BAB I
PENDAHULUAN
1.2.1 Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui serta dapat
mengidentifikasi mineral yang terdapat dalam sampel sayatan tipis (thin section)
menggunakan mikroskop polarisasi dengan metode pengamatan ortoskop nikol
sejajar dan ortoskop nikol silang dan menentukan nama batuan dari sampel.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan dapat mengamati kandungan mineral pada sampel sayatan tipis.
2. Praktikan dapat mengidentifikasi mineral yang terdapat pada sampel yang di
amati.
3. Praktikan dapat menentukan sifat optis dari mineral – mineral yang terdapat dalam
sayatan tipis menggunakan pengamatan ortoskop nikol sejajar.
4. Praktikan dapat menentukan sifat optis dari mineral – mineral yang terdapat dalam
sayatan tipis menggunakan pengamatan ortoskop nikol silang.
5. Praktikan dapat menentukan nama batuan berdasarkan hasil deskripsi komposisi
mineral menggunakan klasifikasi travis (1955)
1.3.1 Alat
1. Mikroskop NPL 107B
2. Atm
3. Buku Batuan dan Mineral
4. Atlas Mineral
5. Tabel Travis 1955
1.3.2 Bahan
1. Problem Set
2. Sayatan Mineral
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral adalah zat padat yang berupa bahan anorganik yang terbentuk
secara alamiah berupa unsur atom dengan suatu persyaratan komposis kimia tertentu
yaitu bentuk-bentuk geometrisnya beraturan.
6. Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
tegas (Danisworo 1994).
2. Warna (colour)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang
mempunyai warna khas.
3. Kekerasan (hardness)
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan
yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan
mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai
adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal
sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk
mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keeping porselin
atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya;
pirit,hematit,augite,biotit,orthoklas
5. Belahan (cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar
dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur
kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,
maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena
keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
(Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya :
1. Belahan satu arah : Muscovite.
2. Belahan dua arah : Feldspar.
3. Belahan tiga arah : Halit dan kalsit.
6. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat
dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang
belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang
bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo,
1994). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
a. Concoidal
Bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,
seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh : Kuarsa
b. Splintery/fibrous
Bila menunjukkan gejala seperti serat. Contoh : Asbestos, augit, hipersten
c. Even
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh
pada kelompok mineral lempung. Contoh ; Limonit.
d. Uneven
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar.
Contoh ; Magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
e. Hackly
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
7. Bentuk (form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai
bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994). Mineral kristalin sering
mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : Galena, pirit.
b. Bangun pimatik : Piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : Garnet
d. Mineral amorf misalnya : Chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering
mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan
kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas,
baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut
disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
1. Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran
butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat
dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula
pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
2. Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau
struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi:
struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
3. Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
4. Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda
lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
8. Berat Jenis (specific gravity)
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di
dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut.
b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
3. Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan
sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan
dengan bantuan lensa okuler yang berskala.
4. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat/
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat
dengan sifat indek biasnya; Ngelas < Nobyek. Relief mineral dapat digunakan untuk
memisahkan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain. Namun, suatu
mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca/air/udara,
sehingga reliefnya lebih tinggi.
5. Bentuk
Bentuk adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan/tata aturan
pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan
pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya.
Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya/
pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi
kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
3. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit.
6. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
7. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal
tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri
dibentuk/dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi
susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya.
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami bentura
/terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya.
8. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk hancur atau pecah secara
tifak beraturan. Suatu mineral ada yang memiliki pecahan dan belahan, namun ada
juga yang hanya memiliki pecahan saja.
9. Ukuran Mineral
Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya
bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini
dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini
yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat
diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing
pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi.
10. Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang
terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal,
dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa
kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa
NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P
09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS
kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.
Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada
ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan
mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
1. Warna Inteferensi
Warna interferensi adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan
melalui analisator kepada pengamat. Warna interferensi terjadi pada mineral
anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar ordiner dan sinar
ekstraordiner. (www. wordpress.com)
2. Pleokrisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar
bila meja objek diputar hingga 90º, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a. Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
3. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
4. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal
tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri
Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya/
pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi
kedalam tiga bagian, yaitu :
c. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
d. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
e. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit.
9. Ukuran Mineral
Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya
bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini
dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini
yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat
diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing
pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi.
10. Kembaran
Kembaran Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan
temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri.
Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran. Kembaran hanya dapat
diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang
berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna
interferensi maksimalnya berlainan. Berhubungan dengan sifat pemadamannya.Ada
beberapa macam kembaran dengan dasar klasifikasi secara deskriptif dengan melihat
bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk – bentuk kembaran tersebut antara lain
albit, carlsbad, polisintetik, periklin dan carlsbad-albit.
11. Bias Rangkap
Cahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan menjadi 2 (dua)
sinar, yang bergetar dalam 2 bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap
merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar dalam suatu
mineral.
14. Orde
Orde adalah kenampakan warna mineral yang paling nampak atau yang paling
terang terlihat ketika diamati lewat mikroskop dan orde dapat ditentukan dengan
bantuan tabel Michel levy.
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.
a. Memperkecil bukaan diafragma sehinggacahaya yang masukakanberkurang.
Halinidilakukan agar garisBeckeakantampaklebihjelas.
b. Turunkan meja obyek (tubusdinaikkan), makagarisBeckeakanbergerakke media
yang mempunyaiindeksbias yang besar.
c. Sebaliknya, jika meja obyekdinaikkan, makagarisBeckeakanbergerakkearah
media yang mempunyaiindeksbias yang lebihkecil.
BAB III
PROSEDUR KERJA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Mineral
Pembesaran lensa
Okuler : 10 x Objektif : 4x Bilangan Skala : 40 x
Bilangan skala : 0,25 DMPtot : 4,5
60 +15 + 10 = 85
60
a. Plagioklas : 𝑥 100 % = 70,6 %
85
15
b. Amfibol : 𝑥 100 % = 17,6 %
85
10
c. Kuarsa : 𝑥 100 % = 11,8 %
85
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
Skala :
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum pengenalan alat kali ini, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
mikroskop polarisasi adalah mikroskop dengan jenis olympus. Menggunakan
polarisator yang hanya menggunakan cahaya lampu yang diserap sampai pada lansa
okuler.
Mikroskop jenis ini memiliki batang yang dapat diubah menurut objek yang
diamati. Pada saat keadaan normal ataupun panjang berfungsi sebagai polarisator,
pada saat keadaan sedang, sebagai analisator, pada saat pendek berfungsi untuk bijih.
Pada perbedaan - perbedaan diatas, yaitu menurut polarisasinya, yang dibagi
adalah polarisasi pantul dan polarisasi bias. Dimana polarisasi pantul digunakan pada
objek bijih dan polarisasi bias digunakan pada objek preparat, batuan, dan
sebagainya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
https://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-
mikroskop-polarisasi/ (diakses pada jumat, 20 november 2015, pukul 19.20
WIB).