DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Periode
4 Oktober sampai 31 Oktober 2021
OLEH :
Medan, 2022
Diketahui/Disetujui,
i
LEMBAR PENGESAHAN
Periode
4 Oktober sampai 31 Oktober 2021
OLEH :
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya laporan kerja praktek ini dapat terselesaikan dengan baik. Kerja praktek
yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit ini dilaksanakan mulai tanggal sampai.
Selama melaksanakan kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek
ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan moral
maupun materil selama ini.
2. Bapak Dr. Ir. Fahmi, ST, M. Sc, IPM selaku Dekan Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Ir. Renita Manurung, MT selaku Wakil Dekan I Fakultas Teknik,
Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Maya Sarah, S.T., M.T., Ph.D, IPM selaku Ketua Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Erni Misran, S.T, M.T, Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Teknik Kimia,
Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu Dr. Ir. Iriany, M.Si selaku Koordinator Kerja Praktek Jurusan Teknik
Kimia, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Okta Bani ST., MT selaku Dosen Pembimbing atasbimbingan dan
pengarahannya membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan Kerja
Praktek.
8. Bapak Askalani Iqbal Pelawi S.T selaku pembimbing lapangan dan selaku
penguji hasil laporan Kerja Praktek.
9. Rekan-rekan mahasiswa Teknik Kimia USU yang telah banyak memberikan
masukan dan dukungan kepada kami.
iii
10. Pihak lain yang telah membantu pelaksanaan dan pembuatan laporan Kerja
Praktek.
Penulis menyadari laporan ini masih memerlukan saran dan kritik yang
membangun dalam penyempurnaannya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembacanya dan perkembangan ilmu pengetahuan ke depannya.
iv
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ................................. 14
Tabel 3.1 Produk Chemical Plant dan Pendistribusiannya ........................................ 16
Tabel 4.1 Konsumsi Chemical Plant PT. Toba Pulp Lestari, Tbk ............................. 38
Tabel 4.2 Spesifikasi Air Limbah yang Masuk ke Dalam Instalasi Pengolahaan
Limbah........................................................................................................ 42
Tabel 4.3 Spesifikasi Air Limbah yang Keluar dari Instalasi Pengolahan Limbah ... 42
Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan di Lapangan.......................................................... 45
Tabel 5.2 Data Penganalisaan Gas SO2 dalam air di Laboratorium ........................... 46
Tabel 5.3 Hasil Perhitungan SO2 Terserap dan SO2 Tidak Terserap .......................... 49
Tabel 5.4 Analisa Persamaan Regresi Linear Sederhana ........................................... 51
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang berkualitas dan memiliki intelektual dan sifat yang baik agar nantinya dapat
turut serta dalam proses pembangunan dan perkembangan industri yang ada di
Indonesia, salah satu programnya dengan mewajibkan Kerja Praktek Pabrik untuk
mahasiswa padabeberapa fakultas sebagai syarat kelulusan. Program kerja Praktek
Pabrik memberikan kesempatan kepada setiap mahasiswa untuk mengaplikasikan
ilmu yang di dapat dalam pelaksanaan proses industri serta menambah wawasan
mahasiswa tentang proses yang ada di suatu pabrik.
Dalam merealisasikan tujuan tersebut diperlukan kerjasama antara pihak
Universitas dengan instansi yang terkait sebagai wadah bagi mahasiswa untuk
mengaplikasikan ilmu dan memberikan gambaran mengenai realita yang akan
dihadapi ketika menyelesaikan studi di Perguruan Tinggi. Salah satu instansi yang
berkaitan adalah PT. TOBA PULP LESTARI , Tbk PORSEA
3. Mata kuliah “Kuliah Praktek Industri” yang harus diambil oleh mahasiswa
Setelah selesai melaksanakan kuliah kerja praktek industri di PT. Toba Pulp
4. Mampu Menyusun laporan secara tertulis sesuai dengan aturan yang berlaku
3
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
5
2.2 Visi dan Nilai Inti Perusahaan
“Untuk memproduksi pulp kualitas tinggi dari sumber fiber yang dapat
diperbaharui dengan mempromosikan kepedulian terhadap lingkungan dan
kesinambungan dan menjaga hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar dan
memberikan konstribusi kepada mereka”
• Misi PT. Toba Pulp Lestari:
1. Menghasilkan pertumbuhan yang berkesinambungan.
2. Produser dengan biaya yang efektif.
3. Memaksimalkan keuntungan untuk pemangku kepentingan dan
memberikan kontribusi kepada pengembangan sosial ekonomi masyarakat
sekitar dan regional.
4. Menciptakan nilai melalui teknologi modern, pengetahuan industri dan
sumber daya manusia
PT Toba Pulp Lestari Tbk menganut bentuk organisasi garis dan staff (staff and
line organization). Kekuasaan dan wewenang tertinggi terletak pada dewan
komisaris yang terdiri dari seorang presiden dan 4 orang komisaris. Dewan
komisari adalah pemegang saham atau wakil-wakilnya yang mempunyai
wewenang yang mengangkat dan memberhentikan direktur dalam mengawasi
seluruh kegiatan dan pelaksanaan tugas, meminta laporan pertanggungjawaban
secara periodik serta memberi saran dan nasihat kepada direktur (Propectus of PT
Toba Pulp Lestari Tbk ).
