Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Agrogeologi dan Mineralogi Tanah

IDENTIFIKASI MINERAL

OLEH :
Nama

: Riyami

Nim

: G111 13 048

Kelompok

:1

Asisten

: Nursyahira Binti Tahir

JURUSAN ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015

I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Umumnya mineral berasal dari magma yaitu batuan cair dibawah permukaan

bumi. Ketika magma mendingin, kristal mineral terbentuk. Mineral merupakan


bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, seragam dengan komposisi kimia
yang tetap pada batas volumenya, dan mempunyai karakteristik yang tercermin
dari bentuk dan sifat fisiknya. Mengidentifikasi mineral dapat dilakukan dengan
memperhatikan sejumlah sifat kimia dan sifat fisisnya. Untuk menentukan
beberapa sifat unik mineral diperlukan alat-alat khusus dengan teknik-teknik
tertentu. Akan tetapi kebanyakan mineral penyusun batuan dapat dibedakan satu
sama lain hanya dengan pengamatan sederhana terhadap sifat-sifat fisiknya. Sifatsifat fisik yang biasanya diperhatikan adalah kilap, warna, kekerasan, tenacity,
cerat, belahan, pecahan, bentuk, berat jenis, sifat dalam, kemagnetan, kelistrikan,
daya lebur, dan derajat transparan.
Salah satu aspek penting dalam pembentukan tanah adalah bahan induk
tanah. Bahan induk tanah dihasilkan dari proses pelapukan batuan induk. Batuan
induk merupakan hasil akumulasi mineral-mineral baik yang saling interlocking
(batuan beku dan metamorf) maupun yang tidak interlocking (batuan sedimen dan
piroklastik). Proses lanjutan yang dialami oleh batuan (dalam hal ini proses
pelapukan fisik dan kimia), sangat ditentukan dari sifat fisik dan kimia dari
mineral penyusunnya. Sedangkan tingkat kesuburan tanah yang dihasilkan juga
dapat diprediksi dari kandungan mineral bahan induknya. Untuk mengetahui sifat
dan karateristik tanah yang dihasilkan maka sangat penting untuk mempelajari
sifat dan karateristik dari mineral penyusun bahan induk (batuan induk).
Berdasarkan uraian diatas, maka praktikum identifikasi mineral perlu
dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis mineral yang terdapat pada batuan serta
mengetahui sifat fisik dan kimia pada mineral tersebut.
I.2. Tujuan
Tujuan praktikum identifikasi mineral yaitu agar mahasiswa mampu membedakan
jenis-jenis mineral, golongan-golongan mineral, serta dapat menjelaskan
karakteristik yang dimiliki setiap jenis mineral.
II. METODOLOGI
II.1.

Tempat dan Waktu

Praktikum identifikasi sifat fisik mineral dilaksanakan di Pelataran Himpunan


Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (HIMTI), Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin pada Jumat, 30 Oktober 2015 pukul 10.00
WITA sampai selesai.
II.2.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum Mineral adalah Daftar Isian Praktikum,
Penuntun praktikum, ATK, Cutter/pisau baja, Kawat, Kaca, Porselen/Tegel,
Garam, Jarum dan Kaca Pembesar.
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel mineral Biotit,
Kalkopirit, Kalsit, Belerang, Pyrit, Zeolit, Kuarsa, Orthoklas, Hematit, Cronit,
Galena, Crysotil, Malachit, Muskovit, Plagioklas Piroksin, dan Serpenthin.
II.3.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja adalam praktikum ini adalah sebagai berikut :


1.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2.

Mengambil sampel mineral yang akan diidentifikasi

3.

Mengidentifikasi mineral melalui sifat fisiknya seperti warna dan sistem


kristalnya

4.

Melakukan penceratan mineral pada porselen (tegel) untuk mengetahui


warna mineral dalam bentuk bubuk

5.

Menentukan kilap mineral dengan cara melihat pantulan warna dari


mineral ketika dilihat dibawah pencahayaan.

6.

Menggunakan lup untuk mengamati belahan serta pecahan dari mineral

7.

Melakukan tes ketahanan mineral dengan menggunakan kuku, cutter, pisau


dan untuk tingkat kekerasan suatu mineral digunakan skala Mohs

8.

Melakukan pematahan, penggerusan, pembengkokan ataupun pengirisan


dengan menggunakan cutter atau kawat untuk mengetahui tenacity
(ketahanan dari mineral)

9.

Menentukan berat jenis dan komposisi kimia melalui studi pustaka

10.

Mencatat hasil identifikasi

3.2.

