Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agrokalimatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan anatara unsur-


unsur iklim dengan kehidupan pada hewan ternak. Iklim sangat berpengaruh terhadap
hewan ternak. Beberapa ahli mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang sfesifik,
diantaranya iklim berpenaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bagmann), insulasi
pelindung atau kulit bulu dan yang lainnya. Temperataur lingkungan memengaruhi
penggunaan energi yang diperoleh ternak dari makanan, produksi pangan, dan dilapisi
hewan ternak ke lingkungannya.
Penampilan produksi ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain faktor
keturunan (genetic),pakan, pengelolaan,perkendangan, pemberantasan dan pencegahan
penyakit serta faktor lingkungan lainnya.
Ada empat unsur iklim mikro yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak
secara lngsung yaitu: suhu, kelembaban udara, radiasai dan keceptan angin . Sedangkan
unsur lainnya yaitu, evaporsi dan curah hujan mempengaruhi produktivitas ternak
secara tidak lngsung.

2.1 Maksud Dan Tujuan Penulis

Maksud kami menulis makalah ini untuk berbagi informasi yang kami telah
dapatkan dari pihak kecamatan daerah kami yaitu di kec. Cikanccung tentang data
populasi tenak yag di pengaruhi oleh iklim .
Adapun Tujuan kami menulis makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui temperature suhu yang mempengarahi terhadap hewan ternak?
2. Untuk mengetahui perkembangan hewan ternak yang di pengarhi oleh iklim?
2. Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap ternak?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keadaan Umum Kecamatan Cikancung

1. Data Wilayah Kerja.


Kecamatan Cikancung, meliputi Sembilan desa, dengan batas-batas
sebagai berikut. Sebelah Utara berbatasan Kecamatan Cicalengka, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Paseh, sebelah Timur berbatasan Kabupaten
Garut, dan sebelah barat berbatasan Kecamatan Rancaekek.
Topografi wilayah meliputi daerah datar sampai daerah bergelombang 75
persen dan berombak sampai berbukit 25 persen, kemiringan tanah berkisar antara
10 – 45 persen, sedangkan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 700 –
1200 meter dPl, jenis tanahnya aluvial dan latosol, dan podsolik merah jambu.
Iklim berdsasarkan klasifikasi Oldeman tergolong zona C2 (Agak Basah),
suhu rata-rata 24° C , dengan kelembaban udara 50 – 70 persen.
Data luas lahan 3.403,14 ha yang terdiri dari lahan darat 2.499,65 Ha.
dan lahan sawah 904 Ha

2. Data Penduduk
Jumlah penduduk sebanyak 90.055 Orang yang terdiri dari laki-laki 45.695
orang dan perempuan sebanyak 44.360 orang yang termasuk dalam jumlah KK
26.766 KK, kepala keluarga dibidang pertanian sebanyak 8.841 KK

Jumlah Penduduk (Orang) Jumlah


No Desa
Laki-laki Perempuan Jumlah KK Tani
1 Tanjunglaya 5771 5015 10786 1885
2 Cikasungka 6450 6209 12659 533

2
3 Ciluluk 5701 5232 10933 2360
4 Hegarmanah 5518 5308 10826 616
5 Mandalasari 4268 4078 8346 613
6 Cikancung 4398 3955 8353 148
7 Mekarlaksana 3486 5379 8865 778
8 Sri Rahayu 6085 4933 11018 1101
9 Cihanyir 4018 4251 8269 1326
Jumlah 45695 44360 90055 8841
Tabel .1. Data Penduduk dan Kepala Keluarga

2.2 Deskripsi Ternak

Jumlah Ternak yang di panen/potong dan Rata-rata Produk Tahun

Jumlah Rata-rata
Jumlah Produksi
No Komoditi/Jenis ternak Produksi
(Ton/Tahun)
(Ekor) (Kg/Ek/Butir)

1 Sapi Potong 7093 225 1595,925


2 Sapi Perah 48 225 10,8
3 Domba 3086 20 61,72
4 Kerbau 135 225 30375
5 Kambing 238 18 6,00
6 Ayam Buras 21730 0,7 15,2
7 Ayam Petelur 10600 288 190,8
8 Ayam Pedaging 1699500 1.2 2039,4
9 Itik 4835 1,2 5,8
10 Kelinci 294 2 0,5
11 Itik Manila 2193 1.3 2,8
Tabel 2. Jumlah Rata-Raata Ternak.
DINAMIKA POPUASI TERNAK ANGKA SEMENTARA TAHUN 2019

3
Kelahiran kematian Pemotongan +UNPEG Pemasukan Pengeluaran Populasi Tahun 2019
No Jenis Ternak Populasi Hasil Selisih
% Ekor % Ekor % Ekor % Ekor % Ekor Jantan Betina Total

1 Sapi Potong 1 0 3 133 3651 22330 62.096 5587 1263 7.093 4993
2 Sapi Perah 0 0 0 0 0 0 214 37 7 44 0
3 Kerbau 0 0 0 0 0 0 135 34 101 135 0
4 Kuda 0 0 0 0 0 1 40 36 4 40 0
5 Kambing 3 0 0 0 0 33 241 76 163 239 2
6 Domba 47 0 5 5 0 0 3.325 1.281 2005 2386 0
7 Babi 0 0 0 0 0 350 0 0 0 0 28
8 Ayam Buras 1000 25 143 650 0 0 4.758 5.938 15792 21.78 8
9 Ayam Ras Petelur 0 0 0 0 0 146500 10.6 0 10.6 10.6 5500
10 Ayam Ras Pedaging 0 2 350 7500 257.5 0 257.5 0 0 252.5 0
11 Itik 0 0 0 0 0 0 37.24 0 0 4835 0
12 Itik Manila 0 0 0 0 0 0 2.216 0 0 2.193 0
13 Merpati 0 0 0 0 0 0 217 0 0 145 0
14 Puyuh 0 0 0 0 0 0 0 0 0 294 0
15 Kelinci 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Tabel .3. Data Populasi Ternak

LAPORAN PERKEMBANGAN TERNAK

Jumlah Awal Kelahiran Kematian Populasi Akhir


No Nama Kelompok Anak Anak
Jantan Betina Total Jantan Betina Total Pejantan Induk Jantan Induk Dara
Jantan Betina Total Jantan Betina Total
1 karya Tunggal 267 8 275 0 1 267 9 0 1 2 279
2 Rahayu Mandiri 196 2 198 0 0 196 2 0 0 0 198
3 BaroKah 97 2 99 0 0 97 2 0 0 0 99
4 Mekarlaksana 2 228 43 271 1 2 228 43 8 3 4 286
5 Tegal H 135 35 170 1 2 135 35 7 2 3 182
6 Mandalawngi 2 72 3 75 0 0 72 3 1 1 2 79
7 Syahtra p 5 21 26 1 2 5 21 0 1 2 29
8 Itikurih 12 6 18 1 0 12 6 0 0 0 18
9 Sugih 83 7 85 0 0 83 7 0 0 0 90
10 Rahayu 62 - 62 0 0 62 0 0 0 0 62
JUMLAH 1.157 227 1284 3 7 1.152 127 16 8 13 1.322
Tabel .4. Data Perkembngan Ternak

4
Rekapitulasi Kabupaten/kota Populasi Per Jenis (Ekor)
RKNA01
Provinsi : Jawa Barat Tahun: 2019
Kabupten : Bandung Bulan : Febuari
Kecamatan : Cikancung

Produksi
No kode Jenis ternak Jantan Betina Total
Anak Muda Dewasa Anak Muda Dewasa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 701 Kerbau - 34 - - 101 - 135
2 702 Kuda - 34 - 89 6 2760 40
3 703 Sapi Potong 23 47 9031 - 76 7 12.1
4 704 Sapi Perah 2 1 34 - - 44
5 705 Babi - - - - - - -
6 706 Domba - - - - - - 3325
7 707 Kambing - - - - - - 241
8 708 Kelinci - - - - - - 247
9 7012 Ayam Buras - - - - - - 21.8
10 7013 Ayam Ras Pedaging - - - - - - 415
11 7014 Ayam Ras Petelur - - - - - - 10.6
12 7015 Merpati - - - - - - 217
13 7016 Burrung Puyuh - - - - - - -
14 7018 Itik - - - - - - 3724
15 7015 Itik manila - - - - - - 2216
Tabel .5. Rekapitulasi populasi prduksi ternak

Rekapitulasi Kabupaten / Kota Pemotongan Ternak Per Wilyah (Ekor)

5
RKNAK02
Provinsi : Jawa Barat Tahun: 2019
Kabupten : Bandung Bulan : Febuari
Kecamatan : Cikancung

Pemotongan Tercatat
Pemotongan tidak Tercatat Jumlah Total
No kode Jenis ternak Jumlah

Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 701 Kerbau - - - - - - - - - - - - - -
2 702 Kuda - - - - - - - - - - - - - -
3 703 Sapi Potong - - - 84 29 113 - - - - - - - 24 25
4 704 Sapi Perah - - - - - - - - - - - - - - -
5 705 Babi - - - - - - 3 2 - - - - - - -
6 706 Domba - - - - - - - - - - - - - - -
7 707 Kambing - - - - - - - - - - - - - - -
8 708 Kelinci - - - - - - - - - - - - - - -
9 7012 Ayam Buras - - - - - - 3000 4000 6000 - 200 450 650 200 450
10 7013 Ayam Ras Pedaging - - - - - - - - - - - - - 3000 480
11 7014 Ayam Ras Petelur - - - - - - - - - - - - - - -
12 7015 Merpati - - - - - - - - - - - - - - -
13 7016 Burrung Puyuh - - - - - - - - - - - - - -
14 7018 Itik - - - - - - - - - - 180 130 250 120 130
15 7015 Itik manila - - - - - - - - - - - - - - -
Tabel .6. rekapitulasi populasi ternak

2.3 Deskripsi Temperatur (Suhu)

6
DATA CURAH HUJAN TAHUNAN Dalam MM
Nomor stasiun : - Dinas : PUPR Kab. Bandung
Nama stasiun : Cikancung UPT : SUB DAS CITARIK
Ketinggian : 658 Tahun : 2018
Koordinat : 6° º 39º 29º 7º LS
107º 49º 26º 1º BT
Tanggal JAN PEB MAR APRIL MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOP DES
1 0 1 29 0 0 0 0 0 0 0 29
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 39 0 0 40 0 15 0 0 0 0 0
4 21 0 14 33 0 0 0 0 0 0 0
5 14 5 10 0 0 0 0 15 0 0 0
6 0 10 2 0 0 0 0 0 0 0 0
7 7 9 4 0 0 0 0 0 0 0 5
8 0 0 9 0 0 0 0 0 0 0 8
9 0 1 37 20 0 0 0 0 0 0 0
10 5 0 36 0 0 0 0 0 0 0 17
11 23 0 5 0 0 0 0 0 0 0 10
12 0 0 21 0 0 0 0 0 0 0 20
13 0 0 36 0 0 0 0 0 0 0 1
14 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19
15 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
TOTAL I 111 26 203 93 2 15 0 15 0 0 111
Rata-Rata1/2 bln I 7 1.73 13.53 6.20 0.13 1.00 0.00 1.00 0.00 0.00 7
16 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32
17 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0
18 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0
19 0 20 2 0 0 0 0 0 0 0 0
20 0 37 7 18 0 0 0 0 0 0 0
21 0 37 5 0 0 0 0 0 0 0 32
22 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0
23 0 20 0 23 0 0 0 0 0 0 0
24 0 11 20 0 17 0 0 0 0 17 0
25 0 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0
26 0 37 1 0 0 1 0 0 0 5 0
27 0 48 0 14 13 0 0 0 0 0 7
28 0 17 10 0 0 0 0 0 0 0 37
29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30 5 5 0 0 0 0 0 0 0 2
31 6 3 0 0 0 0 20
TOTAL II 17 273 82 69 17 1 0 0 3 0 42
Rata-Rata1/2 bln II 1.06 21.00 5.13 4.6 1.06 0.07 0.00 0.19 0.00 0.0 7
TOTAL I+II 128 299 285 162 19 16 0 18 0 42 220
Rata-Rata Sebulan 4.13 10.7 9.19 5.40 0.61 0.53 0.00 0.58 0.00 1.35 7.33
Jumlah Hari Hujan 12 15 20 7 3 2 0 2 0 3 14
Hujan Minimum 1 1 1 14 2 1 0 3 0 5 1
Hujan Maksimum 39 48 37 40 17 1 0 15 0 20 37
Tabel .7. Populasi Ternak

7
2.4 Hubungan Antara Populasi Ternak Dengan Suhu

1. Pengaruh Iklim Terhadap Ternak

Berdasarkan gambaran curah hujan, Mohr (1933) membagi daerah-daerah di


Indonesia ke dalam 5 golongan, yaitu sebagai berikut :

1. Daerah basah, yakni daerah yang hampir setiap bulannya mempunyai curah hujan
minimal 60 mm.
2. Daerah agak basah, yakni daerah dengan periode kering yang lemah dan terdapat
satu bulan kering.
3. Daerah agak kering, yaitu daerah-daerah yang mengalami bulan-bulan kering
sekitar 3-4 bulan setiap tahunnya.
4. Daerah kering, yakni daerah yang mengalami bulan-bulan kering yang lamanya
mencapai 6 bulan.
5. Daerah sangat kering, yakni daerah dengan masa kekeringan yang panjang dan
parah.
Sementara Schmidt dan Ferguson (1951) membagi iklim di Indonesia
menjadi 8 golongan, yaitu golongan A (sangat basah), golongan B (basah),
golongan C (agak basah), golongan D (sedang), golongan E (agak kering),
golongan F (kering), golongan G (sangat kering), dan golongan H (luar biasa
kering).
Iklim sangat berpengaruh terhadap hewan ternak. Beberapa ahli
mempelajari pengaruh iklim terhadap objek yang spesifik, di antaranya iklim
berpengaruh terhadap bentuk tubuh (Hukum Bergmann), insulasi pelindung atau
kulit dan bulu (Hukum Wilson), warna (Hukum Gloger), tubuh bagian
dalam/internal (Hukum Claude Bernard), dan kesehatan dan produksi ternak.
Temperatur lingkungan mempengaruhi penggunaan energi yang diperoleh ternak
dari makanan, produksi panas, dan disipasi panas hewan ternak ke lingkungannya.

8
2. Radiasi sinar matahari

terhadap hewan ternak dapat menimbulkan dua bentuk gangguan umum, yaitu
mutasi gen oleh radiasi kosmik dan kerusakan sel kulit oleh sinar ultra violet pada
proses 'sunburn'. Hewan ternak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan iklim.

Pengaruh iklim terhadap ternak ada 2 yaitu :

1. Pengaruh Secara Langsung

Terdiri dari:
Perilaku merumput Lamanya waktu merumput saat siang hari sangat
dipengaruhi oleh iklim, bangsa,c kualitas, tipe mamalia, dan pastur yang tersedia
(padang rumput). Jika ternak digembalakan pada daerah bukan asalnya, maka
masa merumput akan berkurang .
Pengunaan makanan dan pengambilan makanan
Jika suatu tempat memiliki temperatur yang tinggi maka akan mempengaruhi
pengambilan makanan pada ternak, semakin tinggi temperatur maka semakin
sedikit makan karena akan lebih banyak minum. Jika temperatur lebih dari
40°maka ternak akan berhenti memamah biak.
Air yang diminum (water intake ). Air sangat penting bagi ternak sebab air
mempunyai peran yang penting dalam metabolisme ternak, selain itu air juga
membantu ternak melepaskan panas tubuhnya secara konduksi dan penguapan,
keperluan air ini akan meningkat apabila temperatur naik.
Mempengaruhi efisiensi pengunaan makanan
Ternak dapat mengalami heat stress apabila iklim suatu tempat panas, sehingga
ternak tidak banyak melakukan gerak untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
Hilangnya zat-zat makanan,Semakin sering ternak berkeringat dan
mengeluarkan air ludah maka akasemakin banyak zat makanan yang hilang.

9
Ternak mamalia apabila mereka berkeringat maka mereka akan kehilangan air dan
mineral dari dalam tubuhnya.
Pengaruh terhadap pertumbuhan, Menurunnya nafsu makan pada ternak
disebabkan temperatur yang sangat tinggi akibatnya feed intake ternak pun akan
menurun dan juga mempengaruhinya lamanya merumput dan akhirnya juga
mempengaruhi produktififtas dari ternak.
Pengaruh iklim terhadap produksi susu, Sapi perah dapat menghasilkan susu
56 % pada daerah subtropics, berbeda dengan daerah tropis sapi perah lebih
sedikit menghasilkan susu. Iklim juga sangat mempengaruhi kandungan susu,
lemak, bahan kering.
Pengaruhi tingkah laku ternak, Iklim dapat mengakibatkan ternak mengalami
stress yang dapat dilihat dari tingkah laku ternak itu sendiri. Faktor internal dan
eksternal merupakan faktor yang dapat menyebabkan strees pada ternak.
Faktor Internal terdiri dari : penyakit ,vaksinasi ,penyapihan.
Faktor Eksternal terdiri dari : cuaca ,makanan dan lingkungan

2. Pengaruh Secara Tidak Langsung

Terdiri Dari:
Kualitas dan kuantitas makanan yang tersedia, Seperti: makanan yang
dimakan, air yang diminum, dan mempengaruhi kandungan gizi dari tanaman
yang dimakan serta daya cerna yang rendah karena serat kasarnya sangat tinggi
akan mempengaruhi daya produsi menjadi rendah.
Adanya parasit dan penyakit, Lingkungan dengan panas dan kelembaban yang
tinggi merupakan tempat yang baik bagi jamur, parasit, nyamuk, lalat, dan
penyakit lain. Pengaruh iklim secara tidak langsung terhadap parasit penyakit
karena pada daerah tropis yang curah hujannya hanya cukup untuk tumbuhnya
semak-semak. Dengan adanya semak-semak menyebabkan berkembangbiaknya
nyamuk yang dapat mengakibatkan penyakit tidur dan dapat menyebabkan
kematian yang mempengaruhi proses

10
metabolisme ternak terseran, Penyimpanan dan penanganan hasil ternaki, iklim
tropis baik lembab/kering dapat merusak hasil ternak dan oleh sebab itu maka
biaya prosessing dan penanganya bertambah Aklimatasi merupakan proses yang
kompleks dimana seekor hewan menyesuaikan diri pada lingkungan dimana
ternak tersebut hidup.
Pada dasarnya semua hewan atau ternak yang berdarah panas disebut
Hormoiotermis yaitu hewan atau ternak yang relatif berusaha mempertahankan
suhu tubuhnya pada kisaran yang cocok agar terjadi aktifitas biologis yang
optimum, sedangkan untuk hewan atau ternak yang suhu tubuhnya tidak
dipengaruhi lingkungan disebut Polikolitermis.

2.5 Dampak Perubahan Iklim Terhadap Penyakit Hewan

Perubahan iklim dan perubahan lingkungan adalah sebagian kecil dari


perubahan ekosistem yang lebih besar yang mampu mempengaruhi munculnya
penyakit hewan baru dan yang muncul kembali (Black and Nunn, 2008).

Sebagaimana disampaikan diatas, perubahan iklim memiliki dampak


nyata terhadap ternak dan jenis hewan lainnya melalui penyakit. Belakangan ini
banyak laporan studi yang disusun oleh para ahli yang menerangkan secara detil
pengetahuan tentang perubahan eksosistem, termasuk perubahan iklim dan
perubahan lingkungan yang pada kenyataannya berlangsung lebih cepat dari yang
diharapkan.

