1 0 0 1 0 1 0 1

Nur Hamidah 0 0 0 1 1 0 0 0

Putri Dwi Pratiwi 1 0 0 0

Rahma Febrilian
Rahardhini 1 0 1 0 1 0 0 0

Resky Annisa
Nabilla 0 0 1 0 1 0 0 1

Rifqi Fairuz
Muttaqin 1 1 0 1 1 0 0 0

Salma Khairunnisa 1 0 1 1 1 0 0 0

Salsabila Syifa
Gusrani 1 0 1 0 0 1 0 0
Shalsabila Az-Zahra 0 0 1 1 0 1 0 0

Syifa Salsabila 1 0 0 1 1 0 0 0

Yulia Herawati 0 0 0 1 1 0 0 0

Yumna Ghina Alfiah 1 0 0 1 1 0 0 1

Tabel 1 Jumlah Beda Nyata Uji Pasangan

Jumlah terkecil untuk beda nyata

Jumlah Panelis tingkat

5% 1% 0.1%

25 18 20 21

Tabel 2. Jumlah Beda Nyata Uji Duo Trio

Jumlah terkecil untuk beda nyata

Jumlah Panelis tingkat

5% 1% 0.1%

20 15 17 18

Tabel 3. Jumlah Beda Nyata Uji Segitiga

Jumlah terkecil untuk beda nyata

Jumlah Panelis tingkat

5% 1% 0.1%

25 13 15 17
3.2. Pembahasan

Pada praktikum ke-5 mengenai Uji Pembedaan tanggal 27 Februari 2020,


penyaji diminta untuk melakukan uji pasangan, uji duo trio, dan uji segitiga.
Adapun praktikum ini dilakukan dengan membandingkan kedua contoh uji, apakah
memiliki perbedaan atau tidak disebut dengan uji pasangan. Membandingkan
kedua contoh uji dengan contoh pembanding, lalu diminta untuk menentukan
contoh uji yang berbeda dari contoh pembanding disebut uji duo trio serta
mengidentifikasikan 3 gelas sloki dengan kode berbeda yang memiliki satu
perbedaan.

Pengujian pembedaan digunakan untuk menetapkan apakah ada perbedaan


sifat sensorik atau organoleptik antara dua contoh. Meskipun dalam pengujian
dapat saja sejumlah contoh disajikan bersama, tetapi untuk melaksanakan
pembedaan selalu ada dua contoh yang dapat dipertentangkan. Uji pembedaan
digunakan untuk menilai pengaruh macam-macam perlakuan modifikasi proses
atau bahan dalam pengolahan pangan bagi industri atau untuk mengetahui adanya
perbedaan atau persamaan antara dua produk dan komoditas yang sama .

Uji pembedaan biasanya menggunakan anggota panelis yang berjumlah 15-30


orang yang terlatih. Dengan panelis demikian biaya penyelenggaraan Iebih kecil
dan hasil pengujiannya cukup peka. Segi kerugiannya ialah bahwa hasil
pengujiannya tidak dapat memberi petunjuk apakah ketidak sukaannya itu
dikehendaki atau tidak. Uji pembedaan terdiri dari uji pasangan (Pair Test, Duo
Test, Comparison Test), uji duo trio (Duo Trio Test), dan uji segitiga (Triangle
Test) (Guntari, 2018).

3.2.1 Uji Pasangan (Pair Test, Duo Test, Comparison Test)

Uji pembedaan pasangan yang juga disebut dengan paired comperation,


paired test atau comparation merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk
menilai ada tidaknya perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang
diuji adalah jenis produk baru kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu
yang sudah diterima oleh masyarakat. Dalam penggunaannya uji pembedaan
pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuan atau hanya membandingkan
dua contoh produk yang diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan tersebut harus
jelas dan mudah untuk dipahami oleh panelis (Semarang, 2013).

Pada praktikum uji pasangan, dilakukan uji rasa dan kerenyahan. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan kacang atom sebagai mediannya. Panelis diminta
untuk menilai adakah perbedaan pada kacang atom berdasarkan rasa dan
kerenyahan. Pada uji rasa, panelis disediakan dua buah kacang atom dengan kode
505 dan 601, kemudian panelis membandingkan rasanya dengan cara
memakannya. Pada uji kerenyahan, panelis disediakan dua buah kacang atom
dengan kode 212 dan 371, kemudian panelis membandingkan kerenyahannya
dengan cara memakannya. Cara memberikan penilaian dengan tanda 1 jika
berbeda dan tanda 0 jika tidak ada perbedaan atau sama.

