IDENTIFIKASI MINERAL
OLEH :
Nama
: Riyami
Nim
: G111 13 048
Kelompok
:1
Asisten
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Umumnya mineral berasal dari magma yaitu batuan cair dibawah permukaan
Alat yang digunakan pada praktikum Mineral adalah Daftar Isian Praktikum,
Penuntun praktikum, ATK, Cutter/pisau baja, Kawat, Kaca, Porselen/Tegel,
Garam, Jarum dan Kaca Pembesar.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel mineral Biotit,
Kalkopirit, Kalsit, Belerang, Pyrit, Zeolit, Kuarsa, Orthoklas, Hematit, Cronit,
Galena, Crysotil, Malachit, Muskovit, Plagioklas Piroksin, dan Serpenthin.
II.3.
Prosedur Kerja
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
3.2.
Pembahasan
hitam.
Kalkopyrit
memiliki
kilap
logam.
Belahannya tidak jelas dan pecahannya tidak rata. Mineral ini memiliki tingkat
kekerasan sebesar 3,5-4 dan berat jenis 3,9-4,1 g/cm3. Sistem kristalnya tetragonal
dengan ketahanan yang tergolong brittle (rapuh).
Biotit
(K(Mg,Fe)3(Al)Si3O10)
merupakan
mineral
ferromagnesium
golongan silikat yang memiliki warna hijau kehitaman. Warna tersebut diperoleh
karena refleksi cahaya dari unsur-unsur penyusun biotit yakni Fe, Mg, Si dan Al.
Seperti yang dinyatakan oleh Noor (2009), bahwa biotit merupakan mineral
ferromagnesium dan mineral mika yang berbentuk pipih yang dengan mudah
dikelupas. Biotit memiliki warna cerat yang putih. Mineral ini memiliki kilap
logam, dengan belahan yang sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 2,5-3
memiliki
berat
jenis 5 g/cm3. Sistem kristalnya isometrik dan memiliki ketahanan yang tergolong
brittle (rapuh).
Belerang (S) memiliki warna kuning muda dengan warna cerat kuning.
Mineral ini memiliki kilap damar, dengan belahan yang tidak sempurna dan
pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasannya sebesar 1 dan berat jenis sebesar
2,05-2,09 g/cm3. Sistem kristalnya orthorombik dang ketahanannya tergolong
brittle (rapuh). Belerang dihasilkan oleh proses vulkanisme dari endapan kegiatan
gunung api aktif berupa gas dan larutan yang keluar dari dalam bumi melalui
rekahan-rekahan aktivitas gunung api. Belerang adalah mineral golongan sulfida.
Zeolit ((Na,Ca,K)2Al2Si3O10) adalah mineral yang berwarna putih
kecokelatan dengan warna cerat putih. Mineral ini memiliki kilap kaca, tidak ada
belahan dan memiliki pecahan yang subchonoidal. Tingkat kekerasannya sebesar
5-5,5 dan berat jenis 3,2 g/cm3. Struktur kristalnya triklin dan memiliki ketahanan
yang tergolong brittle (rapuh). Mineral ini terbentuk sebab adanya reaksi antara
batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air pori sehingga
terbentuklah batuan ini. Zeolit tersusun dari unsur Al, Si dan beberapa unsur
lainnya. Zeolit termasuk dalam golongan silikat sebab tersusun atas silicon,
aluminium dan oksigen. Seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim dan Asmita (2012)
bahwa golongan silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan
seperti aluminium, magnesium, besi dan kalsium.
Galena (PbS) memiliki warna putih perak dengan warna cerat abu-abu.
Mineral ini memiliki kilap logam, dengan belahan yang sempurna dan pecahan
yang rata. Tingkat kekerasannya 2,5-3 dan berat jenisnya 7,58 g/cm 3. Galena
terbentuk dari pernsenyawaan langsung, dimana magma pijar pada stadia early
Kuarsa memiliki warna putih terang hal ini karena adanya kandungan
silica yang lebih banyak dan tidak mengandung besi yang memberikan warna
gelap pada mineral, kuarsa memiliki bentuk kristal yang dapat dilihat dengan
jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2009) bahwa kuarsa adalah satu dari
mineral yang umum dijumpai, yang tersusun dari Silika dioksida (SiO 2), berwarna
putih dan memiliki kilap kaca. Kuarsa terbentuk sebab adanya pelapukan yang
terjadi pada batuan masam seperti granit kemudian hasil pelapukan tersebut
mengalami sedimentasi yang nantinya membentuk kuarsa. Kuarsa termasuk dalam
golongan mineral non ferromagnesiuma rata. Tingkat kekerasan 7 dengan berat
jenis sebesar 1,54 g/cm3. Sistem kristalnya heksagonal dan ketahannya tergolong
brittle atau rapuh.
