BAB I
MINERAL
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Mineral
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola
yang sistematis (Djauhari Noor, 2013).
Ion-ion dalam magma yang mendingin, mengatur diri menurut
pola tertentu dan membentuk kristal yang dinamakan mineral
(Benyamin dkk, 2011)
a. Chonchoida
b. Hackly
c. Even
d. Uneven
e. Splintery
f. Earthy
8. Daya tahan (tenacity)
9. Berat jenis (specific gravity)
10. Rasa dan bau (taste and odour)
a. Kristalisasi
Kristalisasi dimulai dari satu kristal yang membentuk mikroskopik
dimana bentuknya datar, permukaan pipih. Kristal mineral terbentuk
dari dua sumber utama, yaitu magma dan air.
b. Kestabilan
Mineral akan stabil jika dan hanya kombinasi atom dapat menarik
atom lainnya secukupnya yang diberikan perlakuan kondisi sesuai
dengan lingkungan. Suhu dan tekanan juga berpengaruh besar pada
stabilitas mineral.
1.1.5. Klasifikasi Mineral
Barzelius telah mengklasifikasikan mineral menjaadi 8 golongan
berdasarkan kandungan dan sifat kimianya, yaitu sebagai beriku :
a. Natif (murni) : emas, perak, tembaga, intan, dll.
b. Sulfida : galena, pirit, kalkopirit, dll.
c. Oksida dan Hidroksida : korondum, hermatit, gutit, dll.
d. Halida : halit, fluorit, silvit, dll.
e. Karbonat : kalsit, aragonite, dolomit, dll.
f. Sulfat : kromat, malibdenat, gypsum, krokoit, dll.
g. Fosfat : arsenat, vanadaf, xenotim, apatit, dll.
h. Silikat : kuarsa, feldspar, olivine, dll.
1.2 Pembahasan
1.2.1. Piroksen
mineral yang kaya akan kalsium (Ca) yaitu anorthit yang kemudian
akan diikuti oleh pembentukan bitonit, labradorite, seiring dengan
berjalannya penurunan suhu. Namun mineral yang kaya akan Ca
sangat jarang ditemui di alam terbuka dikarenakan pendinginan
terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning plagioklas yaitu
keadaan saat mineral plagioklas yang kaya akan Ca akan dilingkupi
oleh mineral yang kaya akan Na.
Keberadaan mineral ini dalam kerak bumi cukup melimpah.
Setelah diolah, mineral ini dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda
industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang
paling banyak menggunakan mineral ini terutama yang memiliki
kandungan K2O tinggi dan CaO rendah. Sebagai komponen batuan
granit bersama kuarsa, mika, mineral aksesori, keindahan mineral
ini dimanfaatkan untuk batu hias (ornament stone). Keindahan ini
akan terlihat bila batuan granit tersebut telah dipotong dalam
bentuk lembaran dan dipoles.
1.2.3. Pirit
memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih. Ketika ditetesi larutan HCI 0,1 N
tidak berbuih karena tidak mengandung unsur karbonat.
Pada umumnya mineral pirit berada di batuan plutonik, volkanik, sedimen, dan
metamorf. Sulit membedakan antara pirit dengan emas karena keduannya hampir
sama. Cara membedakannya yaitu dengan goresan. Pirit jika digoreskan maka akan
timbul warna hitam, sedangkan emas tidak menghasilkan warna karena emas
mengandung unsur Aurum (Au).
Terdapat zat pengotor berwarna orange dan kehijauan. Pembentukan pirit
berada di sekitar gunung berapi yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Logam atau
mertalik Pirit terbentuk melalui endapan epitermal yaitu endapan dekat permukaan
bumi dengan tekanan dan suhu yang rendah sekitar 150 °C-500 °C (Danisworo dkk,
2016).
Kegunaan mineral pirit untuk memulihkan besi dan emas. Selain itu, mineral
pirit digunakan untuk penyembuhan kulit. Penyebarannya di Indonesia banyak
terdapat di Daerah Istimewa Aceh, Gunung Kitiran, Cokrokembang, Tanjung Lor
dan Bogoharjo, Pacitan (Sukandarrumidi,1998).
Pirit juga bisa di jual untuk ornamen gelang, peniti, danpembentukan cincin
(Farrington, 1903). Dampak mineral pirit terhadap lingkungan adalah air asam
tambang. Air asam tambang atau sering di sebut air lindian, rembesan atau aliran. Air
asam tambang ini adalah hasil pengaruh dari oksidasi alamiah mineral sulfida dalam
batuan yang terpapar selama pertambangan. Proses ini berpotensi menghasilkan air
asam yang mempunyai pH rendah sehingga melarutkan logam-logam berat dari
batuan yang teraliri air asam tambang tersebut.
Dalam pembentukan air asam tambang melalui beberapa tahapan.Mineral pirit
terdapat di tahapan pertama. Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit
disertai proses oksidasi. Sulfur dioksidai menjadi sulfat dan besi fero dilpeaskan.
Mineral pirit juga terdapat dalam tahapan yang keempat menunjukkan oksidasi
lanjutan dari pirit oleh besi (Fe). Keempat tahap itulah yang menghasilkan air asam
tambang yang didalamnya terdapat pyrit (Sukadarrumidi, 2009).
1.2.4. Kalsit
Kristal kalsit berwarna putih bening digunakan sebagai prisma polarisasi pada
mikroskop, juga digunakan sebgai bahan pemutih dan pengisi filter, cat, gelas,
plastik, karet, dan penetral asam. Mineral kalsit dapat ditemukan di Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Gunung Kidul, Jawa Timur, di daerah Indarung
Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan (Sukandarrumdi, 1998).
Mineral kalsit banyak dijumpai di sepanjang pantai.
1.2.5. Kuarsa
tekstur dari kuarsa yang bertekstur halus. Ketika ditetesi larutan HCI 0,1 N tidak
berbuih karena mineral kuarsa tidak mengandung karbonat.
Kegunaan mineral kuarsa adalah sebagai bahan baku permata dan alat-alat
optik seperti lensa, untuk keping mikroskop polarisasi, komponen listrik, untuk
perhiasan, dan dapat juga sebagai batu bangunan untuk bahan keramik, serta
digunakan untuk perlengkapan di radio. Memanfaatkan kuarsa seperti bahan dasar
gelas. Persebarannya di Indonesia banyak terdapat di Jawa dan Kalimantan Tengah
(Sukandarrumidi, 1998)
1.2.6. Hornblende
1.2.7. Orthoklas
DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Sapiie, Benyamin. 2011. Geologi Dasar. Bandung: Penerbit ITB
Suharwanto. 2017. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Indistri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press