Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan energi bahan bakar

terus meningkat dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya

kebutuhan ekonomi masyarakat. Energi merupakan kebutuhan yang sangat

penting untuk menjalankan berbagai aktivitas, salah satunya adalah energi

minyak bumi, dimana energi minyak bumi dengan bahan dasar fosil

ketersedianya sangat terbatas (Febtisuharsi, 2016). Selain itu, peningkatan laju

konsumsi tidak sejalan dengan perkembangan produksi minyak bumi.

Perkembangan produksi minyak bumi mengalami penurunan dari tahun 2005-

2014 yaitu 386,48 juta barel-287,90 juta barel. Hal ini mengakibatkan harga

bahan bakar minyak sangat tinggi dan sulit dijangkau untuk beberapa kalangan

masyarakat (Elistiya et al., 2019). Oleh sebab itu pengembangan sumber energi

bahan bakar terbarukan sangat penting dilakukan guna mempertahankan

ketersediaan bahan bakar secara kontinyu. Bahan bakar minyak alternatif

terbarukan dan ramah lingkungan salah satunya adalah biodiesel (Gultom,

2018).

Biodiesel adalah salah satu energi terbarukan yang berasal dari minyak

nabati dan dianggap mampu mengatasi permasalahan minyak bumi (Widyastuti

dan Ayu, 2015). Biodiesel umunya dibuat dari minyak tumbuhan dan lemak

hewan. Namun, pembuatan biodiesel dari minyak tumbuhan seperti jagung,

kedelai, jarak dan sawi memiliki kekurangan yaitu waktu pemanenan tanaman

yang berjarak 3 bulan sampai 5 tahun agar tanaman produktif menghasilkan

1
2

minyak. Tidak hanya itu, menggantungkan subtitusi minyak dari minyak jagung,

kedelai dan minyak kelapa sawit akan berbenturan dengan kepentingan

konsumsi pangan manusia dan apabila minyak tersebut tetap diproduksi untuk

menstitusi minyak bumi harganya tidak kompetitif (Basmal, 2018). Untuk

mengatasi hal tersebut, maka perlu dicari bahan alam lain yang sangat berpotensi

dalam pembuatan biodiesel. Salah satu sumber alam yang berpotensi menjadi

biodiesel adalah mikroalga (Panjaitan, 2017).

Mikroalga merupakan organisme mikroskopis yang hidup didalam air

tawar maupun air laut, dimana biomassa mikroalga dapat dikonversi menjadi

biodiesel (Mirzayanti et al., 2020). Jenis mikroalga yang potensial digunakan

untuk produksi biodiesel harus memiliki kandungan lipid yang sangat tinggi.

Berbagai jenis mikroalga telah diidentifikasi mempunyai kandungan lipid

diantaranya Chorella Vulgaris sebesar 28-75%, Nannochloropsis sp. sebesar 31-

68% dan Tetraselmis chuii sebesar 15-23% (Assadad et al., 2010). Ketiga jenis

mikroalga ini yang memiliki kandungan lipid tertinggi yaitu C. vulgaris. C.

vulgaris merupakan mikroalga yang termaksud dalam kelas Chlophyceae,

bersifat fotoautotrof sehingga membutuhkan cahaya sebagai sumber energi

untuk pertumbuhan sel (Novianti, 2017).

Biomassa mikroalga dapat diperoleh dengan cara kultivasi. Kultivasi

merupakan suatu teknik dalam memenuhi kebutuhan stok mikroalga. Namun,

dalam pemanfaatannya terdapat kendala baik dari biomassa maupun metabolit

yang berasal dari mikroalga seperti media kultivasi yang cukup mahal

sehingga dibutuhkan sumber media kultivasi yang murah, mudah diperoleh


3

dan tersedia cukup melimpah. Limbah kotoran ternak ayam broiler menjadi

salah satu limbah yang diharapkan sebagai media kultur mikroalga karena

mengandung unsur hara utama yang dibutuhkan mikroalga yaitu Nitrogen

(N), Fosfor (P) dan Kalium (K) dalam memproduksi lipid. Menurut

Febtisuharsi. (2016), mengemukakan bahwa mikroalga Chlorella sp. dapat

beradaptasi dan hidup dengan baik pada media limbah ternak ayam broiler

dengan konsentrasi 20 g/500 mL yang diperoleh kadar lipid sebesar 30,69%

dimana hasil ini merupakan hasil kadar lipid tertinggi yang diperoleh pada media

kotoran ayam dibanding dengan menggunakan media kotoran lainnya. Selaras

dengan penelitian yang dilakukan oleh Agwa et al. (2012) bahwa Chlorella sp.

yang dikultur menggunakan media kotoran ayam dengan aerasi buatan

menghasilkan kadar lipid lebih tinggi dibandingkan dengan Chlorella sp. dalam

kultur media kotoran domba, sapi, potongan rumput dan kotoran babi. Namun

demikian belum diketahui konsentrasi yang optimal pada limbah ternak ayam

broiler untuk pertumbuhan dan produksi lipid C. vulgaris. Oleh karena itu dalam

penelitian ini akan dilakukan kultur mikroalga C. vulgaris dengan variasi

konsentrasi untuk melihat pertumbuhan dan kandungan lipid C. vulgaris.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pertumbuhan mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler?


4

2. Berapa kandungan lipid mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler?

3. Berapa konsentrasi media limbah ternak ayam broiler yang optimal bagi

pertumbuhan populasi dan kandungan lipid C. vulgaris?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pertumbuhan mikroalga C. vulgaris yang dikultur menggunakan

variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler.

2. Mengetahui kandungan lipid mikroalga C. vulgaris yang dikultur

menggunakan variasi konsentrasi media limbah ternak ayam broiler.

3. Mengetahui konsentrasi media limbah ternak ayam broiler yang optimal bagi

pertumbuhan populasi dan kandungan lipid C. vulgaris.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini terdiri atas dua yaitu manfaat secara teoritis

dan praktis:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan

kajian ilmu bioteknologi kelautan khususnya mengenai kultur mikroalga dan

dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.

2. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang baru

kepada masyarakat tentang pemanfaatan media limbah ternak ayam broiler

sebagai media kultur mikroalga C. vulgaris dengan konsentrasi yang sesuai

untuk pertumbuhan dan kandungan lipid.

Anda mungkin juga menyukai