Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana melakukan identifikasi dan bertahan ketika Anda harus berurusan dengan

mimpi buruk penyelaman yang paling ditakuti.

Penyakit dekompresi (DCS – Decompression Sickness), atau yang dalam bahasa Inggris-
nya lebih dikenal sebagai “The Bends” adalah sebuah penyakit yang dapat terjadi sebagai
akibat dari aktifitas di lingkungan bertekanan tinggi seperti pada pekerja konstruksi bawah
permukaan yang bertugas membuat terowongan bawah air, fondasi jembatan di kedalaman
air (lingkungan kering namun bertekanan tinggi) dan penyelaman (lingkungan basah
namun bertekanan tinggi).

Theory DCS sudah ditemukan hampir tiga abad sebelum ditemukannya peralatan
penyelaman modern SCUBA (Self Contained Underwater Breathing Apparatus). DCS
pertama kali dijelaskan oleh seorang ahli Fisika pada abad ke-17, Robert Boyle yang
mengamati munculnya gelembung udara di mata seekor ular Viper yang sengaja ia
tempatkan di ruangan vakum. Theory DCS akhirnya dapat dilengkapi oleh para ilmuwan
yang telah lama meneliti dan mengobservasi gejala – gejala yang dialami oleh pekerja
konstruksi jembatan dan terowongan. Para pekerja itu tercatat bekerja beberapa jam sehari
dalam lingkungan bertekanan tinggi (Hyperbaric). Kondisi ini sangat mirip dengan yang
dialami penyelam saat melakukan penyelaman.

Mekanisme terjadinya DCS sebenarnya sangat sederhana. Jaringan tubuh kita secara
alamiah mengandung gas terlarut untuk berbagai tujuan secara biologis. Dalam keadaan
normal di ketinggian permukaan air laut, tekanannya sama dengan tekanan lingkungan
normal sebesar kurang lebih 1 Bar (14.7 Psi). Ketika menyelam menggunakan SCUBA
maka dia menghirup udara yang bertekanan lebih tinggi dari tekanan atmosfer di
permukaan. Melalui proses pelarutan gas dalam tubuh kita, maka tekanan udara terlarut
dalam tubuh kita meningkat secara progressif seiring bertambahnya kedalaman yang
notabene juga bertambahnya tekanan Atmosfer Abosolute (ATA). Kenaikan tekanan akibat
bertambahnya kedalaman ini akan menaikkan tekanan parsial tiap – tiap gas yang
membentuk udara yang kita hirup. Dalam hal ini komposisi udara yang sehari hari kita
hirup di permukaan adalah 78% Nitrogen (N2) + 21% Oksigen (O2) + 0.93% Argon (Ar) +
0.04 Carbon dioksida (CO2) + 0.03% Gas gas mulia seperti Neon (Ne), Helium (He), dan
lain sebagainya. Namun komposisi itu biasanya di bulatkan menjadi 80% N2 + 20% O2.

Jika tekanan di permukaan adalah 1 Atm = 1Bar = 14.7 Psi dan tekanan parsial gas
pembentuk udara pernapasan di permukaan adalah 80% N2 + 20% O2, maka jika tekanan
bertambah 1 Atm menjadi 2 Atm (Setiap penambahan kedalaman 33 feet (10 meter) air
laut tekanan bertambah 1 Atm), udara di dalam tangki SCUBA tekanan parsialnya menjadi
(80% N2 x 2) + (20% O2 x 2) = 160% N2 + 40% O2. Dari hitungan tersebut maka terlihat
jelas bahwa semakin dalam seseorang menyelam dengan SCUBA maka tekanan gas
terlarut (dalam hal ini N2 dan O2) dalam tubuhnya semakin besar pula. Pembuluh darah di
paru paru penyelamlah yang pertama kali akan terpengaruh dengan gas bertekanan tinggi
ini. Selanjutnya aliran darah akan membawa gas gas bertekanan tinggi ini ke seluruh
jaringan tubuh. Darah dan jaringan – jaringan tubuh yang banyak dialiri darah cenderung
lebih cepat menyesuaikan dengan tekanan sekitar karena mampu menyerap dan
melepaskan gas secara cepat, namun jaringan – jaringan yang lebih sedikit dialiri darah
seperti jaringan adiposa (lemak) dan tulang akan menyerap gas tersebut lebih lambat
menyerap gas tersebut demikian pula juga lebih lambat melepaskannya. Pada saat
penyelam naik ke permukaan terjadi penurunan tekanan, nah proses yang tadi sudah
berlangsung sekarang dibalik. Kita jadi bernapas dengan udara bertekanan semakin rendah
namun tekanan gas di dalam tubuh kita masih bertekanan tinggi. Sehingga jaringan
jaringan di tubuh kita akan melepaskan gas secara berlebih melalui proses difusi aliran
darah di paru paru. Proses ini sama dengan saat kita membuka botol minuman
berkarbornasi. Saat botol masih tertutup rapat, tekanan di dalam botol lebih tingi dari
tekanan atmosfer, namun saat tutup botol kita buka maka tekanan di dalam botol turun
secara tiba tiba menjadi sama dengan tekanan atmosfer di sekitarnya. Maka gas karbonasi
yang tadinya larut dalam cairan minuman berubah menjadi gelembung – gelembung gas
karena terjadi pengembangan gas berlebih akibat berkurangnya tekanan secara tiba tiba.
Nah jika itu terjadi di dalam tubuh kita maka kita terkena Decompression Sickness (DCS)
atau penyakit akibat berkurangnya tekanan secara tiba tiba.

Dari penjelasan proses di atas, maka jelaslah bahwa seorang penyelam sangatlah penting
untuk naik ke permukaan secara perlahan (kecepatan yang aman secara teoritis adalah tidak
boleh lebih dari 15 meter/menit) dan sangatlah penting juga bagi penyelam untuk
melakukan Deco Stop / Safety Stop di kedalaman 5 meter selama 3 menit. Ini berdasar
perhitungan matematika seorang ahli fisika awal abad 20 yang bernama J.S. Haldane yang
menjelaskan bahwa penyerapan dan pelepasan gas oleh proses difusi di dalam tubuh
manusia bersifat eksponensial seiring dengan bertambahnya waktu. Teori ini makin
disempurnakan oleh para ilmuwan yang lain seiring dengan bertambah majunya peralatan
penguji teori ini.

Berdasar teori Haldane dan penelitian yang dikembangkan para Ilmuwan, dibuatlah sebuah
tabel penyelaman yang menentukan beberapa parameter waktu yang aman bagi
penyelaman berada di kedalaman serta perhitungan sisa gas terlarut di dalam tubuh
penyelam ketika di permukaan sebagai dasar perhitungan untuk menentukan lama waktu
yang aman untuk penyelaman berikutnya. Batas waktu yang aman untuk penyelaman ini di
sebut No Decompression Limit (NDL). Sedangkan penyelaman yang berlangsung tidak
melewati batas NDL disebut Penyelaman Tanpa Decompressi.

Namun adakalanya penyelaman dilakukan untuk tujuan tujuan khusus misalnya pekerjaan
bawah air (pemasangan pipa, kabel laut, pengelasan konstruksi, dll) yang mengharuskan
penyelam berada di kedalaman lebih lama dari NDL, maka penyelaman itu disebut
penyelaman dengan decompressi dan tabel yang digunakan adalah Tabel Penyelaman
Dengan Decompressi yang prosedurnya lebih rumit dan perlu pelatihan khusus serta
seringkali juga menggunakan modifikasi komposisi campuran gas yang digunakan untuk
pernafasan penyelam.

Gejala Gejala Yang Harus Diwaspadai


DCS ada dua jenis yaitu DCS tipe 1 (fisiologis) yang paling umum dialami penyelam.
Biasanya rasa nyeri, ruam atau kemerahan pada daerah sendi. Siku dan bahu yang paling
sering, namun daerah persendian lain pun juga bisa terkena. DCS tipe 2 (neurologis) adalah
DCS dengan akibat yang lebih parah karena menyerang sistem saraf pusat (Saraf, Vertebral
(tulang belakang), Otak) dan dapat berakibat kematian. Gejalanya termasuk kelelahan yang
ekstrim, mati rasa, pusing yang luar biasa hingga kehilangan kesadaran.

Pencegahan
Selalu menyelam dalam batas batas yang diijinkan sesuai sertifikasi tingkat keahlian
penyelam yang anda miliki (Untuk jenjang Pemula tidak boleh lebih dari 15 meter).
Jagalah kebugaran tubuh anda dan hanya menyelam saat tubuh benar benar sehat dan
bugar. Selalu membuat rencana penyelaman sesuai tabel penyelaman dan taati dive plan
yang anda buat atau jika anda memakai Dive Computer, taati petunjuk yang ditampilkan di
layar dan bunyi alarm peringatan Dive Computer anda. Gunakan peralatan penyelaman
SCUBA yang berfungsi baik dan di inspeksi secara berkala oleh orang yang berwenang
serta kenalilah satuan satuan ukurannya, karena ada yang menggunakan sistem metrik (PSI
/ Meter) dan ada yang menggunakan sistem Imperial (Bar / Feet).

Tidak ada teori yang sempurna. Sekalipun penyelaman sudah dilakukan sesuai prosedur
keamanan, bukan berarti penyelam 100% aman dari bahaya DCS. Oleh sebab itu sebagai
tambahan, seorang penyelam sebaiknya menjalani therapy Hyperbaric Oxygenation (HBO)
di dalam Chamber Hyperbaric dengan prosedur Tabel 5 U.S. Navy (Hyperbaric Oxygen
Treatment For Pain Only DCS) secara berkala 6 bulan sekali untuk menjamin bahwa tubuh
kita benar benar bebas dari sisa sisa gelembung gas. Biasanya di Rumah Sakit Angkatan
Laut yang besar pasti memiliki fasilitas ini, bahkan Rumah Sakit yang ada di daerah yang
ramai wisata penyelaman juga umumnya menyediakan fasilitas ini. Contohnya RS.
Sanglah di Denpasar, Bali.

Selalu Bersiap Diri


Sebelum anda melakukan penyelaman ke suatu daerah, maka ada baiknya anda mencatat
nomor nomor telepon penting seperti Fasilitas Chamber Hyperbaric yang terdekat dan cari
tahu kesiapannya menerima pasien emergency serta Layanan Evakuasi Medis Darurat.
Akanlah sangat bijaksana juga jika sebagai seorang penyelam, anda melengkapi diri anda
dengan polis Asuransi khusus penyelam seperti DAN (Diver Alert Network) Insurance.
Mengingat biasanya daerah penyelaman ada di daerah yang jauh dan susah dijangkau
kendaraan darat, maka jika terjadi keadaan darurat seringkali harus dilakukan evakuasi
dengan Helikopter Medis yang tentunya biayanya tidaklah murah, ditambah lagi biaya
pengobatan dan perawatan yang juga harus dikeluarkan. Ini bisa mencapai US$ 100.000
(Rp. 1 Milyar). DAN Insurance mengcovernya bahkan sampai penggantian peralatan kita
yang hilang akibat kecelakaan penyelaman. Biaya premi asuransi khusus penyelam
sangatlah tidak mahal jika dibandingkan dengan rasa aman dan terlindungi yang anda
dapatkan sehingga anda bisa menyelam tanpa was was. Sebisa mungkin kita menyelam
dengan aman, namun sekali lagi tiada teori yang sempurna. Jangan sampai saat mengalami
kecelakaan , kita jadi bangkrut karena harus membayar biaya evakuasi, perawatan dan
pengobatan. Saya sendiri melengkapi diri dengan Polish DAN Insurance Prefered Plan
(Type 2) dengan pertanggungan hingga senilai US$ 250.000.

Semoga paparan singkat ini bisa memberi penambahan wawasan bagi kawan – kawan yang
awam dan non penyelam serta juga sebagai penyegaran kembali bagi rekan rekan sejawat
penyelam. Penjelasan yang lebih detail mengenai DCS akan anda dapatkan saat mengikuti
pendidikan sertifikasi penyelam. Pelajaran tentang DCS ini adalah pelajaran dasar yang
wajib dikuasai oleh setiap penyelam, oleh karenanya diberikan sejak jenjang pemula.

Salam Bahari !

Michael Antony Ugiono

Disarikan dari :
- Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik, Drs. Med. R. Rijadi S, Phys., Lembaga
Kesehatan Kelautan (LAKESLA) TNI-AL, 2009.
- The Encyclopedia of Recreational Diving, Professional Association of Diving Instructor
(PADI), USA.
- Rescue Diver Manual, Professional Association of Diving Instructor (PADI), USA.
- Dive Master Manual, Professional Association of Diving Instructor (PADI), USA.
- Buku Petunjuk 1 Star Scuba Diver CMAS – Indonesia, Dewan Instruktur Selam
Indonesia, Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI)

Penulis adalah seorang Penyelam yang sudah membukukan lebih dari 500 kali penyelaman
dalam 14 tahun sejak pertama kali mengenal Scuba Diving.
Jenjang sertifikasi :
- PADI Advanced Open Water Diver No. 0907AK3819
- PADI Rescue Diver No. 0911AO8898
- POSSI – CMAS 2 Star Scuba Diver No. 2020346
- dan akan menyelesaikan Sertifikasi PADI Divemaster pada bulan Juli 2010.

Pemegang Polish Diver Alert Network (DAN) Insurance Prefered Plan (Type 2) No. AA
975 9J000 0910
Pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Kesehatan Penyelaman Pengurus Daerah POSSI
(Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) Jawa Tengah selama 2 periode (2000 –
2002 dan 2002 – 2004)

Official Tim Selam Jawa Tengah untuk PON tahun 2000 di Perairan Pantai Pasir Putih,
Situbondo, Jawa Timur.

Anda mungkin juga menyukai