DOMESTIK
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Puguh 114190047
M Amiruddin A 114190054
NOVEMBER 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan Proper Iso tepat pada waktunya. Dalam
kesempatan ini praktikan ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Proper Iso yang telah menyampaikan materi sehingga dapat membantu kami menyelesaikan
laporan ini.
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi standar kompetensi mata
kuliah Proper Iso yang telah ditetapkan oleh UPN “Veteran” Yogyakarta dan sebagai bentuk
tanggung jawab dari pelaksanaan pengamatan yang dilakukan selama praktikum berjalan. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
saran dan kritik khalayak pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapakan. Akhir kata
kami mengucapkan terimakasih. Semoga laporan ini bermanfaat untuk kita semua.
M. Afif Fadhili
2
DAFTAR ISI
3
6.2 Identifikasi Isu Penting .......................................................................................................... 15
6.2 Evaluasi pemeriksaan kelengkapan, konsistensi, analisis sensitivitas, analisis
ketidakpastian ............................................................................................................................... 17
BAB VII ............................................................................................................................................. 18
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI.......................................................... 18
7.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 18
7.2 Keterbatasan kajian yang dilakukan ................................................................................ 18
7.3 Rekomendasi berdasarkan isu penting ............................................................................ 19
BAB VIII ............................................................................................................................................ 19
LAMPIRAN ....................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 20
4
BAB I
PENDAHULUAN
Misi
5
1. Mengedepankan Analisis LCA dalam Pengelolaan Limbah Domestik
2. Mengembangkan Perusahaan Berbasis Eco-Technology
Metode pengelolaan Timbunan sampah dengan menggunakan metode controlled landfill dapat
menyebabkan TPA tersebut menghasilkan jejak karbon berupa biogas yang terdiri atas gas metan
(CH4) dan gas karbon dioksida (CO2) yang mana kedua gas tersebut merupakan emisi Gas Rumah
Kaca (GRK) yang berdampak terhadap pemanasan global. Hal ini diperparah dengan tidak
dilakukannya pengelolaan lingkungan seperti pengolahan lindi dan pengolahan gas metan pada
TA tersebut, sehingga dampak buruk terhadap lingkungan akibat kegiatan TPA semakin
meningkat. Menyikapi hal tersebut Pemerintah Kabupaten Sidoarjo berencana untuk
memperluasTPA Jabon karena pada tahun 2017 area timbulan sampah di TPA tersebut
diperkirakan akan terisi penuh sehingga membutuhkan tambahan lahan untuk keberlanjutan
pengelolaan sampah TPA Jabon.
Perluasan kawasan perlu didukung dengan pengelolaan sampah TPA agar sampah dalam jumlah
besar dapat dikelola dengan baik, umur TPA dapat diperpanjang, dan dampak lingkungan yang
ditimbulkan dapat dikurangi. Pengelolaan sampah merupakan aspek lingkungan yang paling
penting dari perlindungan lingkungan dan harus menjadi prioritas utama. Pengelolaan sampah
sendiri merupakan masalah lingkungan yang harus dipertimbangkan dengan baik dari segi teknis,
ekonomi dan terutama ekologi. Oleh karena itu, perlu dikaji Life Cycle Assessment (LCA)
pengelolaan sampah di TPA Jabon agar alternatif pengelolaan sampah di TPA tepat dan dapat
6
menjawab permasalahan lingkungan. Life cycle assessment (LCA) umumnya merupakan metode
untuk menganalisis dampak lingkungan pada semua tahap siklus hidup produk, mengekstraksi
sumber daya melalui proses pembuatan bahan, bagian produk, dan produk itu sendiri, serta
kondisi yang ada.
