Peta Konsep
Pola-pola hereditas
Membahas tentang
Terdiri atas
Terbagi atas
Terdiri atas
Letal Dominan Letal Resesif
B. PAUTAN (LINKAGE)
Pautan (Linkage) ditemukan oleh Thomas Hunt Morgan pada tahun 1910. Beliau menemukan
keanehan pada penelitian mengenai penurunan sifat yang diturunkan pada lalat buah. Perbandingan
fenotipe dan genotipe yang ditemukannya ternyata berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh
Mendel maupun perbandingan seperti penyimpangan hukum Mendel lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa satu kromosom (kromatin) belum tentu hanya
mengandung satu gen, bahkan banyak kromosom (kromatin) yang mengandung ratusan sampai ribuan
gen. Dua gen yang terdapat pada satu kromosom (kromatin) disebut pautan. Pada meiosis kedua, gen
ini tidak memisah. Oleh karena itu, jika terdapat dua pasang gen yang terpaut, maka kemungkinan
macam gamet yang terbentuk hanya ada dua. Pautan dapat terjadi pada kromosom (kromatin) tubuh
maupun kromosom (kromatin) seks.
1. Pautan Autosomal
Pautan autosomal merupakan pautan yang terjadi pada kromosom (kromatin) tubuh. Pada
suatu percobaan, Morgan mengawinkan lalat Drosophila. Berikut bagan perkawinan silang yang
terjadi :
VA VVAA VvAa
va VvAa vvaa
sayap panjang abdomen lebar : sayap pendek abdomen sempit
3 : 1
Hasil yang diperoleh pada perkawinan silang tersebut, perbandingan sayap panjang abdomen
lebar dengan sayap pendek abdomen sempit adalah adalah 3:1. Hasil yang diperoleh pada
perkawinan silang tersebut tidak sesuai dengan hasil perkawinan silang dihibrid Mendel (9:3:3:1).
Gen V untuk sayap panjang dan gen A untuk abdomen lebar, diketahui terdapat pada kromosom
yang sama. Tentu saja gen v dan a sebagai alelnya juga terletak pada kromosom (kromatin)
homolognya sehingga genotip A dengan genotip V tidak dapat dipisahkan. Seperti itu pula yang
terjadi pada genotip a dengan genotip v. Hal ini menunjukkan bahwa gen-gen yang menentukan
ukuran abdomen dan ukuran sayap mengalami pautan sehingga tidak terjadi kombinasi gamet Va
atau pun vA.
2. Pautan Seks
Gen-gen yang terletak pada kromosom (kromatin) seks disebut gen pautan seks. Pautan
dari gen seks atau hasil hubungan seks dalam pola penurunan yang berbeda dari pola penurunan
biasa yang ditunjukkan oleh gen yang hadir pada autosom. Gen pautan seks mungkin terjadi pada
kromosom (kromatin) X yang dikenal sebagai pautan X atau kromosom (kromatin) Y yang
dikenal sebagai pautan Y.
a. Pautan seks pada kromosom (kromatin) X
Pautan kromosom (kromatin) X berarti kromosom (kromatin) X membawa gen yang dapat
diturunkan pada keturunannya baik jantan atau pun betina.
1) Pautan seks pada lalat buah
Lalat buah betina mata merah homozigot dikawinkan dengan lalat jantan mata putih,
ternyata F1-nya berkelamin jantan dan betina masing-masing bermata merah. Setelah
sesama F1 tersebut dikawinkan, dihasilkan keturunan (F2) memperlihatkan perbandingan
3 lalat bermata merah : 1 lalat bermata putih. Berikut contoh bagan persilangannya :
P1 : ♂ XWY >< ♀ X+ X+
(mata putih) (mata merah)
+
Gamet : X XW dan Y
F1 : ♂ X Y (jantan, mata merah)
+
Pada perkawinan silang ini, gen penentu warna mata hanya dibawa oleh kromosom
(kromatin) X saja, baik kromosom (kromatin) X pada kelamin jantan atau pun betina.
Hasil perkawinan silang tersebut menunjukkan bahwa warna merah (X+) dominan terhadap
warna putih (XW) dan gen dominan (+) terangkai pada kromosom (kromatin) X.
2) Pautan seks pada kucing
Pautan seks pada warna rambut kucing ditentukan oleh gen-gen berikut.
B = gen yang menentukan warna rambut hitam.
b = gen yang menentukan warna rambut kuning.
Bb = gen yang menentukan warna rambut belang tiga (hitam - kuning - putih) yang
dikenal dengan istilah kaliko.
Perhatikan bagan perkawinan silang kucing betina berwarna hitam dengan kucing
jantan berwarna kuning berikut ini :
P1 : ♀ XB XB >< ♂ Xb Y
kucing hitam kucing kuning
G : XB Xb dan Y
FI :
♂
Xb Y
♀
B b
X X XB Y
XB
Betina calico Jantan hitam
P2 : ♀ XB Xb >< ♂ XBY
G : XB dan Xb B
X dan Y
F2 :
♂
XB Y
♀
XB XB XB Y
XB
Betina hitam Jantan hitam
XB Xb Xb Y
Xb
Betina calico Jantan kuning
2. Pindah silang ganda, ialah pindah silang yang terjadi pada dua tempat. Jika pindah silang ganda
(double crossing over) berlangsung diantara dua buah gen yang terangkai (misalnya gen A dan B),
maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak akan nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet
yang dibentuk hanya dari tipe parental saja, atau dari tipe rekombinasi saja, atau dari tipe parental
dan tipe rekombinasi akibat pindah silang tunggal. Akan tetapi jika diantara gen A dan B masih
ada gen ketiga, misalnya gen C, maka terjadinya pindah silang ganda antara gen A dan B akan
tampak.
Nilai pindah silang adalah angka yang menunjukkan persentase kombinasi baru yang
dihasilkan akibat terjadinya pindah silang. Nilai pindah silang (satuan dalam %) sama dengan
jarak gen. Nilai pindah silang juga sama dengan nilai rekombinasi gen berpautan. Pindah silang
terjadi jika kombinasi parental > 50%. Pada umumnya pindah silang dijumpai pada makhluk
betina maupun jantan. Namun pada ulat sutra (Bombyx mori) betina tidak pernah terjadi pindah
silang. Sementara itu, Drosophila yang jantan tidak mengalami pindah silang.
FI : 9 = HhPp
1 = hhPp
1 = Hhpp
9 = hhpp
Jumlah perbandingan adalah 9+1+1+9=20
a) Kombinasi parental= 18/20 x 100%= 90%
Kp > 50% ---- H dan P mengalami pindah silang
b) Jarak gen H dan P= 2/20 x 100%= 10%
c) Nilai Pindah Silang =RK = 10%
Aneuploidi merupakan suatu keadaan dimana keturunan memiliki satu kromosom lebih atau
satu kromosom kurang dari jumlah kromosom yang dimiliki induk. Hal tersebut dapat terjadi pada sel
diploid yang mendapat satu tambahan kromosom (n + 1), selanjutnya jika gamet tersebut bersatu
dengan gamet lain yang normal maka individu baru akan memiliki kromosom (2n + 1) yang disebut
trisomi. Sebaliknya, jika sebuah gamet yang kekurangan satu kromosom bersatu dengan gamet
normal, maka individu baru tersebut memiliki jumlah kromosom (2n – 1) dan disebut monosomi.
Adapun poliploidi adalah keturunan yang memiliki kelipatan jumlah kromosom dari tetuanya, artinya
tiga kali atau lebih dari setiap haploid kromosom yang khas dimiliki tetuanya. Jika gamet yang
dihasilkan diploid (2n) dan bersatu dengan gamet normal haploid (n), maka hasil setelah fertilisasi
adalah individu 3n atau triploid, dan jika dua gamet diploid bersatu, terjadi individu 4n atau tetraploid.
Contoh gagal berpisah yang terjadi pada lalat buah (Drosophilla) seperti pada diagram berikut :
Gagal berpisah yang terjadi pada lalat buah (Drosophilla) dapat menghasilkan individu
dengan ciri-ciri berikut:
XX dan XY = individu normal, betina mata merah, jantan mata putih
XXX = betina super
XO = jantan steril
XXY = betina fertil, mata putih
YO = jantan mati
FI :
♀
X XX O
♂
XX XXX XO
X
Betina normal Betina super Jantan steril
XY XXY YO
Y
Jantan normal Betina fertil, mata putih letal
Gagal berpisah dapat terjadi pada manusia, sehingga menghasilkan sifat-sifat yang berbeda
dari keadaan normal. Pembahasan tentang gagal berpisah yang terjadi pada manusia akan dipaparkan
secara teperinci pada sub bab hereditas pada manusia.
E. GEN LETAL
Gen letal adalah gen yang apabila dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematian
individu yang memilikinya. Gen letal ada yang bersifat dominan dan ada yang bersifat resesif.
1. Gen Letal Dominan
Gen letal dominan ialah gen dominan yang bila homozigotik akan menyebabkan individunya
mati. Beberapa contoh dapat dikemukakan disini :
a. Gen letal ayam Creeper.
Pada ayam dikenal gen dominan C yang jika homozigot menyebabkan sifat letal, alel resesif
(c) mengatur pertumbuhan tulang ayam heterozigotnya Cc yaitu ayamnya hidup tapi
menunjukkan kecacatan yaitu memiliki kaki pendek disebut ayam redep ( dalam bahasa inggris
disebut creeper). Perhatikan bagan perkawinan silang di bawah ini :
Perhatikan bagan perkawinan silang di bawah ini!
P : ♀ Cc >< ♂ Cc
(Creeper) (Creeper)
G : C dan c C dan c
FI :
C C
C CC Cc
letal Creeper
C Cc cc
Creeper normal
P : ♀ Kk >< ♂ Kk
(kuning) (kuning)
G : K dan k K dan k
FI :
K k
KK Kk
K
letal kuning
Kk kk
k
kuning normal
G g
GG Gg
G
normal normal
Gg gg
g
normal albino
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina, Diah. 2004. Biologi SMA/MA untuk kelas XII. Jakarta : Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Biologi 3 : Kelas XII SMA dan MA. Jakarta : Pusat
Perbukuan.
Elrod, Susan. 2006. Genetika Edisi Keempat. Jakarta Erlangga.
Nurhayati, Nunung. 2015. Buku Siswa Biologi untuk SMA/MA Kelas XII. Bandung : Yrama
Widya
Sumanto. 1997. Evolusi. Surakarta: Sebelas Maret university Press.
Suryo. 1986. Genetika Manusia. Yogyakarta : UGM Press
Suryo. 2004. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Toegono. 1997. Genetika I. Surakarta: Sebelas Maret University Press.