Kesehatan hewan dapat dipengaruhi oleh perubahan iklim melalui empat


cara yaitu penyakit-penyakit dan stres yang berkaitan dengan cuaca panas,
kejadian-kejadian cuaca yang ekstrim, adaptasi sistem produksi ternak terhadap
lingkungan baru, dan penyakit hewan yang muncul baru dan yang muncul.

11
Sebelum isu perubahan iklim muncul sekarang ini, sudah diketahui dengan
baik bahwa banyak penyakit menular yang menjangkiti hewan maupun manusia
mengikuti pola musim dan banyak diantara keragaman musim tersebut berakibat
langsung atau tidak langsung terhadap keragaman cuaca dan iklim.

Keterkaitan antara iklim dan penyakit relatif mudah untuk diidentifikasi.


Dinamika penularan dan penyebaran geografis sebagian besar penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui insekta dan rodensia sangat sensitif terhadap iklim.

Sebagian siklus hidup dari agen patogen berada dalam tubuh arthropoda yang
mudah dipengaruhi perubahan lingkungan. Perubahan cuaca dan iklim yang dapat
mempengaruhi penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vektor meliputi
temperatur, curah hujan, angin, dan banjir besar atau kekeringan.

Rodensia adalah penyebab sumber sejumlah penyakit zoonosis (termasuk


Hantavirus, plague dan leptospirosis). Agen patogen yang ada dalam tubuh roden
secara tidak langsung dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang menentukan
besarnya populasi rodensia dan banjir, sehingga dapat mendorong roden-roden
tersebut untuk mencari sumber makanan dan mengungsi ke tempat lain. Wabah
Hantavirus di bagian barat selatan Amerika Serikat secara jelas berkaitan dengan
dampak El Nino terhadap populasi rodensia.

Begitu juga penyakit-penyakit yang berkaitan dengan cuaca panas (heat-


related diseases) dimana ternak bukan hanya mudah mengalami stress, akan tetapi
juga menurunkan produktivitas dan fertilitas. Di bawah kondisi stres cuaca panas,
siklus birahi sapi dapat menjadi lebih panjang, tanda-tanda birahi menjadi lemah.

Dari survei yang dilakukan OIE, 71-72% dari jumlah negara anggota OIE
menyatakan kekhawatirannya terhadap adanya kaitan antara penyakit yang baru
muncul dan yang muncul kembali dengan perubahan iklim dan perubahan
lingkungan. Diantaranya 58% menyatakan paling tidak satu penyakit yang baru

12
muncul dan muncul kembali dipercaya memiliki hubungan langsung dengan
perubahan iklim dan 30% menyatakan paling tidak satu penyakit.

Sebanyak 24% tidak yakin bahwa penyakit baru dan muncul kembali
berhubungan langsung dengan perubahan lingkungan dan hanya 6% dengan
perubahan iklim. Penyakit-penyakit yang paling banyak disebutkan berhubungan
dengan perubahan iklim atau perubahan lingkungan.

2.6 Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Penyakit-Penyakit Hewan

Dalam literatur ilmiah dijelaskan berbagai proses perubahan iklim dapat


mempengaruhi penyakit-penyakit hewan. Proses ini mulai dari yang gambarannya
jelas sampai kepada yang masih hipotesis. Namun diyakini bahwa proses tersebut
dapat berdampak langsung atau tidak langsung terhadap agen patogen atau
parasit, induk semang, vektor (atau jika ada induk semang perantara), dinamika
epidemiologi penyakit atau lingkungan alamiahnya. Hanya beberapa dari proses
tersebut diharapkan dapat diterapkan terhadap setiap penyakit.
Bluetongue Antara tahun 1998 dan 2005, satu setengah sampai dua juta ekor
domba mati di Eropa akibat bluetongue, suatu penyakit infeksi viral ruminansia
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Culicoides (Penyebaran vektor sangat
bergantung kepada variabel lingkungan seperti suhu, kelembaban dan angin.
Virus bluetongue dapat terbawa sampai sejauh ratusan kilometer ke laut oleh
angin yang menerbangkan vektor Culicoides yang terinfeksi virus.
Rift Valley fever Rift Valley fever (RVF) adalah penyakit viral bersifat zoonosis
yang menyerang domba dan sapi yang ditularkan oleh nyamuk jenis Aedes dan
Culex. Wabah RVF dihubungkan dengan periode curah hujan tinggi dan banjir.
West Nile Keragaman iklim mempunyai dampak terhadap virus West Nile, suatu
penyakit yang menyebar di bagian barat belahan bumi. Pengamatan terhadap
penyakit ini menunjukkan bahwa virus ini memerlukan temperatur yang lebih
panas untuk menghasilkan penularan yang efektif. Seperti dibuktikan di Amerika

13
Serikat dimana wabah yang berlangsung selama musim panas pada tahun 2002
dan 2004 dihubungkan dengan temperatur yang diatas rata-rata.
Pasteurellosis Pasteurella multocida sebagai penyebab harmorrhagic septicaemia
(pasteurellosis) pada sapi, dapat bertahan baik di luar tubuh induk semang dalam
lingkungan yang lembab. Penyakit ini juga berhubungan dengan area yang
kelembabannya tinggi dan terjadi selama musim hujan (Hall, 1988).
Avian influenza Meskipun kaitan antara perubahan iklim dan avian influenza
(AI) belum banyak digali secara lebih mendalam, akan tetapi sulit untuk
dibantahkan bahwa virus AI bersirkulasi secara alamiah dalam bentuk ‘pool gen’
pada unggas air liar, terutama itik dan angsa migran.

2.7 Dampak Perubahan Iklim

Konsekuensi dari perubahan iklim baik dalam bentuk pemanasan global


maupun bentuk-bentuk perubahan iklim lainnya akan bervariasi bergantung
kepada cara-cara bagaimana rancangan lingkungan geografis bereaksi terhadap
kenaikan ataupun penurunan temperatur, kelembaban, curah hujan, lapisan salju
dan lain sebagainya. Mengingat pengaruh perubahan tersebut terhadap sistem
biologik, maka akan selalu terjadi dampak terhadap penularan agen patogen.
Dengan demikian, perubahan temperatur dan kelembaban akan berdampak
kepada penyebaran dan ekologi penyakit hewan menular, sedangkan frekuensi
dan perluasan dampak dari wabah penyakit akan berubah sesuai dengan cuaca,
seperti misalnya banjir dan kekeringan.

Dampak biologik perubahan iklim baik terhadap agen patogen maupun


vektornya dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Dampak terhadap dinamika populasi, siklus pertumbuhan dan penularan
penyakit
2. Dampak terhadap luasan penyebaran dan ekologik dan dampak terhadap waktu
kejadian dan siklus hidup

14
Temperatur berdampak secara langsung terhadap ekologi, siklus
pertumbuhan, kelakuan dan daya tahan vektor arthropoda, sehingga
mempengaruhi pula dinamika populasi dan penularan penyakit.

Meskipun Indonesia belum banyak memiliki data yang komprehensif


tentang dampak perubahan iklim terhadap penyakit hewan, tetapi sudah saatnya
pemerintah, perguruan tinggi, badan penelitian serta lembaga swadaya masyarakat
untuk secara bersama-sama mulai mempelajari, memantau, mengumpulkan data
dan menyusun strategi nasional yang efektif dalam mengatasi dampak perubahan.

2.8 Musim (Suhu + RH)

Musim merupakan komponen penting dari iklim. Di banyak wilayah


beriklim sedang dimana temperatur musim panas hampir sama dengan tropis,
terdapat perbedaan yang nyata dengan temperatur di musim dingin. Agen patogen
yang ditularkan melalui nyamuk tropis akan dapat bertahan dalam temperatur
musim yang sesuai, akan tetapi penyakit segera hilang begitu musim dingin tiba.
Begitu juga profil curah hujan musiman berdampak nyata terhadap siklus hidup
agen patogen
Sapi yang beranak pada musim semi & panas produksi susu akan jatuh
apabila
produksi susu sekali jatuh maka sukar untuk menaikkan produksi susunya
kembali. Sapi yang beranak pada musim dingin & gugur produksinya akan tetap
atau baik.
Sapi yang beranak pada musim gugur/dingin produksi susu dan kadar
lemak susunya meningkat pada sapi yang beranak pada musim panas.sapi yang
beranak pada musim rontok/gugur produksinya lebih banyak. Sapi yang beranak
pada musim musim semi /panas produksi susu lebih sedikit dan kadar lemak susu
rendah. Penyebabnya mungkin karena pengaruh : temperatur dan kelembaban
udara, Respirasi meningkat, perubahan berat badan, dan makanan dan faktor-
faktor lainnya.

15
Musim sangat mempengaruhi total produksi susu per laktasi dan
komposisinya, yang merupakan pengaruh dari kombinasi dari breed, tingkat
laktasi, kondisi klimatologi pada saat pencatatan dilakukan, dan perbedaan-
perbedaan dalam managemen pakan. Sapi-sapi yang melahirkan pada musim
basah (hujan) biasanya memproduksi susu lebih tinggi dari sapi yang melahirkan
pada musim lainnya. Produksi sapi perah dipengaruhi oleh factor
genetic,lingkungan, dan interaksi genetic dan lingkungan. Factorgenetic
berpengaruh sebesar 30 % dan lingkungan 70 % terhadap produksi susu sapi
perah.

Lingkungan dataran rendah biasanya menurunkan produksi susu dan


kandungan lemak. Sapi perah produksi susu tinggi lebih mudah terpengaruh
cekaman lingkungan dataran rendah dibandingkan dengan sapi perah yang
berproduksi rendah, terutama pada produksi puncak. Diduga, penurunan
disebabkan oleh temperature dan kelembaban, perubahan berat tubuh, serta
macam dan jumlah pakan yang diberikan.

Kenaikkan temperature mempertinggi denyut jantung dan produksi panas.


Awalnya temperature mempengaruhi konsumsi pakan kemudian produksi.
Produksi susu sapi FH menurun pada lingkungan 26ºC. temperature optimalnya
10ºC. kelembaban tidak mempengaruhi produksi susu kecuali bila melebihi 24ºC.
Penggunaan peneduh, atap, kipas,penyiraman, dan pendingin dapat mengurangi
cekaman panas dan menaikkan efisiensi reproduksi. Penggunaannya perlu
meperhatikan segi ekonomis.

Produksi susu dipengaruhi beberapa faktor utama yang salah satunya


adalah penyakit. Penyakit pada sapi perah yang masih menjadi ancaman para
peternak adalah penyakit mastitis yang disebabkan oleh bakteri yang menyerang
sel sekretori ambing. Keberadaan bakteri penyebab mastitis pada susu juga dapat
menurunkan mutu dan keamanan pangan susu yang ditandai oleh perubahan
penampilan kualitas fisik. Cemaran bakteri patogenik mengakibatkan kerusakan
yang tidak diinginkan sehingga susu menjadi tidak layak untuk dikonsumsi

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

1. pengaruh iklim di kec. Cikncung itu tidak begitu tinggi dan rendah. Hanya
berada dalam posisi rata-rata.

2. jumlah perkembangan semua hewan ternak di kec. cikancung totalnya adalah


1.322.

3. terdapat 2 pengaruh da pengaruh lansung dan pengaruh tidak lansung kedua


pengaruh ini sangat rentan terhadap serangan penyakit pada hewan ternak.

3.2 Saran

Dalam data yang kam dapatkan di kec. Cikancung belum di lengkapi oleh
pihak kecamatan tersebut. Kami harapkan bahwa harus di panatau terus keaddan
populasi ternak yang di pengaruhi oleh iklim ini dan lestarikan hewan ternak
tersebut jangan sampai punah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Data populasi ternak dari desa cikancung


Data curah hujan dari desa cikancung
https//:www.academia.edu
https//:jurnalpertanian.woodrepers.com
https//:jurnalpeternakan.woodrepers.com

18
LAMPIRAN

19
20
21
22
23

Anda mungkin juga menyukai