Menurut Puspita dan Widyarini, 2018 struktur organisasi salah satu alat
strategis yang penting dalam pencapaian visi dan misi dalam organisasi, karena
struktur organisasi dibuat untuk mengorganisasikan sumber daya secara efektif
dalam beberapa hal seperti mengambil keputusan dan mengembangkan komitmen
organisasi tersebut.
6
Dalam menjalankan tugas sehari-hari, direksi yang merupakan badan eksekutif
terdiri dari seorang presiden dan 3 orang direktur. Perusahaan ini secara umum
terdiri dari 6 bagian operasional/supporting. Keenam bagian operasional ini adalah
7
Adapun struktural organisasi pada PT. Toba Pulp Lestari, sebagai berikut:
2.4 Tenaga Kerja, Jam Kerja, Sistem Pengupahan, dan Fasilitas Perusahaan
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki tenaga kerja yang mendukung seluruh
kegiatan operasionalnya yang terdiri dari tenaga kerja tetap dan tidak tetap.
Keseluruhan karyawan ini dibagi dalam beberapa section yaitu pabrik dan forestry.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk menerapakan dua jenis jam kerja, yaitu:
a. Day Time
8
Baik tenaga kerja tetap maupun tenaga kerja tidak tetap, serta tenaga kerja
yang bekerja di kantor (karyawan general), jam kerja ini tetap diberlakukan.
Jam kerja ini dimulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 17.00 WIB pada
hari Senin hingga hari Jumat dengan waktu istirahat dimulai pada pukul
12.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.20 WIB. Pada hari sabtu, jam kerja
dimulai pukul 08.00 WIB dan berakhir pada pukul 12.00 WIB tanpa jam
istirahat. Khusus untuk hari sabtu, setiap karyawan mendapatkan libur yang
disebut dengan “Sabtu Off”, secara bergantian setiap dua kali seminggu.
b. Shift Time
Kegiatan produksi dapat berjalan lancar dan sangat baik untuk mencapai
tujuan dengan mematuhi tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan
pada setiap departemen yang ada didalam pabrik sehingga dapat memenuhi
kebutuhan konsumen.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk telah mengatur dan menetapkan sistem pemberian
upah yang layak bagi pekerja yang disesuaikan dengan golongan, status, jabatan,
keahlian, dan prestasi. Besarnya upah terendah yang diberikan kepada pekerja tidak
boleh melanggar ketentuan minimum yang berlaku dan telah ditetapkan oleh
pemerintah yaitu Upah Minimum Propinsi (UMP).
9
2.4.4 Fasilitas Perusahaan
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk selalu berusaha untuk mendorong karyawan agar
dapat bekerja lebih baik. Kepada setiap karyawan, baik karyawan tetap maupun
karyawan tidak tetap, PT. Toba Pulp Lestari, Tbk juga menyediakan berbagai
fasilitas yang dapat mendukung efektifitas karyawan dalam bekerja. Fasilitas –
fasilitas tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Fasilitas perumahan
c. Tempat ibadah
d. Sarana olahraga
e. Sarana pendidikan
f. Tempat rekreasi
g. Fasilitas transportasi
h. Kantin
10
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), yang bermanfaat untuk
melindungi setiap karyawan untuk melaksanakan tugas dan mengatur serta
mengawasi lingkungan kerja, maka dibentuk departemen LP&C yang memiliki
tugas dan tanggung jawab:
• Memberikan masukan mengenai pengembangan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada manajemen PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
• Mengkoordinasi kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
• Mendokumentasikan seluruh kegiatan sesuai dengan yang
dipersyaratkan di regulasi, Standard Operating Procedure (SOP), dan
manual Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).
• Menyusun atau membuat program pelatihan terkait Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
• Melakukan investigasi kecelakaan kerja bersama tim investigasi untuk
mengetahui penyebab kecelakaan dan tindakan perbaikan yang
dilakukan untuk mencegah supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.
• Melaporkan pada manajemen PT. Toba Pulp Lestari, Tbk tentang Mill
Safety Performance setiap bulan.
• Membuat program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk
membuat seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra PT. Toba Pulp Lestari,
Tbk menyadari bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
budaya dan bukan sekedar simbol, sehingga seluruh karyawan,
kontraktor, dan mitra PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dapat berperilaku
berdasarkan Behavior Based Safety.
Beberapa peraturan dan program yang telah dibuat dan wajib diikuti oleh
semua pihak, mulai dari staff, karyawan pabrik, sampai kepada tamu perusahaan,
yaitu:
a) Kewajiban Menggunakan APD (Alat Pelindung Diri)
Untuk memastikan setiap orang yang berada di lokasi pabrik mendapatkan
Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi diri masing – masing selama
berada di pabrik, seperti
1. Safety helmet (Helm)
11
2. Safety shoes (Sepatu)
3. Ear plug (Pelindung Telinga)
4. Goggles
5. Masker
6. Dll.
Alat – alat pelindung diri seperti di atas adalah alat pelindung diri yang
umum harus dipakai. Adakalanya pada tempat dan situasi khusus para
pekerja harus menggunakan alat pelindung diri tambahan atau khusus
seperti pada saat bekerja pada bagian Chemical plant para pekerja harus
menggunakan pakaian khusus, pelindung kepala dan wajah khusus, serta
sarung tangan.
b) Kewajiban Mengikuti Rambu – Rambu Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) yang Ada di Lokasi Kerja
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, perlu dibuat beberapa
peraturan yang diberlakukan pada lokasi kerja. Dalam perusahaan PT. Toba
Pulp Lestari, Tbk, terutama pada bagian mill site, diberlakukan beberapa
peraturan yang dapat dilihat pada penempatan beberapa tanda himbauan dan
larangan yang harus diikuti atau disebut rambu-rambu Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3), seperti: arus tegangan tinggi, jalur untuk alat – alat
berat, daerah yang dilarang untuk dimasuki, daerah wajib menggunakan
Alat Pelindung Diri (APD) yang dipersyaratkan, awas benda jatuh dari atas,
jalur pejalan kaki, dan titik kumpul evakuasi.
c) Mengikuti Pelatihan untuk Tanggap Darurat
Jika terjadi kecelakaan kerja dengan kategori keadaan darurat, perlu
dilakukan pelatihan kepada seluruh karyawan, kontraktor, dan mitra PT.
Toba Pulp Lestari, Tbk bagaimana respon dari setiap orang apabila terjadi:
1. Kebakaran dan bahaya asap
2. Kebocoran dan tumpahan bahan kimia
3. Ancaman bom
4. Bahaya ledakan
5. Demonstrasi atau kerusuhan
6. Penanganan pengungsian dan titik evakuasi
12
2.6 Lokasi Pabrik
PT. Toba Pulp Lestari Tbk merupakan salah satu perusahaan pulp di Indonesia
yang cukup dikenal di Indonesia sendiri hingga mancanegara. Dimana hal ini
dikarenakan sebagian besar (sekitar 70%) pulp yang diproduksi PT Toba Pulp
Lestari Tbk diekspor ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Jepang, Cina,
Thailand, dan negara lainnya sesuai dengan sistem pesanan tiap-tiap negara, dan
tentunya sisanya sebesar 30% digunakan di Indonesia untuk bahan baku pembuatan
kertas/buku anak-anak Indonesia.
PT. Toba Pulp Lestari, Tbk memiliki tiga lokasi penting dalam menjalankan
operasinya, yaitu :
1. Area usaha PT. Toba Pulp Lestari, Tbk yang terdiri atas dua bagian yaitu :
Mill Site dan Toba Fiber. Pabrik pembuatan pulp (Mile Site) termasuk
Chemical Plant sebagai pusat produksi yang berlokasi di Desa Sosor
Ladang, Kecamatan Parmaksian, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera
Utara. PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dibangun di atas lahan seluas 200 ha,
termasuk perumahan karyawan dan Nursery seluas 10 ha. Sedangkan areal
hutan (Toba Fiber) saat ini meliputi 11 Kabupaten, yaitu Kabupaten
Simalungun, Dairi, Pakpak Barat, Asahan, Tapanuli Selatan, Humbang
Hasundutan, Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Padang Lawas
Utara, dan Toba Samosir serta satu Kota Madya yaitu Padang Sidempuan.
2. Kantor pemasaran yang berlokasi di Gedung BNI Lantai 20, yang berada di
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 1, Jakarta Selatan.
3. Kantor Perwakilan yang berlokasi di Jalan MT. Haryono (Uni Plaza),
Medan.
13
Tabel 2.1 Area Usaha Toba Fiber PT. Toba Pulp Lestari, Tbk
14
BAB III
DESKRIPSI PROSES
15
Produksi pulp menggunakan paling banyak bahan kimia pada proses
bleaching. Water treatment plant juga menggunakan sodium hidroksida dan asam
klorida untuk regenerasi ion exchanger dan telah menggunakan sodium
hypochlorite untuk kontrol pertumbuhan bakteri. Namun, ada juga yang digunakan
dalam internal chemical plant itu sendiri sebagai pendukung proses produksi.
Produk dan penggunaannya dapat disimak pada Tabel 3.1.
2. Secondary Treatment
Pemurnian larutan garam dengan menggunakan resin di ion exchanger
untuk memastikan larutan garam layak untuk masuk proses selanjutnya
a. Ion Exchanger (Penukar Ion)
Penukar ion yang digunakan di sini ialah penukar kation. Penukar
kation berisi resin dengan tangan terluar Na+ . Prinsip kerjanya ialah
resin mengikat ion Ca2+ dan menggantinya dengan ion Na+. Reaksi
yang terjadi:
Weak brine di-stripping dengan udara untuk membebaskan gas klorin (Cl2)
dan mengeluarkannya dalam bentuk sniff gas. Weak brine dialirkan kembali
ke salt dissolver dengan penambahan NaOH dan SO2 untuk memastikan
tidak ada lagi gas klorin, karena gas klorin dapat merusak resin dalam ion
exchanger.
20
.
Gambar 3.4 Diagram Alir Proses Anolyte Treatment
21
Reaksi total
2 NaCl + 2 H2O NaOH + H2 + Cl2 (3-12)
Produk dari bagian anoda disebut dengan anolyte yang mengandung weak
brine (200 – 260 gpl NaCl) dan gas klorin (Cl2). Dari anoda, anolyte masuk ke
anolyte header dan dipisahkan di anolyte separator. Weak brine dialirkan ke
dechlorination tank, sedangkan gas klorin menuju chlorine treatment.
Produk katoda disebut dengan catholyte yang mengandung NaOH 32% dan
gas hidrogen (H2). Catholyte dari katoda masuk ke catholyte header, dipisahkan di
catholyte separator, NaOH 32% didinginkan lalu masuk ke NaOH storage tank,
sedangkan H2 didinginkan dan menuju HCl burner.
22
Gambar 3.6 Chlor Alkali Cell Electrolyzer
23
Gambar 3.7 Diagram Alir Proses Chlorine Treatment
24
Cl2 + 2 NaOH NaOCl + NaCl + H2O (3-13)
Terdapat 2 unit scrubber yang dipasang secara seri. Scrubber berupa
Menara bahan isian dengan bahan isian jenis saddle, dengan material pvc. Produk
sodium hipoklorit harus mengandung excess NaOH 5 – 10 gpl, NaOH < 5 gpl akan
terjadi reaksi dekomposisi, sedangkan bila NaOH >10 gpl menjadi tidak ekonomis.
Sniff gas dari seluruh plant di chemical plant langsung masuk ke Cl2 scrubber
dari bagian bawah, sedangkan NaOH masuk ke weak hypo tank terlebih dahulu
setelah itu dikontakkan dengan gas Cl2 dari atas scrubber. Kontak NaOH dan gas
klorin terjadi secara counter current. Keluaran scrubber tersebut masuk ke weak
hypo tank, lalu disirkulasikan lagi ke scrubber sampai tercapai konsentrasi yang
diinginkan dan disimpan dalam hypo storage.
25
Pertama, sulfur dalam bentuk granule dimasukkan ke dalam melter pada
suhu antara 126 - 133 °C untuk mencairkan sulfur. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah pemompaan sulfur. Selanjutnya sulfur dipompakan masuk ke sulfur
burner, disini sulfur dibakar dengan mereaksikan sulfur cair dengan oksigen dari
udara pada temperature pembakaran 400 – 600 °C. Pembakaran mengunakan Fuel
oil untuk starting up. Untuk selanjutnya pada temperatur tersebut sulfur akan
terbakar dengan sendirinya. Reaksi pembakaran sulfur menjadi SO2 :
S + O2 SO2 (3-14)
Gas SO2 hasil pembakaran masuk ke cooling tower, dalam proses ini SO2 gas
didinginkan menggunakan cooling water. Cooling water dikontakkan dengan SO2
gas menggunakan metode spray. SO2 gas (70 – 72 °C) yang keluar dari cooling
tower masuk ke SO2 shell and tube cooler didinginkan dengan chilled water sampai
suhu sekitar 28,3 °C, kemudian masuk ke absorber tower. Absorber tower berjenis
packed bed tower dengan bahan isian berbentuk saddle. Gas SO2 diabsorbsi dengan
chilled water membentuk larutan SO2 kemudian disimpan dalam storage.
Konsentrasi SO2 di storage berkisar antara 3 – 7 gpl.
26
Produksi oksigen didasarkan pada prinsip PSA (Pressure Swing
Adsorbtion). Adsorbent yang digunakan dalam plant ini adalah molecular sieve dan
alumina. Molecular sieve berfungsi untuk menangkap nitrogen dan melepaskan
oksigen untuk masuk ke proses selanjutnya, sedangkan alumina berfungsi untuk
menyerap uap air, karena uap air dapat merusak molecular sieve. Plant ini terdiri
dari tiga adsorber yang bekerja secara bergantian dan diatur oleh valve. Valve yang
digunakan adalah valve otomatis yang bekerja berdasarkan waktu.
Proses kerja unit ini yaitu mula – mula udara dihisap oleh kompresor, lalu
didinginkan karena menaikkan tekanan udara akan menaikan suhu juga, kondensat
yang terbentuk dipisahkan dalam separator, kemudian udara masuk adsorber.
Dalam adsorber, nitrogen diadsorbsi oleh molecular sieve, sedangkan oksigen lewat
dan masuk ke receiver yang kemudian dialirkan ke proses bleaching untuk
membantu kerja H2O2.
Ketiga adsorber berjalan bergantian, saat adsorber 1 menyerap nitrogen,
adsorber 2 egenerasi, dan adsorber 3 melepaskan oksigen. Regenerasi adsorben
dilakukan dengan cara mengalirkan kembali oksigen ke adsorber untuk melepaskan
nitrogen dari adsorben ke atmosfer. Kemurnian oksigen yang dihasilkan ialah 85-
96%.
• Nitrogen Plant
Proses yang digunakan pada nitrogen plant sama persis dengan yang ada
di oxygen plant yaitu Pressure Swing Adsorbtion (PSA). Adsorbent yang digunakan
27
dalam plant ini juga sama seperti yang digunakan dalam Oxygen Plant yaitu
molecular sieve dan alumina, bedanya molecular sieve yang digunakan menangkap
oksigen dan nitrogen lewat ke proses selanjutnya.
Nitrogen plant hanya memiliki 2 adsorber yang berukuran lebih kecil dari
adsorber oksigen, karena kebutuhan nitrogen yang lebih sedikit disbanding oksigen.
Dalam storage nitrogen terdapat analisa kandungan nitrogen dan oksigen, karena
dalam proses purging tidak diinginkan adanya oksigen. Batas kandungan oksigen
(O2) dalam nitrogen (N2) yang dihasilkan ialah 1-2%.
29
Larutan elektrolit dari electrolyte tank mengalir ke distributed header lalu
kesel elektrolisis, terjadi reaksi elektrolis, terbentuk NaClO3 dan gas H2.
Terbentuknya gas H2 dan panas (mengakibatkan perbedaan suhu dengan header)
membantu cairan untuk naik ke atas menuju degasifier header lalu kembali ke
electrolyte tank. Degasifier header dilengkapi dengan cooler untuk menurunkan
temperatur. Sirkulasi tersebut berjalan terus menerus tanpa menggunakan pompa
untuk mengalirkan larutan elektrolit.
Gas hidrogen yang terbentuk setelah masuk electrolyte tank mengalir ke
hydrogen cooler untuk memisahkan kondensat dari gas hidrogen sebelum menuju
HCl burner. Sodium klorat dari electrolyte tank dipompa menuju generator.
Bagian atas electrolyte tank dilengkapi dengan rupture disc yang berfungsi
sebagai safety pressure. Bila terjadi kenaikan tekanan melebihi batas yang
diijinkan, rupture disc akan pecah/rusak sehingga tekanan pada sistem di dalam
electrolyte tank dapat terjaga.
Jika terlalu banyak HCl, maka ada kemungkinan terjadi reaksi samping sebagai
berikut:
Tray 3 : 65 – 72 °C
Tray 4 : 78 – 82 °C
Tray 5 dan 6 : titik didih air
Pada tray 1 terjadi reaksi utama, sedangkan tray 2 – 4 hanya lanjutan dari
reaksi pada tray 1. Temperatur pada tray 1 harus dijaga pada rentang 30 – 35 °C,
karena pada suhu 40 °C akan terjadi reaksi decomposed dan efeknya ialah ledakan.
Bagian atas ClO2 generator dilengkapi dengan rupture disc seperti pada electrolyte
tank yang berfungsi sebagai safety pressure. Larutan NaClO3 sebelum masuk ke
generator harus melalui filter terlebih dahulu untuk menghilangkan impurities.
Media filter berupa kain teflon seperti pada Gambar 3.14 (b).
31
(a) (b)
Dari filter, larutan sodium klorat didinginkan dengan chlorate cooler berjenis
shell and tube bermedia pendingin cooling water. Temperatur larutan klorat
diturunkan dari sekitar 75 °C menjadi sekitar 35 °C. HCl dipompakan ke generator
dari HCl storage.
ClO2 yang terbentuk berfase gas, untuk mendapatkan ClO2 larutan maka
klorin dioksida gas diabsorbsi dengan chilled water dalam ClO2 absorber.
Digunakan chilled water karena kelarutan klorin dioksida dalam air meningkat
seiring dengan penurunan temperatur air. Selain klorin dioksida, ada juga gas klorin
yang terbentuk, tetapi kelarutan gas klorin dalam air rendah jika dibandingkan
dengan klorin dioksida, sehingga didapatkan konsentrasi ClO2 7,4 – 8 gpl, dan
konsentrasi Cl2 1 – 1,8 gpl. Larutan klorin dioksida dari absorber masuk ke ClO2
pump tank lalu dipompakan ke ClO2 storage. Gas klorin keluaran absorber dialirkan
menuju HCl plant.
32
temperatur di atas 250 °C (482 °F). Hidrogen klorida biasa dipasarkan dalam bentuk
larutan 28-35% berat yang disebut konsentrat asam klorida. (Encyclopaedia
Britannica Online, 2016).
HCl dihasilkan dari proses pembakaran gas Cl2 dengan gas H2. Pembakaran
dilangsungkan pada burner tegak berbahan grafit, sedangkan tungku api burner
berbahan keramik. Di dalam burner terdapat tube yang berfungsi sebagai tempat
kontak antara gas HCl dengan weak HCl, burner juga dilengkapi dengan pendingin.
Temperatur pembakaran klorin dengan hidrogen dalam burner berkisar antara 2000
– 2500 °C. Reaksi pembakaran:
Proses sintesis HCl terdiri dari 3 proses yaitu combustion, cooling dan
scrubbing. Klorin dibakar dengan hidrogen pada tungku api menghasilkan gas HCl,
gas HCl masuk ke tube dalam burner dan kontak dengan weak HCl membentuk
strong HCl lalu masuk ke HCl storage. Waste HCl gas (yang tidak kontak dengan
weak HCl) masuk ke HCl scrubber untuk dikontakkan dengan demin water
membentuk weak HCl. Weak HCl dari scrubber masuk kembali ke tube dalam
33
burner, kontak dengan gas HCl membentuk strong HCl dan masuk ke storage.
Produk yang dihasilkan dan disimpan di dalam storage ialah HCl 32 %.
chilled water pada rentang temperature 10 – 12 °C. Ada 3 jenis chiller yang ada di
chemical plant, yaitu:
1. Vapor-compression absorption chiller
2. Refrigerant chiller
3. Steam jet chiller
34
BAB IV
UTILITAS DAN UNIT PENGOLAHAN LIMBAH
4.1 Utilitas
Sumber air yang secara keseluruhan pabrik diambil dari sungai asahan
melalui suatu terusan/ kanal yang dirancang untuk dapat mengalirkan air sebanyak
2.00 m3 /jam. Air yang diambil dari sungai asahan dipompa masuk ke rapid mixing
basin. Air sungai yang masuk ke rapid mixing basin dilakukan penambahan
polimer, hypo, caustic, dan alum.
3. Gravity Filter
35
Didalam pabrik pulp dibutuhkan suatu air yang jernih dan bebas dari
mineral – mineral (air demineralisasi) yang digunakan untuk pengisian boiler.
Penggunaan air bebas mineral pada boiler untuk mencegah terjadinya korosi akibat
adanya logam – logam kesadaan seperti Ca2+, Mg2+, Co3 2-, SO42- , dan Cr- sehingga
dibutuhkan pengolahan air dengan tahap sebagai berikut:
1. Tahapan Filtrasi
Air keluar dari tangki penjernihan (filter water tank) di area water treatment
plant masih mengandung sedikit kotoran yang terbawa dari residual klorin.
Dan pada tahap filtrasi ini, kotoran-kotoran yang terbawa tersebut disaring
dan air yang keluar menjadi lebih jernih dan mempunyai kekeruhan
(turbidity) yang rendah serta batas maksimal residual klorin 1 ppm. Alat
penyaring tersebut dinamakan carbon filter. Terdapat 3 unit karbon filter
dan ketiganya dioperasikan menurut keperluan air yang diperlukan.
Air proses yang sudah disaring dengan carbon filter akan dihilangkan
dengan ionnya (terutama ion – ion zat anorganik) dengan resin penukar ion,
agar air yang dihasilkan tidak menyebabkan korosi oleh ion – ion Ca2+, Mg2+
, SiO2, dan sebagainya dan yang menyebabkan korosi (oleh ion – ion SO42-
, Cl, dan sebagainya) pada pemakaian air untuk kriteria yang tinggi (umpan
air boiler, air pendingin diesel dan sebagainya). Air yang sudah jernih tadi
masih mengandung ion – ion dari logam dan sisa asam seperti Ca2+, Mg2+ ,
Co32- , SO42 , Fe2+ , Cl- . Selanjutnya air itu dikirim ketahapan pengolahan
untuk penghilangan/pertukaran ion agar dihasilkan air yang bebas mineral
(demineralisasi water) melalui cation exchanger dan anion exchanger.
Mix bed tank berfungsi untuk mengikat sisa – sisa dari anion dan kation,
bisa dilakukan sekaligus dari kation ditambah dengan anion agar yang
masuk kedalam mixing tank bebas dari kation dan anion, 100 kg HCl 100%
NaOH 100% dapat meregenerasi 1 m3 kation resin dan anion resin. Metode
regenerasi juga mempengaruhi kapasitas resin, jika regenerasi tidak
36
sempurna, maka otomatis kapasitas resin akan menurun. Secara umum
proses regenerasi meliputi tahapan back wash, regenerasi, pembilasan,
operasi kembali
37
siap untuk di bakar di tungku bakar (furnance) pada recovery boiler. HBL
mengandung potensi energi sebesar 1300 kJ/kg solid. Selain itu pembakaran limbah
padat (kulit kayu, fines, serbuk, dan sludge) dan biomassa lainnya seperti cangkang
sawit, tongkol jagung, dan gambut dilakukan di dalam multifuel boiler (MFB).
Setelah melalui proses pembakaran dihasilkan high pressure steam (HPS) dengan
energi sebesar 3.300 kJ/kg steam. Energi yang dihasilkan selanjutnya digunakan
untuk memutar dua buah turbin generator dengan kapasitas daya listrik
masingmasing sebesar 53,8 Megawatt dan 33 Megawatt. Setelah steam digunakan
untuk memutar turbin maka tekanan dan suhunya turun dan dikeluarkan sebagai
low pressure steam (LPS) dan medium pressure steam (MPS) yang selanjutnya
dipakai untuk proses produksi lainnya.
38
adalah sisa suatu dan/atau kegiatan. Unit pengolahan limbah ini dirancang untuk
mengolah limbah cair dan air limbah buangan pabrik. Limbah cair adalah limbah
yang berbentuk cairan dimana terbentuk dari dua komponen yaitu air murni dan
materi tamu atau pengotor dari sisa hasil usaha. Materi tamu tersebut dapat berupa
cairan lain (bukan H2O), padatan, dan gas terlarut. Air buangan dan limbah cair
harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan
oleh pemerintah sebelum dibuang ke badan air.
Limbah dapat berasal dari pembangkit tenaga listrik, pembuatan bahan kimia,
dan pembuatan bubur kertas yang akan masuk ke dalam dua aliran berbeda, yaitu:
1. Saluran acid dari unit pemutihan dan pembuatan bahan kimia bergabung
dengan saluran alkali.
2. Saluran alkali dari unit pembangkit tenaga.
39
putar tersebut akan mengalir ke dalam thickner (TFC). Lumpur yang telah dipress
dikumpulkan dan dikirim ke dalam MFB untuk dibakar. Limbah padatan yang
keluar dari screw press ini dimasukkan langsung ke dalam conveyor belt yang
kemudian akan dibawa ke tempat penampungan sementara (sludge banker).
Limbah padat yang terdapat dalam conveyor belt ini sudah merupakan padat dan
kering.
Selain lumpur tersebut terdapat limbah kulit kayu dari hasil pencacahan bahan
baku. Limbah kulit kayu tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada unit
multifuel boiler. Sementara debu-debu dari hasil pembakaran recovery boiler yang
telah dihisap oleh ESP (electro static precipitation) direcycle kembali untuk di
campur dengan HBL sebelum dibakar agar bertambah konsentrasi TS sehingga
energi panas yang dihasilkan bertambah.
40
Boiler Heat Water dan akan dialirkan menuju pusat sewage. Pada sewage kedua ini
memiliki pH 7 dan temperatur 500C-600C, laju aliran air pada sewage kedua ini
sekitar 300-400 m3 /jam pada tekanan 1 atm, dengan konduktivitas termalnya
sekitar 2500 cal/s cm20C.