Berdasarkan hasil pengujian uji pasangan yang dilakukan terhadap 25 panelis.


Pada uji rasa, panelis yang menyatakan berbeda sebanyak 19 dan 6 panelis
menyatakan tidak adanya perbedaaan. Pada uji kerenyahan, sebanyak 25 panelis
menyatakan berbeda sebanyak 4 dan 21 panelis menyatakan tidak adanya
perbedaaan.

Pada tabel 2, menunjukkan bahwa dari 25 panelis untuk menyatakan adanya


perbedaan dari kedua contoh uji dibutuhkan minimal sebanyak 18 panelis
merespon tepat untuk tingkat 5%, 20 panelis merespon tepat untuk tingkat 1%, dan
21 panelis merespon tepat untuk tingkat 0.1%. Ditinjau dari pengujian rasa dan
renyah, jika jumlah respon kurang dari 18 panelis maka kesimpulannya tidak ada
perbedaan yang dapat dideteksi dari kedua sampel. Sedangkan dari 25 panelis
untuk menyatakan adanya perbedaan dari kedua contoh uji dibutuhkan minimal
sebanyak 18 panelis merespon tepat untuk tingkat 5%, 20 panelis merespon tepat
untuk tingkat 1%, dan 21 panelis merespon tepat untuk tingkat 0.1%.

Berdasarkan tabel 2, penilaian panelis terhadap uji pasangan pada uji rasa
dinyatakan berbeda pada tingkat kepercayaan 95% karena respon berbeda
mencapai lebih dari 18 panelis, yaitu dengan 19 panelis. Sedangkan, pada uji
kerenyahan dinyatakan sama karena respon berbeda kurang dari minimal jumlah
panelis menjawab beda yaitu 18 panelis, hanya 4 panelis menjawab berbeda.
3.2.2 Uji Duo Trio (Duo Trio Test)

Seperti halnya uji segitiga, uji duo trio dapat digunakan untuk mendeteksi
adanya perbedaan yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena
adanya contoh baku atau pembanding dalam pengujian. Biasanya uji duo trio
digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu produk ataupun menilai
keseragaman mutu bahan (Semarang, 2013).

Pada praktikum uji duo trio kacang atom, disediakan 2 contoh uji berkode beda
dan 1 pembanding untuk masing-masing uji duo trio rasa dan kerenyahan. Setelah
itu kami diminta untuk mengenal contoh pembanding terlebih dahulu lalu memilih
salah satu dari kedua contoh uji yang memiliki perbedaan dengan contoh
pembanding dengan memberi tanda 1 dan tanda 0 jika tidak ada perbedaan atau
sama.

Pada tabel 3, menunjukkan bahwa dari 20 panelis (3 panelis dinyatakan gugur


dan 2 tidak ikut) untuk menyatakan adanya perbedaan dari kedua contoh uji dengan
1 contoh pembanding dibutuhkan minimal sebanyak 15 panelis merespon tepat
untuk tingkat 5%, 17 panelis merespon tepat untuk tingkat 1%, dan 18 panelis
merespon tepat untuk tingkat 0.1%. Jika jumlah respon kurang dari 15 panelis maka
kesimpulannya tidak ada perbedaan yang dapat dideteksi dari kedua sampel.

Dari hasil rekapitulasi data uji duo trio rasa terhadap 20 panelis diperoleh
sebanyak 13 panelis yang menyatakan beda untuk uji duo trio rasa, maka dapat
dikatakan dua contoh sampel kacang atom memiliki karakteristik sama karena
respon berbeda tidak mencapai minimum yaitu 15 panelis. Pada uji duo trio
kerenyahan terhadap 20 panelis diperoleh sebanyak 14 panelis yang menyatakan
beda, maka dapat dikatakan dua contoh sampel kacang atom memiliki karakteristik
kerenyahan yang sama karena respon berbeda tidak mencapai minimum yaitu 15
panelis pada tingkat kepercayaan sebesar 95%, 99%, maupun 99,9%.

3.2.3 Uji Segitiga (Triangle Test)


Uji segitiga (triangle) merupakan salah satu bentuk pengujian pembedaan pada
uji organoleptik, dimana dalam pengujian ini sejumlah contoh disajikan hanya jika
dalam pengujian duo trio menggunakan pembanding sedangkan dalam uji triangle
tanpa menggunakan pembanding. Uji triangle digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan antar sampel (makanan) yang disajikan, baik dari warna, rasa,
maupun bau. Dalam pengujian triangle, panelis diminta untuk memilih salah satu
sampel yang berbeda dari tiga sampel yang disajikan, sehingga dapat diketahui
perbedaan sifat di antara ketiga sampel itu (Semarang, 2013).

Pada praktikum uji segitiga (triangle test) larutan sirup, disediakan 9 gelas
sloki dengan kode berbeda untuk masing-masing uji segitiga rasa, tingkat
kemanisan, dan warna. Setelah itu kami diminta untuk mengidentifikasi 1 gelas
sloki yang memiliki perbedaan atau paling beda diantara ketiga gelas sloki yang
disediakan dengan cara memberikan tanda 1 pada form penilaian.

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 25 panelis untuk menyatakan adanya


perbedaan dari ketiga contoh uji dibutuhkan minimal sebanyak 13 panelis
merespon tepat untuk tingkat 5%, 15 panelis merespon tepat untuk tingkat 1%, dan
17 panelis merespon tepat untuk tingkat 0.1%. Jika jumlah respon tepat kurang dari
14 panelis maka kesimpulannya tidak ada perbedaan yang dapat dideteksi dari
ketiga sampel.

Dari hasil rekapitulasi data uji segitiga terhadap 25 panelis diperoleh sebanyak
2 panelis yang menyatakan benar untuk uji segitiga rasa, maka dapat dikatakan dua
contoh sampel larutan sirup memiliki karakteristik rasa yang sama karena respon
berbeda tidak mencapai minimum yaitu 13 panelis pada tingkat kepercayaan
sebesar 95%, 99%, maupun 99,9%. Pada uji segitiga tingkat kemanisan diperoleh
sebanyak 6 panelis yang menyatakan benar, maka dapat dikatakan dua contoh
sampel larutan sirup memiliki karakteristik tingkat kemanisan yang sama karena
respon berbeda tidak mencapai minimum yaitu 13 panelis pada tingkat kepercayaan
sebesar 95%, 99%, maupun 99,9%. Maka dapat disimpulkan dua contoh sampel
larutan sirup (sirup marjan dan sirup ABC) tersebut memiliki karakteristik mutu
yang sama ditijau dari para panelis yang mencicipinya.
Dalam melakukan penilaian, Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan dalam suatu pengujian, antara lain : motivasi, sensitivitas fisiologis,
kesalahan psikologis, posisi bias, sugesti, Expectation error, dan Convergen error.
Untuk memperoleh hasil pengujian yang berguna sangat tergantung pada
terpeliharanya tingkat motivasi secara memuaskan, tetapi motivasi yang buuk
ditandai dengan pengujian terburu-buru, melakukan pengujian semaunya,
partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh hati. Satu faktor penting yang dapat
membantu tumbuhnya motivasi yang baik ialah dengan mengusahakan agar panelis
merasa bertanggung jawab dan berkepentingan pada pengujian yang sedang
dilakukan (Faridah, 2009).

Kedua, sensitivitas fisiologis, faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi


indera terutama perasa dan pembauan. Ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan agar fungsi normal indera perasa dan pembauan tidak tercampuri antara
lain jangan melakukan pengujian dalam periode waktu 1 jam setelah makan, jangan
mempergunakan panelis yang sedang sakit terutama yang mengganggu fungsi
indera, pada pengujian rasa disarankan kepada panelis untuk berkumur dengan air
tawar sebelum melakukan pengujian (Faridah, 2009).

Ketiga, kesalahan psikologis. Pada pengujian yang terutama dilakukan oleh


panelis yang kurang paham dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering
terjadi kesalahan dalam cara penilaian. Adanya informasi yang diterima oleh
seorang panelis sebelum pengujian akan berpengaruh pada hasilnya (Faridah,
2009).