Orthoklas (KAlSi3O5) terbentuk dari proses pembekuan magma ketika
terjadi penurunan temperature, mineral ini terbentuk pada temperature 400 0C.
Mineral ini merupakan bagian dari feldspar. Feldspar merupakan mineral yang
paling sering dijumpai dilapangan sebab mineral ini pembentuk batuan yang
paling banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2009), bahwa felspar
merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak, jumlahnya didalam
kerak bumi hampir 54 %. Orthoklas adalah feldspar yang mengandung Kalium.
Termasuk kedalam mineral
putih, dengan warna cerat yang juga berwarna putih. Mineral ini memiliki kilap
kaca, dengan belahan yang sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 6 dan berat jenisnya sebesar 2,55-2,63 g/cm3. Sistem kristalnya
monoklin dan ketahanannya tergolong brittle (rapuh).
Hematit tersusun dari unsur Fe dan O sehingga digolongkan kedalam
golongan oksida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim dan Asmita (2012),
bahwa golongan Oksida (O2) dan Hidroksida (OH) terbentuk dari mineral-mineral
dari kelas oksida. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan kutub
magnetik bumi. Hematit berwarna hitam dengan warna cerat yang cokelat dan
kilap submetalik. Mineral ini memiliki belahan yang sempurna dan pecahan yang
rata. Tingkat kekerasannya 2,5-3, dengan berat jenis 5,26 g/cm3. Sistem kristalnya
isometrik dan ketahanannya tergolong sectile (dapat diiris dengan pisau (tipistipis). Hematit memiliki rumus kimia Fe2O3.
Chromit (FeCr2O4) memiliki warna hitam dengan warna cerat yang cokelat
dan memiliki kilap logam. Mineral ini memiliki belahan yang tidak jelas dan
pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasannya 5,5 dan berat jenisnya 2,75 g/cm 3.
Sistem kristalnya isometrik dan ketahanannya tergolong brittle. tersusun oleh Fe,
Cr, dan oksigen sehingga mineral ini digolongkan dalam mineral oksida. Mineral
ini memiliki kekerasan yang tinggi. Seperti pernyataan Noor (2009), bahwa
mineral oksida terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu, memiliki susunan lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Crysotil ((OH)2Mg3Si2) adalah mineral silika yang termasuk dalam
ferromagnesium sebab tersusun atas unsur magnesium dan silika. Sesuai dengan
pernyataan Noor (2009), bahwa mineral silika persenyawaan antara silikon dan
oksigen dengan beberapa unsur metal. Crysotil memiliki warna abu-abu dan
warna cerat yang berwarna hitam. Mineral ini memiliki kilap sutera dengan
belahan yang tidak sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasan 2,53 dan berat jenis sebesar 2,5-3 g/cm3. Sistem kristalnya monoklin dan
ketahanannya terglong brittle.
Malachit (CaCO3(OH)) merupakan mineral karbonat yang terbentuk dari
hasil pengendapan. Mineral ini tersusun atas tembaga dan ion (CO 3)-2 sehingga
termasuk pula dalam mineral non ferromagnesium. Malachit memiliki warna
hijau dan warna cerat yang juga berwarna hijau. Mineral ini juga mmiliki kilap
lemak, dengan belahan sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 3,5-4 dan berat jenisnya 3,9-4,03 g/cm3. Sistem kristalnya monoklin
dan ketahanannya tergolong brittle.
Serpentin (MgSi2O5) tersusun dari magnesium dan silika, maka mineral ini
dapat digolongkan kedalam silika sebab unsur penyusunnya yang mengandung
mineral silikat. Seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim dan Asmita (2012), bahwa
mineral silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan seperti
aluminium, magnesium, besi dan kalsium. Serpentin memiliki warna hijau
kehitaman, dengan warna cerat yang putih dan kilap lemak. Belahannya sempurna
dan pecahannya tidak rata. Tingkat kekerasan 2-5 dan berat jenisnya 2,2-2,6
g/cm3. Sistem kristalnya monoklin dan ketahanannya tergolong brittle.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Sifat fisik dan kimia tiap mineral berbeda-beda. Perbedaan sifat fisik dan
kimia mineral dipengaruhi proses pembentukan dan tempat pembentukan
mineral tersebut.
2.
DAFTAR PUSTAKA
Graha, D.S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.
Ibrahim, Bachrul dan Asmita Ahmad. 2012. Buku Ajar Agrogeologi dan
Mineralogi Tanah. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : CV. Graha Ilmu.