Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM MINERAGRAF

PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mineragrafi merupakan suatu cabang ilmu geologi yang mempelajai mengenai


mineral optik, dimana dalam ilmu mineragrafi kita akan melakukan kegiatan
pengamatan terhadap mineral yang tipis ( sayatan tipis ). Dalam hal pengamatan ini
kita menggunakan alat mikroskop dimana mikroskop yang digunakan berbeda
dengan mikroskop yang digunakan dalam bidang biologi, dalam ilmu geologi sendiri
mikroskop yang digunakan dikenal dengan nama mikroskop polarisasi mikroskop
yang menggunakan arus listrik sebagai sumber energy untuk menghidupkan lampu
sebagai sumber cahaya sendiri dan cahaya yang dibiaskan akan teratur berbeda
dengan mikroskop yang digunakan dalam ilmu biologi dimana sumber cahaya
berasal dari sumber energy matahari. Maka dari itu sangat penting untuk
mempelajari mikroskop polarisasi ini sebab dengan mikroskop ini kita akan
mengamati semua struktur pada mineral dengan jelas sebab menggunakan
pembesaran yang besar.
Praktikum mineragrafi ini sangat penting dalam dunia eksplorasi, karena
dengan ilmu mineragrafi kita akan lebih mudah dalam melakukan suatu pengamatan
pada mineral, dan hasilnya juga akan lebih baik. Dan sebelum daripada semua itu
sebaiknya kita mengenal bagian-bagian daripada mikroskop polarisasi ini agar lebih
mudah lagi dalam menggunakannya.
Dalam ilmu Geologi analisis sayatan tipis batuan dilakukan karena sifat-sifat
fisik, seperti tekstur, komposisi dan perilaku mineral-mineral penyusun batuan
tersebut tidak dapat dideskripsi secara megaskopis di lapangan. Mineralogi
optic adalah suatu metode yang sangat mendasar yang berfungsi untuk
mendukung analisis data geologi. Untuk dapat melakukan pengamatan
secaraoptis atau petrografi diperlukan alat yang disebut mikroskop polarisasi.
Hal itu berhubungan dengan teknik pembacaan data yang dilakukan melalui
lensa yang mempolarisasi obyek pengamatan. Hasil polarisasi obyek selanjutnya
dikirim melalui lensa obyektif dan lensa okuler ke mata (pengamat).

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

1.2 Maksud Dan Tujuan

1.2.1 Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar praktikan mengetahui serta dapat
mengidentifikasi mineral yang terdapat dalam sampel sayatan tipis (thin section)
menggunakan mikroskop polarisasi dengan metode pengamatan ortoskop nikol
sejajar dan ortoskop nikol silang dan menentukan nama batuan dari sampel.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Praktikan dapat mengamati kandungan mineral pada sampel sayatan tipis.
2. Praktikan dapat mengidentifikasi mineral yang terdapat pada sampel yang di
amati.
3. Praktikan dapat menentukan sifat optis dari mineral – mineral yang terdapat dalam
sayatan tipis menggunakan pengamatan ortoskop nikol sejajar.
4. Praktikan dapat menentukan sifat optis dari mineral – mineral yang terdapat dalam
sayatan tipis menggunakan pengamatan ortoskop nikol silang.
5. Praktikan dapat menentukan nama batuan berdasarkan hasil deskripsi komposisi
mineral menggunakan klasifikasi travis (1955)

1.3 Alat dan bahan

1.3.1 Alat
1. Mikroskop NPL 107B
2. Atm
3. Buku Batuan dan Mineral
4. Atlas Mineral
5. Tabel Travis 1955
1.3.2 Bahan
1. Problem Set
2. Sayatan Mineral

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mineral

Mineral adalah zat padat yang berupa bahan anorganik yang terbentuk
secara alamiah berupa unsur atom dengan suatu persyaratan komposis kimia tertentu
yaitu bentuk-bentuk geometrisnya beraturan.