Pembahasan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, terdapat 16 mineral yang diidentifikasi


memiliki perbedaan sifat fisik dan kimia. Hal ini dikarenakan tidak semua mineral
memiliki proses pembentukan dan tempat pembentukan yang sama. sesuai dengan
pernyataan Graha (1987) bahwa sifat fisik dan kimia mineral dipengaruhi proses
pembentukan dan tempat pembentukan mineral tersebut, penurunan suhu ketika
magma keluar dari permukaan bumi ikut mempengaruhi mineral yang terbentuk,
baik sifat fisik maupun kimianya. Mineral penyusun batuan yang diidentifikasi
dalam praktikum ini antara lain: Kalkopirit, Biotit, Pirit, Belerang, Zeolit, Galena,
Muskovit, Plagioklas piroksin, Kalsit, Kuarsa, Orthoklas, Hematit, Chromit,
Crysotil, Malachit, dan Serpenthine.
Kalkopirit (CuFeS2) terbentuk dari persenyawaan unsur Cu, Fe, dan S
yang terjadi sebab proses hidrotermal kemudian magma yang mengandung gas
dan uap bereaksi dengan larutan hidrotermal sehingga terbentuklah mineral ini.
Kalkopirit termasuk kedalam mineral non silikat golongan sulfida, hal ini dapat
dilihat dari unsur penyusun kalkopirit yang terdiri dari Cu, Fe, dan S. Susunan
kalkopirit sesuai dengan pernyataan Ibrahim dan Asmita (2012), bahwa golongan
sulfida (S) atau kelas sulfida, hampir serupa dengan kelas oksida yang terbentuk
dari mineral-mineral oksida, pembentuk bijih (ores). Mineral ini berwarna kuning
keemasan dan warna ceratnya

hitam.

Kalkopyrit

memiliki

kilap

logam.

Belahannya tidak jelas dan pecahannya tidak rata. Mineral ini memiliki tingkat
kekerasan sebesar 3,5-4 dan berat jenis 3,9-4,1 g/cm3. Sistem kristalnya tetragonal
dengan ketahanan yang tergolong brittle (rapuh).
Biotit

(K(Mg,Fe)3(Al)Si3O10)

merupakan

mineral

ferromagnesium

golongan silikat yang memiliki warna hijau kehitaman. Warna tersebut diperoleh
karena refleksi cahaya dari unsur-unsur penyusun biotit yakni Fe, Mg, Si dan Al.
Seperti yang dinyatakan oleh Noor (2009), bahwa biotit merupakan mineral
ferromagnesium dan mineral mika yang berbentuk pipih yang dengan mudah
dikelupas. Biotit memiliki warna cerat yang putih. Mineral ini memiliki kilap
logam, dengan belahan yang sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 2,5-3

dan berat jenis 2,8-3,2 g/cm3. Sistem kristalnya monoklin

dan tergolong memiliki ketahanan yang fleksibel.

Pirit (FeS2) terbentuk dari pembekuan magma yang mengalami pengaruh


hidrotermal atau reaksi-reaksi mineral tertentu seperti feldspar dan piroksin.
Mineral pirit juga termasuk dalam mineral sulfida sebab unsur pernyusunnya yang
terdiri dari Fe dan sulfur. Hal ini sesuai dengan Noor (2009), golongan sulfida
yakni mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu dengan sulfur
(belerang), seperti besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Pirit memiliki
warna kuning keemasan dengan warna cerat cokelat. Belahannya tidak jelas dan
pecahannya tidak rata. Tingkat kekerasannya sebesar 6-6,5 dan

memiliki

berat

jenis 5 g/cm3. Sistem kristalnya isometrik dan memiliki ketahanan yang tergolong
brittle (rapuh).
Belerang (S) memiliki warna kuning muda dengan warna cerat kuning.
Mineral ini memiliki kilap damar, dengan belahan yang tidak sempurna dan
pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasannya sebesar 1 dan berat jenis sebesar
2,05-2,09 g/cm3. Sistem kristalnya orthorombik dang ketahanannya tergolong
brittle (rapuh). Belerang dihasilkan oleh proses vulkanisme dari endapan kegiatan
gunung api aktif berupa gas dan larutan yang keluar dari dalam bumi melalui
rekahan-rekahan aktivitas gunung api. Belerang adalah mineral golongan sulfida.
Zeolit ((Na,Ca,K)2Al2Si3O10) adalah mineral yang berwarna putih
kecokelatan dengan warna cerat putih. Mineral ini memiliki kilap kaca, tidak ada
belahan dan memiliki pecahan yang subchonoidal. Tingkat kekerasannya sebesar
5-5,5 dan berat jenis 3,2 g/cm3. Struktur kristalnya triklin dan memiliki ketahanan
yang tergolong brittle (rapuh). Mineral ini terbentuk sebab adanya reaksi antara
batuan tufa asam berbutir halus dan bersifat riolitik dengan air pori sehingga
terbentuklah batuan ini. Zeolit tersusun dari unsur Al, Si dan beberapa unsur
lainnya. Zeolit termasuk dalam golongan silikat sebab tersusun atas silicon,
aluminium dan oksigen. Seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim dan Asmita (2012)
bahwa golongan silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan
seperti aluminium, magnesium, besi dan kalsium.
Galena (PbS) memiliki warna putih perak dengan warna cerat abu-abu.
Mineral ini memiliki kilap logam, dengan belahan yang sempurna dan pecahan
yang rata. Tingkat kekerasannya 2,5-3 dan berat jenisnya 7,58 g/cm 3. Galena
terbentuk dari pernsenyawaan langsung, dimana magma pijar pada stadia early

magnetic (adanya pengaruh gaya berat yang mengakibatkan akumulasi) kemudian


mengalami kristalisasi membentuk galena. Mineral ini termasuk dalam golongan
mineral sulfida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2009), bahwa mineral
sulfida merupakan mineral hasil persenyawaan langsung antara unsur tertentu
dengan sulfur (belerang) contohnya besi, perak, tembaga, timbal, seng dan
merkuri.. Adapun contoh mineral sulfida ini seperti pirit (FeS3), kalkosit Cu2S),
galena (PbS), dan sphalerite (ZnS).
Muskovit (K2Al4SiAl2O20(OH)) memiliki warna hijau pucat dengan warna
cerat putih. Mineral ini memiliki kilap intan, dengan belahan yang sempurna dan
pecahan yang rata. Tingkat kekerasannya 2 dan berat jenis sebesar 2,8-2,9 g/cm3.
Sistem kristalnya monoklin dan ketahanannya tergolong fleksibel. Mineral
muskovit tersusun oleh kalium, aluminium, silika dan unsur lainnya. Hal ini
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Ibrahim dan Asmita (2012) bahwa golongan
silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan seperti aluminium,
magnesium, besi dan kalsium.
Plagioklas piroksin (NaAlSi3O8-CaAl2Si2O8) termasuk satu golongan
dengan orthoklas yakni golongan feldspar yang tersusun dari Ca, Na, Al, Si. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Noor (2009), mineral plagioklas adalah anggota dari
kelompok mineral feldspar. Mineral ini berwarna putih dengan warna cerat putih.
Plagioklas memiliki kilap kaca, dengan belahan sempurna dan pecahan yang
tidak rata. Tingkat kekerasan sebesar 6-6,5 dan berat jenis 5 g/cm3. Sistem
kristalnya triklin dan ketahanannya tergolong brittle.
Kalsit (CaCO3) terbentuk pada lingkungan batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf melalui proses. Kalsit tersusun oleh Ca dan ion (CO 3)-2
sehingga mineral ini termasuk golongan karbonat. Hal ini sesuai dengan Ibrahim
dan Asmita (2012) bahwa Golongan Karbonat (CO3) yakni nitrat (NO3) dan Borat
(BO3 atau BO4) merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan terbentuk
pada lingkungan laut oleh endapan sisa organisme laut. Mineral kalsit berwarna
putih dengan warna cerat yang juga berwarna putih, dan memiliki kilap kaca.
Belahannya sempurna dan pecahannya tidak rata. Tingkat kekerasannya sebesar 3
dan berat jenisnya sebesar 2,71 g/cm3. Sistem kristalnya heksagonal dan
ketahannya tergolong brittle.

Kuarsa memiliki warna putih terang hal ini karena adanya kandungan
silica yang lebih banyak dan tidak mengandung besi yang memberikan warna
gelap pada mineral, kuarsa memiliki bentuk kristal yang dapat dilihat dengan
jelas. Hal ini sesuai dengan pendapat Noor (2009) bahwa kuarsa adalah satu dari
mineral yang umum dijumpai, yang tersusun dari Silika dioksida (SiO 2), berwarna
putih dan memiliki kilap kaca. Kuarsa terbentuk sebab adanya pelapukan yang
terjadi pada batuan masam seperti granit kemudian hasil pelapukan tersebut
mengalami sedimentasi yang nantinya membentuk kuarsa. Kuarsa termasuk dalam
golongan mineral non ferromagnesiuma rata. Tingkat kekerasan 7 dengan berat
jenis sebesar 1,54 g/cm3. Sistem kristalnya heksagonal dan ketahannya tergolong
brittle atau rapuh.
Orthoklas (KAlSi3O5) terbentuk dari proses pembekuan magma ketika
terjadi penurunan temperature, mineral ini terbentuk pada temperature 400 0C.
Mineral ini merupakan bagian dari feldspar. Feldspar merupakan mineral yang
paling sering dijumpai dilapangan sebab mineral ini pembentuk batuan yang
paling banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noor (2009), bahwa felspar
merupakan mineral pembentuk batuan yang paling banyak, jumlahnya didalam
kerak bumi hampir 54 %. Orthoklas adalah feldspar yang mengandung Kalium.
Termasuk kedalam mineral

non ferromagnesium. Orthoklas memiliki warna

putih, dengan warna cerat yang juga berwarna putih. Mineral ini memiliki kilap
kaca, dengan belahan yang sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 6 dan berat jenisnya sebesar 2,55-2,63 g/cm3. Sistem kristalnya
monoklin dan ketahanannya tergolong brittle (rapuh).
Hematit tersusun dari unsur Fe dan O sehingga digolongkan kedalam
golongan oksida. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibrahim dan Asmita (2012),
bahwa golongan Oksida (O2) dan Hidroksida (OH) terbentuk dari mineral-mineral
dari kelas oksida. Kelas mineral ini juga mempengaruhi perubahan kutub
magnetik bumi. Hematit berwarna hitam dengan warna cerat yang cokelat dan
kilap submetalik. Mineral ini memiliki belahan yang sempurna dan pecahan yang
rata. Tingkat kekerasannya 2,5-3, dengan berat jenis 5,26 g/cm3. Sistem kristalnya
isometrik dan ketahanannya tergolong sectile (dapat diiris dengan pisau (tipistipis). Hematit memiliki rumus kimia Fe2O3.

Chromit (FeCr2O4) memiliki warna hitam dengan warna cerat yang cokelat
dan memiliki kilap logam. Mineral ini memiliki belahan yang tidak jelas dan
pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasannya 5,5 dan berat jenisnya 2,75 g/cm 3.
Sistem kristalnya isometrik dan ketahanannya tergolong brittle. tersusun oleh Fe,
Cr, dan oksigen sehingga mineral ini digolongkan dalam mineral oksida. Mineral
ini memiliki kekerasan yang tinggi. Seperti pernyataan Noor (2009), bahwa
mineral oksida terbentuk sebagai akibat perseyawaan langsung antara oksigen dan
unsur tertentu, memiliki susunan lebih sederhana dibanding silikat. Mineral
oksida umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat.
Crysotil ((OH)2Mg3Si2) adalah mineral silika yang termasuk dalam
ferromagnesium sebab tersusun atas unsur magnesium dan silika. Sesuai dengan
pernyataan Noor (2009), bahwa mineral silika persenyawaan antara silikon dan
oksigen dengan beberapa unsur metal. Crysotil memiliki warna abu-abu dan
warna cerat yang berwarna hitam. Mineral ini memiliki kilap sutera dengan
belahan yang tidak sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat kekerasan 2,53 dan berat jenis sebesar 2,5-3 g/cm3. Sistem kristalnya monoklin dan
ketahanannya terglong brittle.
Malachit (CaCO3(OH)) merupakan mineral karbonat yang terbentuk dari
hasil pengendapan. Mineral ini tersusun atas tembaga dan ion (CO 3)-2 sehingga
termasuk pula dalam mineral non ferromagnesium. Malachit memiliki warna
hijau dan warna cerat yang juga berwarna hijau. Mineral ini juga mmiliki kilap
lemak, dengan belahan sempurna dan pecahan yang tidak rata. Tingkat
kekerasannya 3,5-4 dan berat jenisnya 3,9-4,03 g/cm3. Sistem kristalnya monoklin
dan ketahanannya tergolong brittle.
Serpentin (MgSi2O5) tersusun dari magnesium dan silika, maka mineral ini
dapat digolongkan kedalam silika sebab unsur penyusunnya yang mengandung
mineral silikat. Seperti yang dinyatakan oleh Ibrahim dan Asmita (2012), bahwa
mineral silikat terdiri dari silikon dan oksigen dengan ion tambahan seperti
aluminium, magnesium, besi dan kalsium. Serpentin memiliki warna hijau
kehitaman, dengan warna cerat yang putih dan kilap lemak. Belahannya sempurna
dan pecahannya tidak rata. Tingkat kekerasan 2-5 dan berat jenisnya 2,2-2,6
g/cm3. Sistem kristalnya monoklin dan ketahanannya tergolong brittle.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.

Sifat fisik dan kimia tiap mineral berbeda-beda. Perbedaan sifat fisik dan
kimia mineral dipengaruhi proses pembentukan dan tempat pembentukan
mineral tersebut.

2.

Dari hasil pengamatan 16 jenis mineral dapat diidentifikasi beberapa jenis


golongan mineral seperti: golongan sulfida , golongan karbonat, golongan
silikat, golongan ferromagnesium, golongan feldspar.

DAFTAR PUSTAKA
Graha, D.S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Penerbit Nova.
Ibrahim, Bachrul dan Asmita Ahmad. 2012. Buku Ajar Agrogeologi dan
Mineralogi Tanah. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor : CV. Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai