4.2.5 Batubara
4.2.6 Rijang
(2009) rijang merupakan yang memiliki jenis sedimen non-klastik. Rijang terbentuk
dari proses replacement terhadap batugamping oleh silika organik atau anorganik.
Genesa dari rijang adalah terbentuk pada zaman kapur awal. Terbentuk pada
proses sedimentasi laut dalam dengan kedalaman lebih dari 4000 meter. Dalam
rijang terdapat vein atau urat – urat pada batuan yang tersisipi oleh mineral kalsit,
akibat adanya lantai samudera yang terangkat yang lapisan atasnya terdapat mineral
karbonat dan mengalami replacement di rekahan. Rijang tahan terhadap lelehan,
berlapis dan mengandung mikrokristalin sehingga warnanya cerah-gelap.
Rijang dapat dimanfaatkan sebagai hiasan (ornament). Dengan gerendra dan
gergaji bongkahan rijang dibentuk sesuai dengan keinginan, kemudian dipoles
hingga mengkilap. Kebanyakan rijang ditemukan di sungai dengan endapan aluvian.
Rijang dapat ditemukan di daerah Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan NTT (Sukandarrumidi,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Fachlevi, Teuku Ade, Eka Intan Keumala Putri, and Sahat MH Simanjuntak. 2015.
Dampak dan Evaluasi Kebijakan Pertambangan Batubara di Kecamatan
Mereubo. Risalah Kebijakan Pertanian dan : Rumusan Kajian Strategis
Bidang Pertanian dan Lingkungan 2.2 (2015): 170-179.
Mottana, Annibale dkk. 1988. Rocks and Minerals. New York: Simon & Schuter’s
Inc
Pellant, Christ. 1992. Rocks and Mineral. London: Dorling
Kindersley.
Suharwanto. 2018. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press