Anda di halaman 1dari 13

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

BAB I
MINERAL
1.1. Dasar Teori
1.1.1. Mineral
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara
alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam perbandingan
tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu pola
yang sistematis (Djauhari Noor, 2013).
Ion-ion dalam magma yang mendingin, mengatur diri menurut
pola tertentu dan membentuk kristal yang dinamakan mineral
(Benyamin dkk, 2011)

1.1.2. Sifat Fisis Mineral


Sifat fisis dari mineral dapat ditentukan dan dideterminasikan
lebih cepat dan mudah dari pada sifat-sifat lainnya. Sering pula sifat
fisis dari mineral merupakan faktor penentu yang baik untuk suatu
jenis mineral.
Sifat fisis mineral sangat tergantung dari susunan atau struktur
kristal yang dimilikinya dan komposisi kimia dari material yang
menyusunnya.
Tahapan sifat fisis yang perlu diketahui adalah :
1. Sifat kohesi (cohesive forces)
2. Reaksi terhadap sinar (the action of light)
3. Perawakan Kristal (crystal habit)
4. Sifat kemagnetan (magnetism)
5. Sifat kelistrikan (electrivity)
6. Radioaktifitas (radioactive)
7. Gejala emisi cahaya (luminescence)
8. Berat jenis (specifiv gravity)
9. Bau dan rasa (odour and taste)
10. Sifat permukaan (surface property

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Sementara itu, ada beberapa sifat fisis mineral yang perlu


diketahui, diantaranya
1. Warna (colour)
Cahaya dari suatu mineral yang terlihat oleh mata telanjang.
Warna dapat dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Idiochromatic
b. Allochromatic
c. Chronophores
2. Perawakan kristal (crystal habit)
3. Kilap (luster)
Kilap merupakan kenampakan suatu cahaya yang
dipantulkan oleh permukaan mineral. Mineral dengan
penampilanlogam mempunyai kilap logam (metallic). Sedangkan
mineral yang mempunyai kilap nonlogam dikatakan sebagai kilap
kaca (vitreous), peafy silky, resinous, dan dull.
4. Kekerasan (hardness)
5. Gores (streak)
6. Belahan (cleavage)
Sifat suatu mineral untuk pecah sepanjang satu atau lebih arah-
arah tertentu dalam bentuk rata (teratur), umumnya sejajar dengan
salah satu sisi kristal. Belahan dibagi berdasarkan bagus tidaknya
permukaan bidang belah.
a. Sempurna (perfect)
b. Baik (good)
c. Jelas (distinct)
d. Tidak Jelas (indistinct)
e. Tidak Sempurna (imperfect)
7. Pecahan (fracture)
Suatu permukaan yang terbentuk akibat pecahnya suatu mineral
dan umumnya tidak teratur. Pecahnya mineral tersebut diakibatkan
oleh adanya suatu gaya tekan yang bekerja pada suatu mineral dan
gaya terseut melebihi batas elastisitas dan plastisitas mineral
tersebut.
Nama : Novani Rahayu R.J.
NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

a. Chonchoida
b. Hackly
c. Even
d. Uneven
e. Splintery
f. Earthy
8. Daya tahan (tenacity)
9. Berat jenis (specific gravity)
10. Rasa dan bau (taste and odour)

1.1.3. Sifat Kimia Mineral


Keberadaan mineral di alam ada beberapa yang dengan mudah
dibedakan atau dikenali melalui sifat kimiawinya. Hal demikian
dikarenakan komposisi kimia mineral bereaksi secara langsung ketika
direaksikan dengan larutan kimia tertentu. (Ismail Riyanda dkk,2015)
Pengujian sifat kimia mineral menggunkan :
 Larutan HCL 0,1 M
 Larutan kobalt nitrat
 Larutan alizarin red

Adapun maksud da tujuannya yaitu untuk mengetahui


kandungan mineral-mineral karbonat pada pengujian dengan tetes
HCL, untuk membedakan mineral-mineral kelompok potassium
feldspar pada pengujian dengan tetes kobalt nitrat, dan untuk
membedakan antara mineral kalsit dan dolomit pada pengujian
dengan larutan alizarin red (Suharwanto, 2017). Berdasarkan
senyawanya mineral dapat dibedakan menjadi dua yaitu mineral
silikat (mengandung unsur SiO) dan mineral non-silikat terdapat
delapan kelompok yaitu, kelompok oksida, silfida, sulfat, native
elemen, halid, karbonat, hidroksida, dan fosfat.

1.1.4. Pembentukan Mineral


Pembentukan mineral ada dua macam, yaitu :

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

a. Kristalisasi
Kristalisasi dimulai dari satu kristal yang membentuk mikroskopik
dimana bentuknya datar, permukaan pipih. Kristal mineral terbentuk
dari dua sumber utama, yaitu magma dan air.
b. Kestabilan
Mineral akan stabil jika dan hanya kombinasi atom dapat menarik
atom lainnya secukupnya yang diberikan perlakuan kondisi sesuai
dengan lingkungan. Suhu dan tekanan juga berpengaruh besar pada
stabilitas mineral.
1.1.5. Klasifikasi Mineral
Barzelius telah mengklasifikasikan mineral menjaadi 8 golongan
berdasarkan kandungan dan sifat kimianya, yaitu sebagai beriku :
a. Natif (murni) : emas, perak, tembaga, intan, dll.
b. Sulfida : galena, pirit, kalkopirit, dll.
c. Oksida dan Hidroksida : korondum, hermatit, gutit, dll.
d. Halida : halit, fluorit, silvit, dll.
e. Karbonat : kalsit, aragonite, dolomit, dll.
f. Sulfat : kromat, malibdenat, gypsum, krokoit, dll.
g. Fosfat : arsenat, vanadaf, xenotim, apatit, dll.
h. Silikat : kuarsa, feldspar, olivine, dll.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

1.2 Pembahasan

1.2.1. Piroksen

Gambar 1.1 Piroksen


(Koleksi Pribadi)
Pada pengamatan pertama di laboratorium , mineral Piroksen memiliki panjang
15 cm ; lebar 7 cm ; dan 3 cm. Mineral Piroksen berwarna hitam kecoklatan,
memiliki warna hitam yang merupakan ciri-ciri jenis mineral mafik yaitu mineral
yang bersifat basa selain itu karena memiliki warna hitam karena mengandung
banyak Fe. Kilap yang dimiliki oleh piroksen kilap kaca, memiliki kilap kaca karena
mengalami sifat pembekuan magma yang lambat dengan tempratur cukup tinggi
Perawakan membutir atau Rounded Habits.
Terdapat zat pengotor pada mineral tersebut. Serta tidak terdapat buih saat
ditetesi larutan HCl karena tidak mengandung unsur karbonat. Mineral Piroksen
berjenis primer atau termasuk kedalam mineral melfik dalam proses diskontinu pada
reaksi bowen. Mineral Piroksen terbentuk karena proses pembekuan magma pada
suhu sekitar 900 °C-1000 °C. Piroksen memiliki banyak kandungan kimia, yang
mengakibatkan warnanya menjadi gelap. Lingkungan terbentuknya mineral ini
adalah lingkungan magmatik, yaitu dimana ada tekanan dan temperature yang sangat
tinggi dan berhubungan dengan aktivitas magma (Noor, 2009).
Piroksen dapat digunakan dalam industri logam dan semen. Pemanfaatan dari
mineral piroksen untuk bahan adukan beton. Ukuran split pada umumnya digunakan
untuk campuran beton dan aspal. Sedangkan ukuran yang lebih besar digunakan
sebagai pelapis jalan dan pondasi. Mineral piroksen banyak terdapat di pantai selatan
jawa seperti Cilacap, pantai selatan Yogyakarta dan Kulonprogo (Sukandarrumidi,
2009).

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Kelompok mineral piroksen terdiri dari augit, bronzit,diallag, diopsid, enstatite,


hipersten. Kelompok mineral piroksen yang memiliki sistem kristal monoklin
disebut sebagai klinopiroksen. Contohnya, aegirine, augite, diopsite, jadeite,
pigeonite, dll. Kelompok mineral piroksen yang memiliki sistem kristal ortorombik
disebut sebagai ortopiroksen. Contohnya hypersthene, enstatite, dan ferrosilite.
Incongruent Melting adalah proses dimana pada saat magma jenuh akan silika
maka magma ini akan membentuk mineral piroksen terlebih dahulu tanpa melewati
pembentukan olivine. dimana seharusnya dalam teori Bowen disebutkan bahwa
mineral yang harusnya terbentuk terlebih dahulu adalah olivine kemudian piroksen
dan berjalan terus sampai kebawah. Ingcongruent melting merupakan suatu anomali
dimana seharusnya olivine terbentuk terlebih dahulu tetapi yang terjadi adalah
pembentukan piroksin terlebih dahulu akibat magma yang jenuh akan silika. 
1.2.2. Plagioklas

Gambar 1.2 Plagioklas


(Koleksi Pribadi)
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, mineral yang
diamati memiliki ukuran panjang 3,5 cm, lebar 1,5 cm, dan tinggi 2
cm. mineralnya berwarna putih. Mineral tersebut termasuk ke
dalam kelompok mineral primer. Mieral ini memiliki bentuk
perawakan yang membutir. Kilap yang dimiliki mineral ini
merupakan kilap lemak. Ketika ditetesi HCL 0,1 M tidak berbuih.
Dari beberapa sifat fisik dapat disimpulkan bahwa mineral ini
merupakan plagioklas.
Proses pembentukan mineral-mineral plagioklas terdapat pada
deret bowen sebelah kanan atau pada proses continuous series.
Pada suhu yang tinggi, mineral pertama yang terbentuk adalah

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

mineral yang kaya akan kalsium (Ca) yaitu anorthit yang kemudian
akan diikuti oleh pembentukan bitonit, labradorite, seiring dengan
berjalannya penurunan suhu. Namun mineral yang kaya akan Ca
sangat jarang ditemui di alam terbuka dikarenakan pendinginan
terjadi terlalu cepat, akan terbentuk zooning plagioklas yaitu
keadaan saat mineral plagioklas yang kaya akan Ca akan dilingkupi
oleh mineral yang kaya akan Na.
Keberadaan mineral ini dalam kerak bumi cukup melimpah.
Setelah diolah, mineral ini dapat dimanfaatkan untuk batu gurinda
industri keramik halus dan kaca/gelas merupakan dua industri yang
paling banyak menggunakan mineral ini terutama yang memiliki
kandungan K2O tinggi dan CaO rendah. Sebagai komponen batuan
granit bersama kuarsa, mika, mineral aksesori, keindahan mineral
ini dimanfaatkan untuk batu hias (ornament stone). Keindahan ini
akan terlihat bila batuan granit tersebut telah dipotong dalam
bentuk lembaran dan dipoles.
1.2.3. Pirit

Gambar 1.3 Pirit


(Koleksi Pribadi)
Pada pengamatan mineral ketiga yang dilakukan di laboratorium mineral Pirit.
Mineral pirit memiliki unsur utama logam (FeS2) dan memiliki panjang 15 cm ;
lebar 9 cm ; dan tinggi 9,5 cm.
Mineral pirit memiliki warna kuning Loyang hamper mirip dengan emas
pembedanya mineral pirit dengan goresan hitam di mana apabila emas asli memiliki
goresan warna emas itu sendiri. Perawakan kristalnya termasuk Rounded Habits
(membutir). Kilap mineral pirit adalah kilap logam atau metalik yaitu mineral yang

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

memiliki indeks bias sama dengan 3 atau lebih. Ketika ditetesi larutan HCI 0,1 N
tidak berbuih karena tidak mengandung unsur karbonat.
Pada umumnya mineral pirit berada di batuan plutonik, volkanik, sedimen, dan
metamorf. Sulit membedakan antara pirit dengan emas karena keduannya hampir
sama. Cara membedakannya yaitu dengan goresan. Pirit jika digoreskan maka akan
timbul warna hitam, sedangkan emas tidak menghasilkan warna karena emas
mengandung unsur Aurum (Au).
Terdapat zat pengotor berwarna orange dan kehijauan. Pembentukan pirit
berada di sekitar gunung berapi yang memiliki kandungan sulfur tinggi. Logam atau
mertalik Pirit terbentuk melalui endapan epitermal yaitu endapan dekat permukaan
bumi dengan tekanan dan suhu yang rendah sekitar 150 °C-500 °C (Danisworo dkk,
2016).
Kegunaan mineral pirit untuk memulihkan besi dan emas. Selain itu, mineral
pirit digunakan untuk penyembuhan kulit. Penyebarannya di Indonesia banyak
terdapat di Daerah Istimewa Aceh, Gunung Kitiran, Cokrokembang, Tanjung Lor
dan Bogoharjo, Pacitan (Sukandarrumidi,1998).
Pirit juga bisa di jual untuk ornamen gelang, peniti, danpembentukan cincin
(Farrington, 1903). Dampak mineral pirit terhadap lingkungan adalah air asam
tambang. Air asam tambang atau sering di sebut air lindian, rembesan atau aliran. Air
asam tambang ini adalah hasil pengaruh dari oksidasi alamiah mineral sulfida dalam
batuan yang terpapar selama pertambangan. Proses ini berpotensi menghasilkan air
asam yang mempunyai pH rendah sehingga melarutkan logam-logam berat dari
batuan yang teraliri air asam tambang tersebut.
Dalam pembentukan air asam tambang melalui beberapa tahapan.Mineral pirit
terdapat di tahapan pertama. Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pirit
disertai proses oksidasi. Sulfur dioksidai menjadi sulfat dan besi fero dilpeaskan.
Mineral pirit juga terdapat dalam tahapan yang keempat menunjukkan oksidasi
lanjutan dari pirit oleh besi (Fe). Keempat tahap itulah yang menghasilkan air asam
tambang yang didalamnya terdapat pyrit (Sukadarrumidi, 2009).

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

1.2.4. Kalsit

Gambar 1.4 Kalsit


(Koleksi Pribadi)
Pengamatan keempat adalah mineral kalsit. Mineral kalsit pada pengamatan di
laboratorium, memiliki panjang 9 cm, lebar 5 cm, dan tinggi 4 cm. Mineral ini
memiliki warna bening.
Pembentukan kalsit terjadi denga proses yang terjadi pada suhu yang rendah
dan cepat sehingga menyebabkan munculnya perawakan kristal yang prismatic,
karena pada saat prosesnya tidak berhubungan langsung dengan magma mineral
kalsit termasuk mineral sekunder. Mempunyai kilap kaca. Berbuih ketika ditetesi
oleh larutan HCL 0,1M karena pengujian oleh HCL akan berbuih jika terdapat unsur
karbonat. Kalsit itu sendiri yang mengandung kalsium karbonat, pada prosesnya
mineral kalsit melepaskan CO2 sehingga menyebabkan ada buih saat diteteskan,
kalsit berwarna putih atau transparan karena ion karbonat yang terkandung dalam
kalsit berkaitan dengan unsur Ca2+ (Suharwanto,2017).
CaCO3 + 2 HCL -> CaCl2 + H2O + CO2 (g)
Mineral kalsit terbentuk dalam lautan. Terdapat organisme yang didalam laut
menghasilkan senyawa karbonat untuk membangun cangkangnya. Ketika organisme
skeletal tersebut mati akan terjadi proses presipitasi atau pengendapan kalsit di laut.
Nama : Novani Rahayu R.J.
NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Kristal kalsit berwarna putih bening digunakan sebagai prisma polarisasi pada
mikroskop, juga digunakan sebgai bahan pemutih dan pengisi filter, cat, gelas,
plastik, karet, dan penetral asam. Mineral kalsit dapat ditemukan di Kabupaten
Kulonprogo dan Kabupaten Gunung Kidul, Jawa Timur, di daerah Indarung
Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan (Sukandarrumdi, 1998).
Mineral kalsit banyak dijumpai di sepanjang pantai.

1.2.5. Kuarsa

Gambar 1.5 Kuarsa


(Koleksi Pribadi)
Pada pengujian mineral yang kelima di laboratorium, mineral memiliki panjang
4 cm ; lebar 3 cm ; dan tinggi 3 cm. Perawakan Kristal mineral ini adalah membutir
termasuk ke dalam Rounded Habits. Mineral ini memiliki warna putih susu,
termasuk dalam (Allochromatic). Kuarsa memiliki kandungan silikat yang banyak
yang menjadikan warnanya seperti itu. Kuarsa merupakan mineral yang terbentuk
pada suhu dibawah 600°C dan mineral yang terbentuk terakhir pada reaksi Bowen
dan termasuk kedalam mineral silika. Pembentukan mineral kuarsaterjadi oleh
adanya pembekuan magma yang besifat asam (felsik). Warna mineral ini tergantung
oleh adanya campuran dari pengotor. Nama mineral ini adalah kuarsa.
Mineral kuarsa termasuk dalam mineral felsik (terang) karena mengandung
banyak silika (SIO2) dan bersifat asam. Serta, memiliki kilap lemak yang termasuk
kedalam kilap non-logam. Jenis mineral yang dimiliki mineral ini yaitu mineral
primer akibat dari kristalisasi magma secara langsung. Kuarsa termasuk paling stabil
karena kuarsa terbentuk di suhu yang rendah yaitu sekitar 600°C yang
mengakibatkan pendinginan magma sangat cepat sehingga berpengaruh kepada

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

tekstur dari kuarsa yang bertekstur halus. Ketika ditetesi larutan HCI 0,1 N tidak
berbuih karena mineral kuarsa tidak mengandung karbonat.
Kegunaan mineral kuarsa adalah sebagai bahan baku permata dan alat-alat
optik seperti lensa, untuk keping mikroskop polarisasi, komponen listrik, untuk
perhiasan, dan dapat juga sebagai batu bangunan untuk bahan keramik, serta
digunakan untuk perlengkapan di radio. Memanfaatkan kuarsa seperti bahan dasar
gelas. Persebarannya di Indonesia banyak terdapat di Jawa dan Kalimantan Tengah
(Sukandarrumidi, 1998)

1.2.6. Hornblende

Gambar 1.6 Hornblende


(Koleksi Pribadi)
Mineral Hornblende pada pengamatan di laboratorium memiliki panjang 4 cm,
lebar 4 cm, dan 1 cm. Berwarna hitam karena mineral hornblende terbentuk dari
pembekuan magma pada tempratur suhu sekitar 800°C - 900°C, sehingga mineralnya
akan berwarna gelap dan juga adanya unsur magnesium pada mineral hornblende
sehingga membuat mineral tersebut memiliki warna yang cenderung kehitaman
sehingga termasuk ke dalam golongan mineral mafik dan mempunyai jenis primer.
Kilap yang dimiliki oleh mineral hornblend adalah kilap arang yang termasuk
kedalam kilap non logam. Perawakan pada mineral hornblende adalah meniang atau
prismatik. Berdasarkan Deret Bowen, Hornblende termasuk dalam discontinuous
series berarti mineral hornblend termasuk jenis primer. Ketika melakukan
pengamatan pada mineral hornblende terdapat zat pengotor berwarna hijau tua. Jika
ditetesi dengan larutan HCl tidak bereaksi atau berbuih karena hornblend tidak
memilki unsur karbonat.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Mineral Hornblende dimanfaatkan sebagai penelitian oleh ilmuan dan


dijadikan sebagai bahan konstruksi bangunan. Hornblend banyak ditemukan di
Finlandia, Edenville, dan New York (Simon&Schuster's, 1988). Hornblende
terbentuk karena proses pembekuan magma pada suhu sekitar 800oC – 900oC

1.2.7. Orthoklas

Gambar 1.7 Orthoklas


(Koleksi Pribadi)
Berdasarkan pengamatan yang sudah dilakukan, mineral yang
diamati memiliki ukuran panjang 4 cm, lebar 2,5 cm, dan tinggi 5
cm. mineralnya berwarna orange, dan memiliki perawakan
meniang. Mineral tersebut termasuk ke dalam kelompok mineral
sekunder. Kilap yang dimiliki mineral ini merupakan kilap kaca,
lemak. Ketika mineral ini ditetesi dengan HCL 0,1 M tidak berbuih.
Dari beberapa sifat fisik yang telah dideskripsikan dapat
disimpulkan bahwa mineral ini merupakan orthoklas.
Mineral orthoklas terbentuk pada pembekuan magma dengan
suhu antara 600oC-900oC suhu yang rendah pada proses
pembekuannya mengakibatkan mineral ini berwarna terang. Lokasi
pembentukannya terdapat pada cekungan yang tersusun dari

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

endapan piroklastik bersifat asam. Terbentuk langsung dari


kristalisasi magma.
Mineral orthoklas memiliki beberapa dampak positif.
Contohnya, menghilangkan atau menurunkan kadar mineral
pengotor seperti besi, biotit, turmalin, gamet, mika/muskovit, dan
kuarsa. Mineral ini juga terdapat pada batuan leukogranit sehingga
dapat digunakan sebagai bahan keramik halus. Mineral orthoklas
banyak ditemukan pada granit, pegmatite, phonolite, gneisses, dan
batuan meramorf serupa. Mineral orthoklas diguakan dalam sektor
industry kimia sebagai komponen fluks. Mineral ini digunakan
untuk pembersih rumah tangga.
Feldspar dapat digolongkan menjadi dua golongan besar :
1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, anorthoklas,
sanidine, pertite, antipertite, mikrolin.
2. Plagioklas feldspar terdiri dari albite, oligoklas, andesine,
labradorite, bitonit, anortit.

DAFTAR PUSTAKA
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Sapiie, Benyamin. 2011. Geologi Dasar. Bandung: Penerbit ITB
Suharwanto. 2017. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Indistri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2

Anda mungkin juga menyukai