2.2 Sifat – Sifat Fisik Mineral

Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-


atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik/kimia
tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu
(Graha,1987). Sifat-sifat fisik yang dimaksudkan adalah :
1. Kilap (luster)
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
mineral saat terkena cahaya (Sapiie, 2006).
Kilap ini secara garis besar dapat dibedakan menjadi jenis :
a. Kilap Logam (metallic luster): bila mineral tersebut mempunyai kilap atau
kilapan seperti logam. Contoh mineral yang mempunyai kilap logam yaitu
galena,pirit,magnetit,kalkopirit,grafit dan hematit
b. Kilap Bukan Logam (non metallic luster), terbagi atas:
1. Kilap intan (adamantin luster), cemerlang seperti intan.
2. Kilap kaca (viteorus luster), misalnya pada kuarsa dan kalsit.
3. Kilap Sutera (silky luster), kilat yang menyeruai sutera pada umumnya terdapat
pada mineral yang mempunyai struktur serat, misalnya pada asbes, alkanolit, dan
gips.
4. Kilap Damar (resinous luster), memberi kesan seperti damar misalnya pada
spharelit.
5. Kilap mutiara (pearly luster), kilat seperti lemak atau sabun, misalnya pada
serpentin,opal dan nepelin.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

6. Kilap tanah, kilat suram seperti tanah lempung misalnya pada kaolin, bouxit dan
limonit.
Kilap mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat
dipakai dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang akan
dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak begitu
tegas (Danisworo 1994).
2. Warna (colour)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu, coklat
kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang
mempunyai warna khas.
3. Kekerasan (hardness)
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu
mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai sebagai kekerasan
yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih kecil akan
mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang biasa dipakai
adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman dan dikenal
sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari skala 1 untuk
mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Tabel 2.1 Skala Kekerasan Mosh

Skala Kekerasan Mineral Rumus Kimia


1 Talc H2Mg3 (SiO3)4
2 Gypsum CaSO4. 2H2O
3 Calcite CaCO3
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3 (PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8

7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

4. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat
dapat diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keeping porselin
atau membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya walaupun warna mineralnya berubah-ubah. Contohnya;
pirit,hematit,augite,biotit,orthoklas
5. Belahan (cleavage)
Balahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar
dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur
kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah
melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,
maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur
(Danisworo, 1994).
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai tiga
arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh mineralnya :
1. Belahan satu arah : Muscovite.
2. Belahan dua arah : Feldspar.
3. Belahan tiga arah : Halit dan kalsit.
6. Pecahan (fracture)
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan dapat
dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan bidang
belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedang
bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur (Danisworo,
1994). Pecahan mineral ada beberapa macam, yaitu:
a. Concoidal
Bila memperhatikan gelombang yang melengkung di permukaan pecahan,
seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh : Kuarsa
b. Splintery/fibrous
Bila menunjukkan gejala seperti serat. Contoh : Asbestos, augit, hipersten
c. Even
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus, contoh
pada kelompok mineral lempung. Contoh ; Limonit.
d. Uneven
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang kasar.
Contoh ; Magnetit, hematite, kalkopirite, garnet.
e. Hackly
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan runcing-
runcing. Contoh pada native elemen emas dan perak.
7. Bentuk (form)
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, dan ada pula yang tidak. Mineral yang
membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering mempunyai

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

bangun yang khas disebut amorf (Danisworo, 1994). Mineral kristalin sering
mempunyai bangun yang khas, misalnya:
a. Bangun kubus : Galena, pirit.
b. Bangun pimatik : Piroksen, ampibole.
c. Bangun doecahedon : Garnet
d. Mineral amorf misalnya : Chert, flint.
Kristal dengan bentuk panjang dijumpai. Karena pertumbuhan kristal sering
mengalami gangguan. Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan
kondisi sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas,
baik yang berdiri sendiri maupun di dalam kelompok-kelompok. Kelompok tersebut
disebut agregasi mineral dan dapat dibedakan dalam struktur sebagai berikut:
1. Struktur granular atau struktur butiran yang terdiri dari butiran-butiran mineral
yang mempunyai dimensi sama, isometrik. Dalam hal ini berdasarkan ukuran
butirnya dapat dibedakan menjadi kriptokristalin/penerokristalin (mineral dapat
dilihat dengan mata biasa). Bila kelompok kristal berukuran butir sebesar gula
pasir, disebut mempunyai sakaroidal.
2. Struktur kolom: terdiri dari prisma panjang-panjang dan ramping. Bila prisma
tersebut begitu memanjang, dan halus dikatakan mempunyai struktur fibrous atau
struktur berserat. Selanjutnya struktur kolom dapat dibedakan lagi menjadi:
struktur jarring-jaring (retikuler), struktur bintang (stelated) dan radier.
3. Struktur Lembaran atau lameler, terdiri dari lembaran-lembaran. Bila individu-
individu mineral pipih disebut struktur tabuler,contoh mika. Struktur lembaran
dibedakan menjadi struktur konsentris, foliasi.
4. Sturktur imitasi : kelompok mineral mempunyai kemiripan bentuk dengan benda
lain. Mineral-mineral ini dapat berdiri sendiri atau berkelompok.
Bentuk kristal mencerminkan struktur dalam sehingga dapat dipergunakan untuk
pemerian atau pengidentifikasian mineral (Sapiie, 2006).
8. Berat Jenis (specific gravity)
Adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume mineral. Cara yang
umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang mineral tersebut
terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral ditimbang lagi dalam
keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat terhitung dalam keadaan di

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat air yang volumenya sama
dengan volume butir mineral tersebut.

2.3 Pengamatan Secara Orthoskop Nikol Sejajar

Setiap mineral memiliki sistem kristalnya masing-masing: isometrik (sumbu


a = sumbu b = sumbu c; < = < = <); rhombik (sumbu a  sumbu b  sumbu c; <
 <  <); triklin; monoklin; tetragonal, heksagonal dan lain-lain. Setiap sistem
kristal memiliki sumbu kristal, walaupun sudut yang dibentuk oleh masing-masing
sumbu kristal antara sistem kristal yang satu terhadap yang lain berbeda. Untuk
itulah setiap mineral memiliki sifat optis tertentu, yang dapat diamati pada posisi
sejajar atau diagonal terhadap sumbu panjangnya (sumbu c). Pengamatan
mikroskopis yang dilakukan pada posisi sejajar sumbu panjang disebut pengamatan
pada nikol sejajar. Pengamatan Tanpa Nikol (Nikol Sejajar) Sifat-sifat optik yang
dapat diamati adalah ketembusan cahaya, inklusi, ukuran, bentuk, belahan dan
pecahan, indeks bias dan relief, warna, dan pleokroisme.
1. Warna
Warna merupakan pencerminan dari kenampakan daya serap atau absorpsi
panjang gelombang dari cahaya yang masuk pada mineral anisotropic. Pengamatan
warna mineral secara megaskopis dengan contoh setangan sangat berbeda dengan
pengamatan warna secara miroskopis. Hanya saja suatu pendekatan teoritis bahwa
pada umumnya mineral yang berwarna pucat sampai putih dalam contoh setangan
cenderung akan nampak tidak berwarna atau transparan di dalam sayatan tipis,
sebaliknya mineral-mineral yang berwarna gelap atau hitam secara megaskopis akan
nampak berbagai variasi warna dalam sayatan tipis. Sedangkan mineral yang kedap
cahaya atau mineral yang tidak tembus cahaya, akan berwarna gelap atau hitam.
2. Pleokrisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar
bila meja objek diputar hingga 90º, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a. Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
3. Ukuran mineral
Ukuran mineral dapat dinyatakan secara absolut dalam mm atau cm dan
sebagainya. Pengukuran lebar dan panjang atau diameter mineral dapat dilakukan
dengan bantuan lensa okuler yang berskala.
4. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat/
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat
dengan sifat indek biasnya; Ngelas < Nobyek. Relief mineral dapat digunakan untuk
memisahkan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain. Namun, suatu
mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca/air/udara,
sehingga reliefnya lebih tinggi.
5. Bentuk
Bentuk adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan/tata aturan
pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan
pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya.
Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya/
pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi
kedalam tiga bagian, yaitu :
1. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
2. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
3. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit.
6. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
7. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal
tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri
dibentuk/dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi
susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya.
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami bentura
/terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah belahannya.
8. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk hancur atau pecah secara
tifak beraturan. Suatu mineral ada yang memiliki pecahan dan belahan, namun ada
juga yang hanya memiliki pecahan saja.
9. Ukuran Mineral
Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya
bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini
dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini
yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat
diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing
pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi.
10. Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang
terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal,
dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa
kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa
NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P
09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.
Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada
ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan
mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.

2.4 Pengamatan Secara Orthoskop Nikol Silang

1. Warna Inteferensi
Warna interferensi adalah warna yang dihasilkan dari cahaya yang diteruskan
melalui analisator kepada pengamat. Warna interferensi terjadi pada mineral
anisotrop karena adanya selisih harga indeks bias sinar ordiner dan sinar
ekstraordiner. (www. wordpress.com)
2. Pleokrisme
Gejala perubahan warna mineral pada ortoskop tanpa nikol atau nikol sejajar
bila meja objek diputar hingga 90º, disebut dengan pleokroisme. Untuk semua jenis
mineral, masing-masing mempunyai sifat pleokrisme yang berbeda.
Jenis-jenis pleokroisme mineral dapat dibagi kedalam 2 (dua) golongan, yaitu :
a. Dwikroik (dichroic), bila terjadi perubahan dua warna yang berbeda, contoh
pada mineral bersistem kristal hexagonal dan tetragonal.
b. Trikroik (trichroic), bila terjadi perubahan tiga warna yang berbeda. Terjadi
pada mineral dengan sistem kristal ortorombik, monoklin dan triklin.
Perubahan tiga warna akan terlihat jika membuat sayatan dengan dua arah yang
berbeda.
3. Indeks Bias
Indeks bias mineral dapat diartikan sebagai salah satu nilai (konstanta) yang
menunjukkan perbandingan sinus sudut datang (i) dengan sinus sudut bias atau
refraksi (r). Berdasarkan pengertian tersebut, maka indeks bias (n) juga merupakan
fungsi dari perjalanan sinar di dalam medium yang berbeda.
4. Belahan
Belahan adalah sifat mineral yang berhubungan dengan sistem kristalnya juga.
Pada umumnya, suatu mineral memiliki bentuk kristal dari suatu sistem kristal
tertentu, sesuai dengan pertumbuhan kristalnya. Pertumbuhan kristal sendiri

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

dibentuk/dibangun oleh susunan atom di dalamnya. Dengan demikian, sisi-sisi


susunan atom-atom tersebut menjadi lebih lemah dibandingkan dengan ikatannya.
Hal itu berpengaruh pada tingkat kerapuhannya. Saat mineral mengalami
benturan/terdeformasi, maka pecahannya akan lebih mudah mengikuti arah
belahannya.
5. Pecahan
Pecahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk hancur atau pecah secara
tifak beraturan. Suatu mineral ada yang memiliki pecahan dan belahan, namun ada
juga yang hanya memiliki pecahan saja.
6. Relief
Relief adalah sifat optis mineral atau batuan yang menunjukkan tingkat/
besarnya pantulan yang diterima oleh mata (pengamat). Semakin besar sinar yang
dipantulkan atau semakin kecil sinar yang dibiaskan oleh lensa polarisasi, maka
makin rendah reliefnya, begitu pula sebaliknya. Jadi, relief mineral berhubungan erat
dengan sifat indek biasnya; Ngelas < Nobyek. Relief mineral dapat digunakan untuk
memisahkan antara batas tepi mineral yang satu dengan yang lain. Namun, suatu
mineral memiliki indeks bias yang lebih rendah dibandingkan kaca/air/udara,
sehingga reliefnya lebih tinggi.
7. Inklusi
Pada kristal tertentu, selama proses kristalisasi sebagian material asing yang
terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam kristal,
dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material tersebut dapat berupa
kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda jenisnya, atau berupa
kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida baik cairan ataupun gas.
Kungkungan dapat dikenali di bawah mikroskop tanpa nikol apabila terdapat
perbedaan antara bahan inklusi dengan kristal yang mengungkungnya, misalnya pada
ketembusannya, relief maupun perbedaan warna. Bidang batas antara inklusi dengan
mineral yang mengungkungnya dapat bersifat seperti batas bidang kristal biasa.
8. Bentuk
Bentuk adalah bentuk suatu kristal mineral mengikuti pertumbuhan/tata aturan
pertumbuhan kristal. Bentuk kristal yang ideal pasti mengikuti susunan atom dan
pertumbuhan atom-atom tersebut, atau dapat pula mengikuti arah belahannya.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Sebagian besar mineral yang terbentuk oleh proses pembekuan magma di luar,
menunjukkan bentuk kristal yang tidak sempurna, karena pembekuannya/
pengkristalisasiannya sangat cepat sehingga bentuknya kurang sempurna, begitu pula
sebaliknya. Jadi, bentuk kristal dapat digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
tingkat kristalisasi mineral secara umum. Bentuk-bentuk mineral dapat dibagi
kedalam tiga bagian, yaitu :
c. Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri.
d. Subhedral, bila kristal dibatasi hanya sebagian bidang kristalnya sendiri.
e. Anhedral, bila kristal sama sekali tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristalnya
sendiri.
Suatu jenis mineral dapat tumbuh dengan bentuk euhedral, subhedral ataupun
anhedral. Tetapi ada mineral-mineral tertentu yang hampir selalu hadir euhedral,
misalnya leusit dan apatit. Adapula yang hampir tidak pernah hadir dengan bentuk
euhedral , misalnya alunit dan jadeit.
9. Ukuran Mineral
Ukuran mineral dalam suatu sayatan tipis dapat diukur dengan diketahuinya
bilangan skala untuk masing-masing pembesaran total. Ukuran mineral ini
dinyatakan secara absolute dalam mm dan cm dan sebagainya. Dalam praktikum ini
yang dipakai adalah ukuran dalam satuan mm, dengan okuler yang berskala dapat
diukur ukuran (lebar, panjang, dan garis tengah) dari mineral. Untuk masing-masing
pembesaran yang digunakan, akan memberikan ukuran mineral yang bervariasi.
10. Kembaran
Kembaran Selama pertumbuhan kristal atau pada kondisi tekanan dan
temperatur tinggi, dua atau lebih kristal intergrown dapat terbentuk secara simetri.
Simetri intergrown inilah yang dikenal sebagai kembaran. Kembaran hanya dapat
diamati pada nikol bersilang karena kedudukan kisi pada dua lembar kembaran yang
berdampingan saling berlawanan, sehingga kedudukan gelapan dan warna
interferensi maksimalnya berlainan. Berhubungan dengan sifat pemadamannya.Ada
beberapa macam kembaran dengan dasar klasifikasi secara deskriptif dengan melihat
bentuk dan pola kembarannya saja. Bentuk – bentuk kembaran tersebut antara lain
albit, carlsbad, polisintetik, periklin dan carlsbad-albit.
11. Bias Rangkap

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Cahaya yang masuk dalam media anisotrop akan dibiaskan menjadi 2 (dua)
sinar, yang bergetar dalam 2 bidang yang saling tegak lurus. Harga bias rangkap
merupakan selisih maksimum kedua indeks bias sinar yang bergetar dalam suatu
mineral.

12. Sudut Gelapan dan Jenis Gelapan


Sudut gelapan adalah sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang kristalografi (sb-
c) dengan sumbu indikatrik mineral, baik sinar cepat maupun sinar lambat.Gelapan
adalah keadaan mineral pada kedudukan warna interferensi maksimum, terjadi
apabila sumbu indikatris (arah getar sinar) mineral sejajar dengan arah getar
analisator atau polarisator. Terdapat beberapa jenis gelapan, yaitu:
a. Gelapan sejajar/parallel yaitu kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal
(sumbu c) sejajar dengan arah getar polarisator dan/atau analisator. Sehingga
dapat dikatakan sumbu optik berimpit dengan sumbu kristalografi.
b. Gelapan miring Kedudukan gelapan di mana sumbu panjang kristal (sumbu c)
menyudut terhadap arah getar polarisator dan/atau analisator. Sehingga dapat
dikatakan sumbu optik menyudut terhadap sumbu kristalografi.
c. Gelapan simetris, terjadi bila pemadaman pada posisi simetris (X,Z = 45o).
Umumnya pada sayatan mineral sistem ortorombik, monoklin, misalnya pada
jenis mineral piroksin dan amphibol.
d. Gelapan bergelombang Terjadi pada mineral yang mengalami tegangan/distorsi
sehingga orientasi sebagian kisi kristal mengalami perubahan berangsur, dan
kedudukan gelapan masing-masing bagian agak berbeda.
e. Gelapan bintik/mottled extinction Umumnya terjadi pada mineral silikat berlapis
(mika), hal ini terjadi karena perubahan orientasi kisi kristal secara lokal,
sehingga tidak seluruh bagian kristal sumbu sinarnya berorientasi sama
13. Sifat Birefringence (BF) atau Bias Rangkap
Standarisasi sayatan tipis memiliki ketebalan 0,03 mm. Dalam sayatan tipis,
interference mineral harus dapat diamati, yang hanya dapat dalam sayatan tipis 0,03
mm. Ct. warna interference kuarsa terendah berada pada orde pertama putih (abu-
abu) atau mendekati warna kuning orde I. Warna interference dapat dilihat dari
posisi horizontal sayatan. Setelah warna interference diketahui, pengamatan

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

dilanjutkan melalui garis diagonalnya hingga didapatkan sifat birefringence (BF).


Dari posisi birefringence, dengan meluruskan ke bawah melalui garis diagonal ke
perpotongannya, akan diketahui ketebalan standarnya, apakah lebih tebal atau tidak
dari 0,03 mm. Orde warna interference dan birefringence menggunakan tabel warna
Michel-Levy.

14. Orde
Orde adalah kenampakan warna mineral yang paling nampak atau yang paling
terang terlihat ketika diamati lewat mikroskop dan orde dapat ditentukan dengan
bantuan tabel Michel levy.

2.5 Metode Garis Becke

Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara dua
medium yang saling bersentuhan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut.
a. Memperkecil bukaan diafragma sehinggacahaya yang masukakanberkurang.
Halinidilakukan agar garisBeckeakantampaklebihjelas.
b. Turunkan meja obyek (tubusdinaikkan), makagarisBeckeakanbergerakke media
yang mempunyaiindeksbias yang besar.
c. Sebaliknya, jika meja obyekdinaikkan, makagarisBeckeakanbergerakkearah
media yang mempunyaiindeksbias yang lebihkecil.

2.6 Metode illuminasi miring

Metode illuminasi miring dilakukan dengan memakai bahan yang tidak


tembus cahaya, misalnya karton. Prosedur kerjanya sebagai berikut :
a. Dilakukan penutupan sebagian jalannya sinar yang masuk ke dalam mineral
dengan menggunakan benda yang tidak tembus sinar.
b. Pada bagian ini akan terlihat dua jenis yang berbeda, yaitu apabila bayangan gelap
nampak pada posisi yang berlawanan dengan arah posisi penutupnya, maka n min<
n cb.
c. Sebaliknya jika terlihat bayangan gelap nampak pada posisi yang searah dengan
arah penutupan jalannya sinar, maka n min> n cb.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Dari berbagai penelitian dihasilkan bahwa jenis mineral-mineral mafik seperti


biotit, piroksin, olivine, dan sebagainya, umumnya mempunyai harga indeks bias
yang lebih besar, dan sebagian kecil mempunyai indeks bias mineral yang lebih
rendah.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

BAB III
PROSEDUR KERJA

Langkah – langkah dalam melakukan pemakaian penggunaan mikroskop


dimulai dari mikropskop yang diletakkan diatas meja kemudian kami menyalakan
mikroskop tersebut kemudian setelah itu kami mengamati bagian – bagian
mikroskop polarisasi, setelah mengamati bagian – bagian tersebut kami melakukan
percobaan pengamatan pada mikroskop tersebut. setelah itu kami mengambil gambar
bagian depan, samping kanan, dan samping kiri pada mikroskop tersebut untuk
digambar dengan menggambarkan bagian – bagian tersebut dalam kertas format
yang sudah di sediakan sebelumnya.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Deskripsi Mineral

Nama Praktikan : MUH. MUSHAWWIR ALI P Hari / Tanggal : Senin / 05 / 11 / 2018


Stambuk : 09320160058 Jam : 10.00 – 12.00

Asisten Pendamping : NURUL ARIFAH Klasifikasi : Travis (1955)


Sampel ID :

Pembesaran lensa
Okuler : 10 x Objektif : 4x Bilangan Skala : 40 x
Bilangan skala : 0,25 DMPtot : 4,5

Deskripsi Mikroskopis : kenampakan mikroskopis pada batuan abu – abu, warna


interferensi abu – abu, ukuran mineral 0,3 – 0,9 bentuk mineral anhedral – euhedral,
komposisi mineral terdiri dari Plagioklas, Amfibol, Biotit, olivin, dan kuarsa.

Deskripsi Mineralogi (Mineralogy Of Description)


Deskripsi Sifat Optis
Nikol Sejajar Nikol Silang %
Nama Mineral Warna, Pleokrisme, Bentuk Mineral, Warna Interferensi, Kembaran, Sudut
Belahan (Cleavage), Indeks Bias, Relief. Gelapan, Dan Jens Gelapan, Sifat
Birefringence (BF) Atau Bias Rangkap

Abu – abu , Tinggi, Prismatik/ Abu – abu hitam, tinggi,


Tabular, Subhedral (Kurang tidak ada, 85 , lemah abu –
0

Plagioklas abu Orde – I (0.004)


Sempurna) Searah ( Nano
60%
Mineral > NCB ), Tinggi

Hitam, tinggi, prismatic Hitam – Coklat, 300, Orde


panjang, 2 arah , Nano Mineral – I 0,001
Amfibol 15%
> Nano Kanada Balsem (NCB)
Sedang.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Hitam, kuat, tabular berlembar, Hitam, ada, parallel, kuat,


Biotit sempurna dalam satu arah, Orde – I 0,001
( Nano Mineral > NCB ), 5%

Hijau, sedang, tidak teratur, Biru, sedang, tidak teratur,


sempurna dalam satu arah, sempurna dalam satu arah, 5%
Olivin ( Nano Mineral > NCB ), tinggi ( Nano Mineral > NCB ),
tinggi

Abu- abu, tidak ada, parallel


sedang, Orde – I 0,003
Kuarsa 10%

Warna hitam, tinggi, tabular Hitam, tinggi, ada, Orde – I


Mineral Opak berlembar. di mana mineral ini 0,001. Di mana mineral ini 5%
tidak tembuus cahaya tidak tembus cahaya

60 +15 + 10 = 85
60
a. Plagioklas : 𝑥 100 % = 70,6 %
85

15
b. Amfibol : 𝑥 100 % = 17,6 %
85

10
c. Kuarsa : 𝑥 100 % = 11,8 %
85

Nama Batuan : DIORIT KWARSA (Travis 1955)

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

Nikol Sejajar Nikol Silang


A B C D E F G H I J A B C D E F G H I J

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

Skala :

Asisten Pendamping Praktikan

( NURUL ARIFAH ) ( MUH. MUSHAWWIR ALI P )

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum pengenalan alat kali ini, dapat ditarik satu kesimpulan bahwa
mikroskop polarisasi adalah mikroskop dengan jenis olympus. Menggunakan
polarisator yang hanya menggunakan cahaya lampu yang diserap sampai pada lansa
okuler.
Mikroskop jenis ini memiliki batang yang dapat diubah menurut objek yang
diamati. Pada saat keadaan normal ataupun panjang berfungsi sebagai polarisator,
pada saat keadaan sedang, sebagai analisator, pada saat pendek berfungsi untuk bijih.
Pada perbedaan - perbedaan diatas, yaitu menurut polarisasinya, yang dibagi
adalah polarisasi pantul dan polarisasi bias. Dimana polarisasi pantul digunakan pada
objek bijih dan polarisasi bias digunakan pada objek preparat, batuan, dan
sebagainya.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Laboratoium sekiranya perlu di perluas karena terlalu sempit untuk
melakukan praktikum.
5.2.2 Saran Untuk Asisten
Untuk asisten agar lebih sabar lagi dalam membimbing kami, dan kalau boleh
beri kami kesempatan lebih lagi untuk belajar dan memperbaiki kesalahan kami
dalam pengetikan untuk kesempurnaan laporan ini karena kami mengambil
konsentrasi eksplorasi yang sedang menjalankan 4 laboratorium secara bersamaan
dimohon pengertiannya atas keterlambatan dalam asistensi kami.

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058
PRAKTIKUM MINERAGRAF
PENGAMATAN MINERAL PADA SAYATAN TIPIS

DAFTAR PUSTAKA

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROSKOP MINERAL TRANSPARAN DAN


BIJIH, Jurusan Teknik Pertambangan, FTI – UMI, Tahun 2013.

MIKROSKOP.pdf (diakses pada, jumat 20 november 2015, pukul 19.00 WIB).

http://heruharyadi27.blogspot.com/2009/11/mikroskop-polarisasi.html (diakses pada,


rabu, 20 november 2015, pukul 19.11 WIB).

https://1902miner.wordpress.com/2011/09/30/contoh-laporan-pengenalan-
mikroskop-polarisasi/ (diakses pada jumat, 20 november 2015, pukul 19.20
WIB).

NURUL ARIFAH MUH. MUSHAWWIR ALI P


09320140071 09320160058

Anda mungkin juga menyukai