Anda di halaman 1dari 84

BAB 3

HEREDITAS
A. Pendahuluan
• Pola pewarisan sifat di temukan pertama kali oleh
Mendel.

• Mendel berhasil merumuskan hukum pewarisan sifat


yang di kenal dengan sebutan Hukum Mendel I dan
Hukum Mendel II.

• Menggunakan kacang ercis (Pisum sativum) melalui


pengamatan bertahun-tahun, Mendel berhasil
mengungkap pola pewarisan sifat mulai dari satu sifat
beda (monohibrod) sampai dengan banyak sifat beda.

• Mendel telah berhasil menemukan angka-angka yang


relatif sama pada rasio fenotipe dari generasi ke
generasi.

• Rasio fenotipe itu pada generasi kedua (F2) adalah 3:1


untuk monohibrid, 9:3:3:1 untuk di hibrid, dan seterusnya.
b. Hukum mendel

 Orang yang pertama yang mempelajari pola pewarisan sifat dengan


pendekatan eksperimental dan kuantitatif adalah Gregor Johann Mendel.

 Mendel melakukan percobaan dan pengamatan dengan menggunakan


kacang ercis (Pisum sativum), selama 12 tahun.

 Beberapa alasan Mendel menggunakan kacang ercis (Pisum sativum), antara


lain :
1. Memiliki pasangan-pasangan sifat yang kontras.

2. Mampu melakukan penyerbukan sendiri.

3. Dapat dengan mudah di adakan penyerbukan silang.

4. Segera menghasilkan keturunan.


Pasangan sifat yang kontras pada kacang ercis
No Karakter Pasangan Sifat Yang Kontras
1 Bentuk biji Bulat >< keriput
2 Warna biji Kuning >< hijau
3 Warna bunga Unggu >< putih
4 Bentuk polong Mengembung >< mengerut
5 Warna polong Hijau >< kuning
6 letak bunga Aksial >< terminal
7 Ukuran batang Tinggi >< kerdil
Beberapa istilah dalam mempelajari hukum mendel:

 Genotip adalah sifat atau karakter yang di tentukan oleh gen, jadi merupakan
sifat yang tidak tampak.
 Fenotipe adalah sifat atau karakter yang bisa di amati. Fenotipe merupakan
hasil interaksi antara genotip dengan lingkungan.
 Sifat dominan adalah sifat yang muncul dan mampu mengalahkan sifat atau
karakter yang lain.
 Sifat resesif adalah sifat yang kalah atau tidak akan muncul bila berada
bersama-sam gen dominan.
 Parental adalah individu yang merupakan induk dan biasa di beri notasi P
(parental).
 Filial adalah keturunan yang di hasilkan dari persilangan dua induk dan biasa di
beri notasi F (filial).
 Simbol adalah penanda individu yang berjenis kelamin jantan.
 Simbol adalah penanda individu yang berjenis kelamin betina.
Hukum mendel i
Hukum Mendel I atau hukum segresi bebas
menyatakan bahwa selama meiosis
berlangsung, pasangan-pasangan
kromosom homolog saling berpisah dan
konsekuensinya adalah pasangan gen (alel)
akan memisah secara bebas. Alel-alel
tersebut akan berpasangan kembali secara
acak pada saat penyatuan gamet ketika
terjadi pertilisasi.
Contoh Mendel menyilangkan kacang ercis berbatang
tinggi dengan kacang ercis berbatang pendek. Batang
tinggi di kendalikan oleh gen T dari kata taal dalam
bahasa inggris berarti tinggi. Batang pendek di
tentukan oleh gen alelnya yaitu gen t. Persilangan
antara kacang ercis galur murni (TT) dengan kacang
ercis galur murni (tt) ternyata menghasilkan keturunan
kacang ercis yang semuanya berbatang tinggi (Tt). Hasil
penyerbukan sendiri dari kacang ercis hasil persilangan
(Tt) ini ternyata menghasilkan keturunan yang
bervariasi yaitu: kacang ercis berbatang tinggi :
berbatang pendek dengan rasio 3:1.
Diagram persilangan

TT tt
T t

Tt

( Tt >< Tt )

T t

T TT Tt
(tinggi) (tinggi)

t Tt tt
(tinggi) (pendek)

Rasio genotip = 1TT : 2Tt : 1tt = 1 : 2: 1


Rasio
TT fenotip
Tt = Tinggi
tt (T-) : pendek (tt) = 3 : 1
:
Hukum mendel ii
Hukum Mendel II atau hukum asortasi bebas,
menyatakan bahwa pada saat pembentukan sel-
sel gamet, gen-gen yang tidak satu alel akan
mengelompok secara bebas setelah memisah
dari gen yang satu alel.
Gen untuk satu sifat/karakter tidak akan
berpengaruh pada gen untuk sifat/karakter yang
lain yang tidak satu alel karena gen-gen yang
bukan alelnya mempunyai karakter yang
berbeda.
Contoh Mendel menyilangkan kacang ercis dengan
mengamati lebih dari satu sifat beda.
Disilangkan galur murni kacang ercis berbiji bulat kuning
dengan galur murni kacang ercis berbiji keriput warna hijau.
Bulat (B) dominan terhadap keriput (b), kuning (K) dominan
terhadap hijau (k).
Ternyata seluruh keturunan pada F1 semuanya merupakan
kacang ercis yang berbiji bulat dan warna kuning (BbKk).
Jika F1 mengadakan penyerbukan sesamanya di peroleh F2,
ternyata di peroleh keturunan F2 yang sebagian tidak sama
dengan induknya, melainkan di jumpai tanaman kacang ercis
berbiji bulat warna hijau serta kacang ercis berbiji keriput
warna kuning.
Diagram persilangan
Macam gamet dan macam fenotipe hasil persilangan

3n
Penyimpangan Semu Hukum Mendel

 Angka-angka yang di temukan Mendel pada kasus-kasus tertentu tidak


mengikuti pola secara penuh.

 Terdapat rasio fenotipe yang angka-angkanya merupakan pergeseran


penjumlahan angka rasio dari Mendel.

 Misalnya pada kasus kriptomeri 9:3:4 yang jika di cermati sebenarnya


berasal dari (9:3:3+1), polimeri 15:1 yang sebenarnya berasal dari
(9+3+3:1), epistasis hipostasis 12:3:1 sebenarnya juga berasal dari
(9+3:3:1), dan komplementer 9:7 yang berasal dari (9:3+3+1).

 Karena penyimpangan yang terjadi tidak menghasilkan angka baru, tetapi


hanya pergeseran penjumlahan yang bervariasi maka di sebut dengan
penyimpangan semu hukum Mendel.
Interaksi gen/atavisme

 Pertama kali di temukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C Punnet
pada tahun 1906, juga oleh H. Nilson Rhie (1973-1948) dan E.M. East tahun
1913.
 Setiap gen memiliki pengaruh sendiri-sendiri untuk menumbuhkan karakter
(sifat).
 Karena adanya beberapa gen yang saling berinteraksi atau memengaruhi maka
akan menyebabkan penyimpangan rasio fenotipe keturunannya.
 Menurut Mendel pengamatan terhadap satu sifat beda (monohibrid) pada F2
hanya akan di hasilkan 2 macam fenotipe.
 Pada kasus ini sifat yang di pengaruhi mungkin hanya satu tetapi di pengaruhi
oleh banyak gen sehingga pada F2 di dapatkan lebih dari 2 macam fenotipe.
 Bahkan lebih menyerupai dihibrid.
 Contoh William Bateson dan R.C Punnet mengawinkan macam-macam ayam
ras dengan memperhatikan bentuk-bentuk jengger (pial) ayam Wyandote yang
mempunyai jengger tipe mawar (rose), ayam Brahma mempunyai jengger tipe
biji (pea), dan ayam leghorn yang mempunyai jengger tipe tunggal (single).
4 karakter pial/jengger ayam yang diatur oleh 2 gen yang berinteraksi.

 Pial single (bilah) diatur


oleh gen r dan p.

 Pial pea (biji/kacang)


diatur oleh gen r dan P.

 Pial walnut (sumpel)


diatur oleh gen R dan P.

 Pial rose (mawar) diatur


oleh gen R dan p.
 Persilangan antara ayam berjengger mawar dengan ayam berjengger tunggal
akan menghasilkan ayam yang semuanya berjengger mawar.
 F1 yang di silangkan sesamanya akan di dapatkan rasio fenotipe mawar :
tunggal = 3:1.

P1 : RRpp >< rrpp


(jengger mawar) (jengger tunggal)
Gamet : Rp rp

F1 : Rrpp
(jengger mawar)
 Demikian pula yang terjadi antara ayam berjengger biji dengan ayam
berjengger tunggal akan menghasilkan ayam yang kesemuanya berjengger
biji.
 F1 yang di silangkan sesamanya akan di dapatkan rasio fenotipe biji : tunggal =
3:1.
P1 : rrPP >< rrpp
(jengger biji) (jengger tunggal)
Gamet : rP rp

F1 : rrPp
(jengger biji)
 Tetapi jika terjadi persilangan antara galur murni ayam berjengger mawar
dengan ayam galur murni berjengger biji akan di dapati F1 100% ayam
berjengger walnut yang merupakan fenotipe baru.

 Persilangan antara f1 ayam berjengger walnut pada F2 yang muncul adalah


tidak hanya ayam berjengger walnut, ayam berjengger mawar, ayam
berjengger biji, tetapi juga ayam berjengger tunggal, dengan
perbandingan 9 ayam berjengger walnut, 3 ayam berjengger mawar, 3
ayam berjengger biji, dan 1 ayam berjengger tunggal.

 Jengger tipe walnut dan jengger tipe tunggal merupakan tipe jengger baru
yang sama sekali tidak di miliki oleh kedua ayam induknya.
Kemungkinan genotipe dan fenotipe keturunan f2 pada persilangan ayam jengger mawar galur murni dengan
ayam jengger biji galur murni

Genotipe fenotipe keterangan


1. RRPP Jengger walnut 9/16 kemungkinan, dengan dua gen dominan R dan P
2. RRPp (R_P_)
3. RrPP
4. RrPp

1. RRpp Jengger mawar 3/16 kemungkinan dengan satu gen dominan R (R_pp)
2. RrPp
1. rrPP Jengger biji 3/16 kemungkinan dengan satu gen dominan P (rrP_)
2. rrPp
1. Rrpp Jengger tunggal 1/16 kemungkinan, dengan satu gen resesif p (rrpp)

 Timbulnya dua fenotipe jengger yang baru yaitu jengger walnut dan jengger
tunggal di sebabkan karena adanya interaksi antara gen-gen.
 Walnut adalah interaksi antara dua macam gen dominan (R dan P), sedangkan
ayam yang berjengger tunggal merupakan interaksi dua gen resesif (r dan p)
Polimeri

 Merupakan bentuk interaksi gen yang bersifat kumulatif (saling menambah).

 Gen yang menumbuhkan suatu karakter polimeri biasanya lebih dari dua,
sehingga di sebut karakter gen ganda.

 Polimeri pertama kali di kemukakan oleh H. Nilson Ehle pada tahun 1813 di
swedia dalam eksperimennya dengan menyilangkan Triticum vulgare
(gandum) berbiji merah homozigot dengan Triticum vulgare berbiji putih,
menghasilkan keturunan F1 biji berwarna merah muda.

 Keturunan F2 dari persilangan F1 menghasilkan Triticum vulgare berwarna


merah beraneka ragam dan putih dalam perbandingan 15:1.
 Ternyata perbandingan merah:
warna putih = 15 : 1.
 Dua gen yang mengatur
pertumbuhan warna biji yaitu M1
dan M2, kedua alel ini bersifat
dominan yang bekerja kumulatif.
 Semua Triticum vulgare
(gandum) yang mengandung gen
M akan berwarna, sedang yang
tidak mengandung gen M sama
sekali akan berwarna putih.
Bentuk genotipe dan penotipe pada polimeri

atau merah sedang

atau merah muda


sekali
Polimeri pada manusia

 Contoh warna kulit.


 Warna kulit yang berderajat pada suku bangsa di atur oleh beberapa gen,
setidak-tidaknya oleh dua macam gen dengan alelnya.
 Masing-masing gen-gen tersebut di beri simbol P1 dan P2, kedua gen ini bersifat
dominan dan bekerja kumulatif.
 Orang kulit putih (kaukasoid) di duga tidak memiliki alel dominan satupun,
sehingga genotipe nya p1p1p2p2
 Sedang orang negro yang mempunyai warna paling gelap mempunyai genotipe
P1P1P2P2
 Jika orang berkulit putih kawin dengan orang berkulit warna gelap, maka
keturunan F1 berkulit mulat, sedangkan keturunan F2 berkulit berwarna
beraneka ragam warna dan putih dalam perbandingan 15:1.
Diagram persilangan

P1 : P1P1P2P2 >< p1p1p2p2

Gamet : P1P2 p 1p2

F1 : P 1 p 1P 2 p 2
(mulat)
P2 : P1 p1P2 p2 >< P 1 p 1P 2 p 2
(mulat) (mulat)
Gamet : P1P2 P1P2
P1p2 P1p2
p1P2 p1P2
p1p2 p 1p 2
F2 :

P 1 P2 P1p2 p1P2 p1p2

P 1 P2 P1P1P2P2 P1P1P2p2 P1p1P2P2 P1p1P2p2

P1p2 P1P1P2p2 P1P1p2p2 P1p1P2p2 P1p1p2p2

p1P2 P1p1P2P2 P1p1P2p2 p1p1P2P2 p1p1P2p2

p1p2 P1p1P2p2 P1p1p2p2 p1p1P2p2 p1p1p2p2

Dari papan catur di atas dapat di golongkan warna kulit sebagai berikut :
 Apabila ada 3 gen dominan maka berwarna mulat gelap.
 Apabila ada 2 gen dominan maka berwarna mulat.
 Apabila ada 1 gen dominan maka berwarna mulat terang.
 Menurut T. Dobzhansky, sifat genetik untuk pigmentasi ada tiga pasang gen
yang mengatur yang berasal dari mutasi gen juga , ketiga pasang gen tersebut
ialah : P1 - p1, P2p2, P3p3
 Ketiga-tiganya berasal dari gen P – p, orang negro bergenotipe P1P1P2P2P3P3,
sedangkan orang kaukasoid bergenotipe p1p1p2p2p3p3.
Kriptomeri

 Merupakan suatu peristiwa di mana suatu gen seakan-akan tersembunyi dan


baru nampak pengaruhnya apabila ada gen dominan tertentu lainnya.
 Correns (1912) menyilangkan Linaria maroccana berbunga merah homozigot
dengan Linaria maroccana berbunga putih homozigot.
 Keturunan F1 merupakan tanaman berbunga unggu, suatu warna yang bukan
warna intermediet dan bukan dominan.
 Sedang F2 terdiri dari tanaman berbunga unggu, merah, putih, dengan
perbandingan 9:3:4.
 Genotip dari tanaman tersebut dapat di asumsikan :

 A : gen untuk bahan dasar pigmen antosianin


 a : gen yang tidak ada bahan dasar pigmen antisianin
 B : gen untuk reaksi basa sehingga muncul warna unggu
 b : gen untuk reaksi asam sehingga muncul warna merah
 (-) : dapat di isi salah satu gen A, a, B dan b.
 Jika kedua alel dominan A dan B berada bersama-sama dalam suatu individu (A_B_) muncul
warna unggu.
 Jika alel dominan A saja yang muncul sedang gen interaksinya hanya resesif b dalam individu
(A_bb) maka warna bunga merah.
 Jika tidak ada alel dominan A dalam satu individu (aaB_; aabb) maka warna bunga putih.
Diagram persilangan

 Perbandingan fenotipe bunga unggu : bunga merah : bunga putih = 9 : 3 : 4


Kriptomeri pada hewan

 Pada hewan kriptomeri dapat di buktikan dengan menyilangkan tikus


berwarna hitam dengan tikus albino, menghasilkan keturunan F1 tikus
kekuning-kuningan.
 Perkawinan tikus ke kuning-kuningan sesamanya menghasilkan F2 yang terdiri
dari tikus kekuning-kuningan, tikus hitam , dan tikus albino dengan
perbandingan 9 : 3 : 4.
 Apabila di asumsikan sebagai berikut :

 A : pigmen hitam
 a : tak ada pigmen
 K : membentuk enzim yang merubah pigmen hitam menjadi
kekuning-kingan
 k : tidak mampu membentuk enzim
Diagram persilangan

P1 : AAkk >< aaKK


(Hitam) (albino)
Gamet : Ak aK
F1 : AaKk
(Kekuningan)
P2 : AaKk >< AaKk
(Kekuningan) (Kekuningan)
Gamet : AK AK
Ak Ak
aK aK
ak ak
F2:

AK Ak aK ak

AK AAKK AAKk AaKK AaKk


(kekuningan) (kekuningan) (kekuningan) (Kekuningan)

Ak AAKk AAkk AaKk Aakk


(kekuningan) (hitam) (kekuningan) (hitam)

aK AaKK AaKk aaKK aaKk


(kekuningan) (kekuningan) (albino) (albino)

ak AaKk Aakk aaKk aakk


(kekuningan) (hitam) (albino) (albino)

 Perbandingan fenotipe tikus kekuningan : tikus hitam : tikus putih = 9 : 3 : 4


Epistasis dan hipostasis

 Epistasis adalah suatu peristiwa di mana pengaruh suatu gen dominan


menutupi gen dominan lain yang sealel.
 Hipostasis adalah gen yang tertutupi.

 Epistasis dominan
 Apabila di silangkan tanaman gandum bersekam (berkulit) hitam
dengan gandum bersekam kuning, akan menghasilkan keturunan F1
tanaman gandum bersekam hitam.
 Apabila keturunan F1 ini mengalami penyerbukan sesamanya akan
menghasilkan keturunan F2 tanaman gandum bersekam hitam,
kuning, dan putih dengan perbandingan 12 : 3 : 1.
H : gen pembawa warna hitam.
h : gen yang tidak menumbuhkan warna hitam.
K : gen pembawa warna kuning.
k : gen yang tidak menumbuhkan warna kuning.
Diagram persilangan

P1 : HHkk >< hhKK


(hitam) (kuning)
Gamet : Hk hK
F1 : HhKk
(hitam)
P2 : HhKk >< HhKk
(hitam) (hitam)
Gamet : HK HK
Hk Hk
hK hK
hk hk
F2 :

HK Hk hK hk

HK HHKK HHKk HhKK HhKk


(hitam) (hitam) (hitam) (hitam)

Hk HHKk HHkk HhKk Hhkk


(hitam) (hitam) (hitam) (hitam)

hK HhKK HhKk hhKK hhKk


(hitam) (hitam) (kuning) (kuning)

hk HhKk Hhkk hhKk hhkk


(hitam) (hitam) (kuning) (putih)

 Perbandingan fenotipe gandum bersekam hitam : kuning : putih = 12 : 3 : 1


 Pada hewan, misalnya anjing.
 Apabila di kawinkan anjing berbulu putih dengan anjing berbulu hitam, maka
keturunan F1 ialah anjing berbulu putih.
 Apabila keturunan F1 kawin sesamanya akan menghasilkan keturunan F2 yang
terdiri dari anjing berbulu putih, hitam dan pirang dengan perbandingan 12 :
3 : 1.
P : gen penyebab warna putih alel p
H : gen penyebab warna hitam alel h
Diagram persilangan

P1 : PPhh >< ppHH


(putih) (hitam)
Gamet : Ph pH
F1 : PpHh
(putih)
P2 : PpHh >< PpHh
(putih) (putih)
Gamet : PH PH
Ph Ph
pH pH
ph ph
F2 :

PH Ph pH ph

PH PPHH PPHh PpHH PpHh


(putih) (putih) (putih) (putih)

Ph PPHh PPhh PpHh Pphh


(putih) (putih) (putih) (putih)

pH PpHH PpHh ppHH ppHh


(putih) (putih) (hitam) (hitam)

ph PpHh Pphh ppHh pphh


(putih) (putih) (hitam) (pirang)

 Perbandingan fenotipe anjing putih : hitam : pirang = 12 : 3 : 1


 Epistasis resesif
 Pada epistasis resesif terdapat suatu gen bersifat resesif yang bersifat
epistasis terhadap gen dominan yang bukan alelnya.(pasangannya).
 Contoh pada pewarisan warna bulu tikus.
 Warna bulu tikus di tentukan oleh gen-gen berikut :
Gen B menentukan warna hitam
Gen b menentukan warna cokelat
Gen C menyebabkan produksi pigmen warna normal
Gen c penghambat munculnya pigmen warna dan bersifat epistasis
 Seekor tikus hitam BBCC di silangkan dengan seekor tikus albino bbcc.
 Semua F1 akan berwarna hitam BbCc.
 Lalu jika generasi F1 di silangkan sesamanya (BbCc >< BbCc), masing-
masing tikus akan menghasilkan gamet (BC, Bc, bC, bc)
Diagram persilangan

P1 : BBCC >< bbcc


(hitam) (albino)
Gamet : BC bc
F1 : BbCc
(hitam)
P2 : BbCc >< BbCc
(hitam) (hitam)
Gamet : BC BC
Bc Bc
bC bC
bc bc
F2 :

BC Bc bC bc

BC BBCC BBCc BbCC BbCc


(hitam) (hitam) (hitam) (hitam)

Bc BBCc BBcc BbCc Bbcc


(hitam) (albino) (hitam) (albino)

bC BbCC BbCc bbCC bbCc


(hitam) (hitam) (cokelat) (cokelat)

bc BbCc Bbcc bbCc bbcc


(hitam) (albino) (cokelat) (albino)

 Perbandingan fenotipe tikus hitam : cokelat : albino = 9 : 3 : 4.


Penentuan jenis kelamin

 Proses reproduksi seksual yang merupakan salah satu cara pewarisan sifat
selalu melibatkan individu jantan dan betina yang merupakan induknya.
 Tetapi samakah cara penentuan jenis kelamin pada semua jenis makhluk
hidup? Ternyata tidak, sebab pola-pola penentuan jenis kelamin berbeda-
beda.
 Pada Drosophila melanogaster terdapat empat pasang kromosom, baik pada
jantan maupun betina.
 Dari empat pasang kromosom tersebut, tiga pasang kromosom adalah sama,
baik jantan maupun betina yang selanjutnya di sebut autosom.
 Sedang sepasang lainnya sedikit berbeda.
 Pada Drosophila melanogaster betina pasangan ke empat ini terdiri dari dua
batang kromosom yang di beri notasi XX sedang pada yang jantan pasangan
ke empat ini terdiri atas satu kromosom berbentuk batang lurus dan satu
kromosom berbentuk batang berkait yang di beri notasi XY.
 Kromosom X dan kromosom Y di sebut sebagai kromosom kelamin atau
gonosom.
 Sama halnya dengan autosom, maka kromosom kelamin sewaktu berlangsung
pembelahan reduksi akan di wariskan kepada gamet-gamet yang akan di
bentuk secara bebas.
 Beberapa pola penentuan jenis kelamin, antara lain tipe XY, tipe protenor (XO),
tipe ZW (abraxas), dan juga pada kasus partenogenesis.
tipe XY

 Metode XY merupakan cara yang Diagram persilangan


paling umum di lakukan untuk lalat, P : 22 AA + XX >< 22AA + XY

mamalia dan manusia. Gamet : 22 A + X 22 A + X


 Kromosom Y biasanya lebih kecil dan 22 A + Y
sedikit jumlahnya di bandingkan
F : 22 AA + XX (wanita)
dengan kromosom X.
22 AA + XY (pria)
 Sebagian besar kromosom X tidak
memunyai homolog kromsom Y.
 Individu jantan bersifat
heterogametik pada manusia dan
kebanyakan hewan sehingga
dominan dalam menentukan jenis
kelamin anak.
 Contoh pada manusia.
Tipe XO (tipe protenor)

 Terdapat pada beberapa jenis Diagram persilangan


serangga saja, yakni pada belalang P : 11 AA + XX >< 11 AA + XO
dan kutu daun.
Gamet : 11 A + X 11 A + X
 Pada Orthoptera (misalnya 11 A + O
belalang) dan Heteroptera (misalnya
kepik), yang jantan mempunyai F : 11 AA + XX (wanita)
jumlah kromosom kurang satu dari 11 AA + XO (pria)

jumlah diploidnya.
 Dalam hal ini tidak ada kromosom Y.
 Belalang betina mempunyai jumlah
kromosom diploid 24 (22 + XX),
sedangkan yang jantan hanya
mempunyai 23 (22 + X) dengan dua
macam sperma, yaitu yang berisi
dua belas kromosom ( 11 + X ), dan
yang berisi hanya sebelas kromosom
saja, tanpa kromosom X dan Y.
tipe ZW (abraxas)

 Terdapat pada burung, ikan, kupu- Diagram persilangan


kupu, dan ngengat. P : 19 AA + ZW >< 19 AA + ZZ
 Induk betina (ibu) bersifat
Gamet : 19 A + Z 19 A + Z
heterogametik (ZW) sehingga 1 9A + O
dominan dalam membentuk jenis
kelamin anak, sedangkan hewan F : 19 AA + ZZ (jantan)
jantan bergenotip homozigotik (ZZ). 19 AA + ZW (betina)

 Supaya pemberian simbol ini tidak


membingungkan dengan
penentuan jenis kelamin tipe XY,
maka tipe ini di sebut tipe ZW
dengan menggunakan simbol :
ZZ = individu jantan
ZW = individu betina.
partenogenesis

 Pada lebah madu dan semut terdapat peristiwa partenogenesis, yaitu


terjadinya individu baru dari sel telur tanpa di dahului oleh pembuahan.
 Pada lebah madu individu yang berkembang secara partenogenesis akan
menjadi lebah jantan, sedangkan yang berkembang secara pembuahan akan
menjadi lebh betina.
 Jadi lebah madu jantan adalah habloid sedang lebah madu betina adalah
diploid.
Individu jantan = 16 kromosom
Individu betina = 32 kromosom
Pautan, pindah silang dan gagal berpisah

 Penyimpangan yang jelas terlihat dari hukum Mendel adalah adanya kasus
pautan, pindah silang dan gagal berpisah.

 Pada kasus ini rasio fenotipe yang di hasilkan tidak lagi mencerminkan angka
yang di kemukakan oleh Mendel.
Pautan (linkage)

 Merupakan peristiwa dimana beberapa gen terdapat pada sebuah


kromosom.
 Orang yang berjasa dalam menemukan adanya pautan adalah Thomas Hunt
Morgan (1866-1945).
 Morgan menggunakan lalat Drosophila dalam penelitiannya.
 Pada lalat Drosophila di temukan empat pasang kromosom.
 Jadi, Drosophila memiliki delapan buah kromosom
 Sampai sekarang telah di ketahui lebih dari 5.000 gen terdapat pada lalat
Drosophila, hal ini berarti setiap kromosom mengandung ratusan gen.
 Dua gen yang letaknya berdekatan di dalam satu kromosom kemungkinan
untuk berpisah sangat kecil.
 Oleh karena itu gen-gen yang sangat berdekatan letaknya dalam satu
kromosom tidak akan mengikuti hukum pemisahan bebas menurut Mendel
sewaktu pembelahan meiosis (berangkai sempurna).
 Jika di kawinkan lalat betina warna kelabu bersayap panjang dengan lalat
jantan warna hitam bersayap pendek, sedang gen untuk gen warna tubuh dan
gen yang memengaruhi bentuk sayap berangkai adalah sebagai berikut
K : gen untuk warna tubuh kelabu
k : gen untuk warna tubuh hitam
P : gen untuk sayap panjang
p : gen untuk sayap pendek

 K dan P adalah gen-gen berangkai sempurna, maka persilangannya adalah


sebagai berikut :
Diagram persilangan

P1 : (KP) (KP) >< (kp) (kp)


(tubuh kelabu, (tubuh hitam,
sayap panjang) Sayap pendek)
Gamet : (KP) (kp)
F1 : (KP) (kp)

P2 : (KP) (kp) >< (KP) (kp)


(tubuh kelabu, (tubuh kelabu,
sayap panjang) Sayap panjang)
F2 :
(KP) (kp)

(KP) (KP) (KP) (KP) (kp)


(tubuh kelabu, sayap panjang) (tubuh kelabu, sayap panjang)

(kp) (KP) (KP) (kp) (kp)


(tubuh kelabu, sayap panjang) (tubuh hitam, sayap pendek)
 Tubuh kelabu, sayap panjang : tubuh hitam, sayap pendek = 3 : 1.
 Peristiwa semacam itu bisa terjadi karena adanya pautan antara gen-gen yang
berdekatan.
 Bandingkan kalau K dan P bukan merupakan gen-gen yang berangkai.
 Jadi, K terletak pada suatu kromosom sedang P pada kromsom lain, maka hasil
persilangannya akan seperti berikut ini :

P1 : KKPP >< kkpp


Gamet : KP kp
F1 : KkPp
P2 : KkPp >< KkPp
F2 :

KP Kp kP kp

KP KKPP KKPp KkPP KkPp


(tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh kelabu,
Sayap panjang) Sayap panjang) Sayap panjang) Sayap panjang)

Kp KKPp KKpp KkPp Kkpp


(tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh kelabu,
Sayap panjang) Sayap pendek) Sayap panjang) Sayap pendek)

kP KkPP KkPp kkPP kkPp


(tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh hitam, (tubuh hitam,
Sayap panjang) Sayap pendek) Sayap panjang) Sayap panjang)

kp KkPp Kkpp kkPp Kkpp


(tubuh kelabu, (tubuh kelabu, (tubuh hitam, (tubuh hitam,
Sayap panjang) Sayap pendek) Sayap panjang) Sayap pendek)

 Hasil persilangan seperti ini tidak beda dengan persilangan dihibrid biasa.
Pindah silang (crossing over)

Jika dalam gen-gen K dan P pada


Drosophila merupakan gen-gen berangkai
yang letaknya berjauhan satu sama lain,
maka akan lain keadaannya.
Disini F1 membentuk empat macam gamet,
disebabkan terjadinya pindah silang
sewaktu terjadi meiosis (rangkai tak
sempurna)
Proses Pindah silang (crossing over)

K k K K k k K k K k

P p P p P p P P p p

Meiosis Terjadi
Mula-mula Hasil pindah
Pindah silang pindah silang silang
Keterangan F1 (KP) (kp) akan membentuk
empat macam gamet:
(KP) : gamet yang tidak mengalami pindah
silang
(kp) : gamet yang tidak mengalami pindah
silang
(Kp) : gamet yang mengalami pindah silang
(kp) : gamet yang mengalami pindah silang
Gamet-gamet yang mengalami pindah silang
jumlahnya hanya sedikit.
Pindah silang ini terjadi pada profase dari meiosis di
waktu telah terbentuk empat kromatid dari tiap
pasang kromosom homolog.
Pindah silang (crossing over) ialah peristiwa penukaran
segmen daripada kromatid yang satu dengan kromatid
yang lainnya dari sepasang kromosom homolog.
Dengan adanya pindah silang ini akan di hasilkan
empat macam gamet yang lainnya memiliki tipe
berbeda dari induknya
Untuk mengetahui ada tidaknya
pindah silang bisa di lakukan
dengan cara test cross yaitu
mengawinkan F1 dengan
induknya yang homozigot
resesif.
Contoh :
P : (KP) (kp) >< (kp) (kp)
(tubuh kelabu (tubuh hitam,
sayap panjang) sayap pendek)
Gamet : (KP) (kp)
(Kp)
(kP)
(kp)
F2 :
(kp) Fenotipe Frekuensi

(KP) (KP) (kp) Tubuh kelabu, sayap 586


panjang
(Kp) (Kp) (kp) Tubuh kelabu, sayap 111
pendek
(kP) (kP) (kp) Tubuh hitam, sayap 106
panjang
(kp) (kp) (kp) Tubuh hitam, sayap 465
pendek
Hasil test cross ini tidak sesuai dengan hukum
Mendel untuk dihibrid.
Pada test cross dihibrid seharusnya menghasilkan
fenotipe dengan rasio 1:1:1:1.
Perbedaan rasio fenotipe ini pertama kali
diketahui oleh Morgan dalam penelitiaanya yang
menggunakan lalat Drosophilla.
Perbedaan rasio fenotip ini terjadi karena gen
mengalami pindah silang hanya sedikit.
Dengan adanya pindah silang yang menghasilkan
tipe parental dan rekombinan, maka dapat di
tentukan nilai pindah silang (NPS).
Nilai pindah silang dirumuskan:

Jumlah tipe rekombinan


NPS = X 100%
Jumlah seluruh idividu
Pindah silang juga dipengaruhi oleh letak gen
yang mengalami pautan.
Ada dua macam bentuk pautan gen yaitu
coupling phase dan repulsion phase.
Keadaan dimana kedua gen dominan dan gen
resesif terdapat pada satu kromosom sedangkan
kedua gen alel-alelnya resesif terangkai pada
kromosom homolognya disebut coupling phase
(KP) (kp).
Keadaan dimana gen dominan dan gen
resesif terdapat pada satu kromosom
dari sepasang kromosom homolog,
sedang gen dominan dan gen resesif
lainnya terdapat pada kromosom
lainnya disebut repulsion phase (Kp)
(kP).
Pada contoh persilangan di atas,
pindah silang terjadi pada gen yang
terpaut secara coupling phase.
Nilai frekuensi fenotipe akan
berbeda apabila gen terpaut secara
repulsion phase.
Perhatikan persilangan berikut :
P : (Kp) (Kp) >< (kP) (kP)
(tubuh kelabu, (tubuh hitam, sayap
pendek) sayap panjang)

Gamet : (Kp) (kP)


F1 : (Kp) (kP)
(tubuh kelabu,
sayap panjang)
Apabila F1 dilakukan test cross maka akan
dihasilkan persilangan sebagai berikut:
P2 : (Kp) (Kp) >< (kp) (kp)
F2 :
(kp) Fenotipe Frekuensi

(KP) (KP) (kp) Tubuh kelabu, sayap panjang 338

(Kp) (Kp) (kp) Tubuh kelabu, sayap pendek 1315

(kP) (kP) (kp) Tubuh hitam, sayap panjang 1552

(kp) (kp) (kp) Tubuh hitam, sayap pendek 294


Fenotipe Perkawinan Perkawinan
coupling phase repulsion phase
Tubuh kelabu, sayap 588 n 338 I
panjang
Tubuh kelabu, sayap 111 I 1315 n
pendek
Tubuh hitam, sayap 106 I 1552 n
panjang
Tubuh hitam, sayap 485 n 294 I
pendek
Pada kedua persilangan tersebut, tipe-
tipe baru muncul sebagai akibat adanya
pindah silang.
Tipe-tipe yang menyerupai induk
tersebut disebut tipe parental, sedang
tipe-tipe baru yang menyimpang dari
tipe induk disebut tipe rekombinan.
Dengan menggunakan rumus nilai pindah silang :

jumlah tipe rekombinan


X 100%
jumlah hasil

Maka persentase rekombinasi pada perkawinan persilangan coupling phase :

111 + 106
x 100% = 17,11%
1268
Sedang persentase rekombinasi pada persilangan repulsion phase :

1351 + 152
X 100% = 8,19%
3499
Hasil F2 pada kedua persilangan tersebut
diatas berbeda disebabkan karena letak dari
gen-gen dominan berlainan.

Hasil F2 pada keadaan coupling phase


menunjukkan perbandingan = n :1:1:n,
sedangkan hasil F2 pada keadaan repulsion
phase menunjukkan perbandingan = 1 : n : n
:1
Gagal berpisah/nondisjunction
Pada lalat buah betina sewaktu
pembentukan sel telur ada kmungkinan
bahwa kedua kromosom tetap berkumpul
selama pembelahan reduksi, peristiwa ini
disebut gagal berpisah atau nondisjunction.
Dengan demikian akan terbentuk dua
macam sel telur.
 Gagal berpisah akan memengaruhi macam keturunan.
P : 3AA + XX >< 3AA + XY
gamet : 3A + XX 3A + X
3A 3A + Y
F1:

3A + X 3A + Y
3A + XX 3AA + XXX 3AA + XXY
(super ) ( )
3A 3AA + X 3AA + Y
( steril ) ( mati)
Melihat kenyataan bahwa lalat 3AA + XXY, adalah lalat
betina, sedang lalat 3AA + X adalah lalat jantan maka
dapat diambil kesimpulan bahwa :

Y kromosom pada Drosophilla bukanlah kromosom yang


menentukan jenis kelamin.

Y kromosom penting untuk menentukan fertilitas bagi


Drosophilla jantan, karena lalat 3AA + X membentuk
spermatozoa yang tidak dapat bergerak sehingga ia steril.
Jadi, baik kromosom XX maupun XY pada lalat bukanlah
merukanlah dasar untuk menentukan jenis kelamin.
Rangkai kelamin

 Beberapa karakter ada yang terpaut pada sel kelamin


di sebut rangkai kelamin.

 Gen yang terpaut kromosom kelamin ini ada yang


terpaut kromosom X dan ada pula yang terpaut pada
kromosom Y.

 Pewarisan sifat seperti ini menyebabkan adanya pola


tertentu yang ekspresinya juga khusus.
Peristiwa dimana gen melekat pada komosom
kelamin disebut rangkai kelamin (sex-lingkage).
Pada wanita terdapat kromosom kelamin XX,
sehingga ia dapat disebut homogametik.
Pada pria terdapat kromosom kelamin XY,
sehingga ia dapat di sebut heterogametik.
Pada manusia banyak penyakit-penyakit
menurun yang disebabkan oleh gen-gen yang
letaknya pada X kromosom, misalnya hemofili,
buta warna, dan anodonsia.
hemofili
Merupakan penyakit keturunan yang
menyebabkan darah sukar membeku kalau
terjadi luka.bila seorang wanita normal
kawin dengan seorang pria hemofili dan di
asumsikan bahwa :
H : normal
h : hemofili
Maka :
P : XH XH >< Xh Y
(normal) (hemofili)

Gamet : XH Xh
Y
F : XH Xh (wanita karier)
XH Y (pria normal)
Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria hemofili maka:

P : X H Xh >< Xh Y
(karier) (hemofili)

Gamet : XH Xh
Xh Y

F : XH Xh (wanita karier)
XH Y (pria normal)
XhXh (letal dalam kandungan)
XhY (pria hemofili)
Buta warna
Bila seorang wanita penglihatan normal kawin dengan seorang pria buta warna dan diasumsikan :

P : XC XC >< Xc Y
(normal) (buta warna)

Gamet : XC Xc
Y
F : XC Xc (wanita karier)
XH Y (pria normal)

Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria buta warna maka:

P: XC Xc >< Xc Y
(karier) (hemofili)

Gamet : XC Xc
Xc Y

F : XC Xc (wanita karier)
Xc Xc (wanita buta warna)
XC Y (pria penglihatan normal)
Xc Y (pria buta warna)
anadonsia
Merupakan penyakit keturunan yang
menyebabkan gigi tidak tumbuh.
Gen pembawa anadonsia bersifat resesif.
Bila seorang wanita normal kawin dengan
seorang pria anadonsia dan di asumsikan bahwa :
A : normal
a : anadonsia
maka :
P : XA XA >< Xa Y
(normal) (anadonsia)

Gamet : XA Xa
Y
F : XA Xa (wanita karier)
XA Y (pria normal)

Bila seorang wanita karier kawin dengan seorang pria anadonsia maka:

P: X A Xa >< Xa Y
(karier) (anadonsia)

Gamet : XA Xa
Xa Y

F : XA Xa (wanita karier)
XA Y (pria normal)
Xa Xa (wanita anadonsia)
Xa Y (pria anadonsia)
Karier adalah suatu individu yang fenotipenya normal, tetapi sesungguhnya
Gen letal
Gen letal adalah gen yang menyebabkan
kematian jika dalam keadaan homozigot, baik
dalam bentuk homozigot dominan maupun
homozigot resesif.
Gen letal mengakibatkan keturunan menyimpang
dari hukum Mendel, karena pada perkawinan
monohibrid menghasilkan perbandingan
fenotipe 2 : 1, bukan 3 : 1.
Gen letal dominan
Gen dominan C pada ayam. Ayam bergenotipe
CC letal (mati), sedangkan dalam keadaan
heterozigot (Cc) menyebabkan ayam berkaki
pendek disebut redep (creeper). Ayam
bergenotipe cc bersifat normal.
Pada manusia terdapat gen B penyebab jari
pendek (brkhidaktili). Dalam keadaan
Hereditas pada manusia

 Pola pewarisan sifat pada manusia beragam.

 Ada gen-gen tertentu yang menyebabkan timbulnya kelainan yang terpaut


kromosom tubuh (autosom) dan ada pula yang terpaut pada kromosom
kelamin (gonosom).

 Beberapa gen yang terpaut kromosom autosom antara lain albino,


gangguan mental, polidaktili.

 Gen yang terpaut kromosom kelamin antara lain hemofili, buta warna.

Anda mungkin juga menyukai