Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mekanisme penentuan jenis kelamin sangat bervariasi sehingga tidak dapat


diterapkan secara umum untuk semua spesies. Pada organisme yang melakukan
perkembangbiakan secara seksual, ada beberapa faktor yang berperan dalam
penentuan jenis kelamin tersebut. Yang pertama adalah adanya kromosom seks,
yang mempunyai fungsi berbeda pada setiap spesies dan kedua adalah interaksi
antara gen dengan faktor lingkungan. Kedua faktor ini menentukan fenotip jenis
kelamin, yaitu : morfologi, fisiologi dan perilaku.

Mutasi gen mungkin dapat menyebabkan individu berkembang menjadi


jenis kelamin yang berlawanan dengan jenis yang ditunjukkan oleh kromosom
kelamin. Gangguan selama proses perkembangan mungkin menyebabkan
organisme memperlihatkan fenotip dua jenis kelamin.

Pada beberapa spesies, jenis kelamin ditentukan oleh respon genetik


terhadap faktor lingkungan. Perubahan faktor lingkungan menyebabkan individu
itu akan berubah jenis kelaminnya. Yang dimaksud dengan faktor lingkungan
disini adalah faktor lingkungan internal dan eksternal.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa rumusan masalah yang


telah didapatkan , yaitu:

1. Bagaimana Mengenai Determinasi Seks (Penentuan Jenis Kelamin) ?


2. Apa saja tipe-tipe dari penentuan jenis kelamin itu ?
3. Bagaimana mengenai seks kromatin (kromatin kelamin) ?
4. Bagaimana mengenai hipotesa lyon ?
5. Bagaimana hubungan seks kromatin dengan ratio ?

1
6. Apa saja kelainan pada kromosom kelamin dan kelainan pada autosom?

C. TUJUAN

Makalah yang kami susun ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari mata Kuliah
Genetika Dasar yang dibimbing oleh ibu Azima, M.Pd dan menginformasikan hal-
hal yang berkaitan dengan penentuan jenis kelamin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. MENGENAI DETERMINASI SEKS (PENENTUAN JENIS KELAMIN)

Determinasi seks adalah penentuan jenis kelamin suatu organisme yang


ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). Penyelidikan pertama tentang adanya
hubungan antara kromosom dengan perbedaan jenis kelamin telah dilakukan oleh
seorang Biologiwan berkebangsaan Jerman bernama H.Henking dalam tahun
1981. Ia dapat menemukan adanya struktur tertentu dalam nukleus beberapa
serangga itu memiliki struktur tersebut, sedangkan yang lainnya tidak. Henking
tidak mengatakan tentang pentingnya struktur tersebut, melainkan hanya
menamakannya “badan X”. Ia membedakan spermatozoa atas yang memiliki dan
yang tidak memiliki badan X.

Dalam tahun 1902 C.E.Meclung membenarkan penemuan Henking dan


melanjutkan penyelidikannya tentang kromosom pada berbagai jenis belalang
betina. Berhubung dengan itu ia menegaskan bahwa badan X ada hubungan
dengan penentuan jenis kelamin.

Banyak tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan hewan-hewan tertentu


bersifat hermafrodit, artinya makhluk-makhluk itu dapat menghasilkan gamet-
gamet jantan maupun betina. Dalam keadaan demikian, makhluk-makhluk itu
memiliki keterangan genetiak yang diperlukan untuk terciptanya dua jalur
differensiasi seks. Jika seks jantan dan betina terdapat pada dua makhluk yang
terpisah, maka keterangan genetiknya pun terpisah sesuai dengan keadaan yang
relavan. Perbedaan seks pada makhluk-makhluk ini biasanya dipengaruhi oleh dua
factor, ialah :

1. Faktor Lingkungan

Pada beberapa hewan, penentu jenis kelamin bukan karena faktor genetik
melainkan karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yang dikenal dengan

3
faktor lingkungan, biasanya yang mengambil peranan dalam faktor lingkungan ini
adalah keadaan fisiologis dari suatu hewan tersebut. Jika kadar hormon kelamin
dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau perederannya, maka pernyataan
fenotip pada makhluk mengenai jenis kelmainnya dapat berubah, akibatnya watak
kelaminnya pun mengalami perubahan (Suryo, 2012). Misalnya pada kasus hewan
aligator (buaya) yang jenis kelaminnya ditentukan oleh suhu telur yang di
eramnya, pada siput yang mengalami pergantian jenis kelamin dan pada hewan
tingkat rendah dalam hal ini adalah cacing laut Bonellia viridis yang mana cacing
muda hidup pada rahim dari cacing betina sehingga menjadi cacing jantan.
Penelitian cacing laut ini diteliti oleh F. Baltzer, ia mengatakan bahwa setiap telur
yang baru menetas (cacing muda) yang dilepaskan di dalam air yang banyak
terdapat cacing betina dewasa, maka ada beberapa cacing muda itu tertarik
kedalam rahim cacing betina dan hidup di dalamnya, karena adanya pengaruh dari
ekstrak uterus cacing betina maka cacing tersebut berkembang menjadi cacing
jantan.

2. Faktor Genetik

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetiklah yang menentukan


jenis kelamin suatu makhluk, tepatnya adalah komposisi dari suatu kromosom
(karena bahan genetik terdapat didalam kromosom) Pada beberapa mahkluk hidup
dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal. Contohnya pada
kasus tanaman jagung, tanaman jagung yang merupakan tanaman berumah satu.
Jika gen (ba) homozigotik, maka bongkol yang biasa merupakan bunga betina,
akan berubah membentuk benangsari. Sebaliknya jika gen (ts) homozigotik, maka
malai yang merupakan bunga jantan, berubah membentuk putik dan tidak
menghasilkan serbuk sari.

4
B. TIPE- TIPE PENENTUAN JENIS KELAMIN

Makhluk hidup di dunia beraneka rupa dan ragam sehingga cara penentuan
jenis kelaminnya pun berbeda- beda. Ada beberapa sistem penentuan jenis
kelamin berdasarkan macam pasangan kromosom kelamin atau berdasarkan
jumlah sel kromosom yang dimiliki setiap individu. Dikenal beberapa penentuan
jenis kelamin, yaitu :

1. TIPE XY

Kebanyakan spesies mempunyai seepasang kromosom kelamin. Pada


mamalia, termasuk manusia, individu betina mempunyai dua kromosom kelamin
yang sama yang disebut kromosom X dan satu kromosom kelamin lainnya yang
berbeda morfologinya, yaitu kromosom Y. Pada manusia, perempuan mempunyai
kromosom 23pasang kromosom, termasuk satu pasang kromosom XX atau
kromosom XY pada laki-laki. Pasangan kromosom kelamin yang berbeda pada
laki-laki disebut heterogametik, sedangkan pada perempuan disebut
homogametik, karena mempunyai sepasang kromosom yang sama. Pada manusia
kromosom Y lebih kecil dari kromosom X.

a. Pada Lalat Buah Drosophilla melanogaster

Lalat buah Drosophila melanogaster, lalat yang suka sekali mengerumuni


buah yang masak ini banyak digunakan dalam penelitian Genetika, karena:

 Mudah dipelihara pada media makanan yang sederhana, pada suhu kamar
dan didalam botol susu berukuran sedang
 Mempunyai siklus hidup pendek yaitu 14 hari saja sehingga dalam waktu
singkat sudah dapat diketahui keturunannya bila diadakan
 Mempunyai tanda-tanda kelamin sekunder yag mudah dibedakan. Lalat
betina lebih besar daripada yang jantan, ujung abdomen meruncing dan
pada abdomen terdapat garis-garis hitam melintang. Ekstremitas (kaki)
depan dari lalat jantan memiliki sisir kelamin (“sex comb”), tetapi lalat
betina tidak memilikinya.

5
Gambar 2.1 Lalat Drosophilla dewasa jantan dan betina

 Hanya mempunyai 8 kromosom saja, sehingga mudah menghitungnya.


Delapan buah kromosom yang terdapat didalam inti sel itu dibedakan atas:

Inti sel tubuh lalat Drosophila mengandung 6 kromosom yang terdiri dari:

 6 buah ( 3 pasang) autosom (disingkat A) , ialah kromosom yang bentuk


dan ukurannya sama pada lalat betina maupun jantan.
 2 buah ( 1 pasang) kromosom kelamin atau seks kromosom. Pada lalat
betina, seks kromosom ini sama besarnya, dan dinamakan X- kromosom.
Jadi lalat betina adalah XX. Pada lalat jantan, satu seks kromosom
bentuknya peris kepunyaan lalat betina, sedang satunya lagi lebih kecil,
dan dinamakan Y- kromosom. Jadi lalat jantan dalah XY.

Kromosom kelamin dibedakan atas

1. Kromosom X yang berbentuk batang lurus. Lalat betina memiliki 2 buah


kromosom X.
2. Kromosom Y uang lebih pendek daripada kromosom X dan ujungnya
sedikit membengkok. Lalat jantan memiliki sebuah kromosom X dan
sebuah kromosom Y. Lalat betina normal tidak memiliki kromosom Y.
Karena lalat betina memiliki 2 kromosom kelamin jenis (yaitu 2
kromosom X).

6
Gambar 2.2. inti sel lalat Drosophila dengan 8 buah kromosom, yang dibedakan atas 3 pasang autosom dab 1 pasang

kromosom kelamin

Berhubung dengan itu formula kromosom untuk Drosophila ialah:

 Lalat betina = 3 AAXX (3 pasang autosom + 1 pasang kromosom X)


 Lalat jantan = 3 AAXY (3 pasang autosom + sebuah kromosom X

+ sebuah kromosom Y)

Lalat betina membentuk satu macam ovum (sel telur) yang mengandung 3
autosom dan 1 X- kromosom. Lalat jantan membentuk 2 macam spermatozoa,
yang satu macam membawa 3 autosom dan 1 X- kromosom, sedang yang lain
membawa 3 autosom dan 1 Y- kromosom.

a. Kelainan-Kelainan Pada Lalat Buah Drosophilla

Adanya nondisjunction ini tentu saja mengakibatkan terjadinya berbagai


macam kelainan dalam keturunan, yaitu :

 Lalat ginandromorf, ialah lalat yg ½ tubuhnya terdiri jar. lalat ♀


sedangkan ½ lainnya terdiri jar. lalat ♂. Batas antara bagian ♀ dan ♂
nyata.
 Lalat jantan super, lalat yang sebenarnya akan menjadi lalat ♂, tetapi
triploid (3n) untuk autosomnya (3AAAXY) dan steril.

7
 Lalat interseks, ialah lalat yang jaringan tubuhnya merupakan mosaic
(campuran yg tak teratur) dari jaringan lalat ♀ dan ♂. Lalat ini sebenarnya
akan menjadi lalat ♀, tetapi tripoid (3n) untuk autosomnya, shg menjadi
lalat interseks (3AAAXX). Lalat ini steril (mandul).
 Lalat dengan kromosom X yang melekat. Lalat ini ♀, tetapi kedua
kromosom X saling melekat pada salah satu ujungnya, sehingga lalat
dengan kromosom-X yang melekat mempunyai formula kromosom
3AAXXY.

b. Teori perimbangan tentang penentuan jenis kelamin

Walaupun pada umumnya dianggap bahwa lalat XX adalah betina dan XY


adalah jantan, akan tetapi kenyataan dengan adanya nondisjunction, menunjukkan
bahwa kromosom –Y pada lalat Drosophila tidak mempunyai pengaruh pada
penentuan jeniskelamin. Kenyataan-kenyataan ini didasarkan pada :

1. Lalat 3 AAXXY memiliki kromosom –Y, tetapi lalat ini betina.


2. Lalat 3 AAXO tidakm emiliki kromosom –Y, tetapi lalat ini jantan.

Penyelidikan C.B Bridges pada lalat buah Drosophila menyatakan bahwa


faktor penentu betina terdapat dalam kromosom–X, sedangkan faktor penentu
jantan terdapat dalam autosom.Bridges membuktian bahwa lebih dari sebuah gen
dalam kromosom –X mempengaruhi sifat betina, sedangkan gen-gen yang
mempengaruhi sifat jantan tersebar luas dalam autosom dan tidak diketemukan
dalam kromosom –Y. Berhubung denga nitu Bridges berpendapat bahwa
mekanisme penentuan jenis kelamin pada lalat buah Drosophila lebih tepat
didasarkan atas teori perimbangan tentang penentuan jenis kelamin. Teori ini
menyatakan bahwa untuk menentukan jenis kelamin pada lalat Drosophila
digunakan indeks kelamin, yaitu :

Atau disingkatdengan X/A.

Jika dalam keadaan diatas terjadi pembuahan maka keturunannya akan


menyimpang, sebagai berikut:

8
1. Betina super (3AAXXX). Apabila sel telur memiliki 2 kromosom-X
dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromosom-X. Lalat ini
hidupnya tidak lama.
2. Betina yang memiliki kromosom-Y (3AAXXY). Apabila sel telur
memiliki dua kromosom-X dibuahi oleh spermatozoa yang membawa
kromosom-Y. Lalat ini fertil dan hidup seperti lalat biasa.
3. Jantan (3AAXO). Apabila sel telur yang tidak memiliki kromosom-X
dibuahi oleh spermatozoa yang membawa kromosom X. Lalat ini steril.

Contohnya sebagai berikut :

1. Lalat betina (3AAXX) mempunyai indeks kelamin (X/A) = 2/2 = 1,0.


2. Lalat jantan (3AAXY) mempunyai indeks kelamin (X/A) = 1/2 = 0,50.

Tabel Indeks Kelamin (X/A) pada Drosophila untuk menentukan jeniskelamin.

SusunanKelamin IndeksKelamin X/A Kelamin

AAXXX 3/2 = 1,50 Betina Super

AAAXXXX 4/3 = 1,33 Betina Super

AAXX 2/2 = 1,0 Betina

AAAAXXXX 4/4 = 1,0 BetinaTetraploid (4n)

AAAXXX 3/3 = 1,0 Betina Triploid (3n)

AAAAXXX 3/4 = 0,75 Interseks

AAAXX 2/3 = 0,67 Interseks

AAXY 1/2 = 0,50 Jantan

AAAAXXY 2/4 = 0,50 Jantan

AAAXY 1/3 = 0,33 Jantan Super

9
Secara singkat dapat dikatakan bahwa lalat Drosophila berjenis kelamin
jantan bila I.K.=0,50; berjenis kelamin betina bila I.K.=1,00; interseks bila I.K
antara 0,50 dan 1,00; betina super bila I.K. > 1,00; jantan super bila I.K. < 0,50.

2 Pada Manusia

Mula - mula para ahli genetika tidak dapat memastikan megenai


banyaknya kromosom yang terkandung dalam nukleus sel tubuh manusia, karena:

 Bentuk mikroskop masih sangat sederhana, belum diketemukan mikroskop


yang canggih.
 Teknik mikroskopi pun masih sangat sederhana.
 Jumlah kromosonya terlalu banyak sehingga para ahli mendapat kesulitan
untuk menghitungnya.

Baru dalam tahun 1956 Tjio dan Levan dapat memastikan bahwa nukleus
sel manusia itu mengandung 46 kroosom, yang terdiri dari 44( 22 pasang)
autosom dan 2 (1 pasang) kromosom kelamin). Perempuan mempunyai kromosom
kelamin berupa dua kromosom-X, sedang laki- laki mempunyai sebuah
kromosom- X dan sebuah kromosom-Y.

Dalam tahun 1958 ditetapkan formula kromosom untuk manusiayang kemudian


diperbaiki dalam tahun 1971, yaitu sebagai berikut:

Lama Baru
Individu
(Denver, USA,1958) (Paris, Europe, 1971)

Perempuan 22AAXX 46, XX

Laki- laki 22AAXY 46, XY

10
Fungsi kromosom-X ialah membawa gen kehidupan, sedang fungsi
kromosom-Y ialah membawa gen kejantanan. Jadi, andai kata ada orang
mempunyai formula XXXXXXXY, seks dia adalah laki-laki tetapi tidak normal.

Terjadinya perempuan atau laki- laki secara genetik dapat diikuti pada
gambar di bawah. Perempuan menghasilkan ovum haploid yang mengandung 23,
X-kromosom. Laki- laki menghasilkan dua macam spermatozoa, yaitu
spermatozoa yang membawa 23 X-kromosom (disebut ginosperngium) dan
spermatozoa yangmembawa 23,Y- kromosom (disebut androsperngium). Ovum
yang dibuahi oleh ginosperngium akan menghasilkan anak perempuan. Bila ovum
dibuahi oleh androsperngium akan menghasilkan anak laki- laki.

Cara menerapkan terjadinya anak perempuan dan laki-laki secara genetic.


Spermatozoa pembawa kromosom-X disebut juga ginospermium, sedangkan
pembawa kromosom-Y disebut androspermium.

a. Perbandingan seks pada manusia

Setelah memahami cara terjadinya anak perempuan dan anak laki-laki


dapat diambil kesimpulan bahwa kemungkinan lahirnya anak perempuan atau
laki-laki secara teoretis mengikuti perbandingan seks 1 perempuan : 1 laki-laki.
Akan tetapi jika kita melihat kenyataan di berbagai daerah, tampak bahwa salah

11
satu seks kerapkali melebih jumlahnya dibandingkan dengan seks yang lain.
Beberapa motivasi dapat menerangkan kejanggalan itu, yaitu antara lain :

1. Migrasi

Dengan adanya perpindahan penduduk, maka suatu daerah dapat memiliki


kelebihan salah satu seks, akan tetapi perubahan ratio seks ini tidak
mencerminkan adanya perbedaan ratio seks untuk seluruh populasi dari suatu
negeri.

2. Kecepatan sperma

Bahwa menurut statistic umumnya lebih banyak lahir anak laki-laki,


mungkin disebabkan karena sperma-Y lebih kecil dan ringan dibandingkan
dengan sperma-X, sehingga sperma-Y akan menang dalam lomba kecepatan
perjalanan sperma dari cervix ke tuba Fallopi di mana berlangsung pembuahan
ovum.

3. Diameter sperma

Beberapa pengukuran akurat mengenai diameter bagian kepala dari sperma


pada waktu dilakukan penelitian menghasilkan adanya ukuran besar dan
ukuran kecil, yang rupa-rupanya menggambarkan ukuran dari sperma-X dan
sperma-Y. Oleh karena sperma-Y mempunyai diameter bagian kepala lebih
kecil, maka sperma-Y akan lebih mudah masuk ke dalam ovum untuk
membuahinya.

4. Kelompok umur

Pada usia remaja banyaknya pria dan wanita memperlihatkan ratio seks
1:1. Akan tetapi perhitungan statistic menunjukkan bahwa pada waktu
kelahiran ternyata lebih banyak bayi laki-laki dari pada bayi perempuan. Hal
ini mungkin sekali sesuai dengan pengaruh kecepatan perjalanan sperma dari
cervix menuju ke tuba Fallopii dan dengan diameter bagian kepala sperma.

12
Namun mulai dari masa usia kanak-kanak, kemudian dilanjutkan ke masa
remaja, setengah umur dan tua, maka ratio seks pria dan wanita mengalami
perubahan. Banyaknya orang laki-laki relative lebih cepat berkurang jika
dibandingkan dengan banyaknya orang perempuan. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa hal itu disebabkan karena ketahanan hidup pada orang
laki-laki dan orang perempuan itu berbeda sejak kehidupan dimulai. Anak
laki-laki lebih peka terhadap penyakit dan gangguan lain yang merupakan
bahaya bagi kelangsungan kehidupan mereka. Kelemahan pada pria ini
merupakan manifestasi yang berkesinambungan sepanjang hidupnya, sehingga
perusahaan-perusahaan asuransi pun mengetahui hal ini serta
memperhitungkannya.

Pada usia 50 tahun jumlah orang laki-laki sudah kelihatan mengerut, pada
usia 85 tahun perbandingan wanita : pria sudah mencapai 2 : 1 , sedangkan
pada usia 100 tahun boleh dikatakan ada 5 orang wanita untuk satu orang pria.
Memang ditinjau dari kekuatan otot-ototnya, pria lebih perkasa daripada
wanita, akan tetapi ditinjau dari kualifikasi fisis dalam mengatasi kehidupan,
nampaknya wanita lebih beruntung.

3. Pada Mammalia

Penentuan jenis kelamin pada hewan-hewan ini pun mengikuti sistem XY.
Hewan betina adalah XX dan jantan adalah XY.Tipe XO

Tipe ini berlaku untuk belalang. Belalang jantan hanya memiliki sebuah
kromosom kelmin. Oleh karena itu :

 Belalang betina = XX
 Belalang jantan = XO

13
4. Pada Tumbuhan

Tumbuhan pada umumnya mempunyai bunga hemafrodit (pada satu bunga


terdapat benang sari dan putik). Karena itu tidak dibedakan seks. Kecuali pada
tumbuhan berumah dua (dioecis) seperti salak (Salacca edulis), seks ditentukan
menurut tipe XY. Tumbuhan betina adalah XX, yang jantan XY. Tumbuhan
berbunga umumnya mempunyai 3 macam bunga yaitu : bunga jantan, bunga
betina dan bunga hermaphrodit. Bunga hermafrodit mempunyai alat kelamin
jantan (stamen) dan alat kelamin betina (pistillum) dalam satu bunga.
Kebanyakan tanaman adalah hermphrodit. Lainnya adalah tanaman dengan bunga
uniseksual, yaitu monoecious yaitu bunga jantan dan bunga betina terpisah
walaupun terdapat pada tumbuhan yang sama dan dioceous, yaitu tanaman yang
hanya mempunyai bunga jantan saja atau bunga betina saja.

Penentuan jenis kelamin pada tanaman uniseksual bervariasi. Beberapa


spesies mempunyai satu lokus atau lebih yang dapat menentukan jenis kelamin.
Spesies lainnya mempunyai kromosom X dan Y. Jenis kelamin pada spesies
tumbuhan yang mempunyai kromosom X dan Y tidak selalu dapat dipastikan
karena ada beberapa tanaman jantan (hanya mempunyai bunga jantan) yang
heterogami, sedang pada tanaman lainnya seperti strawberi tanaman betina adalah
heterogami. Hanya sedikit spesies tumbuhan yang dapat ditentukan jenis
kelaminnya menurut sistem XX-XY.

2. TIPE XO

Sistem XO dijumpai pada beberapa jenis serangga, misalnya belalang. Di


dalam sel somatisnya, individu betina memiliki dua buah kromosom X sementara
individu jantan hanya mempunyai sebuah kromosom X. Jadi, hal ini mirip dengan
sistem XY. Bedanya, pada sistem XO individu jantan tidak mempunyai
kromosom Y. Dengan demikian, jumlah kromosom sel somatis individu betina
lebih banyak daripada jumlah pada individu jantan. Sebagai contoh, E.B. Wilson

14
menemukan bahwa sel somatis serangga Protenor betina mempunyai 14
kromosom, sedang pada individu jantannya hanya ada 13 kromosom.

3. TIPE ZW

Pada ♂ memiliki sepasang kromosom yang sama bentuknya,


sedang ♀ bersifat heterogametik. Untuk menghindari kekeliruan maka kromosom
hewan tsb diberi simbul ZZ dan ZW, Untuk hewan ♂ = ZZ, sedang ♀= ZW,
sehingga semua sperma mengandung krom. Sex Z, sedang telur sebagian
mengandung krom Z dan sebagian krom W.

Tipe ini berlaku untuk burung, amphibia, reptilia, ikan.

 Burung betina = ZW
 Burung jantan = ZZ

Yang heterogametik adalah betina, sedang yang jantan homogametik. Ini


kebalikan dari manusia.

4. TIPE ZO

Tipe ini berlaku untuk unggas (ayam, itik, dsb).Yang heterogametik adalah
yang betina karena hanya mempunyai sebuah kromosomkelamin saja. Yang
jantannya adalah homogametik.

 Ayam betina = ZO
 Ayam jantan = ZZ

15
5. TIPE PLOIDI

Berlaku untuk bangsa lebah, misalnya lebah madu. Seks pada serangga ini
tidak ditentukan oleh kromosom kelamin melainkan oleh sifat ploidi dari serangga
itu. Jika sel telur (haploid) dibuahi oleh spermatozoa (haploid), terjadilah lebah
betin (diploid). Tetepi jika sel telur (haploid) berkembang secara parteogenesis
maka terjadilah lebah jantan (haploid).

 Sel telur (n) Lebah betina (2n)


 Sel telur (n) Lebah jantan (n)

C. SEKS KROMATIN (KROMATIN KELAMIN)

Badan kromatin ditemukan oleh seorang ahli genetika dari Kanada, yaitu
M.L. Barr pada tahun 1949. Ia menemukan bahwa pada kandungan inti sel betina,
ditemukan suatu badan yang menyerap warna, badan itu kemudian disebut dengan
Barr Body. Adanya Barr Body menunjukan jenis kelamin pada wanita. Pada sel
somatis wanita terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria tidak
memilikinya. Selanjutnya diketahui bahwa banyaknya kromatin kelamin ternyata
sama dengan banyaknya kromosom X dikurangi satu. Jadi, wanita normal
mempunyai sebuah kromatin kelamin karena kromosom X-nya ada dua. Sedang
kan, pria normal tidak mempunyai kromatin kelamin karena kromosom X-nya
hanya satu. keberadaan kromatin kelamin sering kali digunakan untuk
menentukan jenis kelamin serta mendiagnosis berbagai kelainan kromosom
kelamin pada janin melalui pengambilan cairan amnion embrio (amniosentesis).
Perempuan bersifat seks kromatin positif, sedangkan laki-laki seks kromatin
negative.

16
D. HIPOTESA LYON

Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan hipotesis


bahwa kromatin kelamin merupakan kromosom X yang mengalami kondensasi
atau heterokromatinisasi sehingga secara genetik menjadi inaktif (tidak aktif).
Hipotesis ini dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang
mengatur warna bulu pada mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan
fenotipe mozaik yang jelas berbeda dengan ekspresi gen semidominan (warna
antara yang seragam). Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu kromosom X
yang aktif di antara kedua kromosom X pada individu betina. Kromosom X yang
aktif pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel yang lain
mungkin justru membawa gen resesif.

Berdasarkan hipotesa Lyon banyaknya kromatin kelamin yang dijumpai


pada suatu individu adalah sama dengan banyaknya kromosom-X yang dimiliki
oleh individu tersebut dikurangi dengan satu. Perempuan normal memiliki
kromosom XX maka ia memiliki 1 kromatin kelamin. Sedangkan pada pria
kromosomnya adalah XY sehingga tidak memiliki kromosom kelamin. Selain itu
kromosom kelamin juga digunakan untuk diagnose terhadap berbagai kelainan
kromosom pada manusia.

E. HUBUNGAN SEKS KROMATIN DENGAN RATIO

Tes seks kromatin juga dilakukan untuk mengetahui jumlah wanita


terhadap pria (ratio seks) sejak konsepsi. Hasil penelitian berdasarkan tes seks
kromatin menunjukan bahwa lebih banyak terjadi konsepsi laki-laki dibandingkan
dengan perempuan, tetapi lebih banyak fetus laki-laki yang mengalami abortus
spontan. Contohnya 106 laki-laki dilahirkan untuk 100 perempuan. Tetapi pada
usia 20 tahun, ratio itu berkurang menjadi 100 laki-laki terhadap 100 perempuan,
sedang pada usia 85 tahun ratio itu berubah menjadi 62 laki-laki terhadap 100
perempuan. Angka kematian yang lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan diduga disebabkan karena 2 buah kromosom-X pada wanita itu

17
menyediakan lebih banyak keuntungan untuk bertahan dibandingkan dengan
sebuah kromosom-Y pada laki-laki.

F. KELAINAN PADA KROMOSOM KELAMIN

Andai kata selama oogenesis terjadi nondisjunction pada kromosom


kelamin, maka dihasilkan keturunan yang menderita kelainan kromosom.

1. Wanita super

Sifat- sifat:

 Individunya perempuan, kelebihan sebuah kromosom X sehingga


memiliki 47 kromosom. Karena itu formula kromosomnya 47, XXX.
 Steril karena alat genitalia interna menglami kelainan.
 Memiliki dua buah seks kromatin.
 Hidupnya tidak lama, biasanya meninggal di masa kanak- kanak karen
banyak alat tubuhnya tidak sempurna perkembangannya.

2. Sindrom Klinefelter

Sifat- sifat penderita:

 Individunya laki- laki, ia kelebihan kromosom X, sehingga memiliki 47


kromosom dengan formula kromosom 22AAXXY. Laki- laki demikian

18
biasanya dengan singkat disebut laki- laki XXY. Nampak seperti normal
saja terutama waktu masih anak- anak.
 Kaki dan lengan kelihatan panjang, sehingga tubuhnya keseluruhan
nampak panjang.
 Setelah mencapai masa akil- balig, payudara mulai membesar tetapi testes
mengecil
 Dada sempit, pinggul lebar, suatu keadaan yang justru terjadi pada wanita
normal.
 Mandul (steril), sehingga tidak akan memiliki anak.
 Intelegensi kurang demikian juga dengan inisiatifnya. Mempunyai
keinginan untuk kawi.
 Memiliki 1 kromatin kelamin
 Kemungkinan terjadi karena nondisjunction di waktu ayah dan ibunya
membentuk gamet- gamet.

3. Sindrom Turner

19
Sifat- sifat penderita:

 Individunya perempuan. Ia kehilangan sebuah kromosom X. Sehingga


hanya memiliki 45 kromosom dengan formula kromosom 22AAXO.
Wanita demikian dengan singkat disebut dengan wanita XO. Nampak
seperti orang normal saja.
 Tubuhnya pendek (kira- kira 120- 130 cm), tidak sesuai dengan umurnya,
lehernya pendek dan dan disamping leher terdapat suatu lipatanyang
mudah ditarik ke samping . Rambut kepala dibagian tengkuk meruncing ke
bawah.
 Sifat seksual sekunder tidak tumbuh sempurna (payudara dan rambut
kelamin tidak tumbuh).
 Tidak mngalami menstruasi sehingga mandul (steril)
 Intelegensi kurang, demikian pula inisiatifnya. Mungkin disebabka karena
kurangnya hormon. Libido juga kurang tetapi dapat ditingkatkan dengan
penambahan estrogen.
 Tidak memiliki kromatin keamin (sesuai dengan hipotesa Lyon)
 Kemungkinan terjadi karena nondisjunction di waktu ayah dan ibunya
membentuk gamet- gamet

4. Pria XXY

Sifat- sifat sipenderita:

 Pria bertubuh normal, kebanyakan satu kromosom Y sehingga memiliki 47


kromosom. Karna itu formua kromosomnya 47 XYY.
 Wajah menakutkan, perilaku kasar. Penelitian diberbagai penjara di luar
negeri menyatakan bahwa diantara para narapidana yang tergolong sebagai
pembunu, perampok atau pemerkosa, tidak sedikit yang memiliki
kromosom kelamin XXY.
 Terjadi karena adanya nondisjunction selama meiosis II ketika
spermatogenesis.

20
G. KELAINAN PADA AUTOSOM

Oleh karena autosom dimiliki pria dan wanita, maka kelainan pada
autosom dapat dijumpai pada pria maupun wanita.

