Anda di halaman 1dari 10

TEKNIK BOUYANCE (GAYA APUNG)

Buoyance merupakan kemampuan untuk mengapung, gerakan ini

merupakan gerakan yang tidak menyentuh dasar atau substrat ketika melakukan

penyelaman. Buoyance sangat diperlukan untuk penyelam ilmuan yang harus

senantiasa dekat dengan obyek (terumbu karang, ikan, moluska dan lainnya).

Gaya apung atau buoyance disebabkan oleh benda atau tubuh seseorang yang

berada dalam fluida dan gaya dinamika dikarenakan adanya gerakan relatif dalam

fluida tersebut (Sunandarti, 2017).

Buoyancy atau biasa disebut gaya apung adalah gaya keatas yang

dikerjakan oleh fluida yang melawan berat dari benda yang direndam. Besarnya

gaya apung sebanding dengan besarnya beda tekanan antara permukaan dan dasar

kolom, dan setara dengan berat fluida yang terpindahkan (displacement) yang

seharusnya mengisi ruang yang ditempati oleh benda. Sehingga benda yang

memiliki massa jenis (ρobject) lebih besar dari masa jenis fluida (ρfluid) maka

objek akan tenggelam, dan benda yang memiliki massa jenis lebih rendah dari

fluida akan mengapung (Irawan, 2015).

Menurut prinsip Archimedes, berat air yang sama volumenya dengan

berat benda yang dibawah permukaan air sama dengan gaya apung pada benda

ketika tenggelam. Adanya sifat air yang mengikuti prinsip Archimedes ini

merupakan keuntungan bagi perenang. Walaupun renang dinyatakan sebagai

salah satu olahraga yang banyak menggunakan energi, namun dengan

berlakunya prinsip Archimedes, setidaknya perenang dapat mengalami efek

”kehilangan sedikit bobot” badan pada saat berenang (Kuntjoro, 2015).


Dalam olahraga renang dituntut tubuh untuk selalu dalam kondisi

terapung. Untuk mempertahankan daya apung dalam air perlu memperhatikan

prinsip atau hukum “Archimedes” yang menyatakan bahwa, bila sebuah benda

berada dalam air, benda akan mendapatkan tekanan ke atas yang besarnya sama

dengan berat air yang dipindahkan oleh benda tersebut. Berbeda dengan di

daratan, berat benda di udara akan dipengaruhi berat jenis dari air, menyebabkan

berat benda tersebut menjadi berkurang sebesar air yang dipindahkan oleh benda

tersebut. Berdasar prinsip hukum Archmedes tersebut, maka bila perenang masuk

ke dalam air, ada tiga kemungkinan yang terjadi; a) mengapung/mengambang; b)

melayang/seimbang; c) tenggelam. Di darat orang memiliki gaya berat yang

bekerja tegak lurus ke bawah yang berada pada titik berat badan (center gravity).

Sedangkan bila di air, akanmemiliki gaya apung. Gaya apung adalah dorongan

yang bekerja tegak lurus ke atas, sebaliknya dari gaya berat. Gaya apung bekerja

pada titik pusat yang disebut titik apung (center of buoyance) (Mashud, 2019).

(Menurut Wetik, 2005) Hukum Archimedes: “Jika suatu benda dicelupkan

sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair, maka ia akan mendapat gaya tekan ke

atas sebesar berat zat cair yang dipindahkannya” Kepadatan cairan akan

mempengaruhi besarnya gaya tekan ke atas. Semakin padat cairan tersebut (Berat

Jenis nya), maka akan semakin besar gaya tekan ke atas yang diberikan terhadap

benda, dan artinya daya apung benda akan semakin besar pula. Penyelam akan

mendapatkan daya apung yang lebih besar di air laut dari pada di air tawar.