Aliran limbah yang berasal dari sewage pertama dan sewage kedua ini
dialirkan ke dalam sewage pusat. Aliran sewage pusat ini diteruskan menuju
Travelling Sewage. Pada travelling screen ini aliran yang berasal dari sewage pusat
ini diberikan defoamer yang berfungsi untuk membuang busa pada limbah cair
tersebut dan lime stone HCI yang berfungsi untuk menetralkan pH dari limbah cair
tersebut. Travelling screen ini digunakan untuk menangkap material-material besar
seperti kayu, plastik, dll. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
penyumbatan pompa atau terganjalnya Rake Clarifier dengan lantainya.
Hasil dari over flow yang berasal dari Primary Fiber Clarifier diteruskan
melalui pipa menuju Cooling Water Untuk nilai parameter COD dapat dilihat pada
aliran yang masuk ke dalam Primary Fiber Clarifier (inlet PFC) dan outletnya.
Untuk inlet 450-500 mg/ltr dan untuk outletnya sekitar 90-150 mg/ltr. Untuk nilai
parameter BOD juga dihitung pada inlet dan outletnya. Untuk nilai BOD pada PFC
adalah 113-1/4 dari COD. Untuk outletnya 22 mg/ltr. Pada Thickener Fiber
Clarifier terjadi dua proses yang serupa dengan Primary Fiber Clarifier yaitu
proses sedimentasi yang juga diberikan defoamer untuk menghilangkan busa pada
proses overflow. Hasil overflow yang berasal dari Thickner Fiber Clarifier
kemudian masuk ke saluran dingin.
Cooling tower yang berjumlah enam buah berfungsi sebagai pendingin
limbah cair tersebut. Sebelum masuk ke dalam Cooling Tower, pH limbah diatur
terlebih dahulu dengan menambahkan H2SO4 dari tangki acid bila pH lebih tinggi
dari ketentuan dan bila pH lebih rendah maka akan dilakukan penambahan Caustic
Soda (NaOH) semuanya diatur dengan menggunakan kran otomatis. Setelah dari
Cooling Tower limbah cair tersebut dipompakan ke dalam Deep tank.
Pertama sekali cairan akan sampai pada dasar tanki Deep tank dan meluap
keluar dari atas. Pompa yang digunakan berjumlah enam buah pompa sirkulasi
setiap tangki, untuk memompa cairan masuk dan bercampur dengan udara pada
pipa air penyembur, udara tersebut diperoleh dari kompresor. Untuk itu
41
pemindahan air ke dalam udara berlangsung dalam tahap yang paling baik untuk
memberikan oksigen ke dalam cairan limbah. Kemampuan oksidasi diatur melalui
bukaan kran secara manual. Pada deep tank juga dihitung nilai parameter COD dan
BOD. Setelah dari Deep Tank limbah cair dialirkan melalui pipa menuju Secondary
Fiber Clarifier yang berjumlah tiga buah. Pada Secondary Fiber Clarifier ini
limbah-limbah yang dioksidasi masuk ke dalam bank pembagi. Limbah cair yang
mengumpul akan masuk ke bagian tengah bak dan akan merata ke seluruh bak.
Cairan jernih akan meluap pada saluran pengarah dan mengalir ke Sungai Asahan.
Pada saluran tersebut terdapat pengaturan pH dengan menambahkan acid atau
kaustik soda secara otomatis dan juga tersedia anti busa sewaktu diperlukan.
Tabel 4.2 Spesifikasi Air Limbah yang Masuk ke Dalam Instalasi Pengolahan
Limbah
Tabel 4.3 Spesifikasi Air Limbah yang Keluar dari Instalasi Pengolahan Limbah
42
Organic Component).
Secara umum TRS ini dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu :
1. LVHC (Low Volume High Concentration) atau dinamakan juga dengan
CNGG (Concentrate Non Condensable Gas). Jenis ini memiliki sifat:
a. Sangat bau, beracun dan mudah terbakar
b. Konsentrasi TRS 400 ppm sampai 1000 ppm
c. Kelembaban 20% -50%
2. HVLC (High Volume Low Concetrate) atau dinamakan juga dengan DNCG
(Dilute Non Condensable Gas)
a. Tidak terlalu bau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar
b. Konsentrasi TRS 400 ppm sampai 2000 ppm
c. Kelembaban 20%-50%
43
2. Brown Stock Wash
3. Brown Stock Wash Filtrate Tank
4. Dump Tank
5. Stock Tank
6. Soap Tank
Keseluruhan gas dari area ini dikumpulkan dan discrub dengan caustic 10%
TRS scrubber dan selanjutnya ditransfer ke incinerator dengan bantuan kipas (fan).
