BAB III
BATUAN PIROKLASTIK
3.1 Dasar Teori
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik, dihasilkan
oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung berapi, serta asal
material penyusun yang berbeda. Material penyusun tersebut terendapkan dan
terkonsolidasi sebelum mengalami proses lainnya oleh air maupun es. Batuan hasil
gunung berapi dapat berupa suatu hasil lelehan dan produk dari ledakan yang bersifat
fragmental dari bentuk cair, gas, atau padat (Suharwanto, 2017).
Piroklastik berasal dari kata “pyro” yang berarti pijar dan klastik adalah
bentuk fragmental. Piroklastik terdiri dari fragmen-fragmen pijar berukuran halus
(debu) hingga berukuran bongkahan-bongkahan besar yang disemburkan pada saat
terjadi hingga letusan. Fragmen-fragmen tersebut berasal dari bauan yang telah ada
yang membentuk pipah tubuh gunung berapi tersebut dan berasal dari magma yang
turut terseret ketika gas dengan tekanan kuat menghembus ke udara. Bongkah-
bongkah berukuran besar mencapai 100 ton yang mampu terlempar hingga jarak 10
km dari pusatnya. Piroklastik dapat diangkut oleh udara, piroklastik kasar kemudian
dijatuhkan disekitar gunung berapi, sedangkan piroklastik halus dibawa angina ke
tempat yang lebih jauh bahkan dapat berada di udara selama beberapa hari.
Disamping oleh udara, piroklastik yang jatuh di sekeliling tubuh gunung api juga
diangkut oleh media air hujan yang mengalir melalui lereng sebagai aliran lumpur
yang pekat dan disebar ke dataran rendah. Batuan piroklastik dikelompokkan
berdasarkan susunannya secara umum, cara terjadinya, ukuran fragmen, keadaan
pada saat disemburkan hingga jatuh ke permukaan bumi, dan berdasarkan tingkat
konsolidasinya. Namun pengelompokkan piroklastik yang paling banyak digunakan
adalah didasarkan pada ukuran, bentuk fragmen, dan tingkat konsolidasinya (Noor,
2009).
3.1.1 Struktur Batuan Piroklastik
a. Massif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang
tertanam dalam tubuhnya.
b. Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan
pada batuan ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal
Mineral sialis terdiri atas mineral kuarsa yang hanya ditemukan pada
batuan piroklastik yang kaya akan kandungan silika, mineral feldspar, dan
mineral feldspathoid.
b. Mineral Ferromagnesia
Mineral ferromagnesia merupakan minerak yang kaya akan kandungan
ikatan unsur Fe dan Mg silikat dan terkadang disusul dengan unsur Ca-
silikat. Mineral ferromagnesia dapat berupa kelompok mineral piroksen
dan olivine.
c. Mineral Tambahan
Mineral tambahan pada batuan piroklastik dapat berupa mineral
hornblende, biotit, magnetit, dan ilmenite.
3.2 Pembahasan
diidentifikasi memiliki ukuran butir pasir halus dan pemilahan yang baik.
Memiliki kebundaran membundr dan kemas tertutup. Ketika ditetesi HCl
sampel tidak berbuih. Batuan tersebut adalah batuan Tuff.
Menurut Bonewitz, 2012 tuff merupakan batuan berpori yang relatif
lunak dan terbuat dari abu dan sedimen lain yang dikeluarkan dari bentilasi
vulkanik yang ada lalu dipadatkan menjadi batuan dan dikenal sebagai tuff.
Tuff berasal dari magma yang keluar dari permukaan sebagai campuran gas
panas dan partikel pijar dan dikeluarkan dari gunung api. Tuff dapat
bervariasi dalam tekstur dan menentukan sifat akhir dari tuff. Tuff dapat
bervariasi baik dalam tekstur atau komposisi kimia dan mineral karena variasi
dalam kondisi pembentukannya dan komposisi bahannya yang dikeluarkan.
Tuff merupakan jenis batuan piroklastik yang mengalami proses
pembentukan di atas permukaan bumi dengan suhu lebih dari 1100oC. Batuan
Tuff mula-mula terbentuk pada saluran magma menuju permukaan yang
kemudian keluar dalam bentuk debu (ash). Kondisi dimana abu yang
dikeluarkan memadat menentukan sifat akhir tuff. Tuff memiliki kebundaran
yang membundar, tuff juga memiliki kemas tetutup karena terlihat butirannya
batuan ini saling menyentuh satu sama lainnya.
Tuff digunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam. Batuan
tuff lebih mudah kontak dengan air, setelah itu mengeras dan tak tertembus
air (pembuatan batako). Tuff dapat digunakan sebagai bahan pondasi
bangunan. Lalu dapat dignakan sebagai komposisi pembentuk keramik. Tuff
juga dapat dimanfaatkan sebagai campuran semen (Anonim, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Boneswitz, Lois Ronald. 2008. Rocks and Minerals: The Dedinitive Visual Guide.
London: Dorling Kindersley Limited
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: Program Studi Teknik Geologi
Fakultas Teknik Universitas Pakuan
Suharwanto. 2017. Petunjuk Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta: Lab.
Mineralogi Petrologi
Sukandarrumidi. 2009. Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press