7
- Dokumen Tender Pemrosesan Akhir sesuai dengan
anggaran dan standar yang diminta
Project Penunjukan Kontraktor Mengerjakan proyek perluasan TPA
Tender Kontraktor Utama Utama sesuai dengan desain, spesifikasi,
syarat dan metode pelaksnaan
Project Pengerjaan Proyek Supervisor Mengontrol, memonitor dan
Construction Perluasan Tempat mengawasi pengerjaan proyek oleh
Pemrosesan Akhir kontraktor dan sub kontraktor
(TPA) Sub Kontraktor Membantu kontraktor utama sesuai
dengan sub bidang keahlian
Supplier Menyediakan material konstruksi
Material
Project Serah Terima Building Memeriksa hasil pelaksanaan proyek
Handover Proyek Surveyor dan menyetujui dokumen serah
terima proyek yang disesuaikan
dengan dokumen perencanaan
8
BAB II
2.2 LINGKUP
Sistem produk yang digunakan yaitu dimulai dari bottle production. Unit fungsi yang
digunakan yaitu gram. Batasan system yang digunakan yaitu Cradle to gate, dengan fokus di
salah satu jenis limbah domestic botol PET. Analisis menggunakan software LCA. Keterbatasan
kajian akibat kurang mendetailnya referensi yang didapatkan.
BAB III
9
3.1 Standar atau Referensi yang Dirujuk
Standar atau referensi yang digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan Life Cycle
Assessment (LCA) pada botol PET yaitu SNI ISO 14040:2006. Berdasarkan ISO 14040:2006,
kajian LCA dilakukan dalam empat tahap yaitu penentuan tujuan dan ruang lingkup,
analisis inventori, analisis dampak, dan interpretasi. Metode perhitungan yang digunakan
untuk melakukan analisis LCA pada botol PET dalam kajian ini adalah dengan
menggunakan perangkat lunak atau software OpenLCA 1.5.0 dan software SimaPro 5.0.
Pada kajian ini database yang digunakan dalam software OpenLCA 1.5.0 adalah ELCD
database 3.2
Kategori dampak yang dipilih pada kajian ini adalah Potensi Pemansan Global (kg CO2 eq),
Potensi Penipisan Lapisan Ozon (kg CFC-11 eq), Potensi Hujan Asam (k mol H eq) dan
Potensi Eutrofikasi (kg O2 eq). Moetode yang digunakan untuk masing-masing kategori
dampak dapat dilihat dalam Tabel berikut.
Tabel 3.1
Penggunaan metode Eco Indikator ini dikarenakan metode ini dapat menilai tiap komponen
ekologi beserta dampaknya secara detail. Selain itu, metode Eco-Indicator fokus pada
dampak atau output ke alam.
BAB IV
10
4.1 Sumber Literatur
Sumber literatur berasal dari berbagai jurnal yang berkaitan dengan Life Cycle Analysis pada
Botol PET (POLYETHYLENA TEREPHTALATE).
Sumber Data Sekunder Jumlah Data
Database nasional
Database Ecoinvent
Jurnal 3
12
penggunaan botol PET khususnya pada kemasan produk minuman isotonik “Mizone”, dan
pengelolaan limbah kemasan botol PET, serta dampak lingkungan. Dalam memilih kategori
dampak harus konsisten dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian serta mencerminkan isu-isu
lingkungan yang berhubungan dengan sistem produk/ jasa. Dalam penilaian dampak daur hidup
ini menggunakan data yang didapat dari studi literatur. Data tersebut berupa penggunaan bahan
baku serta jumlah produk yang dihasilkan, penggunaan botol PET. Ada 3 hal yang harus
dimasukkan dalam prosedur LCIA antara lain;
a. Kategori Dampak
1) Global Warming Potential
2) Potensi penipisan Ozon
3) Potensi Hujan Asam
4) Potensi Eutrofikasi
5) Klasifikasi
Analisis dampak dapat dikembangkan dengan menggunakan metode Eco-Indicator’95. Metode
tersebut menuujukkan bahwa cemaran yang dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET
dapat menyebabkan terjadinya dampak lingkungan, seperti pemanasan global, penipisan lapisan
ozon, hujan asam, dan eutrofikasi.
b. Karakterisasi
Karakterisasi adalah tahapan untuk mengelompokkan data-data input model LCA ke dalam
kategori dampak lingkungan yang ada. Data akan diinput kedalam software SimaPro 7.1.8 dan
dilakukan perhitungan pada aktivitas proses produksi dan proses pengolahan limbah produk
minuman isotonik Mizone. Kemudian, akan didapatkan hasil berupa besaran dampak lingkungan
yang ditimbulkan dari aktivitas-aktivitas tersebut.
