Anda di halaman 1dari 97

PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LIPID PADA MIKROALGA

(Chlorella vulgaris Beyerinick [Beijerinck], 1890) YANG DIKULTUR


MENGGUNAKAN LIMBAH TERNAK AYAM BROILER

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

Oleh:

IRMAYANTI
F1E1 17 026

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

a. Nama : Irmayanti

b. Tempat/Tanggal Lahir : Soppeng, 10 September 1999

c. Alamat : Lrg. Kristal

d. No tlp/Hp : 082235739735

e. E-mail : iyanti462@gmail.com

f. Nama Ayah : Haeruddin P. (Alm)

g. Nama Ibu : Jumliati

h. Rirayat Pendidikan :

1. SD Negeri 3 Poasia, lulus tahun 2011

2. SMP Negeri 10 Kendari, lulus tahun 2014

3. SMA Negeri 2 Kendari, lulus tahun 2017

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat

dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul: “Pertumbuhan dan Kandungan Lipid pada Mikroalga

(Chlorella vulgaris Beyerinick [Beijerinck], 1890 yang Dikultur

Menggunakan Limbah Ternak Ayam Broiler ”. Penulis menyadari bahwa

tanpa bantuan dari berbagai pihak baik bimbingan, nasehat, arahan serta doa

maka penulisan hasil penelitian ini tidak dapat terselesaikan dengan baik.

Penghargaan yang sangat tinggi dan ucapan terima kasih yang sangat

tulus penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Sri Ambardini, M. Si selaku

pembimbing I dan Ibu Wa Iba, S. Pi., M. App., Sc., Ph. D selaku

pembimbing II yang telah begitu sabar membimbing dan memberikan arahan,

motivasi serta petunjuk yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.

Ungkapan terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua penulis,

Ayahanda terhebat Haeruddin P. (Alm) dan ibunda tercinta Jumliati yang

telah membesarkan dengan seluruh cinta dan kasih sayang dan selalu

memberikan nasehat, pengorbanan, motivasi, doa, dukungan moral dan

materi yang tidak akan mungkin dapat tergantikan demi kesuksesan penulis.

Ucapan terima kasih juga kepada kakak-kakakku tersayang (Achmad,

Ahmadi, Wahyudi, Mirajnawati, Muhammad Said, Jumaldi) yang telah

membantu, mendoakan dan selalu memberikan dukungan selama penulis

melaksanakan studi.

v
Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S. Si., M. Si., M. Sc. selaku Rektor

Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

2. Dr. Ida Usman, M. Si. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO).

3. Wakil Dekan I, Wakil Dekan II dan Wakil Dekan III beserta jajarannya,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo

(UHO).

4. Ketua Jurusan Biologi Bapak Muhsin, S. Pd., M. Si dan Sekretaris Jurusan

Biologi Ibu Dr. Hj. Sittti Wirdhana Ahmad, B., S. Si., M. Si.

5. Dr. Sri Ambardini, M. Si. selaku ketua Program Studi Bioteknologi, Jurusan

Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu

Oleo (UHO).

6. Lalang, S. Pi., M. Si selaku penasehat akademik, terimakasih atas segala

masukannya dalam menyarankan pengambilan mata kuliah untuk semester

yang akan kita tempuh.

7. Prof. Analuddin S. Si., M. Si., M. Sc., Ph. D, selaku kepala UPT Bahasa

Universitas Halu oleo (UHO), yang sudah seperti orang tua sendiri yang

selalu memotivasi anak-anak bioteknologi untuk terus berkarya.

8. Andi Septiana, S. Si., M. Si., M. Sc. selaku kepala Laboratorium Biologi

yang telah memberikan nasihat dan bimbingan kepada penulis selama proses

vi
perkuliahan di Jurusan Biologi Program Studi Bioteknologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO).

9. Dr. rer.nat. H. Ahmad Zaeni, M. Si., Ardiansyah, S. Si., M. Si. dan Dr. Sapto

Rahardjo M. Si, selaku dewan penguji yang telah memberikan saran, kritikan

serta masukkan kepada penulis.

10. Seluruh dosen prodi Biologi dan Bioteknologi Universitas Halu Oleo yang

telah banyak memberikan arahan, bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis

dalam menyelesaikan studi.

11. Laboran laboratorium jurusan Biologi FMIPA Universitas Halu Oleo dan

Laboran Laboratorium Perikanan dan Ilmu Kelautan FPIK Universitas Halu

Oleo.

12. Ibu Asmariani dan Ibu Erika merupakan salah satu laboran yang sangat baik

yang penulis pernah temui. Terima kasih atas masukan, arahan, komen dan

kritikan serta canda tawa dari ibu yang selalu menghibur penulis dalam

menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi.

13. Patner penelitian sekaligus sahabat saya sendiri Nurlela, Fitriani Salasa,

Sendry Yosalina, serta Crasilia Yanti Padang, S.Biotek yang selalu

memberikan dorongan, saran, kritik dan motivasi yang sangat luar biasa.

Terima kasih atas kebersamanya dalam suka maupun duka.

14. Team Mikroalga Sendry Yosalina, Sri Elsi, Nurlela, Crasilia Yanti Padang

S.Biotek, Fitriani Salasa, Bolo Arif, Muh. Alim Nyau, Meliana, Diki

Widianata, Ray Marc Agurng P. D. P, Rahmah Mutmainnah Azam dan Ledi

Vebrianti Nur’Ami Ode terima kasih atas dukungan, motivasi dan terima

vii
kasih juga sudah mau menemani dan menjadi teman penelitian di Lab. Saya

sangat bersyukur bisa menjadi teman, patner dan satu tim penelitian dengan

kalian.

15. Sahabat saya yang sudah saya anggap seperti saudara saya sendiri Nurfarida,

Khofifah Awalia Ramadhani serta Asmirah Rahmat Basuki. Terima kasih

karena selalu menghibur penulis dengan tingkah kocak kalian.

16. Team Penelitian Mikrobiologi (Muh. Wahid Abdullah, Husnul Hatimah,

Maya Santi, Khairatun Hisaan, Fitri Anisa dan Salsabillah Paramita), Team

MFC (Nirari Astrini Dewi, M, Pratitis Tri Maharani, Anggaraini, Imerfri, Ni

Made, Andi Auliah Magfyrah dan Isra), Team Membran (Hildani dan Fitriana

Sari), Team Fitoremediasi (Elim Yazura) dan Team Penelitian lainya. Terima

kasih atas dukungan kalian semua.

17. Teman-teman MITOGEN 2017 Muh. Wahid Abbdullah, Muh. Alim Nyau,

Sendry Yosalina, Nurlela, Sri Elsi, Bolo Arif, Crasilia Yanti Padang,

S.Biotek, Nirari Astriani Dewi M, Hildani, Fitri Anisa, Khairatun Hisaan,

Fitriani Salasa, Fitrianasari, Taufik Hidayat, Pratitits dan semua yang tidak

bisa disebutkan satu per satu telah memberikan keceriaan dan semangat.

18. Kakak Senior 2015 Bastiar, S. Biotek, Jumtrisnandar Asmin Andas, S.

Biotek, Miklan S, S. Biotek, Ucka Zulfichar, S. Biotek dan Muh. Abit

Aksarullah, S. Biotek

19. Kakak Senior 2016 Sarifah S. Biotek, Wa Ode Linda Rahayu, S. Biotek,

Nursainuddin, S. Biotek, Nurriecqy Bil Hidayah Al Gifarey, S. Biotek yang

telah memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis

viii
20. Kakak-kakak senior Bioteknologi 2015, 2016 serta Adik-adik junior 2018,

2019, 2020 dan 2021 terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini.

21. Teman-teman Jurusan Biologi Angkatan 2016 dan 2017 serta alumninya,

terima kasih atas segala motivasi, saran dan semangatnya

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karessna itu, dengan segala kerendahan hati penulis

menerima segala saran dan kritik yang sifatnya membangun demi

penyempurnaannya. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas segala

dukungan, doanya dan bimbingannya semoga semua pihak yang telah membantu

senantiasa dalam lindungannya-Nya. Aamiin

Kendari, 11 Januari 2022

Penulis

ix
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR GRAFIK xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN xvi
ABSTRAK xviii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4

II. TINJAUAN PUSTAKA 5


A. Mikroalga Chlorella vulgaris 5
B. Chlorella vulgaris sebagai Penghasil Lipid 6
C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Kandungan Lipid 10
Chlorella vulgaris
D. Fase Pertumbuhan Mikroalga 13
1. Fase Lag (Adaptasi) 13
2. Fase Eksponensial (Fase Log) 14
3. Fase Stasioner 14
4. Fase Kematian 15

E. Limbah Ternak Ayam sebagai Media Kultur Mikroalga 15


Chlorella vulgaris
F. Hipotesis Penelitian 16

III.METODE PENELITIAN 18
A. Waktu dan Tempat Penelitian 18
B. Jenis Penelitian 18
C. Bahan Penelitian 18
D. Alat Penelitian 19
E. Variabel Penelitian 19
a. Variabel Bebas 20
b. Variabel Terikat 20
F. Definisi Operasional 20

x
G. Kriteria Objektif 21
H. Desain Penelitian 21
I. Prosedur Penelitian 22
1. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian 22
2. Persiapan Bahan Penelitian 22
2.1. Sterilisasi Alat 22
2.2. Persiapan Air Laut Steril 23
2.3. Persiapan Limbah Ternak Ayam Broiler 23
3. Kultivasi Stok Chlorella vulgaris 24
4. Kultivasi Mikroalga dalam Media Limbah Ternak Ayam 26
Broiler
5. Perhitungan Kepadatan Mikroalga 26
6. Pemanenan Mikroalga 27
7. Perhitungan Pertumbuhan dan Produksi Biomassa 27
8. Ekstraksi dan Analisis Lipid Menggunakan Metode Bligh 28
dan Dyer
9. Analisis Data 30
J. Bagan Alir penelitian 31

IV. HASIL PENELITIAN 32


A. Analisis Kandungan Limbah Ternak Ayam Broiler 32
B. Kepadatan Sel Chlorella vulgaris 34
C. Laju Pertumbuhan Spesifik Chlorella vulgaris 37
D. Produksi Biomassa Chlorella vulgaris 40
1. DW dan AFDW 40
2. Produktivitas Biomassa 42
E. Kandungan Lipid Chlorella vulgaris 44

V. PENUTUP 48
A. Simpulan 48
B. Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 56

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman


3.1 Bahan Penelitian 18
3.2 Alat Penelitian 18
3.3 Desain Penelitian 22
4.1 Hasil Analisis Kandungan Media Limbah Ternak 32
Ayam Broiler

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman


2.1 Bentuk Sel Mikroalga 6
2.2 Reaksi Pembentukan Lemak Sederhana Trigliserida 7
2.3 Jalur Biosintesis Metabolisme Mikroalga 8
2.4 Reaksi Esterifikasi 9
2.5 Reaksi Transesterifikasi 9
2.6 Kurva Pertumbuhan Mikroalga 13
3.1 Alat dan cara menghitung mikroalga dalam 25
haemocytometer
3.2 Bagan Alir Penelitian 31
4.1 Grafik Kepadatan Mikroalga C. vulgaris dalam 34
Skala Logaritma selama 7 Hari Pengamatan pada
Variasi Konsentrasi Media
4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Spesifik C. vulgaris 38
4.3 Grafik Dry Weight dan Ash Free Dry Weight C. 40
vulgaris
4.4 Grafik Produktivitas Biomassa C. vulgaris 43
4.5 Grafik Kandungan Lipid C. vulgaris 45

xiii
DAFTAR GRAFIK

Nomo Teks Halaman


r
2.4 Kurva Pertumbuhan Mikroalga 13
4.1 Kepadatan Sel C. vulgaris 34
4.2 Laju Pertumbuhan Spesifik Sel C. vulgaris 38
4.3 Dry Weight dan Ash Free Dry Weight 40
4.4 Produktivitas Biomassa 43
4.5 Kandungan Lipid 45

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1 Lampiran 1
1.1 Perhitungan Konsentrasi Media Limbah Ternak Ayam
56
Broiler (LTAB)
1.2 Penggunaan Konsentrasi perlakuan media LTAB
56
1.3 Perhitungan Inokulum dengan Kepadatan Awal 10x104
57
sel.mL-1 menggunakan Rumus Pengencer
Lampiran 2
Perhitungan Kepadatan Sel Chlorella vulgaris setiap 2 hari
2 2.1 60
sekali selama 7 hari
2.2 Rata-rata Kepadatan Sel Per Perlakuan 61
2.3 Analisis Repeated Measures ANOVA kepadatan sel 61
3 Lampiran 3
3.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Sel Individu Per Perlakuan
63
Fase Eksponensial (Hari ke-2 hingga ke-6)
3.2 Analisis Sidik Ragam ANOVA Laju Pertumbuhan
64
Spesifik Per Perlakuan pada Fase Eksponensial
4 Lampiran 4
4.1 Data Dry Weight (DW), Ash Free Dry Weight (AFDW)
65
dan Produktivitas Biomassa
4.2 Rata-rata Dry Weight (DW) 66
4.3 Analisis One Way ANOVA Dry Weight (DW) 66
4.4 Rata-rata Ash Free Dry Weight (AFDW) 67
4.5 Analisis One Way ANOVA Ash Free Dry Weight
67
(AFDW)
4.6 Rata-rata Produktivitas Biomassa 68
4.7 Analisis One Way ANOVA Produktivitas Biomassa 68
5 Lampiran 5
5.1 Kandungan Lipid Chlorella vulagris 69
5.2 Rata-rata Kandungan Lipid 70
5.3 Analisis One Way ANOVA Kandungan Lipid 70
6 Dokumetasi Penelitian 71

xv
DAFTAR ARTI LAMBANG/SINGKATAN

Lambang/singkatan Arti dan Keterangan

% Persen
0
C Derajat celcius
µ Laju pertumbuhan spesifik
µL Mikro liter
µm Mikro meter
μmoles. m-2.s-1 Intensitas Cahaya
µg Mikro gram
AFDW (Ash Free Dry Weight) Berat kering bebas
abu
ANOVA Analysis of Variance
BBU Balai Benih Udang
C1 Kepadatan sel inokulum
C2 Kepadatan awal yang dibutuhkan
CO2 Karbondioksida
DKP Dinas Kelautan dan Perikanan
DW (Dry weight) Berat kering biomassa
et al dan kawan-kawan
Fe Besi
g Gram
g. L-1 Gram perliter
HCl Asam klorida
H2O Hidrogen dioksida atau Air
H2SO4 Asam sulfat
H3BO Asam borat
K Kalium
L Liter
LTAB Limbah Ternak Ayam Broiler
Mg Magnesium
mg. L Miligram perliter
mL Mililiter
mm Milimeter
Mn Mangan
n Total sel hasil perhitungan
N Nitrogen

xvi
NO3- Nitrat
NH3 Amonia
N1 Kepadatan sel akhir
N2 Kepadatan sel awal
N2 Gas Hidrogen
P Fosfat
Ppt Part Per Thousand
pH Potensial hydrogen
RAL Rancangan Acak Lengkap
S Sulfur
SE Standar eror
Sel.mL-1 Satuan Kepadatan sel (Sel Per mililiter)
Sel.hari-1 Satuan Sel perhari
SPSS Statistical Package for the Social Sciences
T Waktu dalam hari fase eksponensial
TL Tube luminescent
V Volume
V1 Volume inokulum yang dibutuhkan
V2 Volume air media kultur
w Watt
x Jumlah kotak dalam Haemacytometer
Zn Seng

xvii
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN LIPID PADA MIKROALGA
(Chlorella vulgaris Beyerinick [Beijerinck], 1890) YANG DIKULTUR
MENGGUNAKAN LIMBAH TERNAK AYAM BROILER

Oleh

IRMAYANTI
F1E1 17 026

ABSTRAK

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan kandungan lipid C.


vulgaris yang dikultur menggunakan limbah ternak ayam broiler (LTAB).
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5
perlakuan penambahan media LTAB yaitu P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm), P3 (20 ppm),
P4 (200 ppm) dan P5 (Walne) dengan 3 kali ulangan. Kepadatan awal kultur adalah
105 sel.mL-1 yang dikultur selama 7 hari menggunakan botol plastik (v=600 mL)
dengan volume kultur 300 mL. Kepadatan mikroalga dihitung setiap 2 hari sekali
menggunakan neubaur haemocytometer di bawah mikroskop pembesaran 40x
dengan bantuan hand counter. Mikroalga dikultur pada intensitas cahaya 35
µmoles.m-2.s-1, suhu 28⁰C, pH 7-8 dan salinitas 28-29 ppt. mikroalga dipanen pada
fase stasioner akhir menggunakan kertas Whatman microfiber filter (Ɵ=25 mm),
dikeringkan (1 jam, 100⁰C) dan diabukan (5 jam, 450⁰C) kemudian ditimbang
untuk menghitung berat kering dan berat kering bebas abu. Kandungan lipid
mikroalga dianalisis menggunakan metode Bligh dan Dyer yang dimodifikasi.
Hari, konsentrasi kotoran ayam dalam media kultur dan interaksi antara keduanya
mempengaruhi pertumbuhan C. vulgaris (p=0.000). Kepadatan sel, laju
pertumbuhan spesifik dan produktivitas biomassa C. vulgaris tertinggi ditemukan
pada media LTAB pada P4 (200 ppm) (p=0,000) dengan nilai kepadatan sel
598,01×104 sel.mL-1, laju pertumbuhan spesifik sebesar 0,4481 sel.hari -1 dan
produktivitas biomassa sebesar 2,2521 g.L.hari -1. Lipid tertinggi diperoleh pada
mikroalga dalam media LTAB P3 (20 ppm) sebesar 4,2024% (p=0.001) sedangkan
pada P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm) dan P4 (200 ppm), kandungan lipid tidak berbeda
berkisar antara 1-2 %. Penelitian ini menunjukkan bahwa produksi lipid
menggunakan kotoran ayam broiler tidak disarankan untuk bahan baku biofuel
karena kandungan lipidnya yang rendah tetapi dapat dipertimbangkan sebagai
bahan pakan pengganti minyak ikan setelah diketahui profil asam lemaknya.

Kata Kunci: C. vulgaris, pertumbuhan, lipid, kultur, organic

xviii
GROWTH OF LIPID CONTENT IN MICROALGAE(Chlorella vulgaris
Beyerinick [Beijerinck], 1890) CULTURED USING BROILER
CHICKEN WASTE

By

IRMAYANTI
F1E1 17 026

ABSTRACT

The study aimed to find out the growth and lipid content of C. vulgaris cultured
using broiler chicken waste (LTAB). This study used a Complete RandomIzed
Design (RAL) consisting of 5 treatments of LTAB media additions namely P1
(0.2 ppm), P2 (2 ppm), P3 (20 ppm), P4 (200 ppm) and P5 (Walne) with 3
repeats. Theinitial culture is 105 sel.mL-1 that are cultured for 7 days using a
plastic bottle (v = 600 mL) with a culture volume of 300 mL. Microalgae density
is calculated every 2 days using a neubaur haemocytometer under a 40x
magnification microscope with the help of a hand counter. Microalgae are
cultured at a light intensity of 35 μmoles.m-2.s -1,temperatures of28⁰C, pH 7-8 and
salinity of 28-29 ppt. microalgae are harvested in the final stationary phase using
Whatman microfiber filter paper (Ɵ=25 mm), dried (1 hour, 100⁰C) and smoked
(5 hours, 450⁰C) then weighed to calculate dry weight and dry weight free of ash.
The lipid content of microalgae was analyzed using the modified Bligh and Dyer
methods. Today, the concentration of chicken manure in the culture media and the
interaction between the two affects the growth of C. vulgaris (p=0.000). Cell
density, specific growth rate and biomass productivity of C. vulgaris are highest
found in LTAB media at P4 (200 ppm) (p=0.000) with a cell density value of
598.01×104 sel.mL-1,a specific growth rate of 0.4481 sel.day -1 and biomass
productivity of 2.2521 g.L.day-1. The highest lipids are obtained in microalgae in
LTAB P3 (20 ppm) media by 4.2024%(p=0.001)whilein P1 (0.2 ppm), P2 (2
ppm) and P4 (200 ppm), content Lipids do not differ from 1-2%. This study
suggests that lipid production using broiler chicken liveris not recommended for
biofuel feedstocks due to their low lipid content but can be considered as a
substitute feed material for fish oil once its fatty acid profile is known.

Keywords: C. vulgaris,growth, lipids,cultures, organic

xix
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan energi bahan bakar

terus meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya

kebutuhan ekonomi masyarakat. Energi merupakan kebutuhan yang sangat

penting untuk menjalankan berbagai aktivitas, salah satunya adalah energi

minyak bumi, dimana energi minyak bumi dengan bahan dasar fosil

ketersedianya sangat terbatas (Febtisuharsi, 2016). Selain itu, peningkatan laju

konsumsi tidak sejalan dengan perkembangan produksi minyak bumi.

Perkembangan produksi minyak bumi mengalami penurunan dari tahun 2005-

2014 yaitu 386,48 juta barel-287,90 juta barel. Hal ini mengakibatkan harga

bahan bakar minyak sangat tinggi dan sulit dijangkau untuk beberapa kalangan

masyarakat (Elistiya et al., 2019). Oleh sebab itu pengembangan sumber energi

bahan bakar terbarukan sangat penting dilakukan guna mempertahankan

ketersediaan bahan bakar secara kontinyu. Bahan bakar minyak alternatif

terbarukan dan ramah lingkungan salah satunya adalah biodiesel (Gultom,

2018).

Biodiesel adalah salah satu energi terbarukan yang berasal dari minyak

nabati dan dianggap mampu mengatasi permasalahan minyak bumi (Widyastuti

dan Ayu, 2015). Biodiesel umunya dibuat dari minyak tumbuhan dan lemak

xx
hewan. Namun, pembuatan biodiesel dari minyak tumbuhan seperti jagung,

kedelai, jarak dan sawi memiliki kekurangan yaitu waktu pemanenan tanaman

yang berjarak 3 bulan sampai 5 tahun agar tanaman produktif menghasilkan

minyak. Tidak hanya itu, menggantungkan subtitusi minyak dari minyak

jagung, kedelai dan minyak kelapa sawit akan berbenturan dengan kepentingan

konsumsi pangan manusia dan apabila minyak tersebut tetap diproduksi untuk

menstitusi minyak bumi harganya tidak kompetitif (Basmal, 2018). Untuk

mengatasi hal tersebut, maka perlu dicari bahan alam lain yang sangat

berpotensi dalam pembuatan biodiesel. Salah satu sumber alam yang berpotensi

menjadi biodiesel adalah mikroalga (Panjaitan, 2017).

Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang hidup didalam air

tawar maupun air laut, dimana biomassa mikroalga dapat dikonversi menjadi

biodiesel (Mirzayanti et al., 2020). Jenis mikroalga yang potensial digunakan

untuk produksi biodiesel harus memiliki kandungan lipid yang sangat tinggi.

Berbagai jenis mikroalga telah diidentifikasi mempunyai kandungan lipid

diantaranya Chorella Vulgaris sebesar 28-75%, Nannochloropsis sp. sebesar

31-68% dan Tetraselmis chuii sebesar 15-23% (Assadad et al., 2010). Ketiga

jenis mikroalga ini yang memiliki kandungan lipid tertinggi yaitu C. vulgaris.

C. vulgaris merupakan mikroalga yang termaksud dalam kelas Chlophyceae,

bersifat fotoautotrof sehingga membutuhkan cahaya sebagai sumber energi

untuk pertumbuhan sel (Novianti, 2017).

Biomassa mikroalga dapat diperoleh dengan cara kultivasi. Kultivasi

merupakan suatu teknik dalam memenuhi kebutuhan stok mikroalga. Namun,

xxi
dalam pemanfaatannya terdapat kendala baik dari biomassa maupun metabolit

yang berasal dari mikroalga seperti media kultivasi yang cukup mahal

sehingga dibutuhkan sumber media kultivasi yang murah, mudah diperoleh

dan tersedia cukup melimpah. Limbah kotoran ternak ayam broiler menjadi

salah satu limbah yang diharapkan sebagai media kultur mikroalga karena

mengandung unsur hara utama yang dibutuhkan mikroalga yaitu Nitrogen

(N), Fosfor (P) dan Kalium (K) dalam memproduksi lipid. Menurut

Febtisuharsi. (2016), mengemukakan bahwa mikroalga Chlorella sp. dapat

beradaptasi dan hidup dengan baik pada media limbah ternak ayam broiler

dengan konsentrasi 20 g/500 mL yang diperoleh kadar lipid sebesar 30,69%

dimana hasil ini merupakan hasil kadar lipid tertinggi yang diperoleh pada

media kotoran ayam dibanding dengan menggunakan media kotoran lainnya.

Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Agwa et al. (2012) bahwa

Chlorella sp. yang dikultur menggunakan media kotoran ayam dengan aerasi

buatan menghasilkan kadar lipid lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorella

sp. dalam kultur media kotoran domba, sapi, potongan rumput dan kotoran

babi. Namun demikian belum diketahui konsentrasi yang optimal pada limbah

ternak ayam broiler untuk pertumbuhan dan produksi lipid C. vulgaris. Oleh

karena itu dalam penelitian ini akan dilakukan kultur mikroalga C. vulgaris

dengan variasi konsentrasi untuk melihat pertumbuhan dan kandungan lipid C.

vulgaris.

B. Rumusan Masalah

xxii
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pertumbuhan mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler?

2. Berapa kandungan lipid mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler?

3. Berapa konsentrasi media limbah ternak ayam broiler yang optimal bagi

pertumbuhan populasi dan kandungan lipid C. vulgaris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pertumbuhan mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler.

2. Mengetahui kandungan lipid mikroalga C. vulgaris yang dikultur

menggunakan variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler.

3. Mengetahui konsentrasi media limbah ternak ayam broiler yang optimal

bagi pertumbuhan populasi dan kandungan lipid C. vulgaris.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini terdiri atas dua yaitu manfaat secara teoritis

dan praktis:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan kajian ilmu bioteknologi kelautan khususnya mengenai kultur

mikroalga dan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

xxiii
2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru

kepada masyarakat tentang pemanfaatan media limbah ternak ayam broiler

sebagai media kultur mikroalga C. vulgaris dengan konsentrasi yang sesuai

untuk pertumbuhan dan kandungan lipid.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Mikroalga Chlorella vulgaris

Keragaman mikroalga menjadikannya sebagai sumber yang

potensial untuk menghasilkan berbagai produk kimia dengan aplikasi

dalam industri nutrisi, kosmetik, farmasi, dan obat-obatan (Kurnia et al.,

2020). Chlorella vulgaris Beyerinick dimanfaatkan secara komersial karena

tingginya nilai gizi yang dimiliki. Mikroalga ini mengandung protein,

karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, asam amino esensial, asam lemak

esensial, enzim, beta karoten dan klorofil sehingga banyak digunakan

sebagai pakan ikan, suplemen makanan, bahan penawar berbagai penyakit,

bahan untuk biofuel dan bioremediator. Mikroalga uniseluler ini berbentuk

simpel, fotosintetik, sehingga banyak dikembangkan dalam pengolahan

limbah. Mikroalga ini mudah diperoleh di tempat-tempat pembudidayaan

sumber daya laut.

Chlorella vulgaris adalah salah satu jenis mikroalga yang mudah

ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia. Chlorella adalah jenis alga

dari divisi yang merupakan alga hijau. Chlorophyceae (alga hijau)

merupakan alga yang berasal dari divisi Chlorophyta. Selnya mengandung

klorofil a dan b. Pigmen yang dihasilkan dari mikrolaga Chlorella setelah

xxiv
pemberian metanol sebelum dan sesudah 24 jam adalah hijau. Chlorella

memiliki bentuk sel bulat, kecil dan memiliki diameter sel <10 µm

dengan kloroplas parietal tunggal yang hampir mengisi sel (Imelda et al.,

2018). Berdasarkan taksonominya klasifikasi ilmiah C. vulgaris menurut

Beyerinick (1890), adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Filum : Chlorophyta

Kelas : Trebouxiophyceae

Ordor : Chlorellales

Famili : Chlorellaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chlorella vulgaris

(a) (b)
Gambar 2.1. a. Chlorella vulgaris (Desianti, 2014)
b. Chlorella vulgaris (Padang, 2021 Perbesaran 40x)

B. Chlorella vulgaris sebagai Penghasil Lipid

Lipid adalah senyawa organik yang tidak dapat larut dalam air

tetapi dapat diekstraksi dengan pelarut nonpolar seperti kloroform, eter,

dan benzena. Senyawa organik ini terdapat didalam sel dan berfungsi

xxv
sebagai sumber energi metabolisme dan sebagai sumber asam lemak

esensial yang mempunyai fungsi spesifik dalam tubuh seperti untuk

struktur sel dan pemeliharaan integritas membran yang hidup. Fungsi lain

dari lipid antara lain sebagai komponen utama struktur sel, penyimpan

bahan bakar metabolik, untuk mengangkut bahan bakar, sebagai

pelindung dinding sel, dan juga sebagai komponen pelindung kulit

vertebrata (Gusrina, 2008).

Lipid hasil ekstraksi biomassa mikroalga biasanya mengandung

lipid non-polar dan lipid polar. Trigliserida adalah lipid non-polar yang

dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel, dimana susunan

molekulnya berupa tiga asam lemak rantai panjang yang terikat pada satu

gliserol (Saadudin et al., 2011).

Gambar 2.2. Reaksi Pembentukan Lemak Sederhana Trigliserida

Kandungan lemak (lipid) dan asam lemak (fatty acids) yang

ada di dalam mikroalga merupakan sumber energi. Kandungan ini

dihasilkan dari proses fotosintesis yang merupakan hidrokarbon dan

dapat menghasilkan energi yang belum digali dan dimanfaatkan

sepenuhnya (Gusrina, 2008). Jalur metabolisme mikroalga dalam

xxvi
membentuk senyawa lipid dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Jalur Biosintesis Metabolisme Mikroalga


Sumber: Patras et al. (2018).

Lipid yang terkandung dalam mikroalga dapat dikonversi

menjadi bahan bakar diesel melalui proses esterifikasi dan

transesterifikasi. Esterifikasi adalah proses yang mereaksikan asam lemak

bebas (FFA) dengan alkohol rantai pendek (methanol atau etanol)

menghasilkan metil ester asam lemak (FAME) dan air. Transterifikasi adalah

proses yang mereaksikan trigliserida dalam minyak nabati atau lemak

hewani dengan alkohol rantai pendek seperti methanol atau etanol

menghasilkan metil ester asam lemak (Fatty Acids Methyl Ester / FAME)

atau biodiesel dan gliserol (gliserin) sebagai produk samping (Arini, 2015).

xxvii
Kandungan lipid dalam mikroalga biasanya dalam bentuk gliserol dan

asam lemak dengan panjang rantai C14 ampai C22 (Kawaroe et al.,

2012).

Gambar 2.4. Reaksi Esterifikasi

Gambar 2.5. Reaksi Transesterifikasi

Menurut (Jawa et al., 2014) Kandungan total lipid C. vulgaris

yang diperoleh cukup besar yaitu 63 % dari berat kering. Becker

(1992), menyatakan lipid pada mikroalga mengandung asam – asam

lemak essensial seperti C18 linoleat (18:2 ω 6), ϒ linolenat (18:3 ω 3),

derivat dari C20, asam eicosapenlanoat (EPA : 20 : 5 ω 3) dan asam

arachidonat (AA : 20 : 4 ω 6). Asam – asam lemak tersebut tidak dapat

disintesa oleh tubuh manusia dan merupakan komponen penting.

Banyaknya manfaat yang diperoleh dari asam lemak tidak jenuh C. vulgaris

dapat dimanfaatkan sebagai suplemen makanan bagi manusia dan hewan.

Menurut Mayasari et al. (2012), menyatakan C.vulgaris telah diproduksi dan

dipasarkan sebagai suplemen makanan pada beberapa negara seperti cina,

xxviii
jepang, amerika dan eropa.

Lipid yang diproduksi dari sel mikroalga dapat dikelompokkan

menjadi dua yaitu lipid non-polar dan lipid polar. Lipid non-polar dalam sel

mikroalga berbentuk TAG (Triasilgliserol) yang terdiri dari asam lemak

jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang dapat diolah menjadi biodiesel

melalui transesterifikasi. Lipid polar dalam sel mikroalga berbentuk

fosfolipid dan sterol yang yang bertindak sebagai penyusun membran sel dan

organel (Apriyatmoko, 2015).

C. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Kandungan Lipid

Chlorella vulgaris

Kultivasi dilakukan untuk mengumpulkan biomassa sebanyak-

banyaknya. Kondisi kultivasi yang akan dilakukan yaitu pada suhu ruang

(± 25-27°C), fotoperiode 12:12 (gelap:terang) dengan intensitas cahaya

10,000 lux dan aerasi selama 24 jam. Kondisi pertumbuhan tersebut

merupakan kondisi pertumbuhan optimum yang digunakan untuk kultivasi

C. vulgaris. Sebelum dikultivasi kultur dilakukan peremajaan agar kultur

yang diperoleh masih dalam kondisi yang baik. Waktu panen yang

optimum yaitu pada hari ke-8 (Kurnia et al., 2019).

Perhitungan kultur biomassa dilakukan untuk mengetahui

perkembangan biomassa C. vulgaris. Pada hari ke-1 menunjukkan bahwa

sel C. vulgaris telah beradaptasi dengan media pertumbuhan baru. Dalam

proses adaptasi sel mikroalga telah memanfaatkan nutrien yang ada dalam

media belum optimal (Halima et al., 2019). Pada kondisi stress lingkungan

xxix
yaitu konsentrasi nitrogen rendah, mikroalga akan cenderung membentuk lipid

sebagai cadangan makanan daripada membentuk karbohidrat dan senyawa

lainnya. Hal ini disebabkan karena mikroalga lebih banyak menggunakan atom

karbon untuk membentuk lipid dari pada karbohidrat, sebagai akibat

meningkatnya aktifitas enzim asetil ko-A karboksilase (Anggraini, 2015).

Menurut Susanty et al. (2019), Media kultur menjadi salah satu faktor

yang penting dalam pertumbuhan dan metabolisme mikroalga. Pemilihan

media kultur sebaiknya mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan

sehingga pemanfaatan mikrolaga khususnya Chlorella sp. tidak mengeluarkan

biaya yang besar. Salah satu solusi dalam menekan biaya kultur mikroalga

yaitu dengan memanfaatkan limbah. Beberapa limbah telah diteliti mampu

menjadi media kultur mikroalga. Menurut Yulina et al. (2020), beberapa media

kultur yang biasa dipakai untuk budidaya C. vulgaris yaitu media Walne,

Guillard’s f/2 dan Erdscheiber yang umumnya berupa media anorganik,

yang dalam penyediaannya diperlukan biaya yang sangat besar.

Cahaya mempengaruhi pembentukan lipid pada mikroalga. Sebuah

penelitian di India menyatakan bahwa metabolisme spesies C. vulgaris erat

kaitannya dengan ada tidaknya cahaya. Pada C. vulgaris yang tumbuh pada

kondisi terang konsentrasi asam lemak jenuh lebih tinggi dibanding dengan

tumbuh di tempat gelap. Hal ini dikarenakan adanya respon adaptif

mikroalga yang tumbuh pada lingkungan yang berbeda (Elumalai et al.,

2011).

xxx
Menurut Chrismadha et al. (2006), bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan mikroalga diklasifikasikan sebagai faktor sumber

daya (resource factors) dan faktor pendukung (non resource factors). Faktor

sumberdaya meliputi faktor-faktor yang terdiri dari sumber daya yang secara

langsung dipergunakan oleh sel-sel alga untuk pertumbuhannya, seperti unsur

hara, cahaya matahari dan CO2. Sementara faktor pendukung terdiri dari faktor-

faktor lingkungan yang mempengaruhi proses metabolisme dalam sel

mikroalga, antara lain suhu dan pH. Pengaruh faktor sumber daya terhadap

pertumbuhan mikroalga pada umumnya digambarkan sebagai fungsi hiperbolik

yang dicirikan oleh fenomena titik jenuh, dimana penambahan ketersediaan

faktor sumberdaya tidak dapat lagi meningkatkan pertumbuhan mikroalga.

Fenomena titik jenuh ini selanjutnya dimanfaatkan dalam kajian-kajian kultur

mikroalga untuk menentukan kondisi optimum untuk mencapai tingkat

produktivitas yang paling efisien

Menurut Oktaviani et al. (2017), Nitrogen diperlukan dalam proses

fotosintesis yang melibatkan klorofil sebagai komponen utamanya,

sehingga berpengaruh pada biomassa yang dihasilkan mikroalga. Namun,

kadar nitrogen yang terlalu rendah dapat menyebabkan protein terpecah

menjadi asam amino yang kemudian membentuk asetil-koA sehingga dapat

menyebabkan meningkatnya kadar lipid.

Suhu mempengaruhi besar laju reaksi kimiawi di dalam tubuh sel,

dimana semakin tinggi suhu semakin besar pula laju reaksi sehingga laju

pertumbuhannya juga semakin meningkat. Namun, ketika suhu terlalu tinggi

xxxi
maka akan menyebabkan denaturasi protein yang dapat menyebabkan

kematian. Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan C.

vulgaris berkisar antara 23-30oC. Selain itu, suhu dapat pula mempengaruhi

kondisi kesetimbangan respirasi dan fotosintesis. Ketika suhu meningkat, maka

respirasi (fotorespirasi) akan meningkat pula. Hal ini akan menyebabkan

kemampuan untuk berfotosintesis menurun (Pratama, 2011).

D. Fase Pertumbuhan Mikroalga

Fase pertumbuhan mikroalga terdiri dari fase lag atau yang dikenal

dengan fase adapasi, fase log (eksponensial), fase stasioner dan fase kematian.

Gambar 2.6. Kurva pertumbuhan mikroalga (Morais & Costa, 2007) dalam
(Prayitno, 2016)

1. Fase Lag (Adaptasi)

Menurut (Hadiyanto & Azim, 2012) fase lag adalah fase adaptasi

mikroalga dalam medium baru. Pada tahap ini mikroalga

membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri karena lingkungan media

cenderung berbeda dari lingkungan sebelumnya. Selama masa adaptasi

sel alga lebih sensitif terhadap nutrien, temperatur, dan kondisi yang

xxxii
berbeda dari kondisi aslinya. Ciri metabolisme selama fase log adalah

aktivitas fotosistesis yang tinggi untuk pembentukan protein dan

komponen penyusun plasma sel yang dibutuhkan dalam pertumbuhan.

Keadaan ini ditandai dengan warna kultur yang semakin hijau

dibandingan pada awal kultur (Halima et al., 2019).

2. Fase Eksponensial (Fase log)

Menurut Yulina et al. (2020), Pada hari ke-4 merupakan waktu

yang tepat untuk dilakukan pemanenan sel karena pada hari tersebut

merupakan fase eksponensial dimana kepadatan sel pada hari tersebut

meningkat dari kepadatan sel hari sebelumnya akibat ketersediaan nutrien

yang cukup untuk pertumbuhan C. vulgaris. Memasuki fase

eksponensial, pembelahan sel dimulai dan laju pertumbuhan meningkat

secara intensif. Bila kondisi kultur optimum maka laju pertumbuhan pada

fase ini dapat mencapai nilai maksimal dan pola laju pertumbuhan dapat

digambarkan dengan kurva logaritmik. Pada fase ini merupakan fase

terbaik untuk memanen mikroalga untuk keperluan pakan ikan atau

industri. Chlorella sp. dapat mencapai fase ini dalam waktu 4-6 hari atau

bisa tergantung media yang digunakan (Febtisuharsi, 2016).

3. Fase Stasioner

Fase stasioner merupakan fase pertumbuhan yang konstan karena

nutrien semakin berkurang dan populasi semakin padat (Jati et al., 2012).

Fase stasioner atau jumlah sel cenderung konstan karena telah terjadi

xxxiii
penurunan pembelahan sel secara bertahap. Pada fase ini mikroalga tidak

lagi mengalami pertumbuhan, kecepatan pertumbuhan (growth rate)

menjadi nol. Perubahan kondisi lingkungan, kekurangan nutrien dan

akumulasi racun akibat metabolisme mikroalga menyebabkan mulai

terjadinya kematian (Musdalifah et al., 2015).

4. Fase Kematian

Menurut Yulina et al. (2020), pada hari ke-8 pertumbuhan sel

menurun dan banyak sel C. vulgaris yang mati akibat berkurangnya nutrien

dalam media kultur dan banyaknya akumulasi racun dalam media kultur

yang berasal dari hasil metabolisme sel yang tidak terurai. Menurut

Elystia et al. (2019), fase kematian berlangsung ketika peningkatan populasi

mikroalga tidak sejalan dengan penambahan nutrien, sedangkan

pemanfaatan nutrien oleh mikroalga terus berlanjut hal ini menyebabkan

terjadinya penuruan jumlah kepadatan sel mikroalga.

E. Limbah Ternak Ayam Broiler Sebagai Media Kultur Mikroalga

Menurut Yunda et al. (2016), Penggunaan kotoran ayam sebagai media

kultur Daphnia sp. memberikan pertumbuhan populasi yang baik karena

memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dengan protein 10-11%.

Pemakaian kotoran ternak sebagai bahan media kultur dapat merangsang

pertumbuhan mikroorganisme dan fitoplankton yang berfungsi sebagai pakan

Daphnia sp. karena kotoran ternak mengandung semua unsur hara yang

dapat dimanfaatkan fitoplankton sebagai nutrisi bagi pertumbuhannya (Suci

et al., 2016)

xxxiv
Menurut Azhar et al. (2017), Limbah peternakan berpotensi sebagai

nutrien bagi pertumbuhan mikroalga yang hemat biaya dan berkelanjutan

untuk bahan bakar, sebagai pengganti kebutuhan mikroalga akan zat kimia

organik dan anorganik. Limbah ternak kaya akan unsur nitrogen dan fosfor.

Pemanfaatan limbah pada kultivasi mikroalga ditujukan untuk mendapatkan

sumber biaya yang murah dan berkelanjutan. Mikroalga juga bisa

meningkatkan kualitas air, karena kemampuan sel mikroalga menyerap nutrisi

air limbah, terutama nitrogen dan fosfor, dapat menghilangkan kontaminan dan

peningkatan akumulasi biomassa.

Pemakaian pupuk organik yaitu kotoran ayam dapat merangsang

pertumbuhan populasi mikroorganisme. kotoran ayam merupakan pupuk

organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha perkembangan perikanan,

misalnya dalam pembudidayaan pakan alami larva ikan. Kotoran ayam pada

umumnya mengandung unsur hara yang lengkap diantaranya nitrogen dan

fosfor, dimana kedua unsur hara ini merupakan unsur hara essensial untuk

pertumbuhan mikroalga. kotoran ayam mengandung amonia, fosfat dan kalium

serta beberapa unsur hara seperti Fe, Mg, Mn, S dan Zn yang merupakan suatu

unsur yang penting untuk menumbuhkan alga. Berdasarkan penelitian Han et

al. (2017), dua jenis media kotoran ayam menghasilkan biomassa alga yang

lebih tinggi.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis

yang diajukan yaitu :

xxxv
H0 : μ = 0 tidak terdapat perbedaan pertumbuhan C. vulgaris yang

dikultur menggunakan variasi konsentrasi media limbah

ternak ayam broiler dan Walne.

H1 : µ ≠ 0 terdapat perbedaan pertumbuhan C. vulgaris yang dikultur

menggunakan variasi konsentrasi media limbah ternak ayam

broiler dan Walne.

H0 : μ = 0 tidak terdapat perbedaan kandungan lipid C. vulgaris yang

dikultur menggunakan variasi konsentrasi media limbah

ternak ayam broiler dan Walne.

H1 : µ ≠ 0 terdapat perbedaan kandungan lipid C. vulgaris yang

dikultur menggunakan variasi konsentrasi limbah ternak

ayam broiler dan Walne.

xxxvi
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2021 yang

bertempat di Laboratorium Unit Produktivitas dan Lingkungan Perairan

(ProLink), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo

(UHO), Kendari, Sulawesi Tenggara.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimen yang menggunakan rancangan acak

lengkap (RAL) dan dilakukan secara in vitro untuk menganalisis pertumbuhan

dan kandungan lipid C. vulgaris yang dikultur menggunakan variasi

konsentrasi media limbah ternak ayam broiler.

C. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan pada penelitian ini tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Bahan dan Kegunaan


No. Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Air Laut mL Sebagai media kultur mikroalga
2. Isolat C. vulgaris - Sebagai objek pengamatan
3. Alkohol mL Untuk mensterilkan alat
4. Tisu - Untuk membersihkan alat dan area
kerja
5. Pupuk walne mL Sebagai media pertumbuhan
6. Limbah Ternak Ayam G Sebagai media kultur
Broiler

xxxvii
Tabel 3.1. Lanjutan
No Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
7. Kapas - Untuk menyaring air laut
8. Kertas label - Untuk memberi label
9. n-Heksana mL Sebagai analisis kadar lipid
10. Korek api - Sebagai sumber api
11. Aquades mL Sebagai pelarut
12. Heksana mL Sebagai analisis kadar lipid
13. Aluminium foil - Sebagai pembungkus erlenmeyer
14. Kertas pH - Untuk mengukur pH
15. Kertas saring - Untuk menyaring mikroalga
16. Kertas Saring Whatman - Untuk menyaring biomassa
17. Metanol mL Sebagai pelarut
18. Kloroform mL Sebagai pelarut
19. Gas N2 murni - Untuk menguapkan larutan

D. Alat Penelitian

Alat yang di gunakan pada penelitian yang tercantum pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2. Alat dan Kegunaan


No Nama Alat Satuan Kegunaan
1 2 3 4
1. Autoclave - Untuk mensterilkan alat dan
bahan
2. Gelas Ukur mL Untuk mengukur bahan sampel
3. Labu leher mL Untuk mnganalisis sampel
4. Botol 1,5 L Buah Untuk menyimpan sampel
5. Erlenmeyer mL Untuk wadah sampel
6. Botol Vial mL Untuk menyimpan hasil ekstraksi
7. Haemocytometer - Untuk menghitung kepadatan
mikroalga
8. Pompa vacump - Untuk menyaring sel mikroalga
9. Lampu TL Watt Sumber cahaya mikroalga
10. Timbangan analitik G Untuk menimbang sampel
11. Lux meter Lux Untuk mengukur intensitas
cahaya
12. Sentrifugasi - Untuk memanen biomassa
mikroalga
13. Rak kultur - Untuk menyimpan wadah kultur
14. Lampu Bunsen - Untuk mensterilkan alat pada saat
mengkultur
15. Mikropipet - Untuk mengambil isolate
16. Oven - Untuk mengeringkan sampel

xxxviii
17. Mikroskop - Mengamati sel mikroalga
18. Filter - Untuk menyaring biomassa
19. Kaca objek dan kaca penutup - Untuk menyimpan sampel yang
akan diamati dibawah mikroskop
Tabel 3.2. Lanjutan
No Nama Bahan Satuan Kegunaan
1 2 3 4
20. Refractometer Psu Untuk mengukur salinitas
21. Spoit mL Untuk mengambil larutan
22. Kamera digital - Untuk dokumentasi penelitian
23. Galon L Untuk menyimpan air laut
24. Wadah plastik - Untuk menyimpan media limbah
25. Hand Counter - Untuk menghitung kepadatan
26. Microwave W Untuk mengekstraksi lipid
27. Vortex - Untuk menghomogenkan larutan
28. Lemari Pendingin - Untuk menyimpan sampel
29. Tabung gelas 20 mL mL Untuk menyimpan sampel
30. Hotplate - Untuk memanaskan larutan
31. Batang pengaduk - Untuk menghomogenkan larutan
32. Galon L Untuk menyuplai air laut

E. Variabel Penelitian

Variabel yang akan diteliti beserta data yang akan dikumpulkan dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1 Variabel bebas : Variasi Konsentrasi media Limbah Ternak Ayam


.
Broiler terhadap media kultur C. vulgaris

2 Variabel Terikat : Pertumbuhan dan Kandungan Lipid pada


.
mikroalga C. vulgaris

F. Definisi Operasional

Definisi operasioanl yang telah ditetapkan pada penelitian ini sebagai

berikut:

1. Chlorella vulgaris merupakan mikroalga yang termasuk dalam kelas

Chlorophyceae yang berasal dari stok biakan murni dan merupakan koleksi

xxxix
dari Laboratorium Unit Produktivitas dan Lingkungan Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

2. Limbah ternak ayam merupakan limbah yang berasal dari aktivitas

peternakan Ceong Mas di Kelurahan Watubangga, Kecamatan Baruga, Kota

Kendari, Sulawesi Tenggara.

3. Lipid merupakan senyawa organik yang larut dalam pelarut yang bersifat

nonpolar yang diperoleh menggunakan metode Bligh dan Dyer.

4. Pertumbuhan C. vulgaris diketahui dengan menghitung kepadatan sel, laju

pertumbuhan spesifik dan produktivitas biomassa.

5. Biomassa adalah berat mikroalga yang ditumbuhkan pada media limbah

ternak ayam broiler yang dpianen pada fase stasioner.

6. Laju pertumbuhan spesifik merupakan variabel yang digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan spesifik pada mikroalga yang diuji dan dihitung

pada fase pertumbuhan eksponensial.

G. Kriteria Objektif

Kriteria objektif penelitian ini yaitu kriteria objektif secara kuantitatif

dimana data yang diperoleh dikumpulkan disajikan dalam bentuk tabel dan

grafik yang meliputi perhitungan laju pertumbuhan (sel.mL-1), produksi

biomassa (g.L-1) dan kandungan lipid (%).

H. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini dengan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan penambahan

media LTAB yaitu P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm), P3 (20 ppm), P4 (200 ppm) dan P5

xl
(Walne) dengan 3 kali ulangan, dengan kepadatan awal mikroalga C. vulgaris

10×104 sel.mL-1. Perlakuan variasi konsentrasi media limbah ternak ayam

broiler dengan volume 300 mL. Desain rancangan pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.3. berikut:

Tabel 3.3. Desain Penelitian


P
U
P1 P2 P3 P4 P5
U1 P1U1 P2 U1 P3 U1 P4 U1 P5 U1
U2 P1U2 P2 U2 P3 U2 P4 U2 P5 U2
U3 P1U3 P2 U3 P3 U3 P4 U3 P5 U3

Keterangan :
U = Ulangan
P = Perlakuan
P1 = Perlakuan dengan media Limbah Ternak Ayam Broiler
(LTAB) 0,2 ppm
P2 = Perlakuan dengan media Limbah Ternak Ayam Broiler
(LTAB) 2 ppm
P3 = Perlakuan dengan media Limbah Ternak Ayam Broiler
(LTAB) 20 ppm
P4 = Perlakuan dengan media Limbah Ternak Ayam Broiler
(LTAB) 200 ppm
P5 = Kontrol (Walne)

I. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini seperti

yang tercantum pada Tabel 3.1. dan Tabel 3.2.

2. Persiapan Bahan Penelitian

2.1. Sterilisasi Alat

Persiapan alat dan bahan yang telah disiapkan terlebih

dahulu di sterilisai, dimana sterilisasi dilakukan untuk membunuh

mikroorganisme hidup yang berada pada alat tersebut. Sterilisasi

xli
alat berbahan kaca dan aluminium dilakukan menggunakan

autoclave dengan suhu 121oC selama 30 menit, sementara untuk

alat yang berbahan dasar plastik disterilisasi menggunakan alkohol

70%.

2.2. Persiapan Air Laut Steril

Persiapan air laut steril dimulai dengan mengambil air laut

dari Balai Benih Udang (BBU), Dinas Kelautan dan Perikanan

(DKP) Kelurahan Purirano, Kota Kendari dengan menggunakan

galon. Air laut kemudian di saring menggunakan corong yang telah

diisi dengan kertas saring dan kapas dengan tujuan untuk

memisahkan partikel-partikel halus yang masih ada di dalam air

laut. Hasil penyaringan kemudian di masukkan ke dalam

Erlenmeyer 1000 mL yang ditutup menggunakan aluminium foil

dan disterilkan menggunakan autoclave dengan suhu 121oC selama

30 menit.

2.3. Persiapan Limbah Ternak Ayam Broiler

Sebelum dilakukan kultivasi mikroalga terlebih dahulu

dilakukan pembuatan media untuk pertumbuhan mikroalga,

dimana limbah ternak ayam kering diperoleh dari salah satu tempat

peternakan warga yaitu peternakan ayam Ceong Mas di Jln. Ade

Irma Nasution, Kecamatan Baruga Kelurahan Watubangga.

Limbah ternak ayam diambil dalam karung penampungan dan

disimpan dalam wadah plastik. Selanjutnya limbah ternak ayam

xlii
dikeringkan kembali selama 2 hari untuk memperoleh limbah yang

benar-benar kering, setelah itu dilakukan penghalusan

menggunakan alat penggerus agar diperoleh butiran halus.

Selanjutnya limbah ternak ayam dilarutkan menggunakan aquadest

sebanyak 20 g/1000 mL. Setelah dilakukan pelarutan, media

kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan didiamkan selama

7 hari serta ditutup menggunakan aluminium foil. Setelah itu

dilakukan penyaringan menggunakan corong yang telah dilapisi

kertas saring dan kapas agar partikel-partikel kecil dalam media

tidak terlarut. Selanjutnya dilakukan sterilisasi menggunakan

autoclave dengan suhu 121oC selama 30 menit dan dilakukan

analisis kadar nitrat, fosfat, Nitrogen, Magnesium, Sulfur dan

amoniak sebelum dilakukan perlakuan.

3. Kultivasi Stok Chlorella vulgaris

Sebelum dilakukan perlakuan terlebih dahulu dilakukan kultivasi

C. vulgaris. Kultivasi adalah suatu tahapan penting dimana pada kultivasi

mikroalga ini mengacu pada Kawaroe et al. (2010) dan Iba et al. (2019),

yang merupakan kultivasi skala laboratorium. Kultivasi skala

laboratorium digunakan untuk memperbanyak kultur mikroalga dengan

volume 1000 mL serta disinari lampu TL (250 watt) dengan intensitas

cahaya sebesar 34 μmoles. m-2.s-1. Media yang digunakan adalah media

limbah ternak ayam dan air laut dengan kisaran salinitas 32 psu dan suhu

25oC. Chlorella vulgaris yang diperbanyak diperoleh dari stok biakan

xliii
murni dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo,

Kendari. Kepadatan awal C. vulgaris yang digunakan adalah 10×104

sel.mL-1. Kepadatan sel.ml-1 sampel dihitung dengan persamaan yang

mengacu pada Chalid et al. (2011), berikut:

n
×10.000=.............................................................................................(3.1)
5
Keterangan :
n = Total sel hasil perhitungan
5 = Jumlah kotak dalam Haemocytometer
10.000 = Volume kerapatan sel kotak

Setelah melakukan perhitungan kepadatan awal, kemudian

melakukan pengenceran. Pengenceran bertujuan untuk mengetahui

kosentrasi awal C.vulgaris yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus

pengenceran, mengacu pada Yulina et al. (2020), sebagai berikut :

V1 C1 = V2 C2....……………………………………………….…..….(3.2)
Keterangan :
V1=Volume media dari stok kultur
C1 = Kepadatan sel stok kultur (sel.mL)
V2= Volume media kultur yang diinginkan (mL)
C2= Kepadatan sel awal yang diinginkan (sel.mL)

(a)

(b)

xliv
Gambar 3.1. Alat dan cara menghitung mikroalga dalam haemocytometer
Keterangan: a. Alat haemocytometer
b. Mikroalga dalam haemocytometer
4. Kultivasi Mikroalga dalam Media Limbah Ternak Ayam Broiler

Kultivasi mikroalga akan dilakukan dengan menggunakan botol

plastik berukuran 600 mL dengan volume kultur 300 mL. Kultivasi

inokulum mikroalga C. vulgaris dalam limbah ternak ayam broiler

dengan konsentrasi yang berbeda-beda yaitu P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm), P3

(20 ppm) dan P4 (200 ppm) serta kultivasi menggunakan media pupuk

walne sebagai kontrol yang ditambahkan air laut sebagai pengencer serta

ditempatkan pada suhu 28-30oC dibawah pencahayaan lampu LT sebesar

250 watt dengan intensitas cahaya sebesar 34 μmoles. m-2.s-1.

5. Perhitungan Kepadatan Mikroalga

Kepadatan populasi C. vulgaris ditentukan dengan menghitung

jumlah populasi sel yang amati di bawah mikroskop cahaya yang terdiri

dari lensa okuler, revolver, lensa objektif, pengatur focus makro (kasar)

dan mikro (halus), papan letak objek, sumber cahaya, kondensor cahaya

dan penjepit sampel (Hukama, 2015) dengan perbesaran 40x dengan

pengamatan 2 hari sekali selama 7 hari. Alat yang digunakan untuk

menghitung jumlah sel yaitu improved neubauer haemocytometer dan

Handcounter dibawah cahaya mikroskop. Haemocytometer yang telah

diteteskan kultur sel C. vulgaris kemudian diletakkan di bawah lensa

objektif dan difokuskan hingga terlihat kisi-kisi tempat perhitungan sel

xlv
yang terdiri dari lima kisi perhitungan. Kepadatan sel.ml-1 sampel

dihitung dengan persamaan yang mengacu pada persamaan (3.1).

6. Pemanenan Mikroalga

Pemanenan mikroalga dilakukan pada fase stasioner yang

merupakan fase pertumbuhan mikroalga, dimana pada fase stasioner

jumlah pertumbuhan dan kematian mikroalga sama (muliana et al.,

2018). Tahap pemanenan dilakukan dengan menggunakan whattman

fiber glass dan vacuum pump. Setelah biomassa mikroalga didapatkan

langkah selanjutnya adalah pengujian Ash Free Dry Weight (AFDW) dan

produktivitas biomassa.

7. Perhitungan Pertumbuhan dan Produksi Biomassa

Perhitungan laju pertumbuhan dilakukan setelah selesai proses

pemanenen dimana menghitung laju pertumbuhan ini menggunakan

rumus yang mengacu pada persamaan Iba et al. (2019), sebagai berikut

ini:

Ln ( Nt /No )
μ= .................................................................................(3.3)
T 2−T 1

Keterangan :

µ = Laju pertumbuhan harian (sel/mL/hari)


Nt = Kepadatan sel akhir (sel/mL)
No = Kepadatan sel awal (sel/mL)
T2-T1 = Waktu dari No ke Nt

xlvi
Pertumbuhan C. vulgaris dinyatakan dengan bertambahnya

biomassa per volume tertentu per satuan waktu (hari) atau yang biasa

dikenal dengan istilah produktivitas biomassa. Produktivitas biomassa C.

vulgaris dihitung berdasarkan presentase Dry Weight (DW) dan

presentase Ash Free Dry Weight (AFDW). Berat kering biomassa

diperoleh dengan mengeringkan 10 mL biomassa di dalam oven dengan

suhu 70-100oC selama 1 jam. Berat kering biomassa dihitung

menggunakan rumus yang mengacu pada persamaan yang dituliskan oleh

Iba et al. (2018), sebagai berikut :

DW= ( )
μg Berat Filter dengan Biomassa-Berat Filter
mL Volume Sampel
..........................(3.4)
AFDW dapat dilakukan dengan mengeringkan biomassa 10 ml

dalam tanur selama 5 jam dengan suhu 4500C. Untuk menghitung AFDW

dapat menggunkan rumus yang mengacu pada persamaan yang dituliskan

oleh Iba et al. (2018), sebagai berikut :

Berat Filter dengan Mikroalga- Berat setelah pengabuan


AFDW= ... .. ....(3.5 )
Volume Sampel

Produktivitas biomassa mikroalga dapat dihitung dengan

persamaan 6 yang mengacu pada Yuli (2020) berikut :

Produktivitas biomassa=Berat Kering Biomassa Abu×μ. ............. ............ ( 3.6 )

Keterangan :
µ : Laju pertumbuhan spesifik (sel/hari)
Produktivitas biomassa (g/L/hari)
Berat kering biomassa abu (g/hari)

xlvii
8. Ekstraksi dan Analisis Lipid Menggunakan Metode Bligh dan Dyer

Ekstraksi lipid menggunakan metode Bligh dan Dyer, (1959)

yang dimodifikasi oleh Kates dan Volcani, (1966) dimana sebanyak 10

mL kultur mikroalga di saring menggunakan kertas Whatman dengan

filter berukuran 25 mm, kemudian filter di lepas lalu di lipat dan

dikeringkan dengan tisu, kemudian dimasukkan ke dalam lemari

pendingin untuk analisis lanjutan. Selanjutnya dilakukan penambahan 1

mL pelarut (metanol, kloroform, DI water dengan perbandingan 2:1:0,8

v) yang kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan diaduk rata dengan

menggunakan batang pengaduk dan dipindahkan ke dalam tabung

sentrifuge. Selanjutnya dilakukan penambahan kembali campuran pelarut

sebanyak 2 mL untuk membersihkan sel-sel yang masih menempel dan

dimasukkan kembali ke dalam tabung sentrifuge. Selanjutnya dilakukan

penambahan 3,7 mL campuran pelarut serta ditutup kencang untuk

mencegah penguapan dari pelarut. Sampel kemudian di sentrifugasi pada

kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Setelah proses sentrifugasi,

supernatant dipindahkan ke tabung gelas 20 mL dengan tutup sekrup.

Langkah selanjutnya yaitu dilakukan ekstraksi kedua, dimana

dilakukan penambahan 5,7 mL campuran pelarut ke dalam pellet hasil

sentrifugasi. Setelah itu dilakukan vortex dengan tujuan mensuspensi

ulang pellet. Langkah selanjutnya yaitu dilakukan sentrifugasi lagi pada

kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. Supernatant kemudian

digabungkan dalam tabung gelas berukuran 20 mL. selanjutnya

xlviii
dilakukan penambahan air DI sebanyak 3 mL dan larutan kloroform

sebanyak 3 mL dan dihomogenkan dengan menggunakan vortex. Sampel

kemudian disimpan di lemari pendingin selama 24 jam untuk

memisahkan lapisan atas dan lapisan bawah. Selanjutnya dilakukan

pemisahan dimana lapisan atas diambil menggunakan pipet yang

terhubung dengan jarum suntik (sudah dipasteurisasi) kemudian di buang

sedangkan lapisan bawah yang telah dipisahkan kemudian di masukkan

ke dalam botol vial yang telah diberi tanda. Lapisan bawah yang

mengandung lipid kemudian diuapkan di bawah aliran gas N2 murni pada

alat pemanas dengan suhu 50oC sampai diperoleh hasil yang benar-benar

kering. Setelah penguapan sempurna, botol vial yang mengandung lipid

ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik. Bobot lipid di

hitung dengan mengurangkan bobot vial yang mengandung lipid dengan

bobot vial.

% Lipid = Bobot Vial yang mengandung lipid- bobot vial

9. Analisis Data

Data perubahan jumlah sel selama periode kultur mikroalga

dianalisa menggunakan Repeated Measure analysis of variance

(ANOVA) sedangkan laju pertumbuhan spesifik, kandungan lipid, DW,

AFDW dan produktivitas biomassa pada mikroalga dianalisis

menggunakan one way ANOVA. Apabila hasil analisis berbeda nyata

(p=0,05) maka dilanjutkan dengan uji Duncan dengan bantuan aplikasi

xlix
SPSS versi 22.0, sedangkan untuk penyajian grafik menggunakan Sigma

Plot 14.0

7. Bagan Alir Penelitian

Skema tahapan kegiatan pada penelitian ini secara singkat

ditunjukkan pada Gambar berikut:


Persiapan Alat dan Bahan Penelitian

Sterilisasi Alat Periapan Air Laut Steril Pembuatan Media Limbah


Ternak Ayam Broiler

Kultivasi Stok Chlorella vulgaris


pada media walne

Perlakuan Chlorella vulgaris dalam


Media Limbah Ternak Ayam Broiler

P1 P2 P3 P4 P5
0,2 ppm 2 ppm 20 ppm 200 ppm Pupuk
Walne

Perhitungan Kepadatan Chlorella vulgaris

Pemanenan Chlorella vulgaris

Analisis Kandungan Lipid Produksi Biomassa

Analisis Data
l
Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Kandungan Limbah Ternak Ayam Broiler

Limbah Ternak Ayam (LTAB) merupakan pupuk organik yang

digunakan untuk pertumbuhan mikroalga serta menghasilkan biomassa

alga yang lebih tinggi. Hasil analisis kandungan Nitrat (NO3-), Phospat

(P), Amonia (NH3), Nitrogen (N) dan Magnesium (Mg) media yang

dipakai dalam penelitian ini dapat dilihat pada (Tabel 4.1).

Tabel 4.1. Hasil Analisis Kandungan Media Limbah Ternak Ayam Broiler
No. Parameter Nilai Metode Analisa
1 2 3 4
1 Nitrat (mg/L) 0,421 Metode Brucin (SNI 06-2480-1991)
2 Phospat (mg/L) 0,038 Metode Spektrofotometer
3 Amonia (mg/L) 0,192 Metode Spektrofotometer
4 Nitrogen (%) 0,41 Metode Spektrofotometer
5 Magnesium (%) 0,08 Metode Spektrofotometer Serapan Atom
(SSA)
Ketersediaan nutrien mikro dan makro sangat mempengaruhi

pertumbuhan karena berfungsi sebagai sumber energi dan bahan

pembangunan sel. Berdasarkan hasil penelitian di atas kandungan amonia

pada media LTAB lebih rendah dibandingkan dengan kadar amonia pada

limbah cair Crumb rubber (5 mg/L) (Dewi et al., 2020). Kehadiran amonia

yang tinggi di suatu perairan dapat berpengaruh terhdapat kondisi

li
lingkungan dan biota di sekitarnya karena kadar amonia yang tinggi dapat

bersifat korosif (Omairah et al., 2019). Namun, apabila kandungan amonia

yang tinggi disertai pH <7 maka amonia tersebut akan mengalami proses

ionisasi yang pada akhirnya akan menghasilkan ammonium yang dapat

dijadikan sumber nutrient bagi mikroalga (Saragih et al., 2018).

Nitrogen, nitrat dan fosfat merupakan unsur hara yang dibutuhkan

mikroalga untuk pertumbuhan selnya. Kadar nitrat dan fosfat pada

penelitian ini tergolong rendah, akan tetapi masih dalam kondisi optimum

bagi pertumbuhan C. vulgaris. Hal ini selaras dengan penelitian yang

dilakukan oleh Apriliyanti et al., (2016) yang menyatakan bahwa

kandungan nitrat pada kisaran 0,09-3,5 mg/L dan kadar fosfat pada kisaran

0,018-5,51 mg/L merupakan kadar optimum untuk pertumbuhan

mikroalga C. vulgaris. Kandungan fosfat kurang dari 0,02 mg/L akan

menjadikannya sebagai faktor pembatas (Sanaky dalam Febrinawati et al.,

2020). Proses pertumbuhan mikroalga, magnesium (Mg) berfungsi dalam

pembentukan klorofil. Selain itu Mg juga berperan sebagai regulator atau

pengatur dalam penyerapan unsur lain sepertik P dan K serta berperan

dalam pembentukan senyawa lemak dan minyak (Primaryadi et al., 2015).

B. Kepadatan Sel Chlorella vulgaris

Kepadatan sel merupakan gambaran jumlah sel mikroalga pada

media kultur. penggunaan parameter ini untuk menghitung jumlah sel

mikroalga dari awal pemeliharaan sampai pada akhir pemeliharaan

sehingga dilakukan pemanenan. Parameter ini juga dilakukan untuk

lii
mengetahui tingkat pertumbuhan mikroalga dan waktu yang diperlukan

untuk mencapai setiap fase pertumbuhan mikroalga (Buwono dan

Nurhasanah, 2018).

Berdasarkan hasil perhitungan kepadatan sel mikroalga mikroalga

yang dilakukan dua hari sekali diperoleh hasil rata-rata kepadatan sel yang

tercantum pada Gambar 4.1 dibawah ini.

Gambar 4.1 Grafik kepadatan mikroalga C. vulgaris dalam skala


logaritma selama 7 hari pengamatan pada variasi
konsentrasi media

Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pertumbuhan

mikroalga C. vulgaris yang ditambahkan LTAB, menghasilkan rata-rata

kepadatan sel akhir yang berbeda. Kepadatan sel akhir tertinggi pada

semua perlakuan didapatkan pada hari ke-6. Berturut-turut dari yang

tertinggi sampai terendah yaitu P4 (200 ppm) sebesar 598,01x104 Sel.mL-1,

kemudian P5 (walne) sebesar 488,6x104 Sel.mL-1, P3 (20 ppm) 258,14x104

Sel.mL-1, selanjutnya P2 (2 ppm) sebesar 261,14x104 Sel.mL-1 dan P1 (0,2

ppm) sebesar 203,54x104 Sel.mL-1 sebagai perlakuan dengan pertumbuhan

kepadatan sel terendah (Lampiran 2.2).

liii
Berdasarkan hasil analisis Repeated Measure ANOVA

menunjukkan bahwa pemberian media LTAB pada variasi konsentrasi

memberikan pengaruh terhadap kepadatan sel C. vulgaris (p=0,000) yang

berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil analisis statistik melalui uji

Duncan pada taraf signifikan 0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

nyata antara P1 (0,2 ppm) dengan P2 (2 ppm), P3 (20 ppm), P4 (200 ppm)

dan P5 (Walne) (Lampiran 2.3).

Pertumbuhan sel mikroalga pada penelitian ini mengalami fase

adaptasi dari hari 0 sampai hari pertama pada setiap perlakuan.

Berdasarkan Gambar 4.1, pola pertumbuhan C. vulgaris secara umum

belum mengalami peningkatan signifikan dimana pada rentang waktu ini

pertumbuhan C. vulgaris mengalami fase lag (adaptasi). Menurut Tewal et

al. (2021) bahwa fase lag merupakan fase dimana mikroalga beradaptasi

dengan lingkungannya yang ditandai dengan meningkatnya ukuran sel

serta terjadinya metabolisme sel namun belum terjadi pembelahan sel.

Pada penelitian ini fase lag (adaptasi) terjadi relatif singkat, hal ini diduga

karena pada proses perbanyakan sel C. vulgaris menggunakan media yang

sama pada saat perlakuan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Elystia et al.

(2019) yang menyatakan bahwa kultur pemeliharaan yang sama dengan

medium pertumbuhan akan mempengaruhi proses adaptasi mikroalga

sehingga mikroalga dapat tumbuh dengan cepat atau tidak terlihat

mengalami fase lag (adaptasi).

liv
Fase eksponensial pada semua perlakuan berlangsung pada hari ke-

2 sampai hari ke-6 masa kultur, dimana fase ini ditandai dengan adanya

pembelahan sel dan naiknya laju pertumbuhan sehingga kepadatan

populasi meningkat (Istirokhatun et al., (2017). Pada fase ini, pesatnya laju

pertumbuhan menyebabkan meningkatnya kepadatan populasi beberapa

kali lipat. Hal ini didukung oleh pernyataan Utomo dan Winarti (2005)

yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan populasi karena sel alga

sedang aktif berkembang biak. Selain itu, fase eksponensial diduga

dipengaruhi oleh kandungan unsur hara pada medium perlakuan. Hal ini

sesuai dengan pendapat muliani et al. (2018) bahwa unsur hara merupakan

faktor penting dalam proses fotosintesis, hasil dari proses fotosintesis akan

menghasilkan glukosa dan energi yang digunakan dalam metabolisme sel

sehingga pertumbuhan mikroalga mengalami peningkatan.

Setelah fase eksponensial selesai, C. vulgaris mengalami fase

stasioner yang ditandai dengan menurunnya jumlah kepadatan sel secara

bertahap. Fase stasioner dalam penelitian ini terjadi pada hari ke-7 pada P 2

(2 ppm) dan P3 (20 ppm), sedangkan pada P1 (0,2 ppm), P4 (200 ppm) dan

P5 (Walne) fase stasioner tidak teramati. Pada hari ke-7 kepadatan sel C.

vulgaris langsung mengalami penurunan, hal ini diduga karena fase

stasioner yang berlangsung kurang dari 24 jam. Hal ini selaras dengan

pernyataan meritasari et al. (2012) yang menyatakan bahwa fase stasioner

terjadi dalam waktu singkat sehingga fase stasioner tidak nampak.

C. Laju Pertumbuhan Spesifik Mikroalga Chlorella vulgaris

lv
Laju pertumbuhan spesifik (µ) merupakan suatu parameter yang

akan menggambarkan kecepatan sel dalam membelah diri dalam per

satuan waktu. Parameter ini dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk

mengetahui daya dukung medium atau nutrien terhadap pertumbuhan dan

pembelahan sel mikroalga (Wahyuni et al., 2019).

Laju pertumbuhan spesifik pada penelitian ini dihitung pada fase

eksponensial. Pada penelitian ini fase eksponensial terjadi pada hari ke 2

sampai hari ke-6. Hal ini dikarenakan kondisi kultur masih optimum sebab

nutrien yang terdapat pada media kultur masih sangat berlimpah sehingga

mikroalga dapat tumbuh dengan baik (Ningsih et al. 2017). Selain itu,

nutrisi, pH dan intensitas cahaya pada medium masih dapat memenuhi

kebutuhan fisiologis mikroalga sehingga dalam fase ini sel masih memiliki

kemampuan bereproduksi sehingga populasi masih bertambah (Suantika

dan Hendrawandi, 2009). Pernyataan ini didukung oleh penelitian Amini

dan Syamdidi (2013), bahwa pada saat mikroalga dapat mengkonsumsi

nutrisi dalam media tumbuh secara optimal maka mikroalga tersebut

memasuki fase eksponensial dengan menghasilkan warna kultur yang

lebih hijau seiring dengan meningkatnya kepadatan sel kultur.

lvi
c
c

b
b

Gambar 4.2 Grafik laju pertumbuhan spesifik sel C. vulgaris (Rata-rata


jumlah sel ± SE); Notasi huruf yang sama menunjukkan
bahwa tidak ad perbedaan nyata variasi konsentrasi LTAB
dan Walne terhadap laju pertumbuhan spesifik C. vulgaris

Berdasarkan grafik laju pertumbuhan spesifik sel C. vulgaris

(Gambar 4.2) dapat dijelaskan bahwa nilai rata-rata laju pertumbuhan

spesifik C. vulgaris tertinggi berada pada P4 (200 ppm) LTAB yaitu

0,4481 sel.hari-1, di ikuti P5 (Walne) yaitu 0,4293 sel.hari-1, selanjutnya

pada P1 (0,2 ppm) LTAB yaitu 0,3900 sel.hari -1, kemudian P2 (2 ppm)

LTAB yaitu 0,3697 sel.hari-1, dan rata-rata laju pertumbuhan spesifik C.

vulgaris terendah terdapat pada P3 (20 ppm) LTAB yaitu 0,2893 sel.hari-1.

Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan bahwa

pemberian medium limbah ternak ayam broiler dengan variasi konsentrasi

memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik mikroalga C.

vulgaris (p=0,000) yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil analisis

lvii
statistik melalui uji Duncan pada taraf signifikan 0,05 menunjukkan bahwa

P1 (0,2 ppm) dan P2 (2 ppm) tidak berbeda nyata, demikian juga dengan P5

(Walne) dan P4 (200 ppm) yang tidak berbeda nyata, namun P 3 (20 ppm)

berbeda nyata terhadap P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm), P5 (Walne) dan P4 (200

ppm) (Lampiran 3.2).

Laju pertumbuhan spesifik Gambar 4.2 menunjukkan bahwa P4

(200 ppm) LTAB memiliki nilai tertinggi dengan nilai rata-rata 0,4481

sel.hari-1. Hal ini diduga karena C. vulgaris mengalami pembelahan sel

yang lebih cepat yang ditunjang oleh nutrisi yang dimiliki. Hal ini sejalan

dengan pendapat Chilmawati (2008) dalam penelitiannya bahwa perlakuan

yang memiliki laju pertumbuhan spesifik tertinggi disebabkan karena

unsur hara yang terkandung dalam media tumbuh dalam jumlah yang

cukup. Menurut Andani dan Damayanti (2020), dalam penelitiannya

menyatakan bahwa nilai konstanta laju pertumbuhan spesifik yang lebih

besar mempunyai arti bahwa proses pembelahan sel alga menjadi lebih

cepat, sehingga pertambahan sel per satuan waktu akan lebih besar dari

pada pertambahan waktu itu sendiri. Perbedaan laju pertumbuhan spesifik

pada setiap perlakuan menandakan proses pembelahan sel pada setiap

perlakuan berbeda-beda, dimana semakin tinggi nilai laju pertumbuhan

yang dihasilkan maka semakin cepat pula mikroalga melakukan

penggandaan dirinya (Lesmana et al., 2019).

lviii
D. Produksi Biomassa Mikroalga Chlorella vulgaris

1. DW dan AFDW

Berat kering biomassa di dapatkan dengan cara memanen C.

vulgaris dengan bantuan alat filter fiber glass yang berfungsi sebagai

pemisah antara cairan dan padatan (Sel C. vulgaris). Pemanenan

mikroalga dilakukan pada hari ke-7 (Fase stasioner akhir). Hasil

perhitungan berat kering biomassa C. vulgaris selama 7 hari pada 3

kali pengulangan dapat dilihat pada (Gambar 4.3).

c c

b
b
c c

lix
b
a
b

Gambar 4.3 Grafik DW dan AFDW C. vulgaris (g.L-1) (rata-rata ± SE).


Notasi huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ad
perbedaan nyata variasi konsentrasi LTAB dan Walne
terhadap DW dan AFDW C. vulgaris

Nilai rata-rata DW C. vulgaris dari tertinggi ke terendah pada

masing-masing perlakuan berturut-turut yaitu P4 (200 ppm) LTAB

dengan nilai 7,0800 g.L-1, selanjutnya yaitu P5(Walne) dengan nilai

6,9933 g.L-1, kemudian pada P1 (0,2 ppm) LTAB dengan nilai 5,5600

g.L-1, selanjutnya pada P2 (2 ppm LTAB) dengan nilai 5,2067 g.L -1 dan

P3 (20 ppm) LTAB dengan nilai 3,2933 g.L-1, untuk nilai rata-rata Dry

Weight terendah terdapat pada P3 (20 ppm) LTAB dengan nilai 3,2933

g.L-1 (Gambar 4.3).

Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan

bahwa pemberian medium limbah ternak ayam broiler dengan variasi

konsentrasi memberikan pengaruh terhadap Dry Weight (DW)

mikroalga C. vulgaris (p=0,000) yang berarti H1 diterima dan H0

ditolak. Hasil analisis statistik melalui uji Duncan pada taraf signifikan

0,05 menunjukkan bahwa P1 (0,2 ppm) dan P2 (2 ppm) tidak berbeda

nyata, demikian juga dengan P5 (Walne) dan P4 (200 ppm) yang tidak

lx
berbeda nyata, namun P3 (20 ppm) berbeda nyata terhadap P1 (0,2

ppm), P2 (2 ppm), P5 (Walne) dan P4 (200 ppm) (Lampiran 4.3).

Nilai rata-rata AFDW C. vulgaris diperoleh dengan kisaran

nilai yaitu konsentrasi P4 (200 ppm) LTAB dengan nilai 5,0200 g.L -1,

kemudian P5 (Walne) dengan nilai 4,9933 g.L-1, P1 (0,2 ppm) LTAB

dengan nilai 3,7533 g.L-1, selanjutnya pada P2 (2 ppm) LTAB dengan

nilai 3,1867 g.L-1, dan terendah pada P3 (20 ppm) LTAB dengan nilai

1,333 g.L-1.

Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan

bahwa pemberian medium limbah ternak ayam broiler dengan variasi

konsentrasi memberikan pengaruh terhadap Ash Free Dry Weight

(AFDW) mikroalga C. vulgaris (p=0,000) yang berarti H1 diterima dan

H0 ditolak. Hasil analisis statistik melalui uji Duncan pada taraf

signifikan 0,05 menunjukkan bahwa P1 (0,2 ppm) dan P2 (2 ppm) tidak

berbeda nyata, demikian juga dengan P5 (Walne) dan P4 (200 ppm)

yang tidak berbeda nyata, namun P3 (20 ppm) berbeda nyata terhadap

P1 (0,2 ppm), P2 (2 ppm), P5 (Walne) dan P4 (200 ppm) (Lampiran

4.5).

Penentuan kadar abu total dilakukan dengan tujuan untuk

memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang

berasal dari proses awal sampai terbentuknya biomassa (Anggraeni et

al., 2019). Bahan organik yang ada didalam bahan akan terbakar oleh

lxi
proses pembakaran tanur, akan tetapi bahan anorganik seperti silikat

dan tertinggal (Anggraeni et al., 2019).

