Dosen Pengampu:
Dr. Afreni Hamidah, S. Pt., M.Si
Dr. Evita Anggrereini, M.Si
Disusun oleh:
Kelompok VIII
Pisca Hana Marsenda (A1C412001)
Umi Rahmah (A1C412002)
Andreo Satria (A1C412042)
Hasanawati (A1C412047)
1.2 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, diperoleh tujuan adanya
makalah ini antara lain:
1. Untuk menyebutkan faktor yang mempengaruhi jenis kelamin.
2. Untuk menyebutkan tipe jenis kelamin pada makhluk hidup.
3. Untuk menjelaskan kelainan yang ditimbulkan oleh faktor genetic.
BAB II
PEMBAHASAN
Hipotesa Lyon
Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan
hipotesis bahwa kromatin kelamin merupakan kromosom X yang
mengalami kondensasi atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik
menjadi inaktif (tidak aktif). Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya
atas ekspresi gen rangkai X yang mengatur warna bulu pada mencit.
Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe mozaik yang jelas
berbeda dengan ekspresi gen semidominan (warna antara yang seragam).
Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu kromosom X yang aktif di
antara kedua kromosom X pada individu betina. Kromosom X yang aktif
pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel yang
lain mungkin justru membawa gen resesif.
Berdasarkan hipotesa Lyon banyaknya kromatin kelamin yang
dijumpai pada suatu individu adalah sama dengan banyaknya kromosom-
X yang dimiliki oleh individu tersebut dikurangi dengan satu. Perempuan
normal memiliki kromosom XX maka ia memiliki 1 kromatin
kelamin. Sedangkan pada pria kromosomnya adalah XY sehingga tidak
memiliki kromosom kelamin. Selain itu kromosom kelamin juga
digunakan untuk diagnose terhadap berbagai kelainan kromosom pada
manusia.
Penentuan jenis kelamin pada tipe ini terdapat pada burung (termasuk
unggas), kupu-kupu. Sebagai contoh, penentuan jenis kelamin pada unggas,
misalnya Ayam. Ayam jantan memiliki kromosom kelamin ZZ, sedangkan
ayam betina ZW. Pada saat terjadi pembuahan, pertemuan sperma Z dan sel
telur W membentuk individu ZW (ayam betina) sedangkan pertemuan sperma
Z dan sel telur Z membentuk individu ZZ (ayam jantan).
2.5 Penentuan Jenis Kelamin Tipe Haploid (n) dan Diploid (n)
Pada serangga yang termasuk ordo Hymenoptera seperti lebah madu,
semut, lebah, penentuan jenis kelaminnya sama sekali tidak ada hubungannya
dengan kromosom kelamin. Lebah madu jantan misalnya, terjadi karena
pertenogenase, yaitu terbentuknya makhluk dari 8 sel telur tanpa didahului oleh
pembuahan. Dengaan demikian maka lebah madu jantan bersifat haplod, yang
memiliki 16 buah kromosom. Sel telur yang dibuahi oleh spermatozoon akan
menghasilkan lebah madu betina yang berupa lebah ratu dan pekerja, masing-masing
bersifat diploid (2n) dan memiliki 32 kromosom. Karena perbedaan tempat dan
makanan, lebah ratu subur (fertil), sedangkan lebah pekerja madu mandul (steril).
Jadi jenis kelamin dari serangga-serangga tersebut tidak ditentukan oleh
kromosom kelamin seperti yang lazim berlaku pada makhluk lainnya, akakn tetapi
tergantung dari sifat plodi dari serangga itu. Jika serangga bitu haploid, ia adalah
jantan sedangkan serangga itu diploid ia adalah betina.
A. Drosophila sp.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa lalat Drosophila berjenis kelamin jantan
bila I.K.=0,50; berjenis kelamin betina bila I.K.=1,00; interseks bila I.K antara
0,50 dan 1,00; betina super bila I.K. > 1,00; jantan super bila I.K. < 0,50.
Banyak variasi tentang warna mata pada lalat ini dan warna mata itu
berderajat, mulai dari merah tua dan merah terang sampai pada warna putih.
Berbagai macam warna itu merupakan mutan yang ditentukan oleh suatu seri
alel ganda. Alel yang dominan adalah w+ , sedang yang resesif adalah w.
Tabel Warna Mata pada Drosophila (disusun mulai dari yang paling
dominan ke yang paling resesif).
B. Manusia
1. Sindrom turner
Sindrom Turner atau Ullrich-sindrom Turner (juga dikenal sebagai
"disgenesis gonad") meliputi beberapa kondisi, yang monosomi X (tidak
adanya kromosom seks seluruh) adalah yang paling umum. Ini adalah
kelainan kromosom di mana semua atau bagian dari salah satu kromosom
seks tidak ada (manusia tidak terpengaruh memiliki 46 kromosom, dimana 2
adalah kromosom seks). Khas perempuan memiliki 2 kromosom X, tapi
dalam sindrom Turner.
Ada kelainan fisik karakteristik, seperti perawakan pendek,
pembengkakan, dada lebar, garis rambut rendah, rendah-set telinga, dan leher
berselaput. Anak perempuan dengan sindrom Turner biasanya mengalami
disfungsi gonad (ovarium tidak bekerja), yang mengakibatkan amenore (tidak
adanya siklus menstruasi) dan kemandulan. Masalah kesehatan Concurrent
juga sering hadir, termasuk penyakit jantung bawaan, hipotiroidisme (sekresi
hormon tiroid berkurang), diabetes, masalah penglihatan, masalah
pendengaran, dan banyak penyakit autoimun lainnya.
2. Sindrom Klinefelter
Sindrom Klinefelter adalah kelainan yang hanya terjadi pada laki-
laki. Laki-laki normal memiliki kromosom X dan kromosom Y (XY).
Tetapi laki-laki yang memiliki sindrom Klinefelter memiliki kromosom X
tambahan sehingga jumlah kromosom seks nya menjadi XXY, dan
formula kromosom mereka menjadi 47,XXY, bukan 46, XY , Orang-orang
dengan kelainan ini secara fenotip sebagai laki-laki dengan karakteristik
lebih feminin, hal ini semakin menjadi jelas saat mereka memasuki fase
pubertas. Tinggi badan mereka diatas tinggi rata-rata, tidak menunjukkan
adanya perkembangan kelamin sekunder, seperti tidak tumbuh rambut
pada wajah (kumis, jenggot, dan cambang), tidak tumbuh rambut pada
ketiak, dada dan pubis. Kelebihan kromosom X berdampak langsung pada
ketidakmampuan testis membentuk sperma dan hormon kelamin laki-laki
seperti testosteron.
3. Wanita super
Sindrom Triple-X adalah satu jenis variasi kromosom disebabkan
oleh perwujudan 3 kromosom X (trisomi) dalam gamet. Penderita
mempunyai fenotip perempuan. Sindrom Triple-X terjadi terjadi akibat
abnormalitas pembelahan kromosom menjadi gamet semasa meiosis.
Perempuan dengan keadaan ini (lebih kurang 0.1% populasi perempuan)
dan tidak memiliki risiko terhadap masalah kesehatan lainnya. Kariotip
penderita sindrom Triple-X mempunyai 47 kromosom. Sindroma tripel X
ini dalam beberapa hal dapat dibandingkan dengan lalat Drosophila betina
super (XXX). Tetapi pada Drosophila, lalat demikian itu biasanya sangat
abnormal dan steril atau bahkan letal. Sedangkan orang perempuan XXX
kadang-kadang sukar dibedakan dengan orang perempuan normal,
meskipun ada tanda-tanda kelainan seperti mental abnormal, menstruasi
sangat tidak teratur. ciri-ciri umum penderita syndrome triple X yaitu Fisik
Lebih tinggi dari orang normal (kira-kira 172cm), Kepala kecil,
mongolisme,Terdapat lipatan kulit pada epicanthal.
4. Pria XYY
Pada sindroma XYY seorang bayi laki-laki terlahir dengan
kelebihan kromosom Y, Pria biasanya hanya memiliki 1 kromosom X dan
1 kromosom Y.digambarkan sebagai 46,XY pria dengan sindroma XXY
memiliki 2 kromosom Y dan digambarkan sebagai47 XYY. Berikut
Contoh gambar pria dengan kromoso9m XYY
Campbell, N.A dan J.B. Reece. 2008. Biologi Edisi kedelapan Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga