PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Genetika adalah suatu ilmu kebakaan yang memiliki prioritas subyek bahasan diantara
ilmu-ilmu biologi. Seluruh kejadiaan di dunia ini merupakan produk perpaduan antara alam
dan faktor dalam. Materi dari unsur kebakaan akan menyumbangkan bagian faktor dalam dari
suatu organisme (merupakan potensi biologi dan segala keterbatasaanya), sementara itu
lingkungannya akan menyumbangakan kondisi alam, yang mana kemudian akan berinteraksi
dengan gen mengekspresikan segala batasan batasan anatomi, biokimia, phisiologi dan sifat-
sifat tingkah laku lainnya. Ada pengeruh dari masing-masinggenteik terhadap setiap lapisan
kehidupan.
Diferensiasi seks sering disertai dengan dimorfisme kromosom yang konsisten, yang
mengarah bahwa perbedaan kromosom terkait dengan perbedaan jenis kelamin. Kromosom
yang tidak sama pada kedua jenis kelamin diberi nama kromosom seks. Beberapa orang
kromosom yang secara morfologis identik pada kedua jenis kelamin. Setiap organisme yang
melakukan perkembang biakan secara generatif memiliki jenis kelamin yang berbeda
sebagai alat reproduksinya. Jenis kelamin ada dua macam, yaitu jantan dan betina. Penentuan
jenis kelamin ditentukan oleh kromosom kelamin yang diturunkan dari kedua parentalnya
atau induknya.
Berpikir mengenai sex dalam kaitannya pria dan wanita dari kita manusia atau hewan
yang telah didomestikasi. Begitu pula tanaman ada bunga jantan dan ada bunga betina,
namun jangan berpikiran hanya ada dua macam saja, pada individu tingakatan rendah ada
beberapa macam jenis kelamin. Dari semua itu yang tepenting adalah bagaimana sex akan
memunculkan variabilitas sifat pada berbagai alam. Relepansinya mengenai tingkah laku dari
sifat yang ada kaitannya dengan jenis kelamin dalam keperluan seleksi.
1.2. Rmusan Masalah
1.3. Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Faktor Faktor Penentu Jenis Kelamin
Semua hal yang mempengaruhi suatu keadaan dari individu yang berkaitan dengan
jenis kelamin baik itu hanya bersifat sementara atau permanen disebut dengan faktor penentu
jenis kelamin. Faktor-faktor penentu jenis kelamin ini ada yang berasal dari luar yang
disebut dengan faktor lingkungan. Dan ada yang berasal dari dalam yag disebut dengan faktor
genetik.
A. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan Penentu jenis kelamin bukan hanya karena faktor genetik
melainkan karena adanya faktor luar yang mempengaruhinya yang dikenal dengan faktor
lingkungan, biasanya yang mengambil peranan dalam faktor lingkungan ini adalah keadaan
fisiologis.. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang peredarannya, maka
pernyataan fenotip pada makhluk mengenai jenis kelaminnya dapat berubah, akibatnya watak
kelaminnya pun mengalami perubahan. Misalnya pada kasus hewan aligator (buaya) yang
jenis kelaminnya ditentukan oleh suhu telur yang di eramnya, pada siput yang mengalami
pergantian jenis kelamin dan pada hewan tingkat rendah dalam hal ini adalah cacing laut
Bonellia viridis yang mana cacing muda hidup pada rahim dari cacing betina sehingga
menjadi cacing jantan. Penelitian cacing laut ini diteliti oleh F. Baltzer, ia mengatakan bahwa
setiap telur yang baru menetas (cacing muda) yang dilepaskan di dalam air yang banyak
terdapat cacing betina dewasa, maka ada beberapa cacing muda itu tertarik kedalam rahim
cacing betina dan hidup di dalamnya, karena adanya pengaruh dari ekstrak uterus
B. Faktor Genetik
menentukan jenis kelamin suatu makhluk, tepatnya adalah komposisi dari suatu kromosom
(karena bahan genetik terdapat didalam kromosom) Pada beberapa mahkluk hidup
dipengaruhi oleh kegiatan yang berlainan dari gen-gen tunggal. Contohnya pada kasus
tanaman jagung, tanaman jagung yang merupakan tanaman berumah satu. Jika gen (ba)
homozigotik, maka bongkol yang biasa merupakan bunga betina, akan berubah
membentuk benangsari. Sebaliknya jika gen (ts) homozigotik, maka malai yang merupakan
bunga jantan, berubah membentuk putik dan tidak menghasilkan serbuk sari
A. Pada manusia
dan 1 pasang kromosom seks pada atau gonosome. Kromosom seks dilambangkan dengan X
dan Y. Seorang perempuan memiliki dua kromosom X dan seorang laki-laki X dan Y
kromosom. Jumlah gonosomes tidak menentukan gender, melainkan ada atau tidak adanya
XY.
sehingga formula kromosom untuk seorang perempuan ialah 22AAXX, sedangkan sel telur
haploid nya adalah 22AX yaitu 22 sel autosom dan sebuah kromosom seks. Pada laki-laki
memiliki 22 pasang autosom dengan 2 sel gonosom yaitu X dan Y maka formula kromosom
untuk laki laki adalah 22XY, sehingga dalam bentuk sel diploidnya laki-laki memiliki dua
sehingga formulanya 22AY. Androspermium memiliki ukaran yang ebih kecil jika
Apabila sebuah sel telur dibuahi oleh ginospermium maka anak yang dihasilkan
adalah anak perempuan. Tetapi bila sel telur dibuahi oleh androspermium maka anak yang
Sel Kromatin (Kromatin kelamin) Badan kromatin ditemukan oleh seorang ahli
genetika dari Kanada, yaitu M.L. Barr pada tahun 1949. Ia menemukan bahwa pada
kandungan inti sel betina, ditemukan suatu badan yang menyerap warna, badan itu kemudian
disebut dengan Barr Body. Adanya Barr Body menunjukan jenis kelamin pada wanita. Pada
sel somatis wanita terdapat sebuah kromatin kelamin sementara sel somatis pria tidak
dengan banyaknya kromosom X dikurangi satu. Jadi, wanita normal mempunyai sebuah
kromatin kelamin karena kromosom X-nya ada dua. Sedangkan, pria normal tidak
mempunyai kromatin kelamin karena kromosom X-nya hanya satu. keberadaan kromatin
kelamin sering kali digunakan untuk menentukan jenis kelamin serta mendiagnosis berbagai
kelainan kromosom kelamin pada janin melalui pengambilan cairan amnion embrio
(amniosentesis). Perempuan bersifat seks kromatin positif, sedangkan laki-laki seks kromatin
negative.
b. Hipotea lyon
Mary F. Lyon, seorang ahli genetika dari Inggris mengajukan hipotesis bahwa
heterokromatinisasi sehingga secara genetik menjadi inaktif (tidak aktif). Hipotesis ini
dilandasi hasil pengamatannya atas ekspresi gen rangkai X yang mengatur warna bulu pada
mencit. Individu betina heterozigot memperlihatkan fenotipe mozaik yang jelas berbeda
dengan ekspresi gen semidominan (warna antara yang seragam). Hal ini menunjukkan bahwa
hanya ada satu kromosom X yang aktif diantara kedua kromosom X pada individu betina.
Kromosom X yang aktif pada suatu sel mungkin membawa gen dominan sementara pada sel
Berdasarkan hipotesa Lyon banyaknya kromatin kelamin yang dijumpai pada suatu
individu adalah sama dengan banyaknya kromosom-X yang dimiliki oleh individu tersebut
kromatin kelamin. Sedangkan pada pria kromosomnya adalah XY sehingga tidak memiliki
kromosom kelamin. Selain itu kromosom kelamin juga digunakan untuk diagnose terhadap
(belalang), hewan jantanya bersifat heterogametik . sel gamet yang dihasilkan jantan ada dua
macam, yaitu X dan O (tanpa kromosom kelamin). Penentuan kelaminya adalah hewan jantan
XO dan hewan betina XX. Contoh penentuan jenis kelamin serangga tipe XO misalnya pada
Saat pembuahan, pertemuan sel telur X dan sel sperma X membentuk individu XX (belalang
betina), sedangkan sel telur X dan sperma O membentuk individu XO (belalang jantan).
Penentuan jenis kelamin pada tipe ini terdapat pada burung (termasuk unggas), kupu-
kupu. Sebagai contoh, penentuan jenis kelamin pada unggas, misalnya Ayam. Ayam jantan
memiliki kromosom kelamin ZZ, sedangkan ayam betina ZW. Pada saat terjadi pembuahan,
pertemuan sperma Z dan sel telur W membentuk individu ZW (ayam betina) sedangkan
2.5 Penentuan Jenis Kelamin Tipe Haploid (n) dan Diploid (n)
Pada serangga yang termasuk ordo Hymenoptera seperti lebah madu, semut, lebah,
penentuan jenis kelaminnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kromosom kelamin.
Lebah madu jantan misalnya, terjadi karena pertenogenase, yaitu terbentuknya makhluk dari
8 sel telur tanpa didahului oleh pembuahan. Dengaan demikian maka lebah madu jantan
bersifat haplod, yang memiliki 16 buah kromosom. Sel telur yang dibuahi oleh spermatozoon
akan menghasilkan lebah madu betina yang berupa lebah ratu dan pekerja, masing-masing
bersifat diploid (2n) dan memiliki 32 kromosom. Karena perbedaan tempat dan makanan,
lebah ratu subur (fertil), sedangkan lebah pekerja madu mandul (steril). Jadi jenis kelamin
dari serangga-serangga tersebut tidak ditentukan oleh kromosom kelamin seperti yang lazim
Penentuan jenis kelamin pada beberapa makhluk hidup dipengaruhi oleh kegiatan
yang berlainan dari gen-gen tunggal. Tanaman jagung (Zea mays) misalnya, merupakan
tanaman berumah satu (bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu tanaman). Jika gen
(ba) homozigotik, maka tongkol yang biasanya merupakan bunga betina akan berubah
membentuk struktur benang sari. Sebaliknya bila gen (ts) homozigotik maka malai yang
biasanya merupakan bunga jantan berubah membentuk struktur seperti putik dan tidak
menghasilkan serbuk sari. Tanaman dengan genotip babatsts adalah jantan. Peristiwa ini
menunjukkan tanaman berumah satu dapat berubah menjadi tanaman berumah dua atau
kebalikannya, sebagai akibat adanya mutasi dari dua buah gen dalam hal ini Bb menjadi bb
Pada beberapa hewan tingkat rendah, penentuan jenis kelamin tidak genetic
melainkan tergantung dari lingkungan luar. Individu jantan dan betina mempunyai genotif
yang sama, tetapi suatu rangsang dari sumber lingkungan menentukan pertumbuhan kelamin
jantan atau betina. Contohnya cacing laut Bonnelia yang jantan kecil, mengalami degenerasi
dan hidup didalam rahim cacing betina yang besar. Semua alat dari cacing jantan mengalami
degenerasi kecuali alat reproduksi, sehingga dapat membuahi sel telur dari cacing betina.
Crew (1923) menemukan bahwa jenis kelamin ayam betina yang dewasa dapat
berubah menjadi jantan . ayam betina yang membalik jenis kelaminnya itu memliki bulu ekor
seperti ayam jantan, dapat berkokok dan berlaku sebagai induk jantan terhadap anak-
anaknya. Ayam betina yang membalik jenis kelainnya itu disebabkan karena rusaknya
ovarium atau karena ovarium diserang suatu penyakit, walaupun ayam betina itu membalik.
jumlah jenis klamin hanya sebanyak dua macam saja.. jenis kelamin ini akan memebedakan
antara bebebrapa individu dengan individu lainnya. Dalam suatu hewan dimana memiliki
kedua oorgan jantan dan betina berda bersama biasanya disebut hermaphrodite pada tanaman
dimana benang sari ( stamine ) dan putik ( pistillate ) berada dalam satu bunga tanaman maka
disebut sebagai monoeciouslebih jauh bahwa antara bunga jantan dengan betina berda dalam
satu buunga disebut bunga sempurna ( perpect Flower ) pada beberapa anggiosperma
memilik kondisi berumah duaa dieocious, dimana elemen jantan terpisah dengan elemen
betina ( tidak dalam satu individu ), pada beberapa kelompok tanaman yang sudah biasa
dibudidaya yang berumah dua adalah asparagus, kurma, rami, dan bayem. Semua ini
memiliki jenis kelamindua atau lebih, masalah berbeda dala satu individu atau bebrbeda,
tidak merupkn hal pentingnamun yang terpenting adalah kegiatan yang menakut jenis
kelamin akan menyebakan suatu variasi yang sangat besardalam populasi secara alami.
Suatu proses evolusi dari seleksi alam tergantung daru bagaimana mampu berthannya
dalam memproduksi keturunan. Banyak suatu mekanisme yang digunakan untuk membentuk
pembuhaan bersilang dalam beberapa macam spesies, dalam arti kata untuk bergeneratif
Seperti halnya otosom maka kromosom X inupun mengndung gen yang disebut gn
terpaut kelamin ( seklinked genes )gen yang terletak pada kromosom ini tidak mempunyai
alel pada kromosom Y karena memang bukan homolognya. Oleh sebab itu penurunan gen
terpaut klamin pada jenis klamin yang mempunyai kromosom Y ( XX atau XO ), agak lain
dibandingkan dengan gen otosomal. Oleh karena itu tidak ada alelpada kromosom Y maka
gen terpaut kelamin dapat menujukan ekspresinya sekalipun dalam keadaan tunggal, resesif
ataupun dominan. Pada individu yang homogenetik ( XX atau ZZ ), penurunan gen terpaut
Gen yang disebabkan oleh gen yang dominasinya tergantung dari jenis klamin
individu. Jelasanya apa kromosom sex itu homolog atau gen tersebut terletak pada salah satu
kromoso otosom. Ekspresi dari dominan atau resesif tergantung dari kondisi jantan atau
betina pada bagian yang luas ada kemungkinan ditentukan oleh hormon sex, sifat semacam
ini hanya ditemukan pada hewan tingkat tinggi dengan sistem pengembangan dari endocrin.