Suatu contoh yang dapat terjadi di Indonesia adalah Sindrom Down. Mula-
mula diketemukan oleh Langdon Down pada tahun 1866. Tadinya kelinan ini
dinamakan Manolisme, sebab kelopak mata yang atas dari penderita mempun yai
lipatan, sehingga seperti mata orang mongol. Karena nama itu dapat menyinggung
perasaan suatu bangsa maka kini dipakai nama Sindrom Down.

Sifat- sifat penderita :

 Individu dapat laki- laki maupun perempuan, karena kelainan terdapat


pada autosom bukan kromosom kelamin.
 Biasanya tubuh kelihatan pendek dan puntung.
 Muka seringkali ke arah bentuk bulat.
 Kelopak mata atas mempunyai lipatan epikantus.
 Iris dari mata kadang berbintik- bintik, yang disebut bintik- bintik
“Brushfield”
 Mulut biasanya selalu terbuka dan ujung lidah yang membesar keluar
lubang mulut. Lidah biasanya besar dan beralur. Gigi kotor dan tak
teratur.
 Hidung biasanya lebar dan datar.
 Pada telapak tangan (dari salah satu telapak tangan atau kedua
tangan)hanya terdapat sebuah garis horizontal, sedangkan pada manusia
normal terdapat beberapa garis.
 Ibu jari kaki dan dan jari kedua dari kaki ( salah satu dari kaki atau
keduanya) tidak rapat.
 Biasanya mempunyai kelainan pada jantung, dan tidak resisten terhadap
penyakit. Berhubung dengan itu dahulu penderita berusia pendek, akan
tetapi dengan adanya banyak antibiotika maka hal itu dapat teratasi.

21
 Mempunyai IQ sangat rendah ( antara 20- 50) sehingga kemampuannya
hanya seperempat atau separuh kemampuan anak biasa. Namun adapula 1
di antara 50 penderita yang dapat membaca dan menulis.
 Kebanyakan selalu memperlihatkan wajah gembira
 Penyelidikan sitologis menunjukkan bahwa penderita mempunyai
kelebihan autosom nomor 21 sehingga ia mempunyai 3 buah autosom (
manusia mempunyai 22 autosom). Berarti bahwa si penserita Sindrom
Down memiliki 47 kromosom.

Kebanyakan penderita sindrom Down merupakan anak terakhir dari suatu


keluarga besar, dimana usia ibu pada waktu melahirkan anak tersebut sudah
terlalu tua. Atau dapat juga lahir dari seorang perempuan yang kawin terlalu
lambat. Tentunya biasanya terjadi karena ibu mengalami nondisjunction pada
autosom nomor 21 diwaktu membentuk sel telur.

22
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Determinasi seks adalah penentuan jenis kelamin suatu organisme yang


ditentukan oleh kromosom seks (gonosom). sistem penentuan jenis kelamin bisa
dicari berdasarkan macam pasangan kromosom kelamin atau berdasarkan jumlah
sel kromosom yang dimiliki setiap individu. Spesies mempunyai seepasang
kromosom kelamin. Pada mamalia, termasuk manusia, betina memiliki pasangan
kromosom kelamin yang sama (XX), dan jantan pasangan kromosom yang
berbeda (XY). Manusia mempunyai kromosom 23 pasang kromosom. Lalat buah
Drosophila melanogaster mempunyai 8 kromosom. Inti sel tubuh lalat Drosophila
mengandung 6 kromosom (3 pasang) autosom (disingkat A), kromosom yang
bentuk dan ukurannya sama pada lalat betina maupun jantan.

Berbagai tipe penentuan jenis kelamin yaitu tipe XO, ZW, ZO, dan tipe
haploid diploid. Penentuan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup
dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal selain itu
penentuan jenis kelain juga ada yang dipengaruhi oleh lingkungan luar. Dan pada
seks membalik sebagian kelamin betina dapat berubah menjadi kelamin jantan
karena rusaknya ovarium.

B. Saran

Sesuai dengan peribahasa“Tak ada gading yang takretak“, kami


menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
sempurnanya makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http//Penentuan dan Determinasi Jenis Kelamin. Com/ diakses tanggal:


18 oktober 2014 pukul 20: 32 WIB.

Edi, Syahmi.2014.Genetika Dasar.Medan:FMIPA UNIMED.

Suryo. 2008.Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Suryo.1996.Genetika:Yogyakarta:FBIO UGM.

Suryo.1994.Genetika:Yogyakarta:FBIO UGM.

Suratsih.2003.Genetika.Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai