SKRIPSI
Oleh:
DESSYANI MANTU M.
F1D1 12 021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
OKTOBER 2016
i
ii
i
iii
i
iv
i
KATA PENGANTAR
persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana Stata Satu (S-1) pada Jurusan Biologi
penulis dapatkan, namun atas rahmat Allah SWT serta dorongan, tekad dan
kemauan yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
terhingga kepada orang tuaku yang tercinta ayahanda Drs. H. Mantu Mustafa
dan ibunda Hj. Gunartin, S.sos, M.Si yang penuh kasih sayang memelihara,
v
vi
menuntun, mendidik, dan membesarkan penulis. Semoga seluruh budi baik dan
bantuan dari berbagai pihak yang merupakan sumber acuan dalam keberhasilan
penyusunan hasil penelitian ini. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis sangat
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan pendapat, saran, serta
Oleo Kendari
3. Ketua Jurusan Biologi yang telah mendorong dan memotivasi penulisan selama
ini.
5. Muhsin, S.Pd, M.Si, Wa Ode Harlis, S.Si, M.Si dan Dr. Hj. Sitti Wirdhana
A, S.Si, M. Si selaku dewan penguji yang telah banyak memberikan ide dan
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Biologi serta segenap Staf Administrasi di
vi
vi
Winda Astuti Febrianti, Siti Surahmi, Eis Nurhilya. Terimah kasih banyak
Yuandini, Istghfarani, dan Nur Istiqomah, Ewit Arfina, Julyani Wijaya, Elda
Citra, Ekarisma Faradita, Aulia Sujastia terima kasih atas bantuannya selama
ini.
S.Si, Andi Hildayani, S.Si, Nur Isnaini Ulfa, S.Si, Muh. Gusmiranda,
Komang Lilik S,Si, Efis Amalia, Muh. Rajab, Rudy Harto, Bobby, Muh.
Sadawati, ,Serta semua angkatan 2012 Jurusan Biologi yang tidak sempat
disebutkan satu persatu. Terima kasih atas bantuannya selama ini baik secara
10. Untuk senior-seniorku, Waode Desi, S.Si, Fitri Andrita S.Si, Istika Novianti
S.Si, Sinta Sawitri S.Si, Hardianti Faisal S.Si, Andi Ilham S.Si, Ranty
Melkaresi S.Si, Irjum Budiatman S,Si, dan yang tidak sempat saya sebutkan
Biologi mulai dari angkatan 2013 hingga 2016; Clara Cecilia Mekuo, Hestin
vii
vi
Wulandari, Risna, Putra Prabowo, Diaz Eka serta adik-adik yang tidak bisa
diberikan kepada penulis bernilai ibadah serta mendapat imbalan yang setimpal
dari Allah SWT. Walaupun masih banyak kekurangan dalam skripsi ini penulis
berharap ini dapat menjadikan sumber informasi ilmiah bagi peneliti yang relevan
Penulis
viii
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 4
ix
x
I. Penyajian Data 28
BAB V. PENUTUP
A. Simpulan 51
B. Saran 52
DAFTAR PUSTAKA 53
LAMPIRAN 58
x
xi
DAFTAR TABEL
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
xii
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Dokumentasi Penelitian 58
2. Peta Penelitian 60
xiii
xiii
Oleh:
Dessyani Mantu M
F1D1 12 021
ABSTRAK
xiv
xv
Written by :
Dessyani Mantu M
F1D1 12 021
ABSTRACT
The aims of this research was to know determine the diversity and the ecological
role of nocturnal insects in the farm patchouli at Tinondo District of Eastern
Kolaka of Southeast Sulawesi. This study is an exploratory study, conducted in
May and July 2016. Sampling was done by using transect method with trap light
modification pitfall trap and trap, the identification is done in the laboratory of
Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences haluoleo university, using
the book Introduction to Lesson Insects The sixth edition (Borror et. al, 1992), and
book of identification Australian Beetles (Lawrence and Britton, 1994). Data is
presented in the form of tables and diagrams and the results of the identification of
the insects will be presented in the form of images. Nocturnal insect species
diversity was analyzed using the Shannon-Wiener Index and the evenness is
calculated according to the formula Pielou, ecological role is determined by the
description of the type of insect mouth. The results were obtained 244 individuals
consisting of 6 orders, 10 families and 13 genera. Diversity index (H ') insect in
the garden patchouli (2.43) are classified in the medium category. Evenness index
(E ') insect in the garden patchouli (0.94) belonging to the evenness stable. The
ecological role of insects in the garden herbivorous insects patchouli gained as
much as 5 types of family, as much as 3 family scavenger and predator as much as
2 family.
