Oleh:
1. Bq. Harvani 2209611002
2. M. Farhan Al Ma’arif 2209611022
3. Yeni Ratna Sari 2209611023
4. Milda Lailia 2209611031
5. Ni Made Adinda Arya Ningrum 2209611039
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, dan hidayah-
Nya sehingga penulisan “Laporan Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar” dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini berisi mengenai seluruh kegiatan yang
telah dilaksanakan selama berkoasistensi di kesehatan masyarakat veteriner.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak yang telah membantu, memberi dukungan serta memberikan bimbingan selama kegiatan
ini berlangsung. Pada kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. drh. I Nyoman Suartha, M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana
2. Bapak Prof. Dr. drh. I Made Dwinata, M.Kes. selaku Koordiator Pendidikan Profesi Dokter
Hewan (PPDH) Fakultas Kedoktera Hewan Universitas Udayana.
3. Bapak Dr. drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, M.P, selaku Koordinator PPDH Bagian
Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Udayana
4. Bapak drh. Ida Bagus Ngurah Swacita, M.P., Bapak Prof. Dr. drh. I Wayan Suardana,
M.Si., Bapak drh. I Made Sukada, M.Si., Bapak drh. Mas Djoko Rudyanto, M.S., Bapak
drh. Kadek Karang Agustina M.P., dan Bapak drh. Romy Muhammad Dary Mufa, S.KH.,
M.Si. selaku dosen pengampu di Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Udayana.
5. Serta semua pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan koasistensi di
bagian Lab. Kesmavet
Penulis juga menyadari bahwa laporan kami masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab
itu diperlukan adanya saran dan kritik membangun agar kepenulisan kami menjadi lebih baik
dikemudian hari. Akhir kata, kami berharap semoga laporan ini berguna bagi berbagai pihak
yang memerlukan.
PPDH 21 Kelompok B
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai sumber daya alam
hayati termasuk berbagai jenis bahan pangan yang dapat digunakan sebagai bahan flora dan
fauna dimana sumber daya alam ini perlu dilindungi dan dilestarikan dari berbagai ancaman
maupun kerusakan yang disebabkan oleh hama penyakit hewan, organisme pengganggu
tumbuhan berbahaya dan kerusakan yang ditimbulkannya sering kali menimbulkan dampak
yang sangat luas terhadap stabilitas ekonomi dan ketahanan pangan nasional. Meningkatnya
perdagangan, penyebarannya hewan, ikan dan tumbuhan dari dalam atau luar negeri, semakin
membuka peluang bagi kemungkinan masuk dan menyebarnya penyakit hewan ataupun hama
penyakit ikan, serta organisme pengganggu tumbuhan yang berbahaya. Dilihat dari aspek
peternakan antara lain sapi, kambing, ayam, babi serta produk lain yang dihasilkan yang
disebut juga hasil bahan asal hewan meliputi daging, susu, dan telur sebagai sumber protein
hewani, juga dapat menjadi sumber penyakit zoonosis. Penyakit zoonosis merupakan penyakit
yang berasal dari hewan yang bisa ditularkan ke manusia baik secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya Avian Influenza, Anthrax, Bruccelosis, Rabies dan Jembrana.
Pulau bali sebagai pulau yang terkenal dan mengandalkan sektor pariwisatanya tidak
bisa lepas dari kunjungan wisatawan, baik wisatawan asing maupun domestik. hal ini
berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan akan komoditi hewani ( baik hewan, hasil bahan
asal hewan) yang sering kali tidak dapat dipenuhi oleh produsen lokal di bali, sehingga harus
mendatangkan dari luar daerah ataupun negara lain. Karantina dalam hal ini Balai Karantina
Kelas I Denpasar. Balai Karantina Wilayah Kerja Padangbai dan Wilayah Kerja Gilimanuk
sangat memiliki peran untuk menjaga lalu lintas pengiriman komoditi tersebut. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana sebagai salah satu lembaga pendidikan Program Studi
dokter hewan di Indonesia perlu membekali para calon dokter hewan dalam bidang
perkarantinaan khususnya tentang peran dokter hewan dalam pencegahan dan penyebaran
penyakit hewan ke bali atau daerah lain dengan menentukan status kesehatan hewan yang akan
keluar atau masuk. Kesehatan hewan yang merupakan salah satu syarat komoditi itu bisa masuk
atau keluar pada suatu daerah harus melalui pemeriksaan baik secara klinis maupun
laboratorium.
1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui tentang tindakan karantina
hewan, bahan asal hewan dan tumbuhan khususnya di balai Karantina Pertanian Kelas I
denpasar, Balai Karantina Wilayah Kerja Padang Bai dan Balai Karantina Wilayah Kerja
Gilimanuk.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
reorganisasi dengan SK Menteri Pertanian No. 800/Kpts/OT. 210/12/1994 tanggal 13
Desember 1994 yang menetapkan bahwa Balai Karantina Kehewanan Wilayah IV
Denpasar berubah menjadi Balai Karantina Hewan Ngurah Rai dengan wilayah kerja yang
meliputi pelabuhan laut, pelabuhan penyebrangan, dan pelabuhan udara yang ada di
Provinsi Bali saja. Selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Pertanian No.
501/Kpts/OT/8/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Susunan Organisasi Balai, Stasiun
Kelas I, dan Stasiun Kelas II Karantina Hewan, Balai Karantina Hewan Ngurah Rai tidak
mengalami perubahan nama.
Perkembangan selanjutnya, berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 548/Kpts/
OT/ 210/2004 tentang Susunan Organisasi Balai dan Stasiun Karantina Hewan, maka
Balai Karantina Hewan Ngurah Rai berubah menjadi Balai Karantina Hewan (BKH) Kelas
I Ngurah Rai dengan wilayah kerja yang meliputi Pelabuhan Laut Benoa, Pelabuhan Laut
Celukan Bawang, Pelabuhan Penyebrangan Padangbai, Pelabuhan Penyebrangan
Gilimanuk, Bandar Udara Ngurah Rai, dan Kantor Pos Besar Denpasar. Struktur
organisasi ini tidak mengalami perubahan hingga tahun 2008.
Karantina Tumbuhan di Pulau Bali pada awalnya merupakan penggabungan dari
Pos Karantina Pertanian Ngurah Rai yang berkedudukan di Bandara Ngurah Rai dan Pos
Karantina Pertanian Singaraja yang berkedudukan di Pelabuhan Laut Singaraja.
Berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 800/Kpts/OT/12/94 tanggal 13 Desember 1994
tentang Struktur Organisasi, kedua unit kerja Pusat Karantina Pertanian tersebut melebur
menjadi Stasiun Karantina Tumbuhan Ngurah Rai yang berkedudukan di Bandara Ngurah
Rai, sedangkan Pelabuhan Laut Singaraja berstatus sebagai wilayah kerja dari Stasiun
Karantina Tumbuhan Ngurah Rai. Perubahan status ini diikuti dengan peningkatan
eselonering dari eselon V-a menjadi eselon IV-a. Sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian No. 499/Kpts/OT. 210/8/2002 tanggal 21 Agustus 2002 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai dan Stasiun Karantina Tumbuhan, Stasiun Karantina Tumbuhan Ngurah
Rai diubah menjadi Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai dengan penambahan
satu eselon V-a, yaitu kepala urusan tata usaha, selain kepala sub seksi pelayanan teknis
yang telah ada.
Pada tanggal 22 September 2004, terbit Keputusan Menteri Pertanian No.
547/Kpts/OT. 140/9/2004 tentang Organisasi dan Tata kerja Balai serta Stasiun Karantina
Tumbuhan. Dalam Keputusan Menteri Pertanian tersebut, Stasiun Karantina Tumbuhan
Kelas I Ngurah Rai meningkat statusnya menjadi Balai Karantina Tumbuhan Kelas I
Ngurah Rai yang diikuti dengan peningkatan dan penambahan eselonering dari eselon IV-
5
a menjadi eselon III-a, lalu pada tanggal 29 Desember 2004 dilantik para pejabat struktural
sesuai dengan SK Menteri Pertanian Nomor 699/Kpts/KP. 330/12/2004 tanggal 22
Desember 2004.
Pejabat struktural tersebut terdiri atas kepala balai (eselon III-a), kepala sub
bagian tata usaha (eselon IV-a), kepala seksi pelayanan teknik (eselon IV-a), serta kepala
seksi informasi dan dokumentasi (eselon IV-a). Dengan wilayah kerja Bandara Ngurah
Rai, Pelabuhan Laut Benoa, Pelabuhan Penyebrangan Padangbai, Pelabuhan
Penyebrangan Gilimanuk, Pelabuhan Laut Celukan Bawang, Kantor Pos Denpasar, dan
tempat-tempat pemasukan dan/atau pengeluaran lainnya di Provinsi Bali.
Peningkatan status Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai menjadi
Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai tidak terlepas dari penilaian peningkatan
kinerja dan pelayanan pada tahun 2004 maupun tahun-tahun sebelumnya, dimana Stasiun
Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai pernah mendapatkan Piagam Penghargaan ABDI
BAKTI TANI pada tahun 2003 sebagai unit kerja pelayanan berprestasi Madya atas upaya
meningkatkan pelayanan kepada publik.
Pada tahun 2006, Balai Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai Kembali meraih
Plakat Penghargaan ABDI BAKTI TANI sebagai unit kerja pelayanan berprestasi Madya
atas upaya meningkatkan pelayanan kepada publik. Hal ini merupakan sebuah tantangan
yang harus dipertahankan serta ditingkatkan sehingga pelayanan terhadap masyarakat
akan semakin baik. Pada tanggal 3 April 2008, terjadi reorganisasi yang cukup besar, yaitu
dengan dikeluarkannya Permentan Nomor 22/Permentan/OT. 140/4/2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, Melalui Permentan
tersebut, terjadi integrasiantara Balai Karantina Hewan Kelas I Ngurah Rai dengan Balai
Karantina Tumbuhan Kelas I Ngurah Rai menjadi Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar.
2.2.2 Visi dan Misi Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
6
b. Memfasilitasi kelancaran perdagangan/pemasaran produk pertanian (agrobisnis).
c. Mewujudkan operasional karantina yang prima.
d. Mendorong partisipasi masyarakat dalam membantu penyelenggaraan
perkarantinaan.
2.2.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Balai Karantina Pertanian Kelas I
Denpasar
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT. 140/10/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian menyatakan bahwa kedudukan,
tugas pokok, dan fungsi Badan Karantina Pertanian adalah:
a. Kedudukan
Badan Karantina Pertanian dipimpin oleh seorang kepala badan yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Pertanian RI.
b. Tugas Pokok
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar memiliki tugas melaksanakan
kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan
keamanan hayati, hewani, dan nabati yang meliputi:
Melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan
dalam mencegah masuk serta tersebarnya Hama Penyakit Hewan
Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tanaman Karantina
(OPTK) dari luarnegeri dan antar area di dalam negeri serta keluar dan
tersebarnya HPHK serta OPTK tertentu yang dipersyaratkan negara
tujuan.
Melaksanakan kegiatan pengawasan keamanan hewani, hayati, dan
keamanan pangan.
c. Fungsi
Penyusunan rencana, evaluasi, dan pelaporan.
Pelaksanaan tindakan karantina meliputi 8P, yaitu Pemeriksaan,
Pengasingan, Pengamatan, Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan,
dan Pembebasan terhadap media pembawa HPHK dan OPTK.
Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK.
Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK.
Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati.
Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan
7
tumbuhan.
Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan
hayati hewani dan nabati.
Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, dan sarana teknik karantina
hewan dan tumbuhan.
Pelaksanaan pengawasan dan penindakan.
Pelaksanaan urusan tata usaha.
8
2.2.5 Wilayah Kerja Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 548/Kpts/OT. 140/9/2004,
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar terdiri dari lima wilayah kerja, antara lain:
Bandar Udara Ngurah Rai di Kabupaten Badung.
Pelabuhan Laut Benoa di Kota Denpasar.
Pelabuhan Laut Celukan Bawang di Kabupaten Buleleng.
Pelabuhan Penyebrangan Padangbai di Kabupaten Karangasem.
Pelabuhan Laut Gilimanuk di Kabupaten Jembrana.
2.3 Persyaratan Karantina
9
2.4 Tindakan Karantina
Media pembawa hama dan penyakit hewan atau organisme pengganggu tumbuhan
adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal hewan, tumbuhan dan bagian-bagiannya
dan/atau benda lain yang dapat membawa Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK) atau
Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK).
a. Setiap media pembawa hama dan penyakit hewan karantina yang dimasukkan, dibawa,
atau dikirim dari suatu area ke area lain di dalam, dan/atau dikeluarkan dari wilayah
Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan karantina.
b. Setiap media pembawa hama dan penyakit ikan karantina atau organisme pengganggu
tumbuhan karantina yang dimasukkan ke dalam dan/atau dibawa atau dikirim dari suatu
area ke area lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia dikenakan tindakan
karantina.
c. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan
karantina yang dikeluarkan dari wilayah Negara Rebublik Indonesia tidak dikenakan
karantina, kecuali disyaratkan oleh negara tujuan.
Tindakan karantina dilakukan oleh petugas karantina dikenal dengan istilah 8P, yaitu:
1) Pemeriksaan, dilakukan untuk mengetahui kelengkapan isi dokumen dan mendeteksi
hama dan penyakit hewan karantina, status kesehatan dan sanitasi media pembawa, atau
kelayakan sarana prasarana karantina, dan alat angkut. Pemeriksaan kesehatan atau
sanitasi media pembawa dilakukan secara fisik dengan cara pemeriksaan klinis pada
hewan atau pemeriksaan kemurnian atau keutuhan secara organoleptik pada bahan asal
hewan, hasil bahan asal hewan, dan benda lain.
2) Pengasingan, dilakukan terhadap sebagian atau seluruhnya media pembawa untuk
diadakan pengamatan, pemeriksaan, dan perlakuan dengan tujuan untuk mencegah
kemungkinan penularan hama penyakit hewan karantina selama waktu tertentu yang akan
dipergunakan sebagai dasar penetapan masa karantina.
3) Pengamatan, mendeteksi lebih lanjut hama penyakit hewan karantina melalaui
pengamatan timbulnya gejala hama penyakit hewan karantina pada media pembawa
selama diasingkan dengan menggunakan sistem semua masuk-semua keluar.
4) Perlakuan, tindakan untuk membebaskan dan mensucihamakan media pembawa dari
hama penyakit hewan karantina atau tindakan lain yang bersifat preventif, kuratif, dan
promotif.
5) Penahanan, dilakukan terhadap media pembawa yang belum memenuhi persyaratan
10
karantina atau dokumen yang dipersyaratkan oleh menteri lain yang terkait atau dalam
pemeriksaan masih diperlukan konfirmasi lebih lanjut.
6) Penolakan, dilakukan penolakan apabila media pembawa tersebut berasal dari
daerah/negara terlarang karena masih terdapat/tertular atau sedang wabah penyakit
hewan karantina golongan I, pada waktu pemeriksaan ditemukan gejala adanya penyakit
hewan karantina golongan I, atau pada waktu pemeriksaan tidak dilengkapi dengan
dokumen karantina (sertifikat kesehatan).
7) Pemusnahan, dilakukan apabila media pembawa yang ditahan tersebut melewati batas
waktu yang ditentukan dan pemilik/kuasanya tidak dapat memenuhi persyaratan yang
diperlukan atau terhadap media pembawa tersebut ditemukan adanya hama dan penyakit
hewan karantina golongan I ataupun golongan II tetapi telah diobati dan ternyata tidak
dapat disembuhkan, atau hwan yang ditolak tidak segera di berangkatkan/tidak mungkin
dilakukan penolakan dan media pembawa tersebut berasal dari daerah terlarang atau
daerah yang tidak bebas dari penyakit hewan karantinagolongan I.
8) Pembebasan, dilakukan apabila semua kewajiban dan persyaratan untuk
memasukkan/mengeluarkan media pembawa tersebut telah dipenuhi dan dalam
pemeriksaan tidak ditemukan adanya/dugaan adanya gejala hama dan penyakit hewan
karantina, atau selama pengasingan dan pengamatan tidak ditemukan adanya hama dan
penyakit hewan karantina. Pembebasan untuk masuk diberikan dengan sertifikat
pelepasan/pembebasan, sedangkan pembebasan keluar diberikan dengan sertifikat
kesehatan.
11
3) Melakukan pengawasan dan pemeriksaan lalu lintas hewan serta produknya dengan
menerapkan CIA (Controlling, Inpection, and Approval) untuk melindungi sumber daya
alam hayati fauna dari ancaman penyakit hewan berbahaya lainnya serta penyakit eksotik.
4) Melakukan Minimum Disease Program, yaitu program untuk meminimalkan kasus
penyakit hewan di suatu wilayah/daerah tertentu di Indonesia melalui sistem pengendalian
dan pengawasan lalu lintas hewan serta produknya antar wilayah/antar pulau sehingga
dapat mencegah atau menangkal penyebarannya.
5) Mewujudkan pelayanan karantina hewan yang modern, mandiri, dan professional.
Data yang berkaitan dengan operasional perkarantinaan meliputi data yang terkait
dengan tindakan karantina 8P berupa pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan,
penahanan, penolakan, pemusnahan, dan pembebasan. Menurut Statistik Badan Karantina
Hewan 2012-2016, berikut data yang berkaitandengan operasional perkarantinaan.
1) Tindakan 8P pada karantina hewan
Impor
Ekspor
Domestik masuk
Domestik keluar
2) Tindakan 8P pada karantina tumbuhan
Impor
Ekspor
Domestik masuk
Domestik keluar
3) Jenis media pembawa karantina hewan yang di lalu lintaskan
Impor
Ekspor
12
Domestik masuk
Domestik keluar
4) Jenis media pembawa karantina tumbuhan yang di lalu lintaskan
Impor
Ekspor
Domestik masuk
Domestik keluar
5) Data hasil temuan HPHK dan OPTK
6) Data pemberitahuan ketidaksesuaian yang diterima Badan Karantina Pertanian
7) Data sanding lalu lintas media pembawa terhadap temuan OPTK
8) Kegiatan kepatuhan
13
HPHK serta OPTK yang berasal dari barang impor, ekspor, dan kiriman antar area yang
dikirim melalui pos dan/atau jasa titipan.
9) Direktorat Jendral Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementrian Komunikasi
dan Informatika, bertugas dalam hal penyediaan akses internet dalam rangka
mendukung pelayanan karantina pertanian.
10) Direktorat Jendral Standarisasi dan Perlindungan Konsumen dengan Direktorat
Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Badan Pengawasan Obat dan
Makanan, bertugas dalam hal kerjasama pengawasan untuk produk non pangan, pangan
olahan, dan pangan segar.
11) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), bertugas dalam haldukungan
operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati di
wilayah perbatasan darat antar negara.
12) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI-AL), bertugas dalam hal dukungan
operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati di
wilayah perairan Republik Indonesia.
13) Deputi Bidang Pengkaji Persandian, bertugas dalam hal penyelenggaraan Certificate
Authority (CA) sebagai sarana pengaman pertukaran data dan informasi dalam sistem E-
Cert Sanitary and Pythosanitary (SPS).
14
1) KH.1 (berita acara serah terima media HPHK, diajukan paling lambat dua hari sebelum
mendatangkan atau memberangkatkan hewan maupun komoditi asal hewan).
2) KH. 2 (surat penugasan melakukan tindakan karantina).
4) KH. 4 (surat penolakan bongkar muatan, karena komoditi tersebut adalah komoditi yang
tidak boleh masuk ke daerah tujuan atau transit).
5) KH. 5 (surat persetujuan bongkar muatan, bongkar muatan biasanya dilakukanbea cukai
atas persetujuan karantina saat transit atau pindah pesawat).
6) KH. 6 (surat persetujuan muat).
7) KH. 7 (surat perintah masuk instalasi karantina hewan, untuk daging biasanya proses
karantina dilakukan di IKHS).
8) KH. 8A (surat perintah penahanan jika komoditi tersebut tidak memiliki dokumen yang
lengkap, pemilik diberikan waktu maksimal tujuh hari untuk melengkapinya).
9) KH. 8B (berita acara penolakan komoditi masuk atau keluar wilayah tersebut, komoditi
tersebut tidak boleh masuk atau keluar wilayah).
10) KH. 9A (surat perintah penolakan).
11) KH. 9B (berita acara penolakan).
12) KH. 10A (surat perintah pemusnahan).
13) KH. 10B (berita acara pemusnahan).
14) KH. 11 (sertifikat kesehatan hewan).
15) KH. 12 (sertifikasi sanitasi produk hewan).
16) KH. 13 (surat keterangan untuk benda lain).
17) KH. 14 (sertifikat pelepasan karantina hewan).
18) KH. 15 (surat keterangan transit).
19) KH. 16 (berita acara serah terima media pembawa hama penyakit hewan karantina dan
pelaksanaan tindakan karantina antar dokter hewan karantina).
20) KH. 17 (surat keterangan untuk barang yang bukan termasuk media pembawa hama
penyakit hewan karantina).
21) Kwitansi PNBP.
22) Lampiran
a. Surat keterangan kesehatan dari daerah/negara asal.
b. surat izin/rekomendasi pemasukan/pengeluaran.
c. Sertifikat halal.
15
d. Hasil uji laboratorium.
e. Health Certificate Quarantina negara asal.
f. Surat angkut satwa dalam negeri/luar negeri.
g. Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and
Flora (CITES).
h. Bill of Landing (BL).
16
3) Setiap orang yang memasukkan dan mengeluarkan:
a. media pembawa dari suatu area ke area lain di dalam wilayah negara kesatuan
republik indonesia yang tidak melengkapi sertifikat kesehatan dari tempat
pengeluaran yang ditetapkan oleh pemerintah pusat bagi hewan, produk hewan,
ikan, produk ikan,tumbuhan, dan/atau produk tumbuhan;
b. tidak melalui tempat pemasukan dan tempat pengeluaran yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat;
c. tidak melaporkan atau tidak menyerahkan media pembawa kepada pejabat karantina
di tempat pemasukan dan tempat pengeluaran yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat untuk keperluan tindakan karantina dan pengawasan dan/atau pengendalian;
d. mentransitkan media pembawa tidak menyertakan surat keterangan transit;
dipidana dengan pidana penjara paling lama dua tahun dan pidana dendapaling banyak
Rp. 2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
17
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1 Hasil
18
dan pelayanan karantina hewan di terminal Pelabuhan Penyebrangan Gilimanuk dan
Pelabuhan Penyebrangan Padangbai.
19
BAB IV
4.1 Hasil
Senin,
10 Oktober 2022
Selasa-Rabu,
11-12 Oktober 2022
Kamis-Jum’at,
13-14 Oktober 2022
Hari/
No. Uraian Kegiatan Pembimbing Lokasi
Tanggal
20
Pertanian Kelas I Denpasar
21
Pelepasan mahasiswa PPDH drh. I Nyoman
21B Fakultas Kedokteran Ludra, MP
Hewan Universitas Udayana
4 Kamis, Penerimaan dan pengenalan drh. I Nyoman Wilayah Kerja
13 Oktober mahasiswa PPDH 21B beserta Wijaya Kusuma Balai Karantina
2022 staff yang bertugas di Wilayah Mitha Pertanian
Kerja Balai Karantina Pelabuhan Laut
Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai
Padangbai
Pemaparan mengenai ruang
lingkup karantina pertanian,
pengenalan tugas pokok,
tujuan, dan fungsi karantina
pertanian
Pemaparan mengenai kegiatan
yang dilaksanakan di Wilayah
Kerja Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut
Padangbai
Pemaparan persyaratan
karantina pertanian dan
ketentuan pidana yang diatur
dalam UU No. 21 Tahun 2019
tentang karantina hewan, ikan,
dan tumbuhan
Pemaparan mengenai komoditi
yang sering diawasi di Wilayah
Kerja Karantina Pertanian
Pelabuhan Laut Padangbai,
meliputi hewan hidup (DOC,
kambing potong, sapi potong,
dan babi potong) serta HBAH
(daging ayam, daging sapi,
daging bebek, telur konsumsi,
susu segar, dan susu
pasteurisasi)
Pengenalan alur pelayanan
tindakan karantina, yaitu
tindakan 8P (pemeriksaan,
pengasingan, pengamatan,
perlakuan, pembebasan,
penahanan, penolakan, dan
pemusnahan) serta dokumen
karantina
22
Pengarahan mengenai tugas di drh. Ida Bagus
lapangan saat melakukan Eka Ludra
pemeriksaan terhadap komoditi Manuaba
yang masuk maupun keluar
Pengenalan pos yang terdapat
di Pelabuhan Padangbai (Pos 1,
Pos 2, dan Pos 3) dan
koordinasi terhadap polisi
terkait pemeriksaan komoditi di
ketiga pos kerja.
Pemeriksaan kelengkapan
administrasi terhadap komoditi
yang masuk maupun keluar
dari Wilker Pelabuhan Laut
Padangbai
5 Jum’at, Pemeriksaan kelengkapan drh. Ida Bagus Wilayah Kerja
14 Oktober administrasi terhadap komoditi Eka Ludra Balai Karantina
2022 yang masuk maupun keluar Manuaba Pertanian
dari Wilker Pelabuhan Laut Pelabuhan Laut
Padangbai Padangbai
Penyusunan laporan kegiatan
selama di Wilker Pelabuhan
Laut Padangbai
Pelepasan mahasiswa PPDH
21B Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Udayana
Tabel 4. 3 Daftar Komoditi Keluar-Masuk Area Bali melalui Wilayah Kerja Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Gilimanuk pada Selasa, 11 Oktober 2022
23
11 DOC Broiler Batu Buleleng 15096 ekor K14.M.007751
12 Daging Bebek Beku Banyuwangi Denpasar 1000 kg K14.M.007752
13 Daging Ayam Mojokerto Denpasar 1500 kg K14.M.007753
14 Ati ampela Mojokerto Denpasar 50 kg K14.M.007753
15 DOC Jantan Lumajang Buleleng 13500 ekor K14.M.007754
16 Daging Ayam Olahan Sidoarjo Badung 5150 kg K14.M.007755
17 Daging Sapi Olahan Sidoarjo Badung 4675 kg K14.M.007755
18 Daging Ayam Jombang Denpasar 4805,6 kg K14.M.007756
19 Hati Jombang Denpasar 413,8 kg K14.M.007756
20 Daging Ayam Beku Banyuwangi Denpasar 2500 kg K14.M.007757
21 Daging Ayam Banyuwangi Jembrana 2000 kg K14.M.007758
22 DOC Broiler Malang Buleleng 23000 ekor K14.M.007759
23 DOC Broiler Lamongan Gianyar 12000 ekor K14.M.007760
24 Daging Ayam Banyuwangi Denpasar 2000 kg K14.M.007761
25 Hati ampela Banyuwangi Denpasar 100 kg K14.M.007761
26 Telur Tetas Pasuruan Tabanan 46800 butir K14.M.007762
27 Daging Ayam Banyuwangi Jembrana 70 kg K14.M.007763
28 Daging Ayam Mojokerto Denpasar 4584,07 kg K14.M.007764
29 Daging Ayam Jombang Denpasar 4258,7 kg K14.M.007765
30 Hati Jombang Denpasar 423,3 kg K14.M.007765
31 Daging Ayam Jombang Denpasar 5768,7 kg K14.M.007766
32 Hati Jombang Denpasar 416,7 kg K14.M.007766
33 Daging Itik Jombang Denpasar 3000 kg K14.M.007767
34 Daging Ayam Banyuwangi Jembrana 2000 kg K14.M.007768
35 Telur Tetas Pasuruan Jembrana 46800 butir K14.M.007769
36 Daging Ayam Beku Banyuwangi Denpasar 1000 kg K14.M.007770
37 Daging Ayam Banyuwangi Jembrana 2000 kg K14.M.007771
38 Daging Ayam Pati Denpasar 4459 kg K14.M.007772
39 Telur Tetas Banyuwangi Tabanan 52200 butir K14.M.007773
40 Daging Ayam Beku Jombang Denpasar 2500 kg K14.M.007774
41 Daging Ayam Banyuwangi Jembrana 2000 kg K14.M.007775
42 Telur Konsumsi Banyuwangi Denpasar 5100 kg K14.M.007776
43 Daging Ayam Olahan Jombang Denpasar 3200 kg K14.M.007777
44 Telur Tetas Pasuruan Tabanan 45720 butir K14.M.007778
45 Daging Ayam Banyuwangi Denpasar 2300 kg K14.M.007779
46 Jerohan Ayam Banyuwangi Denpasar 200 kg K14.M.007779
47 Daging Ayam Banyuwangi Denpasar 2000 kg K14.M.007780
48 Daging Ayam Banyuwangi Denpasar 1650 kg K14.M.007781
49 Jeroan Ayam Banyuwangi Denpasar 50 kg K14.M.007781
50 Daging Ayam Banyuwangi Denpasar 1650 kg K14.M.007782
51 Jeroan Ayam Banyuwangi Denpasar 50 kg K14.M.007782
52 Daging Ayam Pati Denpasar 4470 kg K14.M.007783
53 Daging Ayam Beku Banyuwangi Denpasar 1500 kg K14.M.007784
54 Daging Ayam Jombang Denpasar 5587,1 kg K14.M.007785
55 Hati Jombang Denpasar 153 kg K14.M.007785
24
Tabel 4. 4 Daftar Komoditi Keluar-Masuk Area Bali melalui Wilayah Kerja Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Gilimanuk pada Rabu, 12 Oktober 2022
Tabel 4. 5 Daftar Komoditi Keluar-Masuk Area Bali melalui Wilayah Kerja Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai pada Kamis, 13 Oktober 2022
25
Tabel 4. 6 Daftar Komoditi Keluar-Masuk Area Bali melalui Wilayah Kerja Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai pada Jumat, 14 Oktober 2022
4.2 Pembahasan
26
Wilker Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Wilker Pelabuhan Laut Benoa, Wilker
Pelabuhan Penyeberangan Padangbai, Wilker Pelabuhan Laut Celukan Bawang, Wilker
Pelabuhan Penyeberangan Gilimanuk, dan Wilker Kantor Pos.
27
staff yang bertugas di Wilker Balai Karantina Pertanian Pelabuhan Laut Gilimanuk.
Selanjutnya dilakukan pemaparan lebih mendalam mengenai UU Nomor 21 Tahun 2019
khususnya mengenai pengertian karantina, tindakan 8P karantina, instalasi karantina, dan
masa karantina hewan. Instalasi karantina merupakan bangunan atau ruangan berikut
peralatan, lahan, dan sarana pendukung lain yang diperlukan sebagai tempat melaksanakan
tindakan karantina. Setelah pemaparan Undang-Undang, kemudian dilakukan diskusi
mengenai cara pemeriksaan, alur administrasi, serta pembahasan penyakit karantina.
Pokok bahasan dari penyakit karantina meliputi gambaran umum seperti agen penyebab
dan masa inkubasi penyakit (terkait dengan masa karantina). Kemudian dilakukan
pemaparan materi mengenai komoditi yang sering diawasi di Wilker Balai Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Gilimanuk, meliputi hewan hidup (kambing, babi, sapi, dan
ayam) serta hasil bahan asal hewan/HBAH (daging ayam, daging sapi, daging bebek, telur
konsumsi, susu segar, dan keju). Kegiatan dilanjutkan dengan pemeriksaan kelengkapan
administrasi dari komoditi baik yang masuk maupun keluar dari Wilayah Kerja Balai
Karantina Pertanian Kelas I Denpasar di Pelabuhan Penyebrangan Gilimanuk didampingi
oleh drh. I Gede Andhi.
28
mahasiswa PPDH kelompok 21B diterima secara resmi oleh drh. I Nyoman Wijaya
Kusuma Mitha. Kegiatan diawali dengan perkenalan diri masing-masing mahasiswa serta
perkenalan dari staff Wilayah Kerja Karantina Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai.
Kemudian diberikan materi dan diskusi mengenai tugas tugas pokok, tujuan, dan fungsi
karantina pertanian. Karantina merupakan suatu tempat atau usaha untuk mencegah
masuknya dan tersebarnya hama penyakit hewan dan tumbuhan dari luar wilayah serta
keluar dari suatu wilayah atau antar wilayah. Pemaparan materi kemudian dilanjutkan
mengenai perundang-undangan, meliputi UU No. 21 Tahun 2019 mengenai
Perkarantinaan Hewan, Ikan, dan Tumbuhan serta Peraturan Pemerintah yang mengatur
Karantina Hewan yakni PP No.82 Tahun 2000. Selanjutnya dijelaskan mengenai
komoditas yang sering masuk/keluar ataupun transit di Wilker Pelabuhan Laut Padangbai
seperti komoditas yang keluar yaitu day old chick (DOC), telur, daging beku, sedangkan
komoditas yang masuk meliputi hewan babi, sapi, dan kambing potong, serta BAH seperti
daging beku, dll ditambah dengan bagaimana langkah-langkah melaksanakan tindakan
karantina dimulai dari mengetahui status hewan daerah asal, gejala klinis penyakit hewan
yang khas (patognomonik), dan tindakan 8P. Diskusi lebih lanjut mengenai tindakan
karantina yang terdiri dari delapan P (8P) yakni: Pemeriksaan, Pengasingan, Pengamatan,
Perlakuan, Penahanan, Penolakan, Pemusnahan, dan Pembebasan.
29
harus dijamin kesehatannya. Pada kunjungan di Wilker Pelabuhan Laut Padangbai
beberapa instansi yang berada di Wilayah Pelabuhan Laut Padangbai didampingi oleh drh.
Ida Bagus Eka Ludra dan pejabat karantina lainnya.
Pada hari kedua (14 Oktober 2022) dilakukan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan
kelengkapan administrasi dari komoditi baik yang masuk maupun keluar dari Wilayah
Kerja Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar di Pelabuhan Laut Padangbai.
Kemudian dilakukan penyusunan laporan kegiatan yang telah dilakukan di Wilayah Kerja
Balai Karantina Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai. Kegiatan diakhiri dengan
penyerahan laporan kegiatan, evaluasi, pemberian sedikit arahan serta rangkuman tentang
30
Wilayah Kerja Balai Karantina Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai, dan pelepasan
mahasiswa PPDH Kelompok 21B oleh drh. I Nyoman Ludra, MP beserta segenap staff
lainnya.
31
BAB V
5.1 Simpulan
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar. 2021. Struktur Organiasi Balai Karantina
Pertanian Kelas I Denpasar. https://bkp1denpasar.karantina.pertanian.go.id/. Diakses
pada 29 November 2021.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 7388. 2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam
Pangan.
33
LAMPIRAN
34
2) Dokumentasi Kegiatan Koasistensi Kesmavet di Wilayah Kerja Karantina Pertanian
Pelabuhan Laut Gilimanuk
35
3) Dokumentasi Kegiatan Koasistensi Kesmavet di Wilayah Kerja Karantina
Pertanian Pelabuhan Laut Padangbai
36