Paru-paru yang dikembangkan sepenuhnya dan ditahan, maka kebanyakan

orang akan dapat mengambang di permukaan air laut. Kondisi ini disebut
memiliki daya apung positif. Daya apung positif adalah apabila sebuah benda

cenderung untuk mengambang (terapung) sedangkan daya apung negatif bila

benda cenderung tenggelam, dan daya apung netral (nol) adalah bila benda

tersebut melayang. Apakah seorang penyelam dapat mengapung secara positif,

netral ataupun negatif akan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

• Upaya yang diperlukan untuk menyelam.

Daya apung yang positif memberikan kesulitansaat turun tetapi akan

membantu pada saat berada di permukaan.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi daya apung seorang penyelam antara

lain:

- Peralatan: Beratnya alat-alat yangdipakai si penyelam dapat

mengakibatkan ia mempunyai daya apung negatif. Tabung yang berisi udara tekan

akan mempunyai daya apung yang lebih positif bila isinya (udara) semakin

berkurang.

- Pakaian Selam (wet suit): Pakaian selam terbuat dari sel-sel karet busa

yang berisikan udara. Bila kedalaman bertambah, volume udara. yang ada di sel-

sel tersebut berkurang sehingga akan mengurangi daya apung.

- Rompi apung yang dapat diatur daya apungnya (BCD = Buoyancy

Compensator Device) bila diisi udara akan menambah daya apung, sebaliknya bila

udara dikeluarkan maka akan mengurangi daya apung. Tanpa menggunakan BCD,

saat penyelam menghirup udara, volume di dada akan meningkat dan cenderung

menambah daya apung. Sebaliknya bila udara dihembuskan keluar akan

mengurangi daya apung. Memanfaatkan efek daya apung yang timbul merupakan
aplikasi dasar dalam tehnik penyelaman. Menurut Kuntjoro, 2015, Selain itu

beberapa faktor lain juga mempengaruhi gaya apung, diantaranya:

 Volume udara, seseorang yang mempunyai kemampuan menghirup

udara lebih besar sehingga mampu menyimpan cadangan udara di

dalam paru-paru kemapuan daya apungnya lebih besar.

 Usia, semakin muda usia, maka kemampuan daya apungnya lebih

baik.

 Lemak dalam Tubuh, Kandungan lemak dalam tubuh wanita lebih

besar daripada pria, sehingga wanita mempunyai kemampuan daya

apung lebih baik daripada pria.

 Kepadatan tulang, penelitian di Amerika Serikat menghasilkan suatu

kesimpulan bahwa orang kulit hitam berprestasi di cabang olahraga

renang dibandingkan atlet renang kulit putih. Penyebabnya adalah

orang kulit hitam mempunyai kepadatan tulang lebih besar

dibandingkan dengan orang kulit putih.

Menurut (Hadi, 1991) Bouyance vest atau alat peralatan apung adalah

perlengkapan penting yang digunakan seorang penyelam. Alat ini berfungsi

dalam 4 perlakuan utama sebagai berikut:

1. Untuk memberikan daya apung positif (Positive buoyance) selama berenang

di permukaan air.
2. Untuk memberikan daya apung guna istirahat atau menyangga seorang

penyelam untuk mengalami kecelakaan.


3. Untuk memberikan daya apung netral (neutral buoyance) terkendali dalam air

diakibatkan hilangnya daya apung dari baju selam (wet suit) atau tas koleksi

(collecting bag) yang berat.


4. Untuk mendapatkan kemampuan dalam memberikan pertolongan baik untuk

diri sendiri maupun untuk menolong orang lain.


Menurut Hadi, 1991 beberapa bahaya dalam teknik gaya apung sebagai berikut:
1. Penyakit Dekompressi (Decompression Sickness, DCS)
Sesuai dengan Hukum Henry, semakin dalani penyelanian semakin

banyak pula Nitrogen yang larut dalani jaringan tubuh penyelani. Tinggi kadar

Nitrogen atau tinggi PN2 di dalani jaringan tubuh bergantung kepada

kedalaman dan lamanya penyelanian. Oleh karena itu semakin dalani dan

lama suatu penyelanian semakin tinggi pula kadar N~ yang larut ke dalani

tubuh penyelani. Pada saat penyelani berenang ke permukaan (setelah

menyelam dalam dan lama) harus mematuhi prosedur tertentu (prosedur de-

kompresi) untuk mengeluarkan gas N^ dari tubuh penyelani yang terlarut. Bila

prosedur dekompresi dilanggar maka sudah dapat di-pastikan bahwa akan

terjadi penyakit dekompresi dengan segala akibatnya. Ada 2 tipe penyakit

dekompresi. Penyakit dekompresi tipe I (Bends, Pain Only Decompression

Sickness). Seluruh tubuh (terutama persendian) terasa sangat nyeri timbulnya

berangsur-angsur atau mendadak. Kelelahan dan rasa ngantuk yang

berlebihan, pusing, bercak-bercak merah pada kulit disertai rasa gatal.

Penyakit dekompresi tipe II merupakan penyakit yang serius. Jika

perawatannya terlambat atau tidak memadai sering menye-babkan cacat tubuh

atau kematian. Gejala -gejalanya sebagai berikut :


a. Gejala neurologis
Kulit terasa tebal terasa seperti ditusuk-tusuk jarum,

hilangnya/menurunnya rasa sakit. Kelemahan sampai kelumpuhan otot

anggota gerak. Bisa terjadi kebutaan.


b. Gejala paru-paru (Chockes)
Dada terasa nyeri dan berat/tertekan, napas sesk sampai sianosis

(pucat, kebiruan) disertai batuk kering.


c. Gejala sistem kardiovaskuler (Bends shock)
Bends shock merupakan tanda gawat darurat yang perlu ditangani

dengan segera dan intensif.


Disamping penyakit tersebut ada pula beberapa hal yang dapat dialami

oleh semua jenis penyelam misalnya serangan jantung, binatang laut yang

berbahaya baik yang berbisa maupun yang beracun. Binatang laut ada yang

nienggigit tapi ada pula yang menyengat. Luka yang diakibatkan oleh gigitan

binatang sewaktu menyelam dapat menyebabkan pendarahan yang hebat dan

dapat menimbulkan kematian. Sedangkan binatang laut yang nienyengat tidak

menimbulkan luka yang berarti, tetapi reaksi alergi/keracunan yang

ditimbulkan dapat pula membahayakan penyelani. Menurut KASTORO

(1976) akibat tusukan gigi parut dari "Ka-lajengking laut" (Conus) terasa

setelah 4 atau 5 jam kemudian dan AZIZ (1976) menyebutkan bahwa daya

racun atau "virulensi" dari ular laut relatif lebih kuat dari ular biasa yang hidup

di darat. Kekuatannya dapat niencapai 10 sanipai 20 kali lebih kuat dari ular

cobra. Beberapa binatang laut yang berbahaya yang perlu diwaspadai oleh

penyelani adalah :
1. Ubur-ubur "Kapal perang Portugis"
2. Kerondong
3. Gurita
4. Ikan Pari
5. Dean alu-alu
6. Ikan Hiu
7. Dean lepu batu
8. Karang api
9. Jelatang laut, dll.
Tentang bahaya menyelam di daerah terumbu karang telah ditulis

cukup jelas oleh AZIZ (1976). Tenggelam adalah salah satu resiko yang

dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung di air, dan sering

mengakibatkan kematian karena masuknya air ke dalam paru-paru. Oleh

karena itu kepada semua calon penyelani dan juga penyelani diharuskan dapat

berenang dan disarankan pula semua penyelam memakai rompi apung yang

dilengkapi tabung CCL atau yang dihubungkan dengan scuba sehingga dapat

dikembangkan dengan cepat apa bila dalam keadaan darurat.

KAIDAH MENYELAM DENGAN AMAN


1. Anda harus dalam kondisi fisik dan men tal yang baik, menyelamlah

hanya jika badan dan rohani anda sehat.


2. Usahakan selalu agar kemampuan renang anda memuaskan.
3. Jangan mengadakan penyelaman jika anda tidak memiliki sertifikat

selam. Jika anda memiliki sertifikat selam, ketahuilah batas-batas

kegiatan selam sesuai dengan kemahiran anda sebagaimana tertera

dalam tingkat sertifikat selam anda.


4. Sangat dianjurkan jika anda memiliki sertifikat selam "Penyelani

bebas" (skin diver) sebelum anda menjadi penyelani "scuba". Hal ini akan

sangat membantu penghayatan dan keamanan. Skin Diving bukan

merupakan prakwalifikasi sebelum menjadi penyelani scuba. Skin

Diving justru merupakan kemahiran tersendiri yang khusus, namun

sejajar dengan keterampilan scuba.


5. Belajarlah keterampilan PPPK khususnya yang berhubungan dengan

kemungkinan kecelakaan penyelaman.


6. Kuasailah teknik bantuan penyelaman (life saving).
7. Sediakan selalu kotak PPPK yang lengkap untuk kecelakaan penyelaman

(berbeda dengan kotak PPPK umum).


8. Ketahuilah keterbatasan kemampuan dan peralatan selam anda.
9. Periksalah selalu sebelum penyelaman dan pergunakan secara lengkap dan

sempurna perlengkapan yang sesuai yang juga berada dalam keadaan

sempurna, jangan meminjamkan peralatan selani kepada penyelam tanpa

sertifikat selam.
10. Rencanakan dengan baik penyelaman anda
11. Kenalilah medan penyelaman dimana anda mengadakan penyelaman, dan

hindari kondisi berbahaya dan cuaca buruk.


12. Batasi kedalaman (kurang dari 18 m).
13. Menyelamlah dengan berpasangan "buddy" dan tetaplah bersamanya

selama penyelaman.
14. Kembangkan sendiri dan gunakan selalu komunikasi bawah air dengan

mitra selam. untuk dibawah air.


15. Perlakukan spear gun (bila membawa) sama dengan senjata yang

berbahaya bagi nyawa manusia.


16. Ekualise tekanan bawah air sebelum sakit mulai terasa.
17. Keluarlah dari air jika terluka, merasa lelah atau mulai kedinginan.

Munculah kepermukaan dengan hati- hati dan dengan cara sempurna.


18. Bernapaslah dengan biasa dan wajar (seperti bernapas di udara

terbuka) jika menggunakan peralatan scuba, janganlah bernapas patah-

patah (skip breathing) untuk memperpanjang waktu pemakaian udara

yang tersedia dalam tabung scuba.


19. Hindari dekompresi terhadap atau de- kompresi karena penyelaman

ulang, penyelaman di ketinggian atau naik pesawat terbang setelah

selesai menyelam.
20. Gunakan hanya udara yang bersih
21. Rawat dan perlakukan tabung udara sebagaimana mestinya.
22. Service seluruh peralatan sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hadi, N., 1991, Tinjauan Tentang Penyelaman, Jurnal Oseana, 16(4): 1-12

Irawan, F dan Yulianto, A., 2015, Perancangan Prototype Robot Observasi Bawah
Air dan Kontrol Hovering menggunakan Metode Pid Control, Jurnal
Sains dan Informatika, 1(1): 63-70

Kuntjoro, B.F.T., 2015, Analisis Biomekanika pada Olahraga Renang Gaya Bebas,
Jurnal Phedheral, 11(2): 1-15

Mashud, Dr., 2019, Variasi dan Kombinasi Dasar Gerak Renang, Pj JPOK FKIP
ULM Press, Banjarbaru

Sunandarti, H., 2017, Mekanika Gaya Apung pada Olahraga Renang, Jurnal Imiah
Pendidikan Jasmani, 1(1): 14-19

Wetik, M., 2005, Diver Underwater, Jotc Diving Team and Born Free Diving
Club.

Anda mungkin juga menyukai