Anda di halaman 1dari 12

” Respon Pertumbuhan Ayam hasil Persilangan antara Ayam Arab >< Ayam

Buras terhadap Pakan Alternatif yang Mengandung Tepung Darah “

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bioteknologi Hewan


Dosen : Muh. Amrullah Pagala, S.Pi, M.Si

OLEH :

RAY MARCS AGUNG P.D.P (F1E1 17 048)

PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... 1

DAFTAR ISI………………………...………………………….........……... 2

BAB I PENDAHULUAN …..........…………………………..…..........…… 3

1.1 Latar Belakang………...…………………………………........... 3


1.2 Tujuan Penelitian ………………………......………………….... 4

BAB II. ISI………………………………………………………..........……. 7

2.1 Materi.......................................................................………...….... 5
2.2 Metode............................................................................................. 6

BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................... 8

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan.................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ayam Arab perak merupakan sejenis ayam buras yang mulai dikenal

di Indonesia sejak tahun 1990. Tempat dominan ayam ini adalah hampir di

seluruh urban di Jawa dan Sumatera. Ayam yang berwarna lurik hitam putih

ini mempunyai produksi telur yang cukup tinggi yaitu 225 telur/tahun,

sedangkan ayam buras lainnya berkisar 115-182 butir/tahun (Kholis dan

Sitanggang., 2002). Ditinjau dari produksi telur yang cukup tinggi ini maka

sudah selayaknya jika suatu saat dikembangkan di Indonesia, selain itu ayam

Arab sudah beradaptasi dengan lingkungan di Indonesia sehingga perkawinan

dengan ayam lokal tidak menjadi masalah (Sukirdo, 2001 dalam Iskandar,

2005). Pakan merupakan faktor terbesar dalam industri ayam baik ayam buras

maupun ayam ras. Hal ini disebabkan sebagian besar bahan baku untuk pakan

adalah impor, seperti jagung, tepung daging dan tulang serta bungkil kedelai.

Di era krisis ini, biaya pakan untuk ayam terkadang tidak terjangkau oleh

peternak kecil, oleh sebab itu maka perlu dicari alternatif pengganti pakan

komersial dengan menggunakan bahan baku lokal. Diharapkan dengan

adanya ransum berbahan baku lokal dapat menekan biaya produksi yang

tinggi tersebut. Sumber protein asal hewan, seperti tepung darah, tepung

daging dan tulang merupakan sumber protein yang bagus untuk ransum ayam.

Hal ini disebabkan protein hewani ini mengandung vitamin B12, sedangkan

protein asal tumbuhan tidak mengandung vitamin B12 ini. Banyak protein

3
hewani mempunyai kualitas yang tinggi. Kalimantan timur memiliki potensi

untuk penyediaan bahan baku lokal. Salah satu bahan baku lokal yang dapat

dimanfaatkan adalah darah yang berasal dari pemotongan ternak. Bahan baku

darah didapatkan dari rumah potong hewan. Darah hasil pemotongan hewan

merupakan limbah, yang bila tidak dimanfaatkan akan mencemari

lingkungan. Data dari Dinas Peternakan Propinsi Kalimantan Timur (BPS,

2005) menyebutkan bahwa pemotongan hewan ternak tiap hari pada tahun

2004 adalah sebesar 108 ekor. Jika diasumsikan darah adalah 7% dari berat

badan ternak (diasumsikan berat badan rata-rata 200 kg), maka jumlah darah

yang dapat dihasilkan adalah sebesar 1512 kg/hari. Jumlah sebesar itu jika

dimanfaatkan untuk tepung darah adalah sekitar 151,2 kg/hari atau sebesar

55.188 kg/tahun. Sampai saat ini pabrik pakan sangat sedikit yang membuat

pakan untuk ayam buras, sebagian besar peternak meramu sendiri ransum

ternaknya. Hal ini disebabkan pakan ayam buras selama ini lebih rendah

kandungan gizinya dibandingkan gizi ayam ras, karena pertumbuhan dan

produksi ayam buras tergolong lebih lambat. Jika pakan ayam ras diberikan

kepada ayam buras, biaya produksi berupa pakan menjadi mahal dan akan

tidak seimbang dengan produksi yang diberikan.

2.1 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui respon

pertumbuhan ayam hasil persilangan ayam arab dan ayam buras terhadap

pakan alternatif yang mengandung tepung darah.

4
BAB II
MATERI DAN METODE

2.1 Materi

Persilangan (bahasa inggris : hybridization atau crossing) dalam

biologi adalah perkawinan antar individu ataupun populasi yang berbeda

secara genetik untuk menghasilkan gabungan sifat dari tetua ataupun

rekombinasi gen-gen pada keturunannya. Dalam ilmu biologi molekuler

persilangan diartikan sebagai teknik berikatannya suatu untaian tunggal DNA

atau RNA dengan untaian komplemen yang berasal dari RNA atau DNA yang

berbeda. Persilangan dapat terjadi di antara individu yang berbeda spesies

(persilangan interspesifik) maupun antar individu dalam satu spesies

(persilangan intraspesifik) yang umumnya dikenal sebagai persilangan antar

galur (untuk tanaman) atau antar aksesi. Perkembangbiakan manusia melalui

perkawinan adalah contoh persilangan dalam satu spesies. Dalam ilmu

peternakan istilah persilangan lebih sering disebut dengan perkawinan.

Individu keturunan hasil proses persilangan dapat bersifat subur, mandul,

maupun mandul sebagian.

Generasi keturunan hasil suatu persilangan disebut filial disimbolkan

dengan huruf F besar dan angka yang menandakan urutan generasi. Contoh

penulisan generasi keturunan yaitu: F1 untuk generasi pertama hasil

persilangan dan F2 untuk generasi kedua hasil persilangan. Awalnya tujuan

utama dari persilangan ialah menggabungkan dua sifat baik atau unggul dari

dua tetua dalam satu individu atau populasi. Lebih lanjut dalam kegiatan

5
pemuliaan, persilangan digunakan untuk membuat keragaman genetik pada

suatu populasi misalnya jagung dengan harapan akan muncul fenotipe-

fenotipe baru yang sifatnya berbeda dari kedua tetuanya.

2.2 Metode

Darah yang diambil dari RPH kemudian diletakkan pada loyang dan

dikeringkan pada oven pada suhu 600C selama 3 hari. Alternatif pengeringan

adalah menggunakan sinar matahari. Lapisan darah pada loyang diusahakan

tidak terlalu tebal (+ 1 cm) untuk mempercepat proses pengeringan. Setelah

kering, kemudian dijadikan tepung dengan menggunakan alat pembuat tepung

(miller). Setelah jadi tepung, dikeringkan lagi untuk menghindari jamur.

Protein kasar tepung darah ini dapat mencapai 80% (Hartadi, 1999).

Ayam yang digunakan adalah ayam hasil persilangan antara ayam

Arab dan ayam buras umur 2 minggu. Ayam yang digunakan sebanyak 60

ekor dan dipelihara selama 40 hari. Kandang yang digunakan adalah

berbentuk kotak dengan ukuran 1x1x0.5 meter, berlantai dan berdinding

kawat sebanyak 12 box, masing-masing berisi 5 ekor ayam. Ransum yang

diberikan adalah 3 macam yaitu P0, P1 dan P2. Pakan dan air minum

diberikan secara ad libitum. Vaksin ND diberikan kepada anak ayam umur

seminggu melalui tetes mata. Vaksin AI diberikan pada umur 25 hari melalui

suntikan.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

yang terdiri atas 3 perlakuan masing masing 4 ulangan. Perlakuan yang

dicobakan pada penelitian ini tertera pada Tabel 1. Variabel yang diamati

6
yaitu pertambahan bobot badan, konsumsi ransum, yang diukur setiap minggu

dan konversi pakan. Hasil pengamatan dianalisis dengan Anova dilanjutkan

dengan Uji Beda Nyata Terkecil (Steell dan Torrie, 1980).

7
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Digunakannya tepung kedelai dan tepung gaplek disebabkan di

Kalimantan Timur tidak terdapat limbah dari kedelai maupun singkong. Pada

susunan ransum ini sumber energi yang berupa karbohidrat didapatkan dari

jagung, bekatul dan tepung gaplek. Sumber protein ransum berasal dari kacang

kedelai dan tepung darah, sedangkan sumber lemak berasal dari minyak kelapa

sawit. Sarwono (2004) menyatakan bahwa penggunaan tepung darah untuk bahan

pakan ayam adalah sebesar 3-10%, sedangkan Cheeke (1999) menyatakan bahwa

penggunaan tepung darah tidak boleh melebihi 6-8% karena ketidakseimbangan

asam amino pada level yang lebih tinggi.

Sarwono (2004) menyatakan bahwa pada pakan ayam Arab, karbohidrat

dibutuhkan sebesar 70-75% dari total ransum, protein sebesar 14-24%, dan lemak

3-9%, sedangkan Kholis dan Sitanggang (2002) menyatakan bahwa kebutuhan

gizi ayam Arab adalah 18% protein kasar, 60% karbohidrat, 6% serat kasar.

Kandungan nutrisi pakan alternatif menunjukkan bahwa susunan nutrisinya

kurang memenuhi syarat pertumbuhan untuk ayam Arab. Protein kasar dari pakan

alternatif lebih tinggi dibandingkan dengan pakan komersial, tetapi pakan

alternatif mempunyai kandungan serat kasar yang sangat tinggi yang tidak bagus

untuk unggas, karena kandungan serat kasar maksimal 6% (Kholis dan

Sitanggang, 2002).

Kandungan lemak dari pakan alternatif sangat rendah, sehingga sumber

energi dari pakan alternatif ini akan menurun. Hal ini dikarenakan lemak

8
merupakan salah satu sumber energi untuk unggas. Sarwono (2004) melaporkan

bahwa kandungan lemak dalam ransum maksimal sebesar 5%, karena jika

melebihi 5% akan mengakibatkan diare dan ketengikan pada pakan. Hasil

penelitian yang parameternya adalah pertambahan bobot badan, konsumsi dan

konversi pakan serta harga pakan. Pertambahan bobot badan yang lebih tinggi

pada P0 disebabkan oleh konsumsi yang lebih tinggi jika dibanding P1 P2. Hal ini

menunjukkan palatabilitas yang tinggi pada pakan P0.

Persilangan ayam Arab dan ayam buras menyebabkan ukuran bobot

badannya tidak dapat meningkat dengan tajam. Hal ini disebabkan persilangan

tersebut lebih mengarah kepada ayam Arab yang merupakan jenis petelur,

sehingga pertambahan berat badannya rendah. Pertambahan bobot badan ayam

Arab ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Kholis dan Sitanggang

(2002) yang menggunakan formulasi ransum dengan protein kasar sebesar 18%

menghasilkan bobot badan (umur 40 hari) sebesar 393 gr sedangkan ayam hasil

persilangan antara ayam Arab dan Kedu (ayam Poncin) sebesar 395 gr. Perbedaan

hasil penelitian tersebut disebabkan kadar

protein pada ransum penelitian yang lebih rendah, yaitu untuk P0 sebesar

13%, protein kasar P1 dan P2 sebesar 16,4%. Hasil pengkajian menunjukkan

bahwa pertambahan bobot badan antara pakan komersial dan pakan alternatif

menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Hal ini disebabkan palatabilitas dari

pakan alternatif (P1 dan P2) sangat rendah. Pertambahan bobot badan yang rendah

ini juga disebabkan kandungan lemak yang sangat rendah pada pakan alternatif.

9
Kandungan lemak mengakibatkan rendahnya energi yang digunakan untuk

metabolisme, sehingga pertumbuhan terhambat.

Penyebab lain rendahnya pertambahan bobot badan dari ayam penelitian

karena kecernaan dari tepung darah biasanya rendah yang biasanya disebabkan

oleh kerusakan panas pada proses pengeringan. Metode prosesing dengan

temperatur rendah akan meningkatkan nilai gizi dari tepung darah ini. Walaupun

tepung darah yang kering mengandung lebih kurang 80% protein kasar dan

mempunyai kadar lysine yang tinggi, tetapi defisien isoleusin. Isoleusine

merupakan salah satu asam amino esensial yang harus tersedia dalam jumlah yang

cukup dalam pakan, sehingga jika kekurangan asam amino esensial tersebut

mengakibatkan terhambatnya produktivitas dari ternak (Cheeke et al. 1999).

10
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Respon pertumbuhan ayam hasil persilangan pada penggunaan

pakan alternatif kurang bagus dibanding dengan pakan komersial, tetapi dari

segi harga pakan, pakan alternatif mempunyai harga lebih murah dibanding

pakan buras komersial, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang lebih

lanjut untuk menyempurnakan formulasi pakan alternatif.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bariroh, N.R. dan Sulistyono, I., 2017, Respon Pertumbuhan Ayam hasil
Persilangan antara Ayam Arab >< Ayam Buras terhadap Pakan
Alternatif yang Mengandung Tepung Darah, Jurnal Lokakarya
Nasional Inovasi Teknologi, 1(1): 1-4

12

Anda mungkin juga menyukai