Keempat, posisi bias. Dalam beberpa uji terutama uji segitiga. Gejala ini terjadi
akibat kecilnya perbedaan antar sampel sehingga panelis cenderung memilih
sampel yang ditengah sebagai sampel paling berbeda (Faridah, 2009).

Kelima, sugesti. Respon dari seoarang panelis akan mempengaruhi panelis


lainnya. Oleh karena itu pengujian dilakukan secara individu. Keenam, Efek
kontras. Pemberian sample yang berkualitas lebih baik sebelum sample lainnya
mengakibatkan panelis terhadap sample yang berikutnya, sebab lebih rendah.
panelis cenderung memberi mutu rata-rata (Faridah, 2009).
Ketujuh, Expectation error. Terjadi karena panelis telah menerima informasi
tentang pengujian. oleh karena itu sebaiknya panel diberikan informasi yang
mendetail tentang pengujian dan sample diberi kode 3 digit agar tidak dapat
dikenali oleh panelis (Faridah, 2009).

Kedelapan, Convergen error. Panelis cenderung memberikan penilaian lebih


baik atau lebih buruk apabila didahului pemberian sample yang lebih baik atau
lebih buruk. Kesembilan, Logical error. Mirip dengan stimulus error, dimana
panelis memberikan penilaiannya berdasarkan karakteristik tertentu menurut
logikanyaa. Karakteristik tersebut akan berhubungan dengan karakteristik lainnya.
(Faridah, 2009)

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Uji pasangan dilakukan dengan tujuan mengetahui adanya perbedaan


karakteristik antara dua produk atau sampel yang sejenis. Uji duo trio dilakukan
untuk mengetahui adanya perbedaan di dalam suatu kriteria mutu tertentu antara
produk uji dan pembanding. Uji segitiga dilakukan untuk mendeteksi adanya
perbedaan kecil diantara tiga contoh yang disajikan tanpa adanya pembanding dan
menentukan produk yang berbeda diantara ketiga sampel yang disajikan

Dari hasil pengujian yang dilakukan, uji pasangan pada uji rasa memiliki
perbedaan pada tingkat kepercayaan 95% dan kerenyahan dinyatakan sama. Uji
duo trio pada uji rasa dan kerenyahan dinyatakan sama. Uji segtiga pada uji rasa
dan kerenyahan dinyatakan sama. Dinyatakan sama karena tidak menyentuh
tingkat kepercayaan 95%, 99%, maupun 99,9%.

4.2 Saran

Dalam melakukan penilaian, panelis harus lebih mendengarkan dan


memperhatikan penjelasan dari penyaji dengan baik agar tidak bingung dan salah
dalam melakukan penilaian. Sebelum mengisi form penilaian, panelis hendaknya
memperhatikan dan membaca instruksi yang telah dibuat serta lebih teliti dalam
mengisi agar tidak terjadi kesalahan penilaian. Penyaji hendaknya memerhatikan
dan mengawasi panelis dalam memberikan penilaian untuk menghindari kesalahan
data. Selain itu, tempat melakukan uji diharapkan dalam kondisi tenang sehingga
dapat meningkatkan kosentrasi panelis dan diberikan sekat sehingga tidak adanya
sugesti atau hasutan dari panelis lain yang dapat mengubah pemikiran seseorang.
Panelis yang sudah melakukan pengujian diharapkan tidak membocorkan rahasia
kepada panelis yng belum melakukan pengujian.

DAFTAR PUSTAKA

Faridah, A. (2009). Pentingnya Uji Sensori dalam Pengolahan Pangan. Jurnal


Pendidikan Keluarga, 37-38.

Guntari, L. (2018). PENGUJIAN AMBANG DETEKSI DAN PERBANDINGAN


METODE UJI SEGITIGA DENGAN UJI TETRAD PADA PRODUK
PEMANIS MENGGUNAKAN PANEL KONSUMEN . Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

Semarang, U. M. (2013). [pengujian organoleptik]. Semarang: Universitas


Muhammadiyah Semarang.

Wasil, M. (2016, June 13). Uji Pengenalan Sifat Organoleptik. Retrieved from
LAPORANPRAKTIKUM.COM:
http://www.laporanpraktikum.com/2016/06/uji-pengenalan-sifat-organolep
tik.html

Anda mungkin juga menyukai