Tabel Karakterisasi Proses Produksi
13
Human toxicity air m3 1.65E+10
Slags/ashes kg 763.35393
5.2 Kategori dampak, indikator dampak, dan hasil penilaian dampak daur hidup per unit fungsi
Ada 3 hal yang harus dimasukkan dalam prosedur LCIA antara lain;
Kategori Dampak
1. Global Warming Potential
2. Potensi penipisan Ozon
3. Potensi Hujan Asam
4. Potensi Eutrofikasi
5. Klasifikasi
Sebagai contoh dalam unit pembuatan botol Mizone:
Impact category Unit Pengolahan Limbah
14
Human toxicity water m3 255025.68
Slags/ashes kg 15.715778
BAB VI
Tahap analisis inventori dilakukan dengan pengumpulan data pendukung LCA berupa
kebutuhan bahan baku dan energi, proses produksi kemasan, dan proses daur ulang limbah
15
kemasan PET. Siklus hidup kemasan botol PET diawali dengan proses produksi kemasan botol
PET lalu dari kemasan tersebut digunakan untuk mengemas produk minuman teh. Produk
minuman teh didistribusikan ke konsumen sehingga akan menghasilkan limbah kemasan yang
berpotensi mencemari lingkungan. Dikatakan pencemaran karena kemasan botol PET tidak
dapat di daur ulang oleh lingkungan. Hal ini perlu dilakukan tindakan guna menanggulangi
limbah kemasan botol PET. Secara garis besar siklus hidup kemasan botol PET dibagi menjadi 3
kegiatan yaitu pabrik kemasan botol PET, pabrik minuman teh (pengguna), dan jaringan daur-
ulang kemasan PET.
Pembuatan botol PET dilakukan dengan bahan baku resin PET. Kemasan botol dibuat
menggunakan Blow molding. Berdasarkan pengamatan neraca masa produksi botol PET dari
1kg resin hanya menghasilkan 25 buah preform hotfill dan 10 buah cacat sebagai limbah.
Perbandingan produk jadi dan cacat adalah 5 : 2. Dalam produksi botol PET limbah yang
dihasilkan berupa limbah padat berupa Preform dan botol PET yang tidak memenuhi standar.
Botol yang tidak memenuhi standar akan dijual ke tempat lain yang membutuhkan.
Tahapan proses produksi PET botol cukup panjang sehingga memerlukan energi yang besar
juga. Penentuan kebutuhan energi bisa dipahami dengan perbedaan titik leleh bahan baku PET
dan silika yang menyebabkan keperluan energi untuk proses produksi kemasan PET jauh lebih
rendah dibandingkan botol gelas. Pengolahan PET botol dilakukan pada suhu 120oC dan silika
pada 1500oC. energi terbarukan pada proses produksi botol PET ini masih sangat relatif kecil.
Kegiatan pabrik pengguna kemasan PET yaitu dengan mengubah bentuk sementara PET
(Preeform) menjadi bentuk botol kemasan PET sesuai kebutuhan. Selanjutnya kemasan tersebut
diisi produk minuman dan didistribusikan dan dikonsumsi produk minumannya oleh
konsumen. Limbah kemasan botol PET dibuang atau dikumpulkan untuk didaur ulang.
Kegiatan daur ulang limbah botol PET meliputi pengumpulan, pemilahan tutup botol dan label
serta disortasi berdasarkan warnanya. Kemudian botol diolah dengan menjadi bagian yang lebih
kecil-kecil dan dikeringkan. Serpihan PET dikemas kembali dan dikirim ke industri pengolahan
plastik. Akan tetapi berdasarkan temuan di lapangan serpihan PET ini tidak kembali ke pabrik
kemasan PET, namun ke industri lain untuk diolah menjadi produk lain sehingga dapat
dikatakan bahwa siklus PET ini tidak melingkar (un-cycle). Namun berdasarkan literatur dari
luar negeri melaporkan bahwa penggunaan kembali serpihan PET ini hampir mencapai 25%
yang dicampur dengan bahan baku asli PET.
16
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi kemasan botol PET dikelompokkan menjadi 4
jenis yaitu limbah padat, gas, debu dan kebisingan. Debu dihasilkan dari adanya pergerakan
kendaraan pengangkut bahan baku dan penggunaan mesin produksi. Cemaran udara yang
dihasilkan pada proses produksi kemasan botol PET berasal dari emisi mesin produksi dan
kendaraan bermotor. Partikel debu dalam ruangan dihasilkan dari berbagai kegiatan pabrikasi
terutama operasional mesin. Pencegahan dapat dilakukan mulai dari sumber pencemar sebelum
tersebar ke ruangan atau lingkungan. Sistem yang digunakan pada pengolahan debu yaitu
exhause fan yang dapat mengalirkan udara dalam ruangan ke luar ruangan.
Kegiatan produksi kemasan PET melibatkan penggunaan energi baik listrik maupun bahan
bakar kendaraan yang menimbulkan emisi CO2. Dampak lingkungan yang dihasilkan dari
proses produksi kemasan botol PET menunjukkan bahwa pemanasan global, penipisan lapisan
ozon, dan hujan asam yang diakibatkan dari proses produksi botol PET jauh lebih rendah
dibandingkan dengan botol gelas. Hal ini karena kemasan gelas memerlukan energi yang besar
dibandingkan botol PET sehingga dampak lingkungan yang dihasilkan kebih besar pula.
Analisis dampak lingkungan dari komponen sosial dan ekonomi dapat dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif, identifikasi dampak lingkungan perusahaan kemasan botol PET
terhadap komponen sosial dan ekonomi, tidak tersedia cukup data secara kuantitatif sehingga
sulit dilakukan pengukuran dampaknya. Kegiatan produksi botol PET dan proses daur ulangnya
memerlukan tenaga kerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat. Secara kualitatif besarnya
penyerapan tenaga kerja dan kesempatan berusaha akan memberikan dampak positif bagi
ekonomi masyarakat.
17
BAB VII
7.1 Kesimpulan
Jadi dapat disimpulkan bahwasannya dalam pembuatan Botol PET sebesar 28 gram memberikan
dampak juga terhadap lingkungan diantaranya dampak kepada Global Warming Potential
• Potensi penipisan Ozon
• Potensi Hujan Asam
• Potensi Eutrofikasi
Dari analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa selama perjalanannya sebuah botol
PET tercipta, telah memberikan dampak bagi lingkungan dengan variasi macam dampak yang
berbeda-beda, dampak tersebut dapat berupa Global Warming Potential, Potensi penipisan Ozon,
Potensi Hujan Asam, Potensi Eutrofikasi dan masih banyak lainnya. Dampak tertinggi berupa
potensi global warming yang ada. Disebabkan akibat penggunaan bahan bakar yang
menghasilkan emisi pada proses produksinya.
18
hingga akhir. Keterbatasan lain juga ditemukan pada ketidaksamaan kemampuan dalam
memahami tiap anggota kelompok yang berdampak pada kurang sempurnanya laporan ini.
BAB VIII
LAMPIRAN
Bukti Simulasi
19
DAFTAR PUSTAKA
Gaol, M. L. (2017). Life Cycle Assessment (LCA) Pengelolaan Sampah pada Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Sampah (Studi Kasus: TPA Jabon, Kabupaten Sidoarjo) (Doctoral
dissertation, Institut Teknologi Sepuluh Nopember).
Reliantoro, Sigit dkk. 2021. Pedoman Penyusunan Laporan Penilaian Daur Hidup (LCA).
Jakarta: KLHK
Wulandari, N. Life Cycle Assessment (LCA) kemasan botol pet (polyethylena terephtalate) dan
botol gelas.
Yani, M., Warsiki, E., & TIP, N. W. (2014). Penilaian daur hidup botol gelas pada produk
minuman teh. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, 24(2).
Yani, M., Warsiki, E., & Wulandari, N. PENILAIAN DAUR HIDUP BOTOL PET
(POLYETHYLENA TEREPHTALATE) PADA PRODUK MINUMAN LIFE CYCLE
ASSESSMENT (LCA) OF PET (POLYETHYLENA TEREPHTALATE) BOTTLES FOR
DRINKING PRODUCT.
20
21