xv
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Arief, 2001). Menurut Bappenas (1993) jumlah serangga di indonesia terdiri dari
250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota. Diantara kelompok
menyusun sekitar 40% dari seluruh jenis serangga dan sudah lebih dari 350.000
dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus energi dalam
suatu habitat. Menurut Borror (1992) Ukuran tubuh serangga berkisar kira-kira
1
2
0.25 sampai 330 mm dan 0.5 sampai 300 mm dalam bentang sayap. Sebuah fosil
sehingga sering digunakan sebagai bioindikator dalam suatu ekosistem. Hal ini
dipertegas oleh Altieri (1999) yang menyatakan bahwa serangga selain berperan
sumber makanan bagi organisme lain, serangga juga sebagai salah satu komponen
penghasil minyak atsiri utama di Indonesia dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
hampir 70% dari total kebutuhan minyak nilam dunia berasal dari Indonesia.
Sedangkan Negara penghasil nilam lainnya adalah dari Cina (Herlina, 2006).
Lebih jauh jenis tanaman nilam varietas Pogostemon cablin, sebenarnya dari
termasuk di Kabupaten Kolaka. Tanaman ini sangat cocok dan telah terbukti
kesejahteraan petani nilam. Tanaman ini telah dibudidayakan oleh masyarakat dari
Timur.
3
tanaman nilam juga terdapat berbagai jenis serangga, yang keberadaannya terbukti
Kabupaten Konawe sebanyak dalam 14 genus, 12 Famili dan 3 Ordo. Sejauh ini
kebun nilam di Tinondo, oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian tentang
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana peran ekologi jenis serangga nokturnal yang ditemukan pada kebun
C. Tujuan Penelitian
Tenggara.
Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Penelitian
Sulawesi Tenggara.
3. Dapat mengetahui peran ekologi serangga nokturnal apa saja yang ditemukan
Tenggara.
5
A . Keanekaragaman
ini disebabkan Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang
yang beragam. Menurut Arief (2001) sepuluh persen dari ekosistem alam berupa
suaka alam, suaka margasatwa, taman nasional, hutan lindung, dan sebagian lagi
yang ada di Indonesia diperkirakan berjumlah sekitar 220.000 jenis, yang terdiri
atas ± 200.000 jenis serangga (kurang dari 17% fauna serangga di dunia), 4000
jenis ikan, 2000 jenis burung, dan 1000 jenis reptil dan amphibi (Resosoedarmo,
et al., 1985).
adalah kekayaan spesies pada suatu habitat dalam satu wilayah geografi (contoh:
5
6
komponen yaitu jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan
spesies itu yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dsb tersebar antara
(Agusrinal, 2011)
Trilobita telah punah dan tinggal sisa-sisanya (fossil). Sub phylum Mandibulata
7
terdiri atas beberapa kelas, dan salah satu di antaranya adalah kelas lnsecta
hewan lunak beruas mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa
adalah kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Caput merupakan
sebuah konstruksi yang padat dan keras dan terdapat beberapa suture yang
menurut teori evolusi caput tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami
penyatuan. Thorax terdiri dari tiga ruas yang jelas terlihat, sedangkan abdomen
umum.
hidup di laut, yang ada sekitar 245 juta tahun yang lalu. Anggota subphylum
trilobita sangat sedikit yang diketahui, karena pada umumnya ditentukan dalam
(Serangga).
