Anda di halaman 1dari 12

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

BAB IV
BATUAN SEDIMEN KLASTIK
4.1 Dasar Teori
4.1.1 Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk akibat litifikasi bahan
rombakan batuan asal maupun hasil denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil
kegiatan organisme. Dibandingkan dengan batuan beku, batuan sedimen hanya
merupakan tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya merupakan 5% dari
seluruh batuan-batuan yang terdapat di kerak bumi. Dari jumlah 5% ini, batu
lempeng adalah 80%, batu pasir 5%, dan batu gamping kira-kira 80%. Kenampakan
yang paling menonjol dari jenis batuan sedimen adalah perlapisan, struktur internal
dan eksternal lapisan, bahan rombakan yang tidak kristalin, mengandung fosil dan
masih banyak lagi. Batuan sedimen kristalin, umumnya monnomieralik dan
tergolong ke dalam batuan sedimen non klastik seperti rijang, kalsit, gypsum, dan
lain sebagainya.
6.1.2 Penggolongan dan Penamaan
Berbagai pengolongan dan penanaman batuan sedimen telah dikemukakan
oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetis
disimpulkan dua golongan (Pettijhon, 1975 dan W. T, Huang, 1962 dalam
Suharwanto, 2018).
a. Batuan Sedimen Klastik
Batuan sedimen klastik adalah batua sedimen yang terbentuk dari
pengendapan kembali detritus atau batuan asal. Batuan asal dapat berupa
batuann beku, metamorf, dan sedimen. Fragmentasi batuan asal tersebut
dimulai dari pelapukan mekanis (disintegrasi) maupun kimiawi
(dekomposisi), kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan
pengendapan. Setelah pengendapan berlangsung, sedimen mengalami
diagenesa, yakni proses perubahan – perubahan yang berlangsung pada
temperature rendah didalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi. Ini
merupakan proses yang mengubah suatu sedimen menjadi batuan keras.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

1. Kompaksi sedimen
Yakni termampatkannya butir sedimmen satu terhadap yang lain
akibat tekanan dari beban di atasnya. Disini volume sedimen
berkurang dan hubungan antar butir yang satu dengan yang lainnya
menjadi rapat.
2. Sementasi
Yakni turunnya material – material di ruang antar butir sedimen dan
secara kimiawi mengikat butir – butir sedimen satu dengan yang lain.
Sementasi makin efektif bila derajat kelulusan larutan (permeabilitas
relative) pada ruang antar butir makin besar. Berkristalisasi yakni
pengkristalan kembali suatu larutan kimia yan berasal dari pelarutan
material sedimen selama diagenesa atau jauh sebelumnya.
Rekristalisai sangat umum terjadi pada pembentukan batuan karbonat.
3. Autogenesis
Yakni terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesis, sehingga
mineral baru tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen.
Mineral autogenik ini yang umum diketahui sebagai karbonat, silika,
klorit, dan lainnya.
4. Metasomatisme
Yakni pergantian mineral sedimen oleh berbagai mineral autogenik,
tanpa mengurangi volume asal. Contohnya dolomitasi sehingga dapat
merusak bentuk suatu batuan karbonat atau fosil.
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga
dari hasil kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik.
4.1.3 Klasifikasi Porositas

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Porositas suatu medium adalah perbandingan volume rongga – rongga


terhadap volume total seluruh batuan. Porositas terbagi menjadi dua, yaitu
porositas absolut dan porositas efektif. Porositas absolut adalah perbandingan
antara volume pori total terhadap volume pori batuan total. Sedangkan
porositas efektif adalah perbandingan antara volume pori yang saling
berhubungan terhadap volume pori batuan total. Perbandingan ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk persen
Tabel 1. Klasifikasi Porositas
(Koesomoedinata, 1980)
0 – 5% Dapat diabaikan
5 – 10% Buruk
10 – 15% Cukup
15 – 20% Baik
20 – 25% Sangat baik
>25% Istimewa
4.1.4 Klasifikasi Pelapukan
Pelapukan merupakan suatu peristiwa penghancuran massa batuan,
baik secara fisika, kimiawi, ataupun secara biologis. Proses pelapukan batuan
membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua proses pelapukan umumnya
dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang sudah mengalami suatu proses
pelapukan akan berubah menjadi tanah. Jika tanah tersebut tidak bercampur
dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.
a. Pelapukan kimia
Terjadi karena adanya suatu reaksi kimia yang menyebabkan hancurnya
batuan. Biasanya terjadi dengan cepat di daerah yang sangat panas atau
sangat dingin. Contohnya, batuan gamping yang melapuk karena terkena
air.
b. Pelapukan fisika
Pelapukan jenis ini biasanya tidak akan mengubah sebuah sifat dasar dan
komposisi batuan yang mengalaminya. Biasanya terjadi karenan batuan
mengalami perubahan mekanik. Contohnya, sebuah batu pada siang hari
akan memuai karena panas matahari dan akan mengerut di malam hari
karena udara dingin.
Nama : Novani Rahayu R.J.
NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

c. Pelapukan biologi
Proses hancurnya batuan karena kegiatan makhluk hidup. Biasanya
disertai oleh pelapukan kimia. Contohnya, batu yang hancur karena
ditumbuhi oleh lumut, dan tanaman lain, atau batu berlubang karena
dilubangi oleh semut.
4.1.5 Aquifer, Aquitar, Aquiklud, Aquifluk
1. Akuifer (lapisan pembawa air atau lapisan permeable)
Adalah lapisan pembawa air, lapisan batuan ini mempunyai susunan
sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan dan mengalirkan air yang cukup
berarti di bawah kondisi lapang. Batuan dari akuifer ini bersifat permeable,
contah batuan permeable adalah pasir, kerikil, batu pasir yang retak-retak
batu gamping yang berlubang-lubang.
2. Akuiklud (lapisan kedap air atau lapisan impermeable)
Adalah lapisan batuan yang jenuh (dapat menyimpan air) tetapi tidak dapat
meloloskan air dalam jumlah yang berarti. Contoh lempung, shale, tuf halus,
silt dan berbagai batuan yang berstruktur lempung.
3. Akuifug (lapisan kebal air)
Adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan air, dan meloloskan air.
Contoh granit dan batuan yang kompak dan padat
4. Akuitar
Adalah lapisan atau formasi batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya
dapat meloloskan air dalam jumlah yang yang terbatas. Misalnya, tampak
adanya rembesan atau kebocoran. Akuitar terletak di antara akuifer dengan
akuiklud.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

4.2 Pembahasan
4.2.1 Konglomerat

Gambar 4.1 Konglomerat


(Koleksi Pribadi)
Batuan pertama yang diamati berwarna coklat tua denga panjang 5 cm ; lebar
3 cm ; dan tinggi 4 cm. Batuan ini termasuk ke dalam jenis sedimen klastik dan
berstruktur masif. Ukuran dari batuan ini adalah pasir kasar hingga krikil. Dengan
kebundaran rounded, pemilahan buruk, dan kemas terbuka. Komposisi dari fragmen
sebanyak 30% (kuarsa dan pecahan batuan), matriks 25% (pecahan batuan), dan
semen karbonat 45%. Batuan ini berbuih saat ditetesi HCl. Menurut ciri – ciri yang
sudah disebutkan nama batuan ini adalah Konglomerat.
Menurut Taylor, 2005 Konglomerat merupakan batuan sedimen klastik yang
terbentuk relatif jauh dari sumber batuan asal. Konglomerat memiliki warna coklat
tua yang dipengaruhi oleh material penyusun dan semen yang merekatkan material
dalam batuan konglomerat. Konglomerat memiliki struktur masif yang menandakan
tidak adanya jejak aliran gas. Konglomerat dapat terbentuk dari batuan induk yang
terkena erosi dan fragmen – fragmen yang lepasa itu kemudian tertransportasi,
deposisi, dan sementasi di tempat lain. Batuan piroklastik dapat mengandung
berbagai macam mineral dan hasil pelapukan batuan.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Batu konglomerat terbentuk dari hasil pelapukan batuan yang telah