2. Produktivitas Biomassa

Nilai rata-rata produktivitas biomassa C. vulgaris diperoleh

dengan kisaran 2,2521 g.L-1.hari-1 pada P4 (200 ppm) LTAB,

selanjutnya pada P5 (Walne) dengan nilai 2,1459 g.L-1.hari-1, kemudian

P1 (0,2 ppm) LTAB dengan nilai 1,4630 g.L-1.hari-1, kedua terendah

pada P2 (2 ppm) LTAB dengan nilai 1,1765 g.L-1.hari-1, untuk yang

terendah terdapat pada P3 (20 ppm) LTAB dengan nilai 0,3376 g.L -
1
.hari-1.

c
c

b
b

Gambar 4.4 Grafik produktivitas biomassa C. vularis (g.L-1.hari-1) (rata-


rata ± SE) Notasi huruf yang sama menunjukkan bahwa

lxii
tidak ad perbedaan nyata variasi konsentrasi LTAB dan
Walne terhadap produktivitas biomassa C. vulgaris

Biomassa yang tinggi dihasilkan oleh mikroalga

menunjukkan bahwa mikroalga lebih aktif memanfaatkan nutrisi dari

medium untuk pertumbuhan (Rahmat et al., 2013). Menurut Sari et al.,

(2013) produktivitas biomassa mikroalga yang tinggi dipengaruhi oleh

kepadatan mikroalga. Semakin tinggi kepadatan sel pada mikroalga

akan menghasilkan produktivitas biomassa yang optimal. Berdasarkan

hasil penelitian biomassa C. vulgaris berbanding lurus dengan jumlah

kepadatan selnya. Semakin tinggi jumlah kepadatan selnya maka

semakin besar perolehan biomassanya.

Kandungan biomassa yang rendah pada P3 (20 ppm) diduga

karena penempatan kultur yang kurang tepat sehingga mengakibatkan

mikroalga tidak memperoleh cahaya yang cukup baik. Hal ini

didukung oleh pernyataan Prayitno., (2016) bahwa produksi biomassa

akan terus meningkat seiring dengan peningkatan intensitas cahaya

hingga mencapai titik jenuh. Serta intensitas cahaya yang tinggi dapat

meningkatkan pertumbuhan dan kandungan biomassa mikroalga

(Sedjati et al., 2019). Mikroalga yang mempunyai laju pertumbuhan

yang baik akan lebih aktif dalam melakukan fotosintesis sehingga

produktivitas biomassa menjadi tinggi (Indriana et al., 2020).

Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan

bahwa pemberian medium limbah ternak ayam broiler dengan variasi

konsentrasi memberikan pengaruh terhadap Produktivitas biomassa

lxiii
mikroalga C. vulgaris (p=0,000) yang berarti H1 diterima dan H0

ditolak. Hasil analisis statistik melalui uji Duncan pada taraf signifikan

0,05 menunjukkan bahwa P1 (0,2 ppm) dan P2 (2 ppm) tidak berbeda

nyata, demikian juga dengan P5 (Walne) dan P4 (200 ppm) yang tidak

berbeda nyata, namun P3 (20 ppm) berbeda nyata terhadap P1 (0,2

ppm), P2 (2 ppm), P5 (Walne) dan P4 (200 ppm) (Lampiran 4.6).

E. Kandungan Lipid Chlorella vulgaris

Kandungan lipid pada mikroalga setiap perlakuan dianalisis

setelah dilakukan proses pemanenan dan menunjukkan nilai rata-rata kadar

lipid mikroalga yang dihasilkan berbeda-beda. Nilai kadar lipid tertinggi

terdapat pada P3 (20 ppm) LTAB sebesar 4,2024 %, selanjutnya pada P 1

(0,2 ppm) LTAB dengan nilai 2,1422 %, kemudian pada P 2 (2 ppm) LTAB

dengan nilai 2,0243 %, kemudian pada P4 (200 ppm) LTAB dengan nilai

sebesar 1,8070 %, untuk nilai rata-rata lipid terendah terdapat pada P 5

(Walne) dengan nilai sebesar 1,3563 %.

lxiv
b

a a
a
a

Gambar 4.5 Grafik kandungan lipid C. vularis (%) (rata-rata ± SE) Notasi
huruf yang sama menunjukkan bahwa tidak ad perbedaan
nyata variasi konsentrasi LTAB dan Walne terhadap
kandungan lipid C. vulgaris

Berdasarkan hasil analisis One Way ANOVA menunjukkan bahwa

pemberian medium limbah ternak ayam broiler dengan variasi konsentrasi

memberikan pengaruh terhadap kandungan lipid mikroalga C. vulgaris

(p=0,000) yang berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil analisis statistik

melalui uji Duncan pada taraf signifikan 0,05 menunjukkan bahwa P1 (0,2

ppm), P2 (2 ppm), P4 (200 ppm) dan P5 (Walne) tidak berbeda nyata,

namun berbeda nyata terhadap P3 (20 ppm) (Lampiran 5.3). Berdasarkan

hasil penelitian media LTAB pada P3 (20 ppm) menghasilkan kadar lipid

yang tinggi.

Lipid yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan pada

penelitian ini tidak terlalu optimal diduga karena proses pengekstratan

lxv
yang menggunakan sampel dari berat basah C. vulgaris sehingga sampel

masih mengandung air yang menyebabkan kandungan lipid lebih sedikit.

Hal ini sesuai dengan pendapat Harahap et al. (2013) dalam penelitiannya

bahwa proses pengekstrakan lipid yang dilakukan dengan menggunakan

sampel dari berat basah Chlorella sp. bukan dari berat kering sampel

Chlorella sp. pada masing-masing kultur. Sampel alga yang masih

mengandung unsur air didalamnya akan menghasilkan lipid lebih sedikit

dibandingkan sampel alga berat kering saat dilakukan ekstraksi lipid. Serta

faktor moisture content juga berpengaruh terhadap proses ekstraksi karena

kandungan air yang tinggi dapat menjadi penghalang (barrier) bagi pelarut

untuk berpenetrasi ke dalam biomassa sehingga proses ekstraksi tidak

berjalan maksimal (Kristian, 2017).

Berdasarkan penelitian, kadar lipid yang tinggi pada P3 (20 ppm)

sebesar 4,2024 % tersebut diduga karena pada konsentrasi ini nitrogen

telah mencukupi untuk proses pertumbuhan alga baik biomassa dan

kandungan kimia di dalamnya. Hadiyanto dan Azim, (2012) menyebutkan

faktor pertumbuhan mikroalga mempengaruhi hasil biomassa, maupun

jenis produk yang diinginkan. Terkadang biomassa yang sedikit

menghasilkan produk yang diinginkan dalam jumlah yang banyak (Nur,

2014). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Norbawa et

al., 2013) bahwa pada saat nitrogen dalam media kultur sudah mulai habis

maka mikroalga akan lebih banyak mengakumulasi hasil fotosintesis

lxvi
dalam bentuk lipid. Li et al., 2008 juga menyatakan pada media yang

konsentrasi nitrogennya rendah, kandungan lipidnya akan lebih tinggi.

Kandungan lipid yang rendah berada pada konsentrasi 200 ppm

dan Walne. Hal ini diduga karena sumber nitrogen yang ada pada media

digunakan C. vulgaris untuk mempercepat proses fotosintesis untuk

produksi biomassa. Kristiawan et al., 2011 menyebutkan bahwa produksi

biomassa berbanding terbalik dengan kadar lipid. Hal ini diperkuat oleh

penelitian yang dilakukan oleh Irhamni et al., 2014 bahwa semakin tinggi

penambahan sumber nitrogen pada masa kultivasi dapat meningkatkan

kandungan biomassa mikroalga, tetapi sebaliknya menurunkan kandungan

lipid mikroalga.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Elystia et al, 2019

dengan menggunakan limbah cair hotel menghasilkan kadar lipid sebesar

40, 91 %, serta penelitian yang dilakukan Elystia et al, 2020 menggunakan

limbah cair tahu menghasilkan kadar lipid sebesar 20 %. Kandungan lipid

pada penelitian ini tergolong rendah yaitu sebesar 4, 2024 %. Menurut

Patmawati et al. (2014) kadar lipid minimun untuk produksi biodiesel

sekitar 50%, sehingga kadar lipid pada penelitin ini tidak dapat dikonversi

menjadi biodiesel dikarenakan kadarnya yang kecil.

V. PENUTUP

A. Simpulan

lxvii
Simpulan pada penelitian ini berdasarkan hasil dan pembahasan

adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunkan variasi

konsentrasi media LTAB memberikan pengaruh positif. P4 (200 ppm)

menghasilkan kepadatan sel dengan nilai 598,01×104 sel.mL-1, laju

pertumbuhan spesifik sebesar 0,4481 sel.hari-1 dan produktivitas biomassa

sebesar 2,2521 g.L.hari-1.

2. Kandungan lipid mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan variasi

konsentrasi media limbah ternak ayam broiler tertinggi diperoleh pada P 3

(20 ppm) dengan nilai sebesar 4,2024 %.

3. Konsentrasi media LTAB yang optimal untuk pertumbuhan C. vulgaris

adalah P4 (200 ppm) dan kandungan lipid C. vulgaris adalah P3 (20 ppm).

B. Saran

Produksi lipid C. vulgaris menggunakan limbah ternak ayam

broiler menghasilkan kandungan lipid yang rendah sehingga tidak

disarankan untuk bahan baku biofuel, tetapi dapat dipertimbangkan

sebagai bahan pakan pengganti minyak ikan setelah diketahui profil asam

lemaknya.

DAFTAR PUSTAKA

lxviii
Agwa, O. K., Ibe, S. N dan Abu, G. O. (2012). Economically Effective Potential
of Chlorella sp. for Biomass and Lipid Production. Journal of Microbiology
and Biotechnology Research, 2(1), 35–45.
http://scholarsresearchlibrary.com/JMB-vol2-iss1/JMB-2012-2-1-35-45.pdf
Amini, S dan Syamdidi. (2006). Konsentrasi Unsur Hara pada Media dan
pertumbuhan Chlorella vulgaris dengan Pupuk Anorganik Teknis dan
Analisis. Jurnal perikanan, 8(2), 201-206.
Andani, M., Amir, S dan Damayanti, A. A. (2020). Pengaruh Pemberian Ampas
Tahu Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Populasi Rotifera
(Brachionus Plicatilis). Jurnal kelautan, 13(2), 87-92.
Anggraeni, V. J., Wahyu, T. S., Kusriani, H dan Kurnia, D. (2019). Aktivitas
Antibakteri Ekstrak Mikroalga Thalassiosira Sp Terhadap Bakteri
Staphylococcus Aureus, Staphylococcus Epidermidis Dan Propionibacterium
Acne. Jurnal Kimia Riset, 4(1), 62-73.
Anggraini, S. (2015). Pengaruh Fotoperiode dan Variasi Kandungan Nitrogen
(NaNO3) terhadap Laju Pertumbuhan dan Kandungan Lipid Mikroalga
BLT0404. In Skripsi. Universitas Brawijaya.
Aprilliyanti, S., Soeprobowati, T. R., & Yulianto, B. (2016). Hubungan
Kemelimpahan Chlorella sp. dengan Kualitas Lingkungan Perairan pada
Skala Semi Masal di BBBPBAP Jepara. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14(2), 77–
81. https://doi.org/10.14710/jil.14.2.77-81
Apriyatmoko, Y. (2015). Isolasi Dan Karakterisasi Mikroalga Yang Berpotensi
Sebagai Bahan Baku Biodiesel Di Perairan Estuaria Sungai Porong. Skripsi.
Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya.
Arini, K. R. D. (2015). Pembuatan Biodiesel Dari Mikroalga Chlorella Sp Melalui
Proses Esterifikasi Dan Transesterifikasi. Skripsi. Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang.

Assadad, L., Utomo, B. S. B dan Sari, R. N. (2010). Pemanfaatan Mikroalga


Sebagai Bahan Baku Bioetanol. Jurnal Squalen, 5(2), 51–58.
Azhar, A., Dharma, A., Armaini, Nasir, N., Syafrizayanti, & Chaidir, Z. (2017).
Integrasi Bioremediasi Limbah Peternakan Sapi dan Kultivasi Mikroalga
Chlorella vulgaris dan Chlorella pyrenoidosae. Jurnal Katalisator, 2(2), 67–
78. https://doi.org/10.22216/jk.v2i2.2127
Bahagia Dan Viena, V. (2019). Analisis Co2 Pertumbuhan Mikro Alga Hijau
Dengan Menggunakan Fermentor Dalam Tanki Tertutup, Jurnal Serambi
Engineering, 4(1), 464-470.
Basmal, J. (2008). Peluang dan Tantangan Produksi Mikroalga sebagai Biofuel.
Jurnal Squalen, 3(1), 1-10.

lxix
Beyerinick, M. W. (1890). Culturversuche mit Zoochlorellen, Lichenengonidien
und anderen niederen Algen. Botanische Zeitung, 47(48), 1–29.
Bligh, E.G dan Dyer, W.J. (1959). A Rapid Method of Total Lipid Extraction and
Purification. Journal of Biochem Physiol, 37(1), 911-917.
Buwono, N. R dan Nurhasanah, R. Q. (2018). Studi Pertumbuhan Populasi
Spirulina sp. pada Skala Kultur yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan, 10(1), 26-33.
Chalid, S. Y., Amini, S dan Lestari, S. D. (2011). Kultivasi Chlorella, sp pada
Media Tumbuh yang Diperkaya dengan Pupuk Anorganik dan Soil Extract
[Uin Syarif Hidayatullah]. https://doi.org/10.15408/jkv.v1i6.242
Chrismadha, T., Panggabean, L. M., & Mardiati, Y. (2006). Pengaruh Konsentrasi
Nitrogen dan Fosfor terhadap Pertumbuhan, Kandungan Protein, Karbohidrat
dan Fikosianin pada Kultur Spirulinafusiformis. Jurnal Berita Biologi, 8(3),
163–169.
Desianti, N. (2014). Uji Toksisitas dan Identifikasi Golongan Senyawa Aktif
Fraksi Etil Asetat, Kloroform, Petroleum Eter dan n-Heksana Hasil
Hidrolisis Ekstrak Metanol Mikroalga Chlorella sp. Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim.
Devita, I., Isnaini, & Diansyah, G. (2018). Kultivasi Mikroalga Chaetoceros sp.
dan Spirulina sp. untuk Potensi Biodiesel. Jurnal Maspari, 10(2), 123–130.
Dewi, D. S., Prasetyo, H. E dan Karnadeli, E. (2020). Pengolahan Air Limbah
Industri Karet Remah (Crumb Rubber) dengan menggunakan reagen fenton.
Jurnal Lingkungan, 5(1), 47-57.
Elystia, S., Muria, S. R Dan Pertiwi, S. I. (2019). Pemanfaatan Mikroalga
Chlorella Sp. Untuk Produksi Lipid Dalam Media Limbah Cair Hotel
Dengan Variasi Rasio C:N Dan Panjang Gelombang Cahaya, Jurnal Sains
Dan Teknologi Lingkungan, 11(1), 25-43.
Elystia, S., Zulfa, I. K Dan Muria, S. R. (2020). Pengaruh Kombinasi Fe Dan Co
Terhadap Pertumbuhan Chlorella Sp. Dan Penyisihan Cod Limbah Cair
Minyak Sawit, Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia, 7(2), 95-101.
Elumalai, S., Prakasam, V dan Selvarajan, R. (2011). Optimization of Abiotic
Conditions Suitable for the Production of Biodiesel from Chlorellavulgaris.
Journal of Science and Technology, 4(2), 91–97Elystia, S., Lestari, A. S dan
Muria, S. R. (2019). Peningkatan Kandungan Lipi dan Biomassa Mikroalga
Scenedesmus Sp. dari Media Kultivasi Limbah Cair Tahu sebagai Bahan
Baku Biodiesel. Jurnal Teknik Lingkungan, 5(2), 19–28.
Febrinawati, N., Putri, B dan Hudaidah, S. (2020). Pemanfaatan Limbah Budidaya
Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) sebagai Media Kultur Chaetoceros

lxx
amami. Jurnal Perikanan, 10(1), 20-28.
Febtisuharsi, A. (2016). Kepadatan Sel dan Kadar Lipid Mikroalga Chlorella sp.
pada Kultur Media Alternatif Kotoran Ternak. universitas sebelas maret.
Gultom, S.O. (2018). Mikroalga: SumberEnergi Terbarukan Masa Depan. Jurnal
Kelautan, 11(2), 95-103
Gusrina. (2008). Budidaya Ikan Jilid 2 (Gusrina (ed.); 2nd ed.). Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Hadiyanto dan Azim, M. (2012). Mikroalga Sumber Pangan & Energi Masa
Depan (pertama). UPT UNDIP Press Semarang.
Halima, A., Nursyirwani, Effendi, I dan Ambarsari, H. (2019). Potential
Microalgae Chlorella vulgaris for Bioremediation Of Heavy Metal Pb. Asian
Journal of Aquatic Sciences, 2(3), 224–234.
https://doi.org/10.31258/ajoas.2.3.224-234
Han, X., Rusconi, N., Ali, P., Pagkatipunan, K dan Chen, F. (2017). Nutrients
Extracted from Chicken Manure Accelerate Growth of Microalga
Scenedesmus obliquus HTB1. Journal of Green and Sustainable Chemistry,
7(1), 101–113. https://doi.org/10.4236/gsc.2017.72009
Hendrawan, Y., Hadi, S. S., Anggraini, S. (2017). Pengaruh Fotoperiode Dan
Variasi Kandungan Nitrogen (Nano3) Terhadap Laju Pertumbuhan Dan
Kandungan Lipid Mikroalga Blt0404. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis
dan Biosistem, 5(1), 9-18.
Iba, W., Rice, M. A., Maranda, L dan Wikfors, G. H. (2018). Growth
Characteristics of Newly Isolated Indonesian Microalgae Under Different
Salinity. Indonesian Aquaculture Journal, 13(2), 71–81. http://ejournal-
balitbang.kkp.go.id/index.php/iaj
Imelda, S., Claudia, C., Lambui, O dan Suwastika, I. N. (2018). Kultivasi
Mikroalga Isolat Lokal pada Medium Ekstrak Tauge Cultivation of Local
Microalga Isolate on Bean Sprouts Extract Medium. Natural Science:
Journal of Science and Technology, 7(2), 148–157.
Indriana, Iba, W., Idris, M., Ruslaini, Abidin, L. O. B., & Aslan, L. O. M. (2020).
Pengaruh Kosentrasi Pupuk Organik Cair Lemna (Lemna minor) yang
Berbeda terhadap Pertumbuhan Mikroalga Chlorella vulgaris. Media
Akuatika : Jurnal Ilmiah Jurusan Budidaya Perairan., 5(1), 1–12.

Irhamni, Elvitriana dan Viena, V. (2014). Kultivasi Mikroalga Hijau Pada Sumber
Nitrogen Berbeda Untuk Ekstraksi Lipida, Jurnal Purifikasi, 14(2), 99-105.

Istirokhatun, T., Aulia, M Dan Sudarno. (2017). Potensi Chlorella Sp. Untuk
Menyisihkan Cod Dan Nitrat Dalam Limbah Cair Tahu, Jurnal Presipitasi:

lxxi
Media Komunikasi Dan Pengembangan Teknik Lingkungan, 14(2), 88-96.

Jati, F., Hutabarat, J dan Herawati, V. E. (2012). Pengaruh Penggunaan Dua Jenis
Media Kultur Teknis yang Berbeda Terhadap Pola Pertumbuhan,
Kandungan Protein dan Asam Lemak Omega 3 EPA (Chaetoceros gracilis).
Jurnal of Aquaculture Management and Technology, 1(1), 221–235.

Jawa, I. U., Ridlo, A dan Djunaedi, A. (2014). Kandungan Total Lipid Chlorella
Vulgaris Yang Dikultur Dalam Media Yang Diinjeksi CO2. Journal of
Marine Research, 3(4), 578–585. https://doi.org/10.14710/jmr.v3i4.11418

Kawaroe, M., Prartono, T., Rachmat, A., Sari, D. W dan Augustine, D. (2012).
Laju Pertumbuhan Spesifik dan Kandungan Asam Lemak pada Mikroalga
Spirulina platensis, Isochrysis sp. dan Porphyridium cruentum. Ilmu
Kelautan, 17(3), 125–131.

Kristian, W. D. (2017). Pengaruh Siklus Pencahayaan Terhadap Pertumbuhan


Dan Produktivitas Lipid Mikroalga Botryococcus Braunii Termutasi Uv-B
Dan Alami. Skripsi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya.

Kristiawan, O., Agustin, Z. L., Hanupurti, D. A., Nirwawan, R dan Hendrayanti,


D. (2018). Pengaruh Bikarbonat Terhadap Pertumbuhan Mikroalga
Nannochloropsis Sp. Sebagai Sumber Biomassa Biofuel, Jurnal Lembaran
Publikasi Minyak dan Gas Bumi, 52(2), 3-5.
Kurnia, D., Prisdayanti, N., Marliani, L., Idar dan Nurochman, Z. (2019).
Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Mikroalga Laut Chlorella Vulgaris Dengan
Metode Stabilitas Sel Darah Merah Manusia. Jurnal Kartika Kimia, 2(2),
57–62.
Kurnia, D., Rosliana, E., Juanda, D dan Nurochman, Z. (2020). Aktivitas
Antioksidan dan Penetapan Kadar Fenol Total dari Mikroalga Laut Chlorella
vulgaris. Jurnal Kimia Riset, 5(1), 14–21.
Lesmana, P. A., Diniarti, N., & Setyono, B. D. H. (2019). Pengaruh Penggunaan
Limbah Air Budidaya Ikan Lele sebagai Media Pertumbuhan Spirulina Sp.
Jurnal Perikanan, 9(1), 50–65.

Mamuaja, C.F. (2017). Lipida. Unsrat Press. Manado.


Mayasari, E., Raya, I dan Natsir, H. (2012). The effect of Fe2+ DAN Mn2+ ions
toward β-carotene productivity by phytoplankton Isochrysis aff galbana (T-
iso). Marina Chimica Acta, 13(2), 7–12.
Meritasari, D., Mubarok, A. S., Sulmartiwi, L., & Masithah, E. D. (2012).
Pengaruh Pemberian Pupuk Cair Limbah Ikan Lemuru (Sardinella Sp.)
Dengan Dosis Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Chlorella Sp. Jurnal
Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 4(1), 27–32.

lxxii
Mirzayanti, Y.W., Purwaningsih, D.Y., Faida, S.N dan Istifara, N. (2020). Proses
Ekstraksi Minyak Alga Chlorella.sp menggunakan Metode Sokhletasi.
Jurnal Ilmiah Teknik Sipil dan Teknik Kimia, 5(1), 12-19
Muliani, Ayuzar, E Dan Amri, M. C. (2018) Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing
(Bekas Cacing) Yang Difermentasi Dengan Dosis Yang Berbeda Dalam
Kultur Spirulina Sp. Jurnal Acta Aquatika, 5(1), 30-35.
Musdalifah, Rustam, Y dan Am, S. (2015). Kultivasi dan Ekstraksi Minyak dari
Mikroalga Botryococcus braunii dan Nannochloropsis sp. Jurnal Bioma,
11(1), 1–14. https://doi.org/10.21009/bioma11(2).
Ningsih, D. R., Widiastuti, E. L., Murwani, S dan Tugiyono. (2017). Kadar Lipid
Tiga Jenis Mikroalga pada Salinitas yang Berbeda. Jurnal Biologi
Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati, 4(1), 23-29.
Norbawa, P., Yudiati, E dan Widianingsih. (2013). Pengaruh Perbedaan Periode
Aerasi Karbondioksida terhadap Laju Pertumbuhan dan Kadar Total Lipid
pada Kultur Nannochloropsis oculate. Jurnal Of Marine Research, 2(3), 6-
14.
Novianti, T., Zainuri, M dan Widowati, I. (2017). Studi Tentang Pertumbuhan
Mikroalga Chlorella vulgaris yang Dikultivasi berdasarkan Sumber Cahaya
yang Berbeda. Jurnal Biologi and Pendidikan Biologi, 1(2), 1–8.
Nur, M. M. A. (2014). Potensi Mikroalga sebagai Sumber Pangan Fungsional di
Indonesia (Overview). Jurnal Eksergi, 11(2), 1-6.
Oktaviani, D., Adisyahputra dan Amelia, N. (2017). Pengaruh Kadar Nitrat
terhadap Pertumbuhan dan Kadar Lipid Mikroalga Melosira sp.
sebagaiTahap Awal Produksi Biofuel. Jurnal Risenologi KPM UNJ, 2(1), 1–
13.
Omairah, R., Diansyah, G., & Agustriani, F. (2019). Pengaruh Pemberian Amonia
dengan Dosis Berbeda terhadap Nannochloropsis sp Skala Laboratorium.
Maspari Journal, 11(2), 41–48.

Panjaitan, R dan Asrim, W. O. M. (2017). Pembuatan Biodiesel dari Mikroalga


Chlorella sp. dengan Metode Microwave-Assited Transesterification secara
In Situ. Institut Teknologi Sepuluh November.
Patmawati, Ibrahim, B., Setyaningsih, I Dan Sudadi, U. (2014). Produksi
Biodiesel Dari Biomassa Chlamydomonas Sp. Icbb 9113 Dikultivasi
Menggunakan Media Yang Murah: Efektifitas Dari Beberapa Metode
Ekstraksi, Jurnal Widyariset, 17(2), 269=276
Patras, D., Moraru, C. V, & Socaciu, C. (2018). Screening Of Bioactive
Compounds Synthesized By Microalgae : A Progress Overview On
Extraction And Chemical Analysis. Studia Ubb Chemia, 63(1), 21–35.

lxxiii
Https://Doi.Org/10.24193/Subbchem.2018.1.02
Prayitno, J. (2016). Pola Pertumbuhan dan Pemanenan Biomassa dalam
Fotobioreaktor Mikroalga untuk Penangkapan Karbon. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 17(1), 45–52.
Primaryadi, B. P., Angreni, A. A. M Dan Wartini, N. M. (2015). Pengaruh
Penambahan Magnesium Sulfat Heptahidrat Dan Feri Klorida Pada Blue
Green Medium-11 Terhadap Konsentrasi Biomassa Mikroalga Tetraselmis
Chuii. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 3(2), 92-100.
Rahmat, T. A., Rosa, D. W. S dan Soetrinanto, D. (2013). Kultivasi Botryococcus
braunii memanfaatkan Air Dadih (Whey) Tahu sebagai Potensi Biodiesel.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri, 2(4), 72-83.
Saadudin, E., Fitri, S. R Dan Wargadalam, V. J. (2011). Karakteristik Asam
Lemak Mikroalga Untuk Produksi Biodiesel, Jurnal Ketenagalistrikan
Dan Energi Terbarukan, 10(2), 131-140.

Saragih, H. S., Rudiyanti, S., & Haeruddin. (2018). Toksisitas Limbah Cair
Pecucian Udang dari Pasar Kobong, Semarang terhadap Pertumbuhan
Mikroalga Chlorella vulgaris. Journal of Maquares, 7(1), 99–109.
Sari, A. M., Mayasari, H. E., Rachimoellah dan Zullaikah, S. (2013).
Pertumbuhan Dan Kandungan Lipida Dari Botryococcus Braunii Dalam
Media Air Laut. Jurnal Teknik Pomits, 2(1), 1-6.
Sedjati, S., Supriyantini, E., Ridlo, A., Yudiati, E dan Prasetyo, L. D. (2019).
Pengaruh Cahaya terhadap Produksi Fukosantin Chaetoceros calcitrans
(Paulsen) Takano 1968 (Bacillariophyceae: Chaetocerotaceae). Jurnal
Kelautan Tropis, 22(2), 173-180.
Simamora, L. A., Sudarno., Istirokhatun, T. (2017). Kultivasi Mikroalga Sebagai
Metode Pengolahan Dalam Menyisihkan Kadar Cod Dan Amonium Pada
Limbah Cair Tahu, Jurnal Teknik Lingkungan, 6(1), 1-14.
Suantika, G dan Hendrawandi, D. (2009). Efektivitas Teknik Kultur
menggunakan Sistem Kultur Statis, Semi-kontinyu, dan Kontinyu terhadap
Produktivitas dan Kualitas Kultur Spirulina sp. Jurnal Matematika dan
Sains, 14(2), 41-50.
Suci, F., Murwani, S., Tugiyono dan Widiastuti, E. L. (2016). Kombinasi Kotoran
Ternak (Ayam, Kambing dan Kuda) sebagai Media Kultur Pertumbuhan
Daphnia sp. Jurnal Biologi Eksperimen Dan Keanekaragaman Hayati, 3(1),
45–56.
Susanty, D., Oksari, A. A dan Izani, R. (2019). Metabolit Sekunder pada Ekstrak
Chlorella sp. yang dikultur pada Media Limbah Ternak Ayam. Chempublish
Journal, 4(2), 52–61. https://doi.org/10.22437/chp.v4i2.7615

lxxiv
Tewal, F., Kemer, K., Rimper, J. R. T. S. L., Mantiri, D. M. H., Pelle, W. E Dan
Mudeng, J. D. (2021). Laju Pertumbuhan Dan Kepadatan Mikroalga
Dunaliella Sp. Pada Pemberian Timbal Asetat Dengan Konsentrasi Yang
Berbeda, Jurnal Pesisir Dan Laut Tropis, 9(1), 30-37.
Viqran., Abidin, Z Dan Mukhlis, A. (2018). Pengaruh Penambahan Pupuk
Organik Guano Dengan Konsentrasi Yang Berbeda Terhadap Laju
Pertumbuhan Spirulina Sp., Jurnal Perikanan, 8(2), 58-65.
Wahyuni, N., Rahardja, B. S dan Azhar, M. H. (2019). Pengaruh pemberian
kombinasi konsentrasi ekstrak daun kelor (Moringa oleifera) dengan pupuk
walne dalam media kultur terhadap laju pertumbuhan dan kandungan
karotenoid dunaliella salina. Jurnal Of Aquaculture Science, 4(1), 37-49.
Widyastuti, C.R dan Dewi, A.C. (2015) Sintesis Biodiesel Dari Minyak
Mikroalga Chlorella Vulgaris Dengan Reaksi Transesterifikasi
Menggunakan Katalis Koh. Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 4(1), 29-33
Yulita, E. (2014). Pemanfaatan Limbah Cair Industri Karet Remah Sebagai Media
Pertumbuhan Chlorella Vulgaris Untuk Pakan Alami Ikan, Jurnal Dinamika
Penelitian Industri, 25(1), 1-11.
Yulina, Iba, W dan Hamzah, M. (2020). Pengaruh Konsentrasi Pupuk Organik
Cair Dari Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan dan Kandungan Protein Chlorella vulgaris. Jurnal Ilmiah
Jurusan Budidaya Perairan, 5(1), 34–42.
Yunda, P. D., Murwani, S dan Widiastuti, E. L. (2016). Peningkatan Pertumbuhan
Daphnia sp. menggunakan Media Kotoran Ayam yanng dicampur Dedak
Padi dengan Konsentrasi Berbeda. Jurnal Biologi Eksperimen Dan
Keanekaragaman Hayati, 3(1), 35–44.

lxxv
LAMPIRAN

Lampiran 1.
1.1 Perhitungan Konsentrasi Media Limbah Ternak Ayam Broiler (LTAB)

 ppm = Jadi konsentrasi media LTAB yang dibuat adalah 20.000 ppm.
Sehingga perlu dilakukan pengenceran sesuai dengan
=
konsentrasi perlakuan (ppm) yang dipakai dalam desain
= penelitian.
ppm = 20.000 ppm

1.2. Penggunaan konsentrasi perlakuan media LTAB


1. Konsentrasi 0.2 ppm pada media LTAB
 mL LTAB
V1.M1 = V2. M2
V1 x 20.000 = 300 x 0.2
V1 x 20.000 = 60

V1 =
= 0.003 mL
 mL air laut = 300 – 0.003 = 299.997 mL

2. Konsenrasi 2 ppm pada media LTAB


 mL LTAB
V1.M1 = V2. M2
V1 x 20.000 = 300 x 2
V1 x 20.000 = 600

V1 =
= 0.03 mL
 mL air laut = 300 – 0.03 = 299.97 mL

76
77

3. Konsentrasi 20 ppm pada media LTAB


 mL LTAB
V1.M1 = V2. M2
V1 x 20.000 = 300 x 20
V1 x 20.000 = 6000

V1 =
= 0.3 mL
 mL air laut = 1000 – 0.1 = 299.7 mL
4. Konsentrasi 200 ppm pada media LTAB
 mL LTAB
V1.M1 = V2. M2
V1 x 20.000 = 300 x 200
V1 x 20.000 = 60.000

V1 =
= 3 mL
 mL air laut 300 – 3 = 297 mL
1.3. Perhitungan inokulum dengan kepadatan awal 10x10 4 sel.mL-1 menggunakan rumus
pengencer
 Perhitungan kepadatan awal
Perhitungan kepadatan sel C. vulgaris dilakukan dengan menggunakan alat
Haemocytometer, Mikroskop dan alat bantu hitung Handcounter. Jumlah kotak
Haemocytometer terdiri dari 9 kotak besar, yang masing-masing pada ujung kotak
berjumlah 16 kotak dan yang ditengah berjumlah 25 kotak. Kotak yang akan dihitung
hanyalah kotak yang diujung dan ditengah. Sehingga jumlah kotak yang akan dihitung
berjumlah 5 kotak (Kotak 1,2,3,4 dan 5). Setiap kotak dihitung masing-masing dengan 3
kali ulangan. Jadi total perhitungan kepadatan jumlah sel untuk satu perlakuan adalah
sebanyak 15 kali. Berdasarkan perhitungan dalam penelitian ini yaitu :
78

3.563
Kotak I = 1. 189 + 1 . 181 + 1 .193= 3 =1 .188
3.554
Kotak II= 1 .182 + 1 .187 + 1. 185= 3 =1 .185
3. 330
Kotak III= 1 . 110 + 1 .115 + 1 .105 = 3 =1 .110
3. 370
Kotak I V= 1 . 293 + 1 . 290 + 1 . 287= 3 =1 .290
3. 322
Kotak V= 1 .102 + 1 .108 + 1. 112= 3 =1 .107
Setelah jumlah kepadatan sel pada tiap kotak didapat, barulah dihitung dengan
menggunakan rumus kepadatan yaitu :

Ket :
n = Total sel hasil perhitungan
5 = Jumlah kotak dalam Haemocytometer
10.000 = Volume kerapatan sel kotak
n = 1.188 + 1.185 + 1.110 + 1.290 + 1.107 = 5.880

5.880
= 5 =10 . 000

58.800 . 000
= 5
=17 . 760. 000

 Perhitungan kepadatan awal inokulum menggunakan rumus pengencer


Rumus :

V1 C1 = V2 C2

Dik :

V2 = Volume air media kultur (1000 mL)

C1 = Kepadatan sel inokulum (17.760.000 sel.mL-1)

C2 = Kepadatan awal yang dibutuhkan (10×104 sel.mL-1)


79

Dit : V1.... ?

V1 C1 = V2 C2

V 2 × C2
1 =
C2
V

300 × 100000
1 =
11.760 .000
V

V1 = 2,6 mL
80
81

Lampiran 2
2.1 Perhitungan Kepadatan Sel Chlorella vulgaris setiap 2 hari sekali selama 7 hari
Hari Konsentrasi Ulangan H0 Kepadatan Nilai Kepadatan Hari Konsentrasi Ulangan H0 Kepadatan Nilai Kepadatan
U1 10000 U1 100000
0 216 432000 601 1202000
U2 10000 U2 100000
0.2 ppm 0.2 ppm
0 225 450000 589 1178000
U3 10000 U3 100000
0 201 402000 616 1232000
U1 10000 U1 100000
0 255 510000 719 1438000
U2 10000 U2 100000
2 ppm 2 ppm
0 292 584000 720 1440000
U3 10000 U3 100000
0 255 510000 761 1522000
U1 10000 U1 100000
0 406 812000 796 1592000
U2 10000 U2 100000
Ke 2 20 ppm Ke 4 20 ppm
0 403 806000 803 1606000
U3 10000 U3 100000
0 398 796000 812 1624000
U1 10000 U1 100000
0 464 928000 1426 2852000
U2 10000 U2 100000
200 ppm 200 ppm
0 516 1032000 1261 2522000
U3 10000 U3 100000
0 512 1024000 1274 2548000
U1 10000 U1 100000
0 440 880000 1026 2052000
U2 10000 U2 100000
Walne Walne
0 397 794000 1046 2092000
U3 10000 U3 100000
0 483 966000 1021 2042000
Hari Konsentrasi Ulangan H0 Kepadatan Nilai Kepadatan Hari Konsentrasi Ulangan H0 Kapadatan Nilai Kepadatan
Ke 6 0.2 ppm U1 10000 1008 2016000 Ke 7 0.2 ppm U1 100000 762 1524000
0
82

U2 10000 U2 100000
0 1063 2126000 605 1210000
U3 10000 U3 100000
0 982 1964000 610 1220000
U1 10000 U1 100000
0 1056 2636000 841 1682000
U2 10000 U2 100000
2 ppm 2 ppm
0 1316 2632000 1168 2336000
U3 10000 U3 100000
0 1283 2566000 1001 2002000
U1 10000 U1 100000
0 1239 2478000 1367 2734000
U2 10000 U2 100000
20 ppm 20 ppm
0 1198 2396000 1149 2298000
U3 10000 U3 100000
0 1435 2870000 863 1726000
U1 10000 U1 100000
0 3249 6498000 2207 4414000
U2 10000 U2 100000
200 ppm 200 ppm
0 3008 6016000 2411 4822000
U3 10000 U3 100000
0 2714 5428000 2382 4764000
U1 10000 U1 100000
0 2406 4812000 1569 3138000
U2 10000 U2 100000
Walne Walne
0 2398 4796000 1391 2782000
U3 10000 U3 100000
0 2525 5050000 1375 2750000
83

2.2 Rata-rata Kepadatan Sel Per Perlakuan


Konsentrasi Kepadan Sel (× 104 sel.mL-1)
(ppm) 0 2 4 6 7
0.2 10 42,8 120,4 203,54 131,8
2 10 53,47 146,7 261,14 200,7
20 10 80,47 160,74 258,14 225,27
200 10 99,5 264,01 598,01 466,7
Walne 10 88 206,2 488,6 289

2.3 Analisis Repeated Measures ANOVA kepadatan sel

Multivariate Testsa

Hypothesis
Effect Value F df Error df Sig.
Hari Pillai's
Trace 1.000 4377.127b 4.000 7.000 .000

Wilks'
Lambda .000 4377.127b 4.000 7.000 .000

Hotelling's
Trace 2501.215 4377.127b 4.000 7.000 .000

Roy's
Largest 2501.215 4377.127b 4.000 7.000 .000
Root
Hari * Pillai's
Perlakua Trace 2.588 4.582 16.000 40.000 .000
n
Wilks'
Lambda .000 26.000 16.000 22.023 .000

Hotelling's
Trace 251.584 86.482 16.000 22.000 .000

Roy's
Largest 237.741 594.354c 4.000 10.000 .000
Root
a. Design: Intercept + Perlakuan
Within Subjects Design: Hari
b. Exact statistic

c.The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.
84

Tests of Between-Subjects Effects

Measure: Kepadatan
Transformed Average
Variable:
Type III Sum of
Source Squares df Mean Square F Sig.
Intercept 236044892213333.00 10871.79
1 236044892213333.000 .000
0 3
Perlakuan 33273505386666.700 4 8318376346666.670 383.129 .000
Error 217116800000.000 10 21711680000.000

Kepadatan

Duncana,b
Subset
Konsentrasi N a b c d e
0.2 ppm 1017066.6
3
7
2 ppm 3 1343866.67
20 ppm 3 1469200.00
Walne 3 2163600.00
200 ppm
3 2876533.33
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 4342336000.000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
b. Alpha = .05.
85

Lampiran 3.
3.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Sel Individu Per Perlakuan Fase Eksponensial (Hari ke-2
hingga ke-6)

Rumus Laju Pertumbuhan Spesifik:

LnNt No
 ........................................................................................(3.3)
T 2  T1

2016000/432000
μ = 6-2
= 0.3851
Laju pertumbuhan sel per perlakuan pada fase eksponensial
Konsentrasi (ppm) Ulangan Laju Pertumbuhan Rata-rata
U1 0.3851 0.3900
0.2 U2 0.3882
U3 0.3966
U1 0.3643 0.3697
2 U2 0.3764
U3 0.3683
U1 0.2789 0.2893
20 U2 0.3136
U3 0.2755
U1 0.4866 0.4481
200 U2 0.4407
U3 0.4170
U1 0.4247 0.4293
Walne U2 0.4496
U3 0.4135
86

3.2 Analisis Sidik Ragam ANOVA Laju Pertumbuhan Spesifik Per Perlakuan pada
Fase Eksponensial

ANOVA
Laju Pertumbuhan Spesifik

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .046 4 .012 27.266 .000


Within Groups .004 10 .000
Total .050 14

Laju Pertumbuhan Spesifik


Duncan a

Subset for alpha = 0.05

Laju Pertumbuhan Relatif N a b c

20 ppm 3 .289333
2 ppm 3 .369667
0,2 ppm 3 .389967
Walne 3 .429267
200 ppm 3 .448100
Sig. 1.000 .254 .288

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
87

Lampiran 4
4.1 Data Dry Weight (DW), Ash Free Dry Weight (AFDW) dan Produktivitas Biomassa
Berat
Volume Volume Setelah Produktivitas
Konsentras Berat Sampel sampel Berat filter + LPS Pengabuan AFDW Biomassa
i (ppm) Filter (g) (mL) (L) Mikroalga (g) DW (g/L) (sel/hari) (g) (g/L) (mg/L/hari)
0.2 0.0912 5 0.005 0.1176 5.2800 0,3851 0.0996 3.6000 1,3864
0.2 0.0898 5 0.005 0.1208 6.2000 0,3882 0.0999 4.1800 1,6226
0.2 0.0904 5 0.005 0.1164 5.2000 0,3966 0.0990 3.4800 1,3801
2 0.0899 5 0.005 0.1147 4.9600 0,3643 0.0984 3.2600 1,1875
2 0.0894 5 0.005 0.1146 5.0400 0,3764 0.1012 2.6800 1,0088
2 0.0905 5 0.005 0.1186 5.6200 0,3683 0.1005 3.6200 1,3334
20 0.0911 5 0.005 0.1051 2.8000 0,2789 0.102 0.6200 0,1729
20 0.0911 5 0.005 0.1105 3.8800 0,3136 0.1008 1.9400 0,6084
20 0.0912 5 0.005 0.1072 3.2000 0,2755 0.103 0.8400 0,2314
200 0.0905 5 0.005 0.1255 7.0000 0,4866 0.0996 5.1800 2,5204
200 0.0898 5 0.005 0.1254 7.1200 0,4407 0.1009 4.9000 2,1596
200 0.0902 5 0.005 0.1258 7.1200 0,4170 0.1009 4.9800 2,0765
Walne 0.0907 5 0.005 0.1235 6.5600 0,4247 0.1006 4.5800 1,9453
Walne 0.0902 5 0.005 0.1269 7.3400 0,4496 0.1003 5.3200 2,3919
Walne 0.0906 5 0.005 0.1260 7.0800 0,4135 0.1006 5.0800 2,1006
88

4.2 Rata-rata Dry Weight (DW)

0. 1176- 0 . 0912
DW = 0 .005
= 5.2800 g/L

Kosentrasi DW (g/L) STDEV SE


0.2 5.5600 0.55570 0.320832251
2 5.2067 0.36019 0.207952986
20 3.2933 0.54602 0.315242411
200 7.0800 0.06928 0.04000000
Walne 6.9933 0.39716 0.229298447

4.3 Analisis One Way ANOVA Dry Weight (DW)

ANOVA

DW
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Betwee
n 28.816 4 7.204 40.057 .000
Groups
Within
Groups 1.798 10 .180
Total 30.614 14

Dry Weight

Duncana
Subset for alpha =
0.05
Konsentras
i N a b
0.2 ppm 5.56000
3
0
20 ppm 5.80000
3
0
200 ppm 6.34666
3
7
walne 6.58000
3
0
2 ppm 7.67333
3
3
Sig. .072 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
89

4.4 Rata-rata Ash Fre Dry Weight (AFDW)

Berat Filter dengan Mikroalga- Berat setelah pengabuan


AFDW=
Volume Sampel

0. 1176- 0 . 0996
0 . 005
AFDW =
= 3.6000 g/L

Kosentrasi
(ppm) AFDW (g/L) STDEV SE
0.2 3.7533 0.37434387 0.216127534
2 3.1867 0.474271371 0.273820704
20 1.1333 0.707201056 0.40830272
200 5.0200 0.144222051 0.08326664
Walne 4.9933 0.37753587 0.217970436

4.5 Analisis One Way Anova Ash Fre Dry Weight (AFDW)

ANOVA

AFDW
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
Groups 30.705 4 7.676 37.317 .000
Within
Groups 2.057 10 .206
Total 32.762 14

AFDW

Duncana
Subset for alpha = 0.05
Konsentrasi N A B c
0.2 ppm 3 5.460500
20 ppm 5.69806
3 5.698067
7
200 ppm 6.24620
3
0
Walne 3 7.359500
2 ppm
3 7.573300
Sig. .495 .133 .538
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
90
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.

4.6 Rata-rata Produktivitas Biomassa


Produktivitas Biomassa = Ash Free Dry Weight ׿ ¿ LPS

= 3.6000 ׿ ¿ 0.3851

= 1.3864 g.L. hari -1


Kosentrasi Produktivitas
(ppm) Biomassa STDEV SE
0,2 1,4630 0,13824748 0,07981722
2 1,1765 0,16260324 0,09387902
20 0,3376 0,23637889 0,13647342
200 2,2521 0,23596802 0,13623620
Walne 2,1459 0,22675632 0,13091782

4.7 Analisis One Way ANOVA Produktivitas Biomassa

ANOVA
Produktivitas
Biomassa
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Between
Groups 2.697 4 .674 25.555 .000
Within Groups
.264 10 .026
Total 2.960 14

Produktivitas Biomassa

Duncana
Subset for alpha = 0.05
Konsentra
si N a b c
20 ppm 3 .373333
0.2 ppm 1.04176
3
7
2 ppm 1.14460
3
0
Walne 1.43810
3
0
200 ppm 1.60316
3
7
Sig. 1.000 .456 .242
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
91
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
92

Lampiran 5.

5.1 Kandungan Lipid C. vulgaris

Konsentrasi Berat Awal Berat Awal KS Berat Sampel Berat Botol + Sampel Berat Lipid (Kadar Lipid)
Berat Botol (g)
(ppm) KS (g) + Sampel (g) (g) (g) (g) %
0.2 0.0892 0.3685 0.2793 16.7657 16.7715 0.0058 2.0766
0.2 0.0888 0.3625 0.2737 16.4261 16.4312 0.0051 1.8634
0.2 0.0896 0.3309 0.2413 16.3521 16.3581 0.0060 2.4865
2 0.0896 0.3253 0.2357 11.0639 11.0681 0.0042 1.7819
2 0.0891 0.3316 0.2425 11.1006 11.1053 0.0047 1.9381
2 0.0912 0.3377 0.2465 11.214 11.2198 0.0058 2.3529
20 0.0912 0.3509 0.2597 11.7144 11.7192 0.0108 4.1586
20 0.0903 0.3322 0.2419 10.8975 10.9105 0.0130 5.3741
20 0.0914 0.3386 0.2472 11.832 11.8396 0.0076 3.0744
200 0.0893 0.4014 0.3121 12.5122 12.517 0.0048 1.5380
200 0.0901 0.3813 0.2912 10.7804 10.7865 0.0061 2.0948
200 0.0900 0.4255 0.3355 10.8341 10.8401 0.0060 1.7884
Walne 0.0903 0.3727 0.2824 9.7873 9.7913 0.0040 1.4164
Walne 0.0905 0.3444 0.2539 9.8141 9.8167 0.0026 1.0240
Walne 0.0915 0.3924 0.3009 9.6872 9.6921 0.0049 1.6284
93

5.2 Rata-rata Kandungan Lipid

Kosentrasi Kadar Lipid


(ppm) (%) STDEV SE
10 2.1422 0.31672 0.18286
100 2.0243 0.29510 0.17038
1000 4.2024 1.15047 0.66422
10000 1.8070 0.27887 0.16101
Walne 1.3563 0.30666 0.17705

5.3 Analisis One Way ANOVA Kandungan Lipid

ANOVA

Lipid
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
Betwee
n 14.560 4 3.640 10.816 .001
Groups
Within
Groups 3.366 10 .337
Total 17.926 14

Lipid

Duncan a

Subset for alpha =


0.05
Konsentra
si N a B
walne 1.3562
3
67
200 ppm 1.8070
3
67
20 ppm 2.0243
3
00
0.2 ppm 2.1421
3
67
2 ppm 4.2023
3
67
Sig. .153 1.000
Means for groups in homogeneous
subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
3.000.
94

DOKUMENTASI PENELITIAN

A. Pengambilan Sampel Limbah Ternak Ayam Broiler

B. Penyaringan dan Sterilisasi Limbah Ternak Ayam Broiler


95

C. Penyaringan Air Laut

D. Kultivasi Mikroalga dalam Media Limbah Ternak Ayam

E. Perhitungan Kepadatan Sel setiap 2 hari Sekali menggunakan Haemocytometer

F. Pemanenan Chlorella vulgaris


96

G. Analisis Lipid Metode Bligh dan Dyer


97

Anda mungkin juga menyukai