Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOLOGI UMUM II

"GENETIKA SEKS”

Di susun oleh :

Azizah Dwi Nur Savitri (18312244014)

Latifah Dwi Kustantri (18312244016)

Muhammad Arya Sumbogo (18312244023)

Rahma Syahri (18312244030)

KELAS : PENDIDIKAN IPA D 2018

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Apabila kita berbicara tentang jenis kelamin/ sex dari suatu makhluk hidup tentu perhatian
kita akan tertuju pada adanya makhluk berjenis kelamin jantan dan betina. Perbedaan jenis
kelamin pada umumnya dipengaruhi oleh dua faktor :

1. Faktor Lingkungan, biasanya yang mengambil peranan disini adalah keadaan


fisiologis. Jika kadar hormon kelamin dalam tubuh tidak seimbang penghasilan atau
peredarannya, maka pernyataan fenotip pada suatu makhluk mengenai kelaminnya
dapat berubah. Akibatnya watak kelaminnya mengalami perubahan.
2. Faktor Genetik, pada umumnya dapat dikatakan bahwa faktor genetik lah yang
menentukan jenis kelamin suatu makhluk hidup. Oleh karena bahan genetik terdapat
di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terdapat dalam komposisi
kromosom

Penyelidikan pertama tentang adanya hubungan antara kromosom dengan perbedaan jenis
kelamin telah dilakukan oleh seorang biologi berkebangsaan Jerman bernama H.Henking
pada tahun 1891. Ia dapat menemukan adanya struktur tertentu dalam nukleus beberapa
serangga melalui spermatogenesis. Dikatakan bahwa separuh dari jumlah spermatozoa pada
serangga itu memiliki struktur tersebut. Sedangkan yang lainnya tidak. Henking tidak
mengatakan tentang pentingnya struktur tersebut melainkan hanya menamakannya "badan X"
yang membedakan spermatozoa atas yang memiliki dan tidak memiliki badan X.

Pada tahun 1902, C.E.Mc.Clung membenarkan penemuan Henking dan melanjutkan


penyelidikannya tentang kromosom pada berbagai jenis belalang. Ia tidak dapat menemukan
badan X dalam sel telur belalang betina. Berhubungan dengan itu ia menegaskan bahwa
badan X ada hubungannya dengan penentuan jenis kelamin.

2
B. Pertanyaan
1. Apa itu penentuan jenis kelamin dan system yang digunakan?
2. Apa saja gen-gen yang terpaut kromosom?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu penentuan jenis kelamin dan system yang digunakan dalam
penentuannya
2. Mengetahui apa saja yang termasuk gen-gen yang tepaut kromosom
D. Metodologi
Metodologi yang kami gunakan yaitu diskusi bersama dan studi literatur

3
BAB II
ISI
1. Penentuan jenis kelamin

Penentuan jenis kelamin adalah sebuah sistem biologis yang menentukan


perkembangan karakteristik seksual organisme. Kebanyakan organisme yang
menciptakan keturunannya menggunakan reproduksi seksual mempunyai dua jenis
kelamin.

Mekanisme penentuan jenis kelamin sangat bervariasi sehingga tidak dapat diterapkan
untuk semua spesies secara umum. Pada organisme yang melakukan
perkembangbiakan secara seksual memiliki faktor yang berperan dalam penentuan
jenis kelamin yaitu,adanya kromosom seks dan interaksi antar gen dengan faktor
lingkungan (faktor lingkungan eksternal dan internal) (Suratsih,2003:53).

Pada manusia dan hewan mamalia lainnya, jenis kelamin ditentukan oleh sepasang
kromosom kelamin: XY pada pria dan XX pada wanita. Kromosom adalah sebuah
struktur di dalam nukleus yang berupa deret panjang molekul DNA dan informasi
genetik suatu organisme. Pada manusia, kebanyakan kromosom kita berpasangan
secara homolog. Dua kromosom dari pasangan homolog mengandung informasi dasar
yang sama (gen yang sama dalam urutan yang sama), tetapi mungkin membawa versi
berbeda dari gen-gen tersebut. Manusia laki-laki memiliki dua kromosom kelamin, X
dan Y. Tidak seperti 44 autosom (kromosom non kelamin), kromosom X dan Y tidak
membawa gene yang sama dan tidak termasuk homolog. Berbeda dengan manusia
wanita, wanita mempunyai dua kromosom X (XX). Kromosom X ini membentuk
pasangan homolog.

a. Tipe XX, XO, ZZ, ZW


 Tipe XX-XY
Pada manusia dan kebanyakan mamalia lain ada dua kromosom seks yang
berbeda atau heteromorphic yaitu kromosom X dan Y. Pada laki-laki normal
memiliki 22 pasang autosom dan masing-masing satu kromosom seks X dan
Y. Perempuan juga memiliki 22 pasang autosom tetapi kedua kromosom seks
nya adalah X. Jika menyangkut kromosom seks laki-laki menghasilkan dua
jenis gamet disebut jenis kelamin heterogametik, sedangkan perempuan
4
menghasilkan hanya satu jenis gamet disebut jenis kelamin homogametik
(Susan,2007:93).
Setiap gen pada kromosom X misalkan drosophila sp, manusia, dll. Gen
berpaut seks pertama yang ditemukan
pada lalat drosophila adalah mutasi mata
putih resesif bila dilakukan persilangan
antara drosophila betina mata putih
dengan jantan mata merah liar, maka
keturunan jantan mempunyai mata putih seperti induk betina, sedangkan
keturunan betina mempunyai mata merah seperti induk jantan (Stanfield,
william.1991:79).
 Tipe ZZ-ZW
Pada kebanyakan burung amfibi reptil dan ikan kromosom seks yang terdapat
dalam sel telur(bukan sperma) menentukan jenis kelamin anak. Individu jantan
adalah homogametik sedangkan individu betina adalah heterogametik untuk
kromosom jantan diberi tanda ZZ dan pada betina ZW (campbell,2010:313).

(Sumber : Susan,2007:95)

 Tipe XX-XO
Tipe ini biasanya berlaku pada belalang, jangkrik dan beberapa jenis serangga
lainnya. Penentuan jenis kelamin dapat dilihat dari perbedaan jumlah
kromosom X. Individu betina memiliki 2 kromosom kelamin XX, sedangkan
individu jantan hanya mempunyai 1 kromosom kelamin yaitu XO. Jenis
kelamin anak ditentukan oleh sel sperma yang mengandung kromosom X atau
tidak mengandung kromosom seks(Suratsih,2003:54).

(Susan,2007:92)

5
 Tipe ZZ-ZO
Tipe ini berlaku untuk unggas (ayam,itik,dll). Pada
tipe ini betina dikatakan heterogametik karena
hanya mempunyai sebuah kromosom kelamin saja.
Sedangkan pada ayam jantan adalah ZZ dan ayam
betina adalah ZO (Suryo,1996:126).

(Susan,2007:95)

 Tipe Ploidi

Pada lebah dan hymenoptera lainnya penentuan jenis kelamin ditentukan oleh
pasangan kromosom terutama pada sel telurnya jika sel telur (haploid) dibuahi
oleh spermatozoa (haploid) terjadilah lebah betina (lebah pekerja) yang
mengandung kromosom diploid (2n). Tetapi jika sel telur (haploid)
berkembang secara partenogenesis maka terjadilah lebah jantan
(haploid)(Suryo,1996:126)

 Pada tumbuhan

Tumbuhan umumnya mempunyai bunga hermafrodit ( pada satu bunga


terdapat benang sari dan putik). Karena itu tidak dibedakan sex terkecuali pada
tumbuhan berumah dua seperti salak (Salaca edulis), seks ditentukan menurut

b. Nondisjunction (Peristiwa Gagal Berpisah pada D.melanogaster )

Gagal berpisah merupakan suatu peristiwa dimana bagian-bagiandari sepasang


kromosom yang homolog tidak bergerak memisahkan diri sebagaimana mestinya pada
meiosis I, atau dimana kromatid saudara gagal berpisah selama meiosis II, sehingga
satu gamet menerima dua jenis kromosom yang sama dan satu gamet lainnya tidak
mendapat salinan sama sekali (Campbell dkk, 2002). Dalam hal ini kedua kromosom
kelamin X gagal memisah selama meiosis sehingga keduanya menuju ke kutub yang
sama dan terbentuklah telur yang memiliki dua kromosom kelamin X maupun yang
tidak memiliki kromosom kelamin X (Corebima, 2003). Kejadian gagal berpisah
(nondisjunction) pada D. melanogaster dikemukakan oleh Bridges tahun 1916.
Tamarin dkk, (1991) dalam Novitasari (1997) menjelaskan bahwa kejadian
6
nondisjunction tersebut dijelaskan melalui kejadian nondisjunction pada betina
bermata putih dalam hal ini betina bermata putih yang mengalami nondisjunction saat
meiosis akan menghasilkan telur XwXw dan 0 telur (tanpa kromosom sex), jika telur
XwXw dibuahi oleh Y yang dibawa sperma akan dihasilkan keturunan betina bermata
putih (XwXwY). jikatelur tanpa kromosom sex dibuahi oleh X yang dibawa sperma,
akan menghasilkan keturunan jantan norma (X+0). Tipe lain dari kejadian
nondisjunction adalah telur XX yang akan dibuahi oleh X yang dibawa sperma dan
telur 0 yang akan dibuahi oleh Y yang akan dibawa sperma. Zigot XXX yang
bergenotip XnXnX+ (betina) biasanya mati dan lalat Y0 selalu mati.Contoh
persilangan antara D. melanogaster strain N ♀>< w ♂ yang menghasilkan keturunan
nondisjunction.

Peristiwa nondisjunction dibedakan menjadi nondisjunction primer dan sekunder.


Nondisjunction primer dapat terjadi pada induk lalat yang belum mengalami
nondisjunction atau lalat normal, sedangkan nondisjunction sekunder terjadi pada
keturunan yang merupakan hasil nondisjunction primer.Peristiwa itu disebut sebagai
gagal berpisah sekunder karena kejadiannya berlangsung pada turunan dari individu
betina, yang keberadaannya merupakan produk gagal berpisah primer. Dalam hal ini
individu betina yang dimaksud memiliki dua kromosom kelamin X dan satu
kromosom Y. Frekuensi kejadian gagal berpisah sekunder (sebagaimana yang
dilaporkan) adalah sekitar 100 kalilebih tingga (1 dalam 25 turunan) daripada
frekuensi kejadian gagal berpisah primer (1 dalam 2000 turunan). (Corebima,
2003:66).

2. Gen-gen terpaut kromosom kelamin


a. Gen-gen yang terdapat dalam kromosom X
Gen yang terletak pada kromosom seks manapun disebut gen terpaut seks atau “sex-
linked gene”. Gen-gen yang tertaut seks mengikuti pola sebagai berikut, ayah mewariskan
alel-alel tertaut seksnya kepada semua anak perempuannya dan tidak satupun pada anak
laki-laki. Sedangkan ibu mewariskan alel-alel tertaut seks kepada anak laki-laki maupun
perempuan (Campbell, 2010 : 314).

7
1. Pautan seks pada hewan

 Warna mata pada lalat buah (Drosophila melanogaster)

Gen pautan seks pada lalat buah adalah gen penentu warna mata. Lalat buah normal akan
memiliki warna mata berwarna merah yang dipengaruhi oleh gen dominan W yang terpaut
pada kromosom X. Sementara itu, alelnya yaitu gen w akan mempengaruhi warna mata
putih dan bersifat resesif. Adanya peristiwa terpaut seks mula-mula ditemukan oleh T.H.
Morgan. Pada suatu hari, ia menemukan lalat Drosophila jantan berwarna putih, sedangkan
yang normal bermata merah. Oleh karena yang bermata putih itu menyimpang dari yang
normal maka lalat itu dinamakan mutan.Warna mata pada Drosophila melanogaster, A.
Betina bermata merah (normal); B. Jantan berwarna putih (mutan).

Morgan segera mengawinkan lalat jantan bermata putih itu dengan lalat betina normal
(bermata merah) dan mendapatkan lalat-lalat keturunan F1 yang semuanya normal (bermata
merah), baik yang betina maupun yang jantan. Ketika lalat-lalat F1 dikawinkan didapatkan
keturunan F2 yang memperlihatkan perbandingan ¾ bermata merah, ¼ bermata putih. Kecuali
itu, lalat F2 betina semuanya bermata merah, tetapi separuh dari jumlah lalat jantan bermata
merah sedang separuh yang lainnya bermata putih.

Perkawinan resiproknya memberi keturunan yang berlainan, yaitu semua lalat betina dalam
F1 bermata merah sedangkan semua lalat jantan bermata putih. Dalam keturunan F2 baik
yang betina maupun yang jantan memisah 50% bermata merah dan 50% bermata
putih.Berdasarkan hasil beberapa percobaan perkawinan yang dilakukannya itu, Morgan
mengambil kesimpulan bahwa gen penyebab mata berwarna putih itu adalah resesif dan
terdapat pada kromosom-X.

Alel ganda pada Drosophila


Banyak variasi tentang warna mata pada lalat ini dan warna mata itu berderajat, mulai
dari merah tua dan merah terang sampai pada warna putih. Berbagai macam warna itu
merupakan mutan yang ditentukan oleh suatu seri alel ganda. Alel yang dominan adalah w+,
sedang yang resesif adalah w.
Tabel Warna Mata pada Drosophila (disusun mulai dari yang paling dominan ke yang paling
resesif).

8
Genotip Lalat Warna mata

Merah tua (lalat normal)


w+w+

Merah nyata
col col
w w

Satsuma
sat sat
w w

Koral (karang)
co co
w w

Anggur
w w
w w

Buah talok (“cherry”)


ch ch
w w

Eosin
e e
ww

Darah
wblwbl

Aprikot
wawa

Kulit penggosok (“buff”)


wbfwbf

Ww Putih

 Warna bulu pada kucing

Pautan seks pada kucing terdapat pada gen yang menentukan warna bulu kucing. Gen
ini terpaut pada kromosom X dan menimbulkan warna hitam atau coklat. Kucing jantan dapat

9
memiliki bulu berwarna hitam atau coklat dengan kombinasi warna putih. Hal ini karena
kucing jantan hanya memiliki satu kromosom X yang berisi gen warna hitam atau coklat saja.
Sementara itu, kucing betina dapat memiliki bulu dengan kombinasi warna hitam, coklat, dan
putih. Hal ini karena kucing betina memiliki dua buah kromosom X dengan kemungkinan
masing-masing kromosom berisi gen yang berbeda, yaitu hitam dan coklat.

(Diunduh dari https://wicaktini.wordpress.com pada tanggal 3 Februari 2019 pukul 23.40


WIB)

2. Pautan seks pada manusia

 Buta warna

Orang yang menderita buta warna tidak dapat membedakan warna-warna tertentu, buta
warna merah hijau, tidak mampu membedakan warna merah dan hijau. Buta warna ini
dikendalikan oleh gen resesif. Gen ini terpaut dalam kromosom X.

Terdapat 5 kemungkinan genotipe, yaitu:

1. XC XC : wanita normal
2. Xc Xc : wanita buta warna
3. XC Xc : wanita pembawa buta warna/karier
4. XC Y : pria normal
5. Xc Y : pria buta warna
Wanita karier atau pembawa artinya wanita yang secara fenotipe normal tetapi secara
genotipe dia membawa alel sifat resesif untuk buta warna.

 Hemofilia

Hemofilia merupakan kelainan dimana seseorang darahnya tidak dapat/sulit membeku bila
luka. Luka kecil pun dapat menyebabkan penderita meninggal karena terjadi pendarahan yang
terus-menerus. Gen yang mengendalikan sifat ini adalah gen resesif dan terpaut dalam
kromosom X. Dalam keadaan homozigot resesif gen ini bersifat letal (menimbulkan
kematian).
Beberapa kemungkinan susunan genotip adalah:

1. XH XH : wanita normal

10
2. Xh Xh : wanita hemofilia bersifat letal
3. XH Xh : wanita pembawa/karier
4. XH Y : pria normal
5. Xh Y : pria hemophilia
(Diunduh dari https://www.seppuloeppa.com pada tanngal 3 Februari 2019 pukul
23.49 WIB)

b. Gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin


Selain mempengaruhi perbedaan ekspresi gen di antara jenis kelamin, hormon
kelamin juga dapat membatasi ekspresi gen pada salah satu jenis kelamin. Gen yang
hanya dapat diekspresikan pada salah satu jenis kelamin dinamakan gen terbatasi
kelamin (sex limited genes). Contoh gen semacam ini adalah gen yang mengatur
produksi susu pada sapi perah, yang dengan sendirinya hanya dapat diekspresikan
pada individu betina. Namun, individu jantan dengan genotipe tertentu sebenarnya
juga mempunyai potensi untuk menghasilkan keturunan dengan produksi susu yang
tinggi sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam upaya pemuliaan ternak
tersebut.

Pada laki-laki dikenal tanda-tanda kelamin sekunder, seperti kumis, janggut,


suara besar, walaupun banyak juga laki-laki yang tidak berkumis, tak berjanggut dan
memiliki suara kecil. Pada perempuan, tanda itu berupa tumbuhnya payudara. Tanda
kelamin sekunder itu dipengaruhi oleh hormon kelamin. Kegiatan hormon seperti ini
dipengaruhi oleh gen-gen yang ekspresinya terbatas pada salah satu jenis kelamin saja
(sex limited genes), walapun gen-gen tersebut terdapat pada kedua jenis kelamin.
Contoh lainnya adalah kupu semanggi jantan selalu berwarna kuning, tetapi yang
betina ada yang kuning dan ada yang putih (Suryo, 1996 : 150-151).

c. Gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin

Gen yang dipengaruhi oleh jenis kelamin adalah gen autosomal yang membedakan antara
laki-laki dan perempuan karena dipengaruhi factor lingkungan internal yakni perbedaan kadar
hormon kelamin antara laki-laki dan perempuan. Sifat yang diturunkan oleh gen dikenal
sebagai sifat (karakter) menurun yang dipengaruhi oleh jenis kelamin. Salah satu contoh sifat

11
menurun pada manusia yang dipengaruhi oleh jenis kelamin adalah panjang jari telunjuk
(Agus dan Sjafaraenan, 2013:92).

Gen-gen yang berhubungan langsung dengan kromosom ini bisa diturunkan melalui gen
autosom maupun gen gonosom (Nio,1990:118). Apabila gen itu terletak pada autosom, maka
laki-laki dan perempuan dapat diharapkan akan menerima gen itu dengan frekuensi yang
sama., sehinga masing-masing seks mempunyai peluang yang sangat besar untuk
menunjukkan diwariskannya gen tertentu. Tetapi apabila gen itu terletak pada kromosom-X
maka gen itu akan diwariskan menurut pola bersilang. Artinya gen yang terletak pada
kromosom-X itu tidak mungkin diwariskan oleh seorang ayah langsung kepada anak laki-laki
(Suryo, 2010:141).

a. Telunjuk panjang
Apabila kita meletakkan tangan kita pada suatu alas dimana terdapat sebuah garis
mendatar sedemikian rupa sehingga ujung jari manis menyentuh garis tersebut, maka
dapat diketahui apakah jari telunjuk lebih panjang ataukah lebih pendek daripada jari
manis. Pada kebanyakan orang ujung jari telunjuk tidak akan mencapai garis tersebut.
Berarti bahwa jari telunjuk lebih pendek dari jari manis. Jari telunjuk pendek
disebabkan oleh gen yang
dominan pada orang laki-laki,
tetapi resesif pada perempuan.
Ekspresi gen itu sebagai berikut
(Suryo,2010:227)

b. Kepala botak
Genotip adalah sifat dasar pada individu yang tidak tampak dan tidak berubah-ubah
karena lingkungan (misalnya gen kepala botak genotipnya adalah BB atau Bb).
Fenotip adalah sifat keturunan yang dapat dilihat warna, bentuk dan ukurannya
(misalnya seorang laki-laki dengan genotip Bb & BB memiliki fenotip kepala botak).
Alel adalah anggota dari sepasang gen yang membawa sifat berlawanan. Misalnya alel
B (huruf besar) memiliki pengaruh kepala botak, sedangkan alel b (huruf kecil)
membawa sifat kepala normal. Maka B dan b adalah sepasang alel (Suryo, 2008:145).

12
Jika kepala botak dipengaruhi gen di kromosom X maka tidak mungkin ayah dan anak
laki-laki mempunyai sifat yang sama. Namun jika ada pada kromosom Y juga tidak
mungkin karena ada perempuan yang tidak botak. Dapat disimpulkan bahwa kepala
botak disebabkan oleh gen yang dipengaruhi jenis kelamin "sex influenced genes".
Gen kepala botak dipengaruhi oleh jenis kelamin. Seorang laki-laki yang memiliki
pasangan gen BB dan Bb akan berkepala botak. Namun seorang perempuan baru akan
botak bila memiliki pasangan gen BB. Jadi gen kepala botak (B) bersifat dominan
pada laki-laki, sedangkan pada perempuan bersifat resesif (kalah dominan daripada
gen b) (Suryo, 2008:146).

13
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Penentuan jenis kelamin adalah sebuah sistem biologis yang menentukan


perkembangan karakteristik seksual organisme. Kebanyakan organisme yang
menciptakan keturunannya menggunakan reproduksi seksual mempunyai dua jenis
kelamin.

Mekanisme penentuan jenis kelamin sangat bervariasi sehingga tidak dapat diterapkan
untuk semua spesies secara umum. Pada organisme yang melakukan
perkembangbiakan secara seksual memiliki faktor yang berperan dalam penentuan
jenis kelamin yaitu,adanya kromosom seks dan interaksi antar gen dengan faktor
lingkungan (faktor lingkungan eksternal dan internal) (Suratsih,2003:53).

2. Gen-gen yang terpaut kromosom yaitu gen-gen yang terdapat dalam kromosom X,
gen-gen yang pengaruhnya terbatas pada jenis kelamin, dan gen yang dipengaruhi oleh
jenis kelamin.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Rosana dan Sjafaraenan.2013.Genetika.Makassar:Jurusan Biologi Universitas


Hasanuddin.

Campbell Neil.A.2002.Biologi edisi kelima jilid I.Jakarta : Erlangga.

Campbell,Neil A & Jane B.2010.Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1.Jakarta:Erlangga.

Corebima, A.D.2003.Genetika kelamin.Surabaya:Airlangga university press.

Dr. Zulfiani, M.pd.2013. Penentuan Jenis Kelamin.Diunduh dari


https://wicaktini.wordpress.com pada tanggal 3 Februari 2019 pukul 23.40 WIB.

Wawang Armansyah.2018. Pewarisan Sifat yang Terpaut dalam Kromosom Seks. Diunduh
dari https://www.seppuloeppa.com pada tanngal 3 Februari 2019 pukul 23.49 WIB.
Nio, Tjan kwiauw, 1990.Genetika Dasar.Bandung:Institut Teknologi Bandung Press.

Novitasari, Dewi.1997.Perbedaan frekuensi dan kecenderungan waktu munculnya berpisah


sekunder kromosm kelamin X antara drosophila melanogaster strain yellow dan
white apricot.Malang:UM.

Stansfield,William D.1991.Genetika Edisi Kedua.Jakarta:Erlangga.

Suratsih,Victoria Hebuhili.2003.Diktat Kuliah Genetika.Yogyakarta:UNY.

Suryo, 2008.Genetika.Yogyakarta:Universitas Gajah Mada Press.

Suryo, 2010.Genetika Manusia.Yogyakarta:Universitas Gajah Mada Press.

Suryo.1996.Genetika.Yogyakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Susan.2007.Schaum's Genetika.Jakarta:Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai