HEREDITAS
A. Pendahuluan
• Pola pewarisan sifat di temukan pertama kali oleh
Mendel.
Genotip adalah sifat atau karakter yang di tentukan oleh gen, jadi merupakan
sifat yang tidak tampak.
Fenotipe adalah sifat atau karakter yang bisa di amati. Fenotipe merupakan
hasil interaksi antara genotip dengan lingkungan.
Sifat dominan adalah sifat yang muncul dan mampu mengalahkan sifat atau
karakter yang lain.
Sifat resesif adalah sifat yang kalah atau tidak akan muncul bila berada
bersama-sam gen dominan.
Parental adalah individu yang merupakan induk dan biasa di beri notasi P
(parental).
Filial adalah keturunan yang di hasilkan dari persilangan dua induk dan biasa di
beri notasi F (filial).
Simbol adalah penanda individu yang berjenis kelamin jantan.
Simbol adalah penanda individu yang berjenis kelamin betina.
Hukum mendel i
Hukum Mendel I atau hukum segresi bebas
menyatakan bahwa selama meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan
kromosom homolog saling berpisah dan
konsekuensinya adalah pasangan gen (alel)
akan memisah secara bebas. Alel-alel
tersebut akan berpasangan kembali secara
acak pada saat penyatuan gamet ketika
terjadi pertilisasi.
Contoh Mendel menyilangkan kacang ercis berbatang
tinggi dengan kacang ercis berbatang pendek. Batang
tinggi di kendalikan oleh gen T dari kata taal dalam
bahasa inggris berarti tinggi. Batang pendek di
tentukan oleh gen alelnya yaitu gen t. Persilangan
antara kacang ercis galur murni (TT) dengan kacang
ercis galur murni (tt) ternyata menghasilkan keturunan
kacang ercis yang semuanya berbatang tinggi (Tt). Hasil
penyerbukan sendiri dari kacang ercis hasil persilangan
(Tt) ini ternyata menghasilkan keturunan yang
bervariasi yaitu: kacang ercis berbatang tinggi :
berbatang pendek dengan rasio 3:1.
Diagram persilangan
TT tt
T t
Tt
( Tt >< Tt )
T t
T TT Tt
(tinggi) (tinggi)
t Tt tt
(tinggi) (pendek)
3n
Penyimpangan Semu Hukum Mendel
Pertama kali di temukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C Punnet
pada tahun 1906, juga oleh H. Nilson Rhie (1973-1948) dan E.M. East tahun
1913.
Setiap gen memiliki pengaruh sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter
(sifat).
Karena adanya beberapa gen yang saling berinteraksi atau memengaruhi maka
akan menyebabkan penyimpangan rasio fenotipe keturunannya.
Menurut Mendel pengamatan terhadap satu sifat beda (monohibrid) pada F2
hanya akan di hasilkan 2 macam fenotipe.
Pada kasus ini sifat yang di pengaruhi mungkin hanya satu tetapi di pengaruhi
oleh banyak gen sehingga pada F2 di dapatkan lebih dari 2 macam fenotipe.
Bahkan lebih menyerupai dihibrid.
Contoh William Bateson dan R.C Punnet mengawinkan macam-macam ayam
ras dengan memperhatikan bentuk-bentuk jengger (pial) ayam Wyandote yang
mempunyai jengger tipe mawar (rose), ayam Brahma mempunyai jengger tipe
biji (pea), dan ayam leghorn yang mempunyai jengger tipe tunggal (single).
4 karakter pial/jengger ayam yang diatur oleh 2 gen yang berinteraksi.
F1 : Rrpp
(jengger mawar)
Demikian pula yang terjadi antara ayam berjengger biji dengan ayam
berjengger tunggal akan menghasilkan ayam yang kesemuanya berjengger
biji.
F1 yang di silangkan sesamanya akan di dapatkan rasio fenotipe biji : tunggal =
3:1.
P1 : rrPP >< rrpp
(jengger biji) (jengger tunggal)
Gamet : rP rp
F1 : rrPp
(jengger biji)
Tetapi jika terjadi persilangan antara galur murni ayam berjengger mawar
dengan ayam galur murni berjengger biji akan di dapati F1 100% ayam
berjengger walnut yang merupakan fenotipe baru.
Jengger tipe walnut dan jengger tipe tunggal merupakan tipe jengger baru
yang sama sekali tidak di miliki oleh kedua ayam induknya.
Kemungkinan genotipe dan fenotipe keturunan f2 pada persilangan ayam jengger mawar galur murni dengan
ayam jengger biji galur murni
1. RRpp Jengger mawar 3/16 kemungkinan dengan satu gen dominan R (R_pp)
2. RrPp
1. rrPP Jengger biji 3/16 kemungkinan dengan satu gen dominan P (rrP_)
2. rrPp
1. Rrpp Jengger tunggal 1/16 kemungkinan, dengan satu gen resesif p (rrpp)
Timbulnya dua fenotipe jengger yang baru yaitu jengger walnut dan jengger
tunggal di sebabkan karena adanya interaksi antara gen-gen.