Kelas penting dalam phylum Arthropoda terbagi atas 2 kelas yaitu kelas
yaitu tubuh terdiri atas dua bagian antara lain prosoma (cephalothorax) dan
kaki. Sedangkan kelas Insecta (Hexapoda) memiliki ciri-ciri yaitu, tubuh terbagi
menjadi 3 bagian yaitu kepala, dada, abdomen. Selain itu, Mempunyai sepasang
antenna,memiliki Kaki 3 pasang, Sayap 1-2 pasang atau tanpa sayap, alat mulut
Subkelas Apterygota terbagi menjadi 4 ordo dan subkelas Pterygota masih terbagi
2006).
Serangga dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu
adanya perubahan habitat (Holloway & Strok 1991). Serangga Carabidae sebagai
serangga hama, tetapi dapat berperan sebagai musuh alami hama atau predator.
sexsual tanaman yaitu proses pemindahan polen dari anther ke stigma yang
produksi tanaman.
penguraian atau pelapukan serasah yang digunakan sebagai sumber nutrisi bagi
tumbuhan. Penguraian akan menjadi lebih sempurna apabila hasil ekskresi fauna
mendegradasi kayu tumbang, ranting, daun, hewan mati dan sisa kotoran hewan.
Jenis-jenis seperti rayap, semut, kumbang, kecoa hutan dan lalat akan merombak
11
bahan organik menjadi bahan anorganik yang berfungsi untuk regenerasi dan
permanen di dalam ekosistem hutan. Jika proses dalam rantai makanan itu terjaga
yang merugikan. Banyak jenis larva kupu-kupu dan ngengat menjadi hama
penting bagi tanaman, misalnya Plutella xylostella yang menjadi hama tanaman
jenis tumbuhan yang mereka temui. Secara alamiah, serangga herbivora berperan
atau predator, parasitoid dan pathogen. Predator berguna karena memakan hama
alami (predator dan parasitor), secara tidak langsung ikut membantu manusia
serangga predator adalah kumbang ladybird, lalat perompak , dan larva syriphidae
(Adisubroto, 1990).
12
Serangga tanah seperti rayap dan semut berperan sebagai perombak bahan
menemukan bahwa serangga nocturnal yang ditangkap pada malam hari sebagai
pada perkebunan kopi yaitu Deraeocoris flavilinea dengan nilai 35,78%. Hal ini
C. Serangga nocturnal
beraktivitas pada malam hari. Serangga beraktivitas pada malam hari untuk
ini juga biasanya tertarik pada cahaya lampu. Serangga dapat melihat panjang
13
(orange). Diduga bahwa serangga tertarik pada ultraviolet karena cahaya itu
merupakan cahaya yang diabsorbsi oleh alam terutama oleh daun (Borror, 1996).
berkembang biak di malam hari seperti katak dan tumbuhan. Biasanya, tanaman
menyimpan energi melalui fotosintesis pada siang hari tetapi mekar pada malam
serangga yang bercahaya dan termasuk ke dalam famili Lampyridae, aktif pada
yang mampu menghasilkan cahaya, terdapat pada segmen 2 pertama atau kedua
terakhir dari abdomen. Larva dan telur juga dilaporkan menghasilkan cahaya
(Resty, 2007).
D. Tanaman Nilam
Tanaman nilam adalah tanaman yang memiliki akar serabut yang wangi,
memiliki daun halus beludru, dan agak membulat lonjong seperti jantung serta
berwarna pucat. Bagian bawah daun dan ranting berbulu halus, berbatang kayu
dengan diameter 10-20 mm membentuk segi empat, serta sebagian besar daun
yang melekat pada ranting hampir selalu berpasangan satu sama lain. Jumlah
cabang yang banyak dan bertingkat mengelilingi batang antara 3-5 cabang per
tingkat. Tanaman nilam merupakan tanaman yang bernilai ekonomi tinggi. Hasil
14
yang diharapkan pada tanaman ini berupa daun dengan kandungan kadar minyak
tanaman nilam di daerah Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat, sebagian
Pertumbuhan tanaman nilam akan berlangsung baik jika didukung oleh kondisi
tanah yang subur, gembur dan kaya akan bahan organik. Kapasitas tukar kation
Kindom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Labiateae
Genus : Pongostemon
Spesies : Pongostemon cablin Benth
kecokelatan. Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau
akan berbau harum. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang
Nilam yang berbunga, berwarna putih dan tersusun di tangkai. Jenis nilam yang
berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak dikembangkan,
karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek (Firmanto,
2009).
Menurut Jumar (2000) secara garis besar ada tiga faktor yang
mempengaruhi kehidupan serangga yaitu, faktor fisik, faktor makanan, dan faktor
hayati, ketiga faktor ini bekerja dan bertindak bersama-sama dalam mempengaruhi
populasi serangga.
Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke
waktu lainnya, tetapi berfluktuasi. Demikian pula ekosistem yang terbentuk dari
waktu. Menurut Krebs (1978), ada enam faktor yang saling berkaitan menentukan
1. Waktu
muda yang belum berkembang. Waktu dapat berjalan dalam ekologi lebih pendek
2. Heterogenitas Ruang
komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebut dan semakin tinggi keragaman
jenisnya.
3. Kompetisi
4. Pemangsaan
5. Kestabilan Iklim
17
6. Produktivitas
Dalam skala ini dapat menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang
tinggi. Dalam keadaan ekosistem yang stabil, populasi suatu jenis organisme selalu
yang bekerja secara umpan balik negative yang berjalan pada tingkat antar spesies
(persaingan dan predasi) dan tingkat inter spesies (persaingan dan teritorial).
18
18
19
B. Jenis Penelitian
Kebun Nilam.
1. Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
D. Variabel Penelitian
Sulawesi Tenggara.
E. Definisi Operasional
1. Serangga merupakan kelompok utama dari hewan beruas yang berkaki enam.
Tubuh serangga terbagi atas 3 ruas utama tubuh (caput, toraks, dan abdomen).
majemuk (faset) dan mata tunggal (ocelli). Pada bagian torak, ditemukan
21
pada malam hari dan biasanya tertarik pada cahaya lampu (Borror, 1996)
serangga yang ditemukan pada perkebunan Nilam dan dihitung dengan rumus
4. Kemerataan serangga yang ada pada perkebunan Nilam adalah jenis serangga
yang ditemukan pada perkebunan Nilam dan dihitung dengan rumus indeks
𝐻′ 𝐻′
Evennens (E) yaitu E = = dimana E = Indeks Kemerataan
𝐻 𝐻𝐻𝐻′ 𝐻𝐻 (𝐻)
5. Peran ekologi serangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Serangga
sebagai penyerbuk (misalnya tawon dan lebah), dan sebagai penular (vektor)
F. Indikator Penelitian
serangga dan peran ekologi yang terdapat pada kebun Nilam Kecamatan Tinondo
G. Prosedur Kerja
lokasi yang dituju. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kebun Nilam di Desa
warga seluas kurang lebih 2 Ha. Kebun ini telah dibudidayakan secara
berkelanjutan mulai dari tahun 2014. Berdasarkan hal tersebut pada lokasi
Data yang diambil meliputi suhu udara, pH tanah dan Kelembaban udara.
23
a. Suhu
c. Kelembaban
3. Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode, modifikasi antara Light trap dan Pitfall trap.
24
permukaan tanah dan yang respon terhadap cahaya pada malam hari
07.00.
5
15 m
5
1 2
15 m
80 m
5
5
15 m
3 4
15 m
(a) (b)
4. Indentifikasi Sampel
a. Tubuh
b. Kepala
Bentuk kepala, bentuk antena, tipe mulut, jumlah ruas kepala, dan warna.
c. Dada
d. Perut
al, 1992 Buku identifikasi Australian Beetles (Lawrence dan Britton, 1994).
27
H. Analisis Data
secara kualitatif dan deskriptif serta ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel dan
foto. Sedangkan data dari jumlah jenis-jenis serangga yang diperoleh, kemudian
i0
H’ = (Pi) Ln (Pi) dimana :
i1
H´ = Indeks keanekaragaman
H´ ≤ 1, : keanekaragaman rendah
menyusun komunitas.
Ket :
H'
E= E = Indeks Kemerataan (Eveness)
ln S H' = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
S = Jumlah genus
28
0,75 < E' ≤ 1,00 : Komunitas berada dalam kondisi yang stabil
I. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk table dan diagram dan deskripsi disajikan
A. Faktor Lingkungan
1. Suhu
memiliki kisaran suhu tertentu dimana ia dapat hidup. Pada suhu tertentu,
aktivitas hidup serangga tinggi (sangat aktif), sedangkan pada suhu yang lain
Umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum 15 °C, suhu
udara, yaitu pada saat malam hari berkisar 240C. Suhu ini masih berada dalam
29
30
2. Kelembaban
kadar air tubuh serangga, dan siklus hidup serangga sehingga mengatur aktivitas
berkisar 70% - 80%. Ukuran kelembaban masih dalam ukuran normal yaitu
berkisar 50% - 90% yang masih dapat ditolerir oleh serangga untuk hidup dan
3. pH
serangga yang ada pada permukaan tanah. Nilai pH tanah berpengaruh terhadap
indeks keanekaragaman, karena pH yang terlalu asam atau terlalu basa dapat
penelitian di setiap waktu pengambilan sampel hampir sama, yaitu berkisar 6,0 -
6,1, ukuran pH ini masih dalam batas toleransi yang dapat memungkinkan
serangga hidup dan berkembang biak. karena pH optimum yang ditolerir oleh
tertangkap di kebun nilam yaitu ordo Orthoptera dengan total 88 individu, hal ini
menyusun salah satu dari ordo-ordo yang terbesar dari serangga dan anggota-
anggotanya secara individual dan jenisnya sangat banyak dan terdapat hampir
dimana-mana.
di kebun nilam disebabkan pada kebun nilam tersebut tersedia sumber makanan
yang melimpah untuk ordo Orthoptera dimana ordo ini beberapa diantaranya
scavenger yang memakan bangkai hewan maupun tumbuhan yang sudah mati.
Selain itu faktor lingkungan yang mendukung bagi ordo Orthoptera untuk hidup di
kebun nilam ini. Hal ini sejalan dengan Sunjaya (1970) yang menyatakan bahwa
habitatnya dalam hal ini faktor fisis, biotis dan makanan. Menurut Untung (1996)
komposisi peranan ekologi serangga nocturnal pada kebun nilam yang disajikan
pada Gambar 5.
45,49
50 36,88
45
40
35 Scavenger
17,62
30 Herbivora
25
Predator
20
15
10
5
0
dilihat dari nilai presentase (%). Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai
yang berperan sebagai herbivora sebesar 36,88% dan serangga yang berperan
sebagai predator sebesar 17,62%. Hal ini menunujukkan bahwa serangga yang
dimana serangga scavenger ini adalah serangga pemulung yang sering memakan
bangkai baik hewan maupun tumbuhan yang sudah mati. Menurut Setiawati
materi yang ada pada makhluk hidup dapat kembali ke alam. Materi yang telah
kelompok serangga herbivora atau fitofagus. Serangga ini terdiri 4 genus yang
alternatif bagi musuh alami dan serangga-serangga musuh dapat alami tersebut
tidak akan meninggalkan tempat ketika hama utama menyerang tanaman nilam
membantu petani kebun nilam untuk membasmi hama yang ada. Sebagian ordo
predator yang ditemukan yaitu ordo Orthoptera dan Dermaptera pada kebun nilam
dapat bertahan hidup dengan memakan berbagai jenis mangsa yang menjadi
makanannya. Menurut Untung (2006), predator dapat memangsa lebih dari satu
inang dalam menyelesaikan satu siklus hidupnya dan pada umumnya bersifat
35
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10
1 Orthoptera Gryllidae Gryllus 37 0.15 -1.88 -0.28 2.43 0.94
2 Orthoptera Gryllidae Phyllopalpus 7 0.02 -3.55 -0.10
3 Orthoptera Acrididae Xanthippus 12 0.04 -3.01 -0.14
4 Orthoptera Acrididae Schistocerca 17 0.06 -2.66 -0.18
5 Orthoptera Tetrigidae Agonum 19 0.07 -2.55 -0.19
6 Orthoptera Tettigonidae Eremopedes 4 0.01 -4.11 -0.06
7 Dermaptera Forficulidae Euborellia 24 0.09 -2.31 -0.22
8 Hemiptera Aradidae Aradus 7 0.02 -3.55 -0.10