tertransport ke tempata yang jauh kemudian terendapkan dan mengalami proses
pembatuan. Batu konglomerat memiliki struktur masif karena pengendapan terbentuk
dari beberapa batuan dan mengendap bersama, batuan tersebut tidak menunjukan
lapisan. Ukurannya yang krikil karena butiran hasil pelapukan mengendap pada
tempat yang lumayan jauh dari sumber. Lingkungan pembentukan batu konglomerat
berdasarkan fragmen dan matriksnya, terbentuk pada sekitar aliran air yang mengalir
dengan cepat dan arus yang kuat selama proses tranportasi berlangsung. Di sisi lain
batu ini mengandung kalsit, menunjukan bahwa terbentuk di sekitar pantai yang
memiliki arus ombak besar.
Perbedaan antara batu konglomerat dan breksi adalah breksi mempunyai
fragmen yang menyudut sedangkan konglomerat mempunyai fragmen yang
membundar. Fragmen menyudut yang dimiliki breksi merupakan hasil dari
transportasi yang tidak jauh dari batuan induk sehingga fragmen yang terbentuk
masih menyudut. Fragmen yang membundar dari batuan konglomerat terjadi karena
pengikisan dan tumbukan yang terjadi di dalam air. Hal ini secara logis masuk akal,
karena sebagian besar jenis batuan sedimen ini biasanya ditemukan di sepanjang
aliran sungai purba.
Konglomerat iasanya memiliki banyak fragmen pasir kuarsa. Pasir – pasir
kuarsa tersebut yang akan dimanfaatkan sebagai penyaring limbah atau filter dalam
proses pemurnian atau penjernihan air yang terkontaminasi limbah. Dapat juga
digunakan dalam filter analisis kimia di laboratorium. Konglomerat dengan
kandungan pasir kuarsa banyak ditemukan di Sumatera Utara yaitu Kab.
Simalungun, Panahatan. Tanjung Dolok (terdapat batupasir kuarsa bercampur
konglomerat) (Sukandarrumidi, 2009).
4.2.2 Batulempung

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Gambar 4.2 Batulempung


(Koleksi Pribadi)
Batuan kedua yang diamati berwarna abu – abu dan masuk ke dalam jenis
batuan sedimen klastik. Batuan ini berukuran panjang 16 cm ; lebar 10,5 cm ; dan
tinggi 9,5 cm. Struktur batuan ini masif. Ukuran butirnya lempung, pemilahan baik.
Kebundaran dari batuan ini adalah rounded dan kemasnya tertutup. Komposisinya
semen silika dan mineral lempung. Batuan ini tidak berbuih saat ditetesi HCl.
Diketahui bernama batulempung.
Menurut Mottana, 1998 lempung merupakan istilah ukuran butir. Menurut
Wenworth, ukuran ini lebih kecil dari 1/256 mm. Apabila mengalami kompaksi,
maka hal itulah yang disebut sebagai batulempung. Batulempung merupakan batuan
sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali pecahan batuan asal. Fragmentasi
batuan asal tersebut mengalami pelapukan mekanis maupn secara kimiawi, tererosi
dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan.
Ada 3 sumber terbentuknya batulempung yaitu hasil dari abrasi pantai,
pelapukan yang mengalami transportasi, serta hasil tercampurnya unsur kimia dan
biokimia. Selama proses transportasi, batulempung memungkinkan untuk tercampur
dengan mineral halus. Lempung sendiri memiliki porositas yang tinggi sedangkan
permeabilitas rendah. Batulempung juga bersifat dapat menyerap air dan
mengembang. Bahkan batulempung dapat menyerap air lebih banyak dibanding
lempung itu sendiri sehingga menjadi lumpur.
Batulempung banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan bahan bangunan yaitu
bata merah, genteng, ataupun keramik. Batulempung yang terbentuk dari abu hasil
letusan gunung berapi sering digunakan untuk menyerap cairan yang ada pada
kandang binatang ternak. Dalam proses pengeboran, batu lempung yang terbuat dari
abu vulkanik juga dapat dimanfaatkan sebagai lumpur yang membantu pengeboran.
Selain itu, dapat juga digunakan dalam industry palletizing bijih besi
(Sukandarrumidi, 2009).

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

4.2.3 Batulanau

Gambar 4.3 Batulanau


(Koleksi Pribadi)
Batuan ketiga yang diamati di laboratorium adalah batulanau. Sampel
batulanau yang digunakan memiliki panjang 18 cm ; lebar 9 cm ; dan tinggi 12 cm.
Termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik. Struktur batulanau adalah
perlapisan. Ukurannya lanau dan kebundaran rounded. Batuan ini memiliki
pemilahan yang baik dan kemas yang tertutup. Komposisi batuan ini adalah semen
karbonat maka dari itu berbuih saat ditetesi HCl.
Menurut Pellant, 1992 batu lanau mempunyai komposisi mineral klastik ,
dimana mineral klastik tersebut terbentuk dari batuan-batuan yang sudah ada
sebelumnya yang kemudian mengalami proses sedimentasi. Batu lanau biasanya
membentuk offshore, pada lingkungan yang tenang dibandingkan ditempat
terbentuknya batu pasir. Masih terdapat arus yang mengangkat partikel-partikel halus
berukuran clay.
Batulanau terbentuk akibat litifikasi bahan rombakan batuan asal. Bahan asal
batulanau adalah batuan beku, metamorf, dan sedimen. Fragmentasi batuan asal
tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun kimiawi. Lalu tererosi dan
terransportasi oleh aliran air menuju ke suatu cekungan pengendapan. Setelah
mengendap sedimen mengalami diagenesa yang dapat merubah sedimen.
Batulanau dapat dimanfaatkan sebagai bahan atau campuran untuk konstruksi
atau sebagai bahan mentah industri. Batuan ini dapat digunakan sebagai filter atau

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

pengisi berkualitas rendah ketika bahan yang berkualitas tinggi tidak tersedia,
biasanya digunakan pada industry migas.
4.2.4 Batupasir

Gambar 4.4 Batupasir


(Koleksi Pribadi)
Batuan terakhir yang diamati di laboratorium adalah batupasir dengan
panjang 7 cm ; lebar 4 cm ; dan tinggi 4 cm. Batuan ini berwarna abu – abu dan
termasuk ke dalam jenis batuan sedimen klastik. Ukuran dari batu ini adalah pasir
halus, dengan kebundaran rounded. Pemilahannya baik dan kemas yang tertutup dan
struktur laminasi. Batuan ini terdiri dari semen karbonat sebanyak 80% dan matriks
(kuarsa 10% dan hornblende 10%). Saat ditetesi HCl batuan ini mengeluarkan buih.
Batupasir merupakan hasil kumpulan litifikasi dari butir – butir yang
memiliki ukuran pasir berdiameter 0,063-2 mm. Batupasir terdiri dari dua bagian,
yaitu yang terdiri dari butir pasir itu sendiri dan yang terdapat ruang diantara butirnya
yang terjadi akibat proses litifikasi yag kemudian diisi oleh semen silika atau kalsium
karbonat. Sebagian besar batupasir memiliki komponen sebagian besarnya adalah
kuarsa dan feldspar. Batupsair berasal dari pengendapan pasir yang banyak dan lama
– kelamaan akan mengeras. Batupasir memiliki titik lebur sekitar 1715 oC.
Konduktivitas dari batupasir adalah 12oC – 100oC (Sukandarrumidi, 2009).
Batupasir termasuk ke dalam jenis sedimen klastik karena terbentuk darin
pengendapan kembali batuan asal atau juga terbentuk dari mineral – mineral batuan
asalnya, maksudnya adalah karena batupasir adalah batuan yang sering dijumpai jauh
dari tempat asalnya dan terendapkan oleh batuan sebelumnya. Karena memiliki
matriks mineral kuarsa dan hornblende maka bisa disimpulkan bahwa batuan asalnya
Nama : Novani Rahayu R.J.
NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

merupakan batuan yang berasal dari magma yang membeku pada suhu 600 oC –
900oC. Memiliki semen karbonat karena proses pembentukannya di bawah laut.
Disamping itu, kemungkinan juga mengendap di daerah yang banyak batu kapur.
Batu kapur larut dan bergabung dengan batupasir, sehingga batupasir berbuih saat
ditetesi HCl.
Batupasir memiliki banyak kegunaan dan manfaat. Kegunaan batupasir
banyak dimanfaatkan sebagai bahan industry konstruksi sebagai batu tembok,
batupasir hasil galian dapat dimanfaatkan juga sebagai material dalam pembuatan
gelas atau kaca. Batupasir digunakan sebagai bahan industri keramik atau industri
cat. Persebaaran batupasir di Indonesia terdapat di Jambi, Bengkulu, Riau, Sumatera
Selatan, Rembang, NTT, NTB, Kalimantan, dan Papua (Sukandarrumidi, 2009).
Kegunaan lain batupasir adalah sebagai aquifer air tanah. Aquifer adalah batuan yang
dapat menyimpan dan menyalurkan air tanah.

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

DAFTAR PUSTAKA
Huang, Walter T. 1962. Petrology. San Fransisco: McGraw-Hill Inc
Mottana, Annibale dkk. 1988. Rocks and Minerals. New York: Simon & Schuter’s
Inc
Pellant, Christ. 1992. Rocks and Mineral. London: Dorling
Kindersley.
Suharwanto. 2018. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2
Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2019/2020

Nama : Novani Rahayu R.J.


NIM : 114190074
Plug :2

Anda mungkin juga menyukai