Walnut adalah interaksi antara dua macam gen dominan (R dan P), sedangkan
ayam yang berjengger tunggal merupakan interaksi dua gen resesif (r dan p)
Polimeri
Gen yang menumbuhkan suatu karakter polimeri biasanya lebih dari dua,
sehingga di sebut karakter gen ganda.
Polimeri pertama kali di kemukakan oleh H. Nilson Ehle pada tahun 1813 di
swedia dalam eksperimennya dengan menyilangkan Triticum vulgare
(gandum) berbiji merah homozigot dengan Triticum vulgare berbiji putih,
menghasilkan keturunan F1 biji berwarna merah muda.
F1 : P 1 p 1P 2 p 2
(mulat)
P2 : P1 p1P2 p2 >< P 1 p 1P 2 p 2
(mulat) (mulat)
Gamet : P1P2 P1P2
P1p2 P1p2
p1P2 p1P2
p1p2 p 1p 2
F2 :
Dari papan catur di atas dapat di golongkan warna kulit sebagai berikut :
Apabila ada 3 gen dominan maka berwarna mulat gelap.
Apabila ada 2 gen dominan maka berwarna mulat.
Apabila ada 1 gen dominan maka berwarna mulat terang.
Menurut T. Dobzhansky, sifat genetik untuk pigmentasi ada tiga pasang gen
yang mengatur yang berasal dari mutasi gen juga , ketiga pasang gen tersebut
ialah : P1 - p1, P2p2, P3p3
Ketiga-tiganya berasal dari gen P – p, orang negro bergenotipe P1P1P2P2P3P3,
sedangkan orang kaukasoid bergenotipe p1p1p2p2p3p3.
Kriptomeri
A : pigmen hitam
a : tak ada pigmen
K : membentuk enzim yang merubah pigmen hitam menjadi
kekuning-kingan
k : tidak mampu membentuk enzim
Diagram persilangan
AK Ak aK ak
Epistasis dominan
Apabila di silangkan tanaman gandum bersekam (berkulit) hitam
dengan gandum bersekam kuning, akan menghasilkan keturunan F1
tanaman gandum bersekam hitam.
Apabila keturunan F1 ini mengalami penyerbukan sesamanya akan
menghasilkan keturunan F2 tanaman gandum bersekam hitam,
kuning, dan putih dengan perbandingan 12 : 3 : 1.
H : gen pembawa warna hitam.
h : gen yang tidak menumbuhkan warna hitam.
K : gen pembawa warna kuning.
k : gen yang tidak menumbuhkan warna kuning.
Diagram persilangan
HK Hk hK hk
PH Ph pH ph
BC Bc bC bc
Proses reproduksi seksual yang merupakan salah satu cara pewarisan sifat
selalu melibatkan individu jantan dan betina yang merupakan induknya.
Tetapi samakah cara penentuan jenis kelamin pada semua jenis makhluk
hidup? Ternyata tidak, sebab pola-pola penentuan jenis kelamin berbeda-
beda.
Pada Drosophila melanogaster terdapat empat pasang kromosom, baik pada
jantan maupun betina.
Dari empat pasang kromosom tersebut, tiga pasang kromosom adalah sama,
baik jantan maupun betina yang selanjutnya di sebut autosom.
Sedang sepasang lainnya sedikit berbeda.
Pada Drosophila melanogaster betina pasangan ke empat ini terdiri dari dua
batang kromosom yang di beri notasi XX sedang pada yang jantan pasangan
ke empat ini terdiri atas satu kromosom berbentuk batang lurus dan satu
kromosom berbentuk batang berkait yang di beri notasi XY.
Kromosom X dan kromosom Y di sebut sebagai kromosom kelamin atau
gonosom.
Sama halnya dengan autosom, maka kromosom kelamin sewaktu berlangsung
pembelahan reduksi akan di wariskan kepada gamet-gamet yang akan di
bentuk secara bebas.
Beberapa pola penentuan jenis kelamin, antara lain tipe XY, tipe protenor (XO),
tipe ZW (abraxas), dan juga pada kasus partenogenesis.
tipe XY
jumlah diploidnya.
Dalam hal ini tidak ada kromosom Y.
Belalang betina mempunyai jumlah
kromosom diploid 24 (22 + XX),
sedangkan yang jantan hanya
mempunyai 23 (22 + X) dengan dua
macam sperma, yaitu yang berisi
dua belas kromosom ( 11 + X ), dan
yang berisi hanya sebelas kromosom
saja, tanpa kromosom X dan Y.
tipe ZW (abraxas)
Penyimpangan yang jelas terlihat dari hukum Mendel adalah adanya kasus
pautan, pindah silang dan gagal berpisah.
Pada kasus ini rasio fenotipe yang di hasilkan tidak lagi mencerminkan angka
yang di kemukakan oleh Mendel.
