Anda di halaman 1dari 6

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

BATUAN SEDIMEN NON KLASTIK


4.1.3 Pemerian Batuan Sedimen Non Klastik
Pemerian batuan sedimen non klastik didasarkan pada :
1) Tekstur
Tekstur dibedakan menjadi dua macam :
a. Kristalin
Kristal – kristal yang interlocking, yaitu kristal – kristalnya saling
mengunci satu sama lain. Pemerian dapat memakai skala Wenworth
dengan memodifikasi sebagai berikut :
Nama Butir Besar butir (mm)
Berbutir kasar 2
Berbutir sedang 1/16
Berbutir halus 1/256
Berbudi lu sangat halus <1/256
Tabel 1. Skala Wenworth
(Suharwanto, 2018)
b. Amorf
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal atau amorf (non
kristalin)
2) Struktur
Struktur batuan sedimen non klastik terbentuk dari proses reaksi kimia
ataupun kegiatan organik. Macamnya antara lain :
a. Fossiliferous adalah struktur yang ditunjukkan oleh adanya fosil.
b. Oolitik adalah struktur dimana suatu fragmen klastik diselubungi oleh
mineral non klastik, bersifat konsentris dengan diameter berukuran
lebih kecil dari 2 mm.
c. Pisolitik adalah struktur yang sama dengan oolitik namun ukurannya
lebih besar dari 2 mm.
d. Konkresi adalah struktur yang memiliki kenampakan yang sama
dengan oolitik tetapi tidak menunjukkan sifat konsentris.
e. Cone in Cone adalah struktur batugamping kristalin yang
menunjukkan pertumbuhan kerucut per kerucut.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

f. Bioherm adalah struktur yang tersusun oleh organisme murni dengan


bersifat insitu.
g. Biostorm adalah struktur seperti bioherm tetapi bersifat klastik.
h. Septaria adalah struktur sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi
lempungan.
i. Geode adalah struktur yang berupa rongga – rongga yang terisi oleh
kristal yang tumbuh ke arah pusat rongga tersebut.
j. Stylotit adalah struktur hubungan antara butir yang bergerigi.
4.1.4 Komposisi Mineral
Komposisi mineral batuan sedimen non klastik cukup penting dalam
menentukan penamaan batuan. Pada batuan sedimen jenis non klastik biasanya
komposisi mineralnya sederhana yaitu bisa terdiri dari satu atau dua macam mineral.
Sebagai contoh komposisi pada :
a. Batugamping : Kalsit, dolomit
b. Chert : Kalsedon
c. Gypsum : Mineral gypsum
d. Anhidrit : Mineral anhidrit

4.2.5 Batubara

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Gambar 4.5 Batubara


(Sumber : www.exportersindia.com)
Batuan pertama yang akan dibahas adalah batubara. Batubara memiliki warna
hitam. Jenis sedimen non-klastik. Struktur dari batubara adalah masif dan teksturnya
amorf. Komposisi mineral batubara adalah 100% karbon.
Menurut Mottana (1998), batubara memiliki warna coklat gelap hingga
hitam, berkilap, dan keras susah dipecahkan. Pada lapisan batubara, lapisan semakin
kebawah semakin bagus kualitas batubaranya. Batubara termasuk dalam tipe batuan
sedimen dari pengendapan makhluk hidup.
Genesa dari batubara yaitu terbentuk dari sisa – sisa tumbuhan yang tumbuh
menjalar atau berbentuk pohon yang sudah mati dan terkubur. Sisa – sisa tumbuhan
terkubur, tumbuhan mati dan terakumulasi tertutup material sedimen, sehingga
mengeras dan terbatukan akibat terbentuk pada suhu yang tinggi dan mendapat
tekanan yang tinggi. Kemudian berubah menjadi hitam, batuan yang mudah terbakar
diketahui sebagai batubara yang memiliki komposisi konsisten lebih dari 50%
karbon.batubara semakin tua semakin banyak karbonat dan semakin tua kandungan
airnya semakin sedikit.
Pertambangan menyebabkan kerusakan lingkungan karena melakukan kegiatan
pembukaan lahan yang luas, menggali lubang yang dalam dan memindahkan tanah
dalam jumlah besar. Selain itu, kegiatan pertambangan batubara dapat
mengakibatkan masyarakat di sekitar terkena gangguan kesehatan berupa gangguan
pernafasan akibat debu (Hesperian, 2013). Kegiatan perekonomian masyarakat
disekitar area pertambangan pada mulanya ditumpu oleh sektor pertanian, akan tetapi

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

setelah kehadiran perusahaan pertambangan batubara masyarakat sebagian mulai


beralih pada sektor jasa dengan menjadi tenaga kerja dan penyedia barang serta jasa
untuk tenaga kerja dan perusahaan pertambangan batubara. Kegiatan pertambangan
batubara secara langsung memberikan dampak negatif terhadap kelestarian alam dan
lingkungan karena merubah bentuk topografi, terbentuknya lubang besar, gangguan
hidrologi, penurunan mutu udara dan hilangnya ekosistem alami.
Pemanfaatan batubara yang sering digunakan adalah sebagai pembangkit
listrik tenaga uap. Caranya dengan membakar batubara yang uapnya akan
menggerakkan turbin. Gerakan turbin nantinya akan merubah energi gerak menjadi
energi listrik. Penambangan batubara yang ada di Indonesia berada di Tambang
Batubara Ombilin (Sawahlunto, Sumatera Barat), Bukit (Tanjungenim, Sumatera
Selatan), Kota Batu (Pulau Laut, Kalimantan Selatan), Sungai Berau (Samarinda,
Kalimantan Timur) (Sukandarrumidi, 2009).

4.2.6 Rijang

Gambar 4.6 Rijang


(Sumber : www.geograph88.blogspot.com)
Batuan yang kedua memiliki warna merah. Termasuk ke dalam jenis sedimen
non-klastik. Struktur batuan ini adalah masif tetapi bila di lapanga dapat ditemukan
struktur septaria dan teksturnya amorf. Komposisi dari batuan ini adalah kalsedon.
Menurut ciri – ciri yang sudah disampaikan, nama batuan ini adalah Rijang.
Menurut Pellant (1992) rijang adalah salah satu batuan yang mengandung
silika, terutama di batuan sedimen seperti batugamping dan yang berada di sekitar
aliran lava. Biasanya rijang memiliki warna coklat tua. Menurut Sukandarrumidi

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

(2009) rijang merupakan yang memiliki jenis sedimen non-klastik. Rijang terbentuk
dari proses replacement terhadap batugamping oleh silika organik atau anorganik.
Genesa dari rijang adalah terbentuk pada zaman kapur awal. Terbentuk pada
proses sedimentasi laut dalam dengan kedalaman lebih dari 4000 meter. Dalam
rijang terdapat vein atau urat – urat pada batuan yang tersisipi oleh mineral kalsit,
akibat adanya lantai samudera yang terangkat yang lapisan atasnya terdapat mineral
karbonat dan mengalami replacement di rekahan. Rijang tahan terhadap lelehan,
berlapis dan mengandung mikrokristalin sehingga warnanya cerah-gelap.
Rijang dapat dimanfaatkan sebagai hiasan (ornament). Dengan gerendra dan
gergaji bongkahan rijang dibentuk sesuai dengan keinginan, kemudian dipoles
hingga mengkilap. Kebanyakan rijang ditemukan di sungai dengan endapan aluvian.
Rijang dapat ditemukan di daerah Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan NTT (Sukandarrumidi,
2009).

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

DAFTAR PUSTAKA
Fachlevi, Teuku Ade, Eka Intan Keumala Putri, and Sahat MH Simanjuntak. 2015.
Dampak dan Evaluasi Kebijakan Pertambangan Batubara di Kecamatan
Mereubo. Risalah Kebijakan Pertanian dan : Rumusan Kajian Strategis
Bidang Pertanian dan Lingkungan 2.2 (2015): 170-179.
Mottana, Annibale dkk. 1988. Rocks and Minerals. New York: Simon & Schuter’s
Inc
Pellant, Christ. 1992. Rocks and Mineral. London: Dorling
Kindersley.
Suharwanto. 2018. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2

Anda mungkin juga menyukai