44
BAB V
TUGAS KHUSUS
5.1 Hasil
Flow
Konsumsi Temperatur
Chilled
Sulfur Chilled Water
No Water
(kg/hari) (oC)
3
(m /jam)
45
Tabel 5.2. Data penganalisaan Gas SO2 dalam air di Laboratorium
1 2 3,875
2 2 3,600
3 2 3,312
4 2 2,937
5 2 2,750
6 2 2,731
5.2 Perhitungan
Pemakaian klorin sebanyak 774,60 kg/hari, maka untuk 1 jam operasi yang
digunakan adalah
kg
S = 774,60
hari
jam
24
hari
S = 32,275 kg/jam
46
S + O2 SO2
m
Mol S =
Ar
32,2750
Mol S =
32,065
= 1,0065 kmol/jam
kmol kg
= 1,0065 x 64,0628
jam kmol
= 64,4792 kg/jam
( B ) Volume sampel = 2 ml
( N1 ) Normalitas I2 = 0,1 N
47
(Vb − Vc) x N x 32,03
C=
Va
19,618
C=
2
C= 9,809 gr/l
m3 liter
= 6,2 x x 9,809
jam 1000 m3
gr 1 kg
x
liter 1000 gr
= 60,8170 kg/jam
48
SO2 yang terserap = 60,8170
SO2 yang tidak terserap = SO2 yang terbentuk - SO2 yang terserap
= 3,6622 kg/jam
Tabel 5.3 Hasil perhitungan SO2 terserap dan SO2 tidak terserap
temperatur terhadap
49
penyerapan SO2, yakni menentukan temperatur Chilled Water yang
Y = a + bx
Dimana :
50
Tabel 5.4 Analisa persamaan Regresi Linear Sederhana
Temperatur SO2
Keterangan :
N = Banyak percobaan
n = 6
= 45,75
= 405,0658
x2 = 349,9375
y2 = 27456,7845
51
xy = 3099,3565
52
Maka persamaan garis regresinya menjadi :
Y = -7,2908 + 9,8101X
6 x 3099,3565−(45,75)(405,0658)
r=
√[6 x 349,9375−(45,75)2][6 x 27456,7845−(405,0658)2]
18596,139−18531,7604
r=
√[2099,625−2093,0625][164740,707−164078,3023]
64,3786
r=
√[6,5625][662,4047]
64,3786
r=
65,9320
r = 0,9764
53
Temperatur Chilled Water VS SO2 Terserap
8,30
8,10
Temperatur Chilled Water
7,90
7,70
7,50
7,30
7,10
6,90
60,05 62,05 64,05 66,05 68,05 70,05 72,05
SO2 Terserap
Gambar 5.1 Grafik Pengaruh Temperatur Chilled Water Terhadap SO2 Terserap
Proses penyerapan gas sulfur dioksida pada pabrik kimia PT. Toba Pulp
Lestari memakai menara penyerap sistem menara isian. Jalannya penyerapan
ini adalah dengan mengontakkan kedua fluida secara berlawanan arah di dalam
menara tersebut, dimana dalam proses ini gas SO2 dialirkan dari dasar menara
penyerap. Sedangkan media penyerapnya adalah chilled water yang dispray
dari bagian atas menara dapat memberikan hasil berupa larutan SO2 dengan
konsentrasi yang diharapkan sekitar 9 – 12 gr/l gas SO2 terserap.
Gas SO2 absorbsi dengan air dingin yang disebut chilled water sehingga
mendapat penyerapan yang lebih tinggi dan dapat disimpan lebih lama dalam
dalam tangki yang berisolasi sehingga tidak terlalu banyak terpengaruh
temperatur udara sekitarnya.
54
BAB VI
6.1 Kesimpulan
6. 2 Saran
Diharapkan pada proses absorbsi SO2 gas menjadi SO2 liquid sebaiknya
temperatur chilled water harus dijaga 7 - 9 oC agar penyerapan SO2 lebih tinggi
dan dapat disimpan lebih lama dalam tangki yang berisolasi sehingga tidak
terlalu banyak terpengaruh temperatur udara sekitarnya
55
DAFTAR PUSTAKA
Jordan, J.M. and P.S. Bryant. 1995. Cluster Rule Impact on Recovery Boiler
Operations : Chloride and Potassium Concentrations in the Kraft Liquor
Cycle. TAPPI Pulping Conference. Chicago.
Training and Development Centre PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2003
Training and Development Centre PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2016
Training and Development Centre PT. Toba Pulp Lestari, Tbk. 2021
56
LAMPIRAN A
SPESIFIKASI ALAT
Volume : 1,93 m3
2 ClO2 Absorber
Bentuk : silinder
Bahan : FRP
L : 14,5 m
H : 3,5 m
D : 1,9 m
Material : concrete
Material : Polypropylene
Material : Polypropylene
Q : 100 m3 /h
n : 1450 rpm
58
Material : Stainless Steel
8 Precipitation Tank
Bentuk : silinder
D : 1,8 m
H : 3,2 m
D : 0,5 m
L : 3,2 m
N : 298 rpm
10 Settler
Bentuk : silinder
D : 11 m
H :4m
59
Prinsip kerja : Pengendapan mengikuti prinsip gravitasi, slude
turun ke bawah dan dibuang, larutan garam bening keluar dari
permukaan.
11 Overflow Edge
Material : polypropylene
12 Hot Insulation
Bentuk : silinder
Tebal : 40 mm
Material : rockwool
R : 5,5 m
N : 1,2 rpm
15 Gravel Filter
Bentuk : silinder
D : 1,6 m
60
H : 4,3 m
H : 1,8 m
V : 3,6 m3
17 Ion Exchanger
Bentuk : silinder
D : 1,2 m
H : 3,9 m
H : 1,0 m
61
Bentuk : silinder
D : 4,5 m
H : 6,7 m
V : 103 m3
62
LAMPIRAN B
DOKUMENTASI KERJA PRAKTEK
1. PERTEMUAN 1 (15-09-2021)
2. PERTEMUAN 2 (30-09-2021)
63
3. PERTEMUAN 3 (01-10-2021)
64