Pautan (linkage)
KP Kp kP kp
Hasil persilangan seperti ini tidak beda dengan persilangan dihibrid biasa.
Pindah silang (crossing over)
K k K K k k K k K k
P p P p P p P P p p
Meiosis Terjadi
Mula-mula Hasil pindah
Pindah silang pindah silang silang
Keterangan F1 (KP) (kp) akan membentuk
empat macam gamet:
(KP) : gamet yang tidak mengalami pindah
silang
(kp) : gamet yang tidak mengalami pindah
silang
(Kp) : gamet yang mengalami pindah silang
(kp) : gamet yang mengalami pindah silang
Gamet-gamet yang mengalami pindah silang
jumlahnya hanya sedikit.
Pindah silang ini terjadi pada profase dari meiosis di
waktu telah terbentuk empat kromatid dari tiap
pasang kromosom homolog.
Pindah silang (crossing over) ialah peristiwa penukaran
segmen daripada kromatid yang satu dengan kromatid
yang lainnya dari sepasang kromosom homolog.
Dengan adanya pindah silang ini akan di hasilkan
empat macam gamet yang lainnya memiliki tipe
berbeda dari induknya
Untuk mengetahui ada tidaknya
pindah silang bisa di lakukan
dengan cara test cross yaitu
mengawinkan F1 dengan
induknya yang homozigot
resesif.
Contoh :
P : (KP) (kp) >< (kp) (kp)
(tubuh kelabu (tubuh hitam,
sayap panjang) sayap pendek)
Gamet : (KP) (kp)
(Kp)
(kP)
(kp)
F2 :
(kp) Fenotipe Frekuensi
111 + 106
x 100% = 17,11%
1268
Sedang persentase rekombinasi pada persilangan repulsion phase :
1351 + 152
X 100% = 8,19%
3499
Hasil F2 pada kedua persilangan tersebut
diatas berbeda disebabkan karena letak dari
gen-gen dominan berlainan.
3A + X 3A + Y
3A + XX 3AA + XXX 3AA + XXY
(super ) ( )
3A 3AA + X 3AA + Y
( steril ) ( mati)
Melihat kenyataan bahwa lalat 3AA + XXY, adalah lalat
betina, sedang lalat 3AA + X adalah lalat jantan maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :
Gamet : XH Xh
Y
F : XH Xh (wanita karier)
XH Y (pria normal)
Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria hemofili maka:
P : X H Xh >< Xh Y
(karier) (hemofili)
Gamet : XH Xh
Xh Y
F : XH Xh (wanita karier)
XH Y (pria normal)
XhXh (letal dalam kandungan)
XhY (pria hemofili)
Buta warna
Bila seorang wanita penglihatan normal kawin dengan seorang pria buta warna dan diasumsikan :
P : XC XC >< Xc Y
(normal) (buta warna)
Gamet : XC Xc
Y
F : XC Xc (wanita karier)
XH Y (pria normal)
Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria buta warna maka:
P: XC Xc >< Xc Y
(karier) (hemofili)
Gamet : XC Xc
Xc Y
F : XC Xc (wanita karier)
Xc Xc (wanita buta warna)
XC Y (pria penglihatan normal)
Xc Y (pria buta warna)
anadonsia
Merupakan penyakit keturunan yang
menyebabkan gigi tidak tumbuh.
Gen pembawa anadonsia bersifat resesif.
Bila seorang wanita normal kawin dengan
seorang pria anadonsia dan di asumsikan bahwa :
A : normal
a : anadonsia
maka :
P : XA XA >< Xa Y
(normal) (anadonsia)
Gamet : XA Xa
Y
F : XA Xa (wanita karier)
XA Y (pria normal)
Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria anadonsia maka:
P: X A Xa >< Xa Y
(karier) (anadonsia)
Gamet : XA Xa
Xa Y
F : XA Xa (wanita karier)
XA Y (pria normal)
Xa Xa (wanita anadonsia)
Xa Y (pria anadonsia)
Karier adalah suatu individu yang fenotipenya normal, tetapi sesungguhnya
Gen letal
Gen letal adalah gen yang menyebabkan
kematian jika dalam keadaan homozigot, baik
dalam bentuk homozigot dominan maupun
homozigot resesif.
Gen letal mengakibatkan keturunan menyimpang
dari hukum Mendel, karena pada perkawinan
monohibrid menghasilkan perbandingan
fenotipe 2 : 1, bukan 3 : 1.
Gen letal dominan
Gen dominan C pada ayam. Ayam bergenotipe
CC letal (mati), sedangkan dalam keadaan
heterozigot (Cc) menyebabkan ayam berkaki
pendek disebut redep (creeper). Ayam
bergenotipe cc bersifat normal.
Pada manusia terdapat gen B penyebab jari
pendek (brkhidaktili). Dalam keadaan
Hereditas pada manusia
Gen yang terpaut kromosom kelamin antara lain hemofili, buta warna.