9 Blattodea Blaberidae Pycnoscelus 18 0.07 -2.60 -0.19
serangga nocturnal di lokasi penelitian kebun nilam yaitu 2,43, Hal ini
keanekaragaman jenis yaitu, bila H' < 1 berarti keanekaragaman tergolong rendah,
bila H' = 1-3 berarti keanekaragaman tergolong sedang, bila H` > 3 berarti
ini disebabkan karena kebun nilam merupakan ekosistem pertanian dimana pada
pembentukan koloni tersebut membutuhkan waktu yang lama. Hal ini didukung
oleh pernyataan Kedawung dkk, (2013) yang menyatakan ekosistem yang alami
segi ekologi, jumlah spesies dalam suatu komunitas penting karena keragaman
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies
37
dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jka suatu
komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang
kebun nilam sebesar 0,94, hal ini menunjukan bahwa pada kemerataan serangga
pada kebun nilam tergolong kemerataan dalam kondisi stabil. Menurut Krebs
bila E' < 0,50 maka komunitas berada pada kondisi tertekan. Bila 0,50 < E' ≤ 0,75
maka komunitas berada dalam kondisi labil sedangkan 0,75 < E' ≤ 1,00 maka
komunitas berada dalam kondisi yang stabil. Nilai indeks kemerataan (E') dapat
semakin besar nilai E' atau mendekati satu, maka organisme dalam
(1996), Bugguide (2009), Sarnat dan Economo (2012), adalah sebagai berikut:
38
1. Spesies 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Scarabaeidae
Genus : Phyllophaga
Deskripsi:
serangga ini memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah yang dilengkapi
dengan rahang atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Panjang ukuran
Peran Ekologi:
mulutnya. dimana serangga ini banyak memakan tinja atau makan material-
2. Spesies 2.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Genus : Helicoeverpa
Deskripsi :
ujung, terdapat mata tunggal. Memiliki tipe mulut menggigit yang dilengkapi
dengan rahang atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Ngengat-ngengat
sayap.
Peran ekologi :
bagi tanaman, pada saat menjadi ulat spesies ini sering membuat lubang dan
3. Spesies 3.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Phyllopalpus
Deskripsi:
Spesies ini memiliki tiga bagian tubuh yaitu caput, torax, dan
abdomen. Pada bagian torax terdapat tida pasang kaki dan dua pasang sayap.
Memiliki tipe mulut penggigit dan pengunyah yang dilengkapi dengan rahang
atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Tubuhnya berwarna hitam, kaki
Peran ekologi:
menarik dari menggigit ketika terganggu. Serangga ini juga berperan sebagai
41
perombak untuk kesuburan tanah dan tanaman serta perbaikan hutan (Borror,
1992).
4. Spesies 4.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Xanthippus
Deskripsi :
dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Warna
Peran Ekologi :
bersifat hama dimana hewan ini memakan tumbuhan dan seringkali merusak
pada tanam-tanaman
5. Spesies 5.
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Schistocerca
Deskripsi :
Spesies ini memiliki tiga bagian tubuh yaitu caput, torax, dan abdomen.
Pada bagian torax terdapat tida pasang kaki dan dua pasang sayap. Sayap depan
memiliki venasi dari bahan perkamen dan sayap belakang melipat seperti kipas.
Spesies ini berwarna coklat kemerahan dan memiliki panjang sekitar 4-7 cm.
panjang dan agak tebal. Panjang sayapnya sama dengan panjang tubuhnya.
Mempunyai tipe mulut menggigit dan mengunyah karena posisi kepala yang
Peran Ekologi:
6. Spesies 6.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Gryllus
Deskripsi :
pendek dan tegak lurus, terdapat mata tunggal. Memiliki tipe mulut
menggigit dan mengunyah yang dilengkapi dengan rahang atas dan rahang
bawah yang sangat kuat. Mempunyai tulang belakang pada tibia pendek.
Peran ekologi:
dalam proses perombak untuk kesuburan tanah dan tanaman serta perbaikan
7. Spesies 7
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Blattaria
Family : Blaberidae
Genus : Pycnoscelus
Deskripsi :
Spesies ini mempunyai tubuh yang oval dan rata, bagian kepala
penggigit karena mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah
yang sangat kuat. Mempunyai sayap. Mempunyai antenna yang panjang dan
Peran Ekologi :
organik, maka hewan ini dianggap berperan dalam pendauran materi (Siwi,
1991).
8. Spesies 8
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Carabidae
Genus : Megacephala
Deskripsi :
Biasanya badan berbentuk seperti kotak dengan warna metalik. spesies ini
memiliki ciri sama dengan ciri serangga pada umumnya. di bagi menjadi tiga
bagian : kepala, torak, abdomen. Serangga ini memiliki tipe mulut penggigit
karena mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah yang
sangat kuat. Antena 11 segmen dengan tipe filiform. Pangkal antenna berawal
dari bagian antar mata dan mandible. Kaki panjang dan kuat yang digunakan
Peran Ekologi :
Serangga ini bertindak sebagai hama dan ada juga yang yang menjadi
predator larva hama. Serangga dewasa ini memakan hewan dan tanaman yang
masih hidup maupun yang sudah mati sedangkan larvanya memakan kompos
9. Spesies 9.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Tettigoniidae
Genus : Eremopedes
Deskripsi :
Peran Ekologi:
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Dermaptera
Family : Forficulidae
Genus : Euborellia
Deskripsi :
berlekuk dibagian bawah, dan agak meluas kesamping, dan bagian distal
Peran Ekologi :
Hewan ini biasa dikenal dengan nama Cocopet yang memiliki peran
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Family : Aradidae
Genus : Aradus
Deskripsi :
Spesies ini mempunyai tubuh yang kecil, oval, berwarna hitam dan
terlihat. Antena terdiri dari 4 segment, segment pertama dari antenna sangat
biasanya ditemukan dibawah kulit kayu yang sudah mati. Tipe mulut
Peran Ekologi:
bagian mulut terdapat labrum, stilet Mandibel, stilet Maksila, dan rostrum,
serangan berwarna putih atau belang kemudian mengerut. Oleh sebab itu,
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Carabidae
Genus : Agonum
Deskripsi:
Spesies ini termasuk dalam ordo coleoptera, terdiri dari 3 bagian yaitu
caput, thorax dan abdomen, memiliki sepasang antenna dan kaki yang
panjang. Mereka mempunyai kepala lebih kecil dari pada dadanya. Memiliki
tipe mulut penggigit yang dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah
cm.
Peran Ekologi:
Pada tanaman seperti padi serangga ini berperan sebagai musuh alami
(Borror, 1992).
50
13. Spesies 13
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Coleoptera
Family : Carabidae
Genus : Panagaesus
Deskripsi:
Spesies ini memikiki tiga bagian tubuh yaitu caput, thorax, dan
tubuhnya. tipe mulut penggigit, Berwarna hitam, tetapi pada bagian abdomen
berwarna hitam kecokelatan, spesies ini termasuk dalam ordo coleoptera dan
Peran ekologi :
rahang atas dan rahang bawah yang kuat, dimana ia biasa membantu dalam
V. PENUTUP
A. Simpulan
51
52
B. Saran
serangga nocturnal pada kebun nilam bila dilakukan pada lokasi yang
berbeda.
53
DAFTAR PUSTAKA
Adisubroto, W., 1990, Pengkajian Populasi Predator Hama Kedelai pada Musim
Tanam, Jurusan hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Aditama, Candra, R., dan Nia, K., 2013, Struktur Komunitas Serangga Nocturnal
Area Pertanian Padi Organik pada Musim Penghujan di Kecamatan
Lawang, Kabupaten Malang, J. Biotropika, (Online), 1 (4)
(http://jurnalub.ac.id), Diakses 03 Januari 2016.
Agusrinal, 2011, Komposisi dan Keanekaragaman Jenis Kepiting (Brachyura) Pada
Ekosistem Mangrove Di Pulau Kaledupa, Darawa Dan Hoga
Kabupaten Wakatobi, Skripsi Jurusan Biologi FMIPA, Universitas
Halu Oleo, Kendari.
Agung, S.A.P., Ibrohim, Tuarita, H., 2014, Kajian Struktur Dan Komposisi
Komunitas Serangga Predator Yang Berpotensi Sebagai Agen
Pengendali Hayati di Perkebunan Kopi Desa Bangelan Kecamatan
Wonosari Kabupaten Malang, Skripsi, Universitas Negeri Malang.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A. dan N.F. Johson, 1996, Pengenalan Pelajaran Serangga
Edisi ke-enam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Borror, D.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F., 1989, An Introduction to the Study
of Insects. 7th edition, Saunders College Publishing, New York.
Bugguide, 2009, Identification, Images & Information For Insects, Spiders & Their
Kin, www.bugGuide.net, diakses tanggal 24 januari 2016.
53
54
Firmanto, B. H., 2009, Budidaya Tanaman Industri Wewangian Nilam, CV. Walatra,
Bandung.
Halloway, J.D., and Stork N.E., 1991, The dimensions of biodiversity: the use of
invertebrates as indicators of human impact, CAB International,
Wallingford, United Kingdom.
Hadi, H.M., Udi, T., Rully, R., 2009, Biologi Insekta Entomologi, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Hamid, H., 2012, Struktur Komunitas Serangga Herbivora dan Parasitoid pada
Polong Tanaman Kacang-kacangan (Fabaceae) di Padang, Skripsi,
Universitas Andalas, Padang.
Harahap, 2009, Karakterisasi dan simplisia dan isolasi serta analisis komponen
minyak atsiri pada daun nilam
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14328/1/09E0159.pdf
) (diakses 20 februari 2016) Edition, Harper and Row Pulisher, New
York.
Heddy, S., dan Kurniati, M., 1994, Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi : Suatu Bahasan
Tentang Kaidah Ekologi dan Penerapannya. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Herlina, Betty, 2006, Pengaruh Volume Air Dan Berat Bahan Pada Penyulingan
Minyak Atsiri. (online) http://jurtek.akprind.ac.id/sites/default/files/hal-
83-88-sumarni-gabung-ok.pdf (diakses 15 Februari 2016).
Herry, M., Trisilawati, O., Sabernard, Suryadi, R., 1998, Studi kebutuhan Hara pada
Tanaman Nilam, Laporan Teknis Penelitian APBN TA1997/1998,
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor.
55
Nuryani, Y., 2005, Pelepasan varietas unggul nilam, Warta Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Industri, 11 (1) : 1 – 3
Odum, E. P., 1998, Dasar – Dasar Ekologi Edisi Ketiga, Gadjah Madah University
Press, Yogyakarta.
Resty, R., 2007, Mengenal Kunang-kunang Melalui Habitat dan Ciri-ciri Morfologi,
Artikel Ilmiah, Universitas Andalas, Sumatera Barat.
Rahayu, S., Setiawan, A., Endang, A., Husaeni, dan Suyanto, S., 2006, Pengendalian
Hama Xylosandrus compactus Pada Agroforestri Kopi Multisrata
Secara Hayati: Studi kasus dari Kecamatan Suberjaya, Lampung Barat,
J. Agrivita, 28 (3)
Resosoedarmo, S., Kuswata, K., Aprilani, S., 1985, Pengantar Ekologi, Jakarta.
Samways, M.J., 1994, Insect Conservation Biology, Chapman & Hall, New York.
Schoonven, L.M., Jermy, T., Van Loon J.A., 1998, Insect-Plant Biology: from
physiology to evolution, Chapman & Hall, London.
Smith, R.L., 1992, Elements of Ecology, Third Edition, Harper Collins Publishers Inc,
New York.
Southwood, T.R.E., 1978, Ecological methods. With particular reference to the study
Of Insect populations, The ELBS and Chap-men and Hall, London.
Tasma, I. M., dan Wahid, P., 1988, Pengaruh mulsa dan pemupukan terhadap
pertumbuhan dan hasil nilam, J. Pemberitaan Littri, 15 (1-2) : 34 – 41
57
Untung, K., 1996, Pengantar Pengolahan Hama Terpadu, Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.
58
58
59