Anda di halaman 1dari 19

PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG

LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air asam tambang merupakan salah satu isu lingkungan yang berpotensi terjadi
di kegiatan penambangan baik batubara maupun bijih. Air asam tambang terbentuk
karena adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan penggalian dan
penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut kontak dan teroksidasi oleh
oksidator utama yakni oksigen dan membentuk produk-produk oksidasi. Produk-
produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh adanya air (air hujan). Hal ini
menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang ditandai dengan
rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan air asam tambang
juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam terlarut di badan
air penerima.
Pada pertambangan batubara yang menerapkan metode tambang terbuka (open
pit mine), air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi yakni pit penambangan
(mine pit) dan timbunan batuan penutup (over burden disposal). Pembentukan air asam
tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari ketika lapisan batuan penutup yang
berpotensi membentuk air asam tambang tersingkap menjadi dinding pit dan kontak
dengan oksigen dan air. Oleh karena itu, air asam tambang yang bersumber dari pit
penambangan berpotensi memiliki kualitas yang tidak memenuhi baku mutu
lingkungan sehingga harus dialirkan ke sistem pengolahan air asam tambang sebelum
masuk ke badan air penerima. Sedangkan pembentukan air asam tambang di timbunan
batuan penutup berpotensi dapat terbentuk ketika timbunan tersebut belum final dan
jika tidak adanya upaya pencegahan pembentukan air asam tambang yang salah
satunya dapat dilakukan melalui metode enkapsulasi.
Mempelajari tentang air asam tambang adalah hal yang utama pada industri
pertambangan khususnya pada tambang batubara. Sebagai seorang sarjana teknik
pertambangan alangkah baiknya mengetahui hal-hal yang seperti ini karena sangat
diperlukan pengetahuan tentang air asam tambang terutama pencegahan dan
pengolahannya.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum air asam tambang 3 yaitu agar kami dapat
mengetahui penetralan air asam tambang dan bagaimana caranya menetralkan air asam
tambang, serta dapat mengimplementasikan dalam dunia pertambangan yang tarkait
masalah air asam tambang tersebut.
1.2.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui penetralan air asam tambang.
2. Mengetahui cara penetralan air asam tambang.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
1. Batang pengaduk;
2. Wadah kaca;
3. Gelas ukur;
4. Intelegent Meter;
5. Corong Buchner;
6. Labu Erlenmeyer;
7. Gelas Beaker;
8. Mortar dan Alue;
9. Oven;
10. Neraca analitik.
1.3.2 Bahan
1. Kapur tohor;
2. Batu Gamping;
3. Aquades;
4. Kertas Lakmus;
5. Kertas Saring.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Asam Tambang

Air asam tambang terbentuk karena adanya mineral sulfida yang tersingkap
akibat kegiatan penggalian dan penimbunan batuan penutup. Mineral sulfida tersebut
kontak dan teroksidasi oleh oksidator utama yakni oksigen dan membentuk produk-
produk oksidasi. Produk-produk oksidasi tersebut kemudian terlindi oleh adanya air
(air hujan). Hal ini menyebabkan peningkatan keasaman di badan air penerima yang
ditandai dengan rendahnya nilai pH. Selain peningkatan keasaman, pembentukan air
asam tambang juga menyebabkan peningkatan terhadap konsentrasi logam-logam
terlarut di badan air penerima. Di pertambangan batubara yang menerapkan metode
tambang terbuka (open pit mine), air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi
yakni pit penambangan (mine pit) dan timbunan batuan penutup (overburden
disposal). Pembentukan air asam tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari
ketika lapisan batuan penutup yang berpotensi membentuk air asam tambang
tersingkap menjadi dinding pit dan kontak dengan oksigen dan air. Oleh karena itu, air
asam tambang yang bersumber dari pit penambangan berpotensi memiliki kualitas
yang tidak memenuhi baku mutu lingkungan sehingga harus dialirkan ke sistem
pengolahan air asam tambang sebelum masuk ke badan air penerima. Sedangkan
pembentukan air asam tambang di timbunan batuan penutup berpotensi dapat
terbentuk ketika timbunan tersebut belum final dan jika tidak adanya upaya
pencegahan pembentukan air asam tambang yang salah satunya dapat dilakukan
melalui metode enkapsulasi. Mineral sulfida merupakan mineral yang secara alami
berdasarkan proses pembentukannya sudah terkandung didalam batuan. Mineral yang
menjadi sumber pembentuk air asam tambang ini berpotensi dapat ditemukan di area
penambangan baik tambang batubara maupun mineral.

2.2 Faktor-Faktor Pemicu Air Asam Tambang

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan, migrasi dan dampak


potensial terhadap penerima air asam tambang yaitu faktor-faktor yang mengatur laju
reaksi oksidasi sulfida dan faktor-faktor yang mengubah komposisi air penyaliran

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

tambang (mine waste) sebelum ataupun setelah keluar tambang atau fasilitas
pengolahan.

Gambar 2.1 Faktor pemicu air asam asam tambang

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi oksidasi sulfida dalam


pembentukan air asam tambang terdiri dari faktor fisika dan kimia serta faktor
biologis. Faktor fisika dan kimia yaitu jenis, luas permukaan, enkapsulasi, bentuk
kristal dan morfologi dari mineral sulfida, selanjutnya pH, potensial redoks, suhu,
sumber air lingkungan sekitar dan jenis (oksigen dan ion feri) serta ketersediaan
oksidan. Faktor biologis juga dapat mempengaruhi laju reaksi dari oksidasi sulfida
yang ditandai dengan kemampuan bakteri Acidithiobacillus ferrooxidans dalam
mengkatalis oksidasi sulfida dan ion fero Acidithiobacillus ferrooxidans adalah bakteri
aerobik autotrop yang membutuhkan oksigen dan harus mereduksi CO2 menjadi
karbon organik untuk menghasilkan bio massa. Bakteri ini dapat bekerja pada suhu
optimum yaitu 35oC dalam kondisi asam (pH antara 1,5-3,5). Bakteri lainnya adalah
Acidithiobacillus thioooxidans walaupun hanya mampu sebagai katalis oksidasi sulfur.
Aktivitas bakteri-bakteri tersebut ditentukan oleh densitas maupun laju pertumbuhan
populasinya yang berhubungan langsung dengan ketersediaan karbon (dalam bentuk
karbon dioksida), ketersediaan donor elektron (besi fero atau sulfur), ketersediaan
nutrien (nitrogen dan fosfor) sebagai bahan produksi biomassa, ketersediaan oksigen,
dan temperatur yang optimum (dibawah 70oC). Adapun faktor-faktor yang

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

mempengaruhi komposisi air penyaliran tambang terdiri dari faktor utama seperti pH,
kondisi redoks, komposisi kimia dari air penyaliran, pembentukan mineral sekunder,
penyerapan (adsorption), reaksi penetralan dan fotokimia. Faktor lainnya adalah faktor
fisika seperti kondisi iklim, hujan, pergerakan air serta suhu dan faktor biologi seperti
ekologi serta kinetika pertumbuhan mikrobial.

2.3 Proses Terbentuknya Air Asam Tambang

Air asam tambang dapat terbentuk dengan adanya mineral sulfida, air dan
oksigen serta mikroorganisme Acidithiobacillus ferroxidans sebagai katalis. Semua
faktor tersebut paling sering dijumpai dalam kegiatan pertambangan. Beberapa jenis
mineral sulfida yang sering dijumpai di wilayah pertambangan disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 2.1 Mineral Sulfida dalam Pertambangan.

Dari semua mineral sulfida yang disebutkan di atas, pyrite merupakan mineral
sulfida yang paling reaktif dalam pembentukan air asam tambang dibandingkan
dengan mineral-mineral sulfida yang lainnya. Ini dikarenakan molar metal/sulfur rasio
dari pyrite kurang dari 1. Pada pertambangan batubara, mineral pyrite biasanya
terdapat di dalam sedimen terutama di lapisan atas (roof) dan lantai (floor) batubara,
serta pada pengotor di lapisan batubara. Jumlah kandungan sulfur yang ada dalam
batubara tidak selalu berkorelasi langsung, artinya walaupun batubara memiliki

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

kandungan sulfur rendah, bukan berarti batu bara tersebut tidak berpotensi dalam
pembentukan air asam tambang. Pada pertambangan bijih, potensi terbentuknya air
asam tambang sering terdapat pada bijih yang dapat berkorelasi dengan mineral sulfida
seperti bijih tembaga, emas, timbal dan seng (Gautama, 2014).
2.3.1. Reaksi Pembentukan Air Asam Tambang
Dalam proses pembentukan air asam tambang, produk yang dihasilkan dari
reaksi oksidasi sulfida adalah keasaman, spesies sulfur, bahan terlarut total (TDS) dan
logam. Produk keasaman tergantung pada jenis mineral sulfida yang teroksidasi,
mekanisme reaksi (pengaruh oksigen dan ion feri sebagai oksidan), dan kehadiran
spesies pengkonsumsi asam seperti karbonat dan aluminosilikat. Jenis spesies sulfur
yang dihasilkan dari proses oksidasi sulfida ini adalah sulfat. Selanjutnya TDS secara
langsung berkorelasi dengan jumlah sulfat, klorida, atau bikarbonat di dalam air.Yang
terakhir adalah logam yang dihasilkan berasal dari sulfida yang teroksidasi dan
pelarutan dari mineral pengkonsumsi asam.
Secara umum, tahapan pembentukan air asam tambang ditunjukkan pada
persamaan reaksi kimia di bawah ini.

Gambar 2.2 Contoh reaksi oksidasi.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

2.4 Pencegahan dan Mitigasi Air Asam Tambang

Air menjadi media dasar transportasi kontaminan dan berbagai macam


konsekuensinya. Berbagai tindakan untuk mengontrol migrasi AMD dikaitkan dengan
pengontrolan aliran air. Air yang memasuki lokasi pembentukan keasaman mungkin
dapat dikontrol dengan cara :
1. Mengubah aliran air permukaan yang menuju ke lokasi yang mengalami polusi.
2. Mencegah infiltrasi air tanah yang menuju ke lokasi poluisi.
3. Mencegah air dari siklus hidrologi merembes ke adaerah yang terkena polusi.
4. Mengontrol penempatan limbah pembentuk AMD.
Metoda Konvensional untuk melakukan pengolahan AMD adalah dengan
penambahan materi yang berfungsi sebagai sumber alkalinitas untuk menaikkan pH
di atas ambang yang dipersyaratkan oleh bakteri yang melakukan oksidasi besi,
dengan demikian akan mengurangi kecepatan pembentukan asam. Keuntungan dari
tindakan ini adalah :
1. Menghilangkan keasaman dengan penambahan alkalinitas.
2. Menaikkan pH.
3. Menghilangkan logam berat.
4. Ferrous iron teroksidasi lebih cepat menjadi ferric iron pada pH yang lebih rendah
5. Sulfat dapat dihilangkan dengan terjadinya kelarutan kalsium sulfat jika
terdapat kalsium yang cukup.
Metoda paling sederhana dalam netraliasasi mencakup pelapisan dasar sungai
dengan batu gamping, dengan demikian air yang diolah mengalir di atasnya. Namun
strategi ini tidak efektif karena batu gamping dengan cepat diselimuti oleh lapisan
besi, kalsium sulfat dan pertumbuhan biologi, yang akan menghambat terjadinya
interaksi dengan air dari tambang. Hancuran batu gamping juga dapat ditambahkan
ke air. Pengolahan AMD dengan bubuk kapur dan batu gamping mungkin dapat
memberikan hasil yang diinginkan. Setengah abad sejak peranan mikrobiologi dalam
AMD diidentifikasikan, belum ditemukan cara untuk membalik proses yang terjadi
yang berkelanjutan. Pengapuran konvensional untuk mencapai netralisasi melalui
pengurangan pH dan konsumsi sulfur melalui persamaan stoikiometri, mengakibatkan
terbentuknya limbah sekunder yang tidak stabil. Alternatif penggunaan passsive
treatment yang terintegrasi dengan proses kimia, biologi dan mikrobiologi terhambat

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

oleh permasalahan hidraulik, terutama penyumbatan akibat pengendapan logam yang


bersama-sama dengan interferensi aktifitas biologi dan mikrobiologi (Margarete
Kalin, Andrew Fyson, William N. Wheeler, 2006).

2.5 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Air Asam Tambang

Dampak yang dapat ditimbulkan akibat AAT adalah terjadinya pencemaran


lingkungan. Komposisi atau kandungan air di daerah yang terkena dampak tersebut
akan berubah sehingga dapat mengurangi kesuburan tanah, mengganggu kesehatan
masyarakat di sekitarnya, dan dapat mengakibatkan korosi pada peralatan tambang.
Derajat keasaman tanah yang telah tercemar oleh air asam tambang ini akan semakin
meningkat sehingga tanaman tidak dapat tumbuh karena derajat keasamannya terlalu
tinggi.
Lebih jauh, ada peningkatan konsentrasi TSS (Total Suspended Solid) akibat
tingginya air limpasan yang membawa tanah tererosi yang dapat mengganggu
penetrasi sinar matahari dalam sungai yang membawa dampak lanjutan berupa
gangguan proses fotosintesis biota perairan. Selain itu, akibat partikel yang
mengendap akan mengganggu proses respirasi biota dasar.
Logam yang terlarut terbawa oleh air tanah (run off) ke perairan umum
menyebabkan pencemaran air permukaan. Bila merembes ke dalam tanah terjadi
pencemaran air tanah. Logam-logam tersebut jika masuk dalam rantai makanan akan
terakumulasi dalam tumbuhan dan atau hewan, mengakibatkan berakumulasi dalam
tubuh manusia yang memakannya dan menimbulkan dampak negatif terhadap
kesehatan.
Di lokasi area penambangan terbentuknya air asam tambang akan
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yang akan merasakan dampak
negatif dari air asam tambang yaitu:
a. Masyarakat yang berada disekitar areal penambangan
Dampak air asam tambang ini memang tidak dirasakan secara langsung oleh
masyarakat tetapi beberapa tahun kemudian air yang terkontaminasi oleh asam
tambang banyak mengandung logam berat seperti besi. Apabila dikonsumsi oleh
masyarakat secara kontinyu maka maka dampak yang akan dirasakan yaitu
menderita keracunan dan dapat mengakibat lumpuh.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

b. Kualitas Air Permukaan


Hasil oksidasi pirit membentuk air asam tambang akan menyebabkan
menurunnya kualitas air permukaan.
c. Biota perairan
Apabila air sungai telah terkontaminasi oleh air asam tambang maka akan
berdampak pada penurunan biota di perairan atau ketidak mampuan biota perairan
dalam bertahan hidup/survive.
d. Kualitas Tanah
logam berat seperti besi, tembaga seng terkandung dalam tanah yang asamnya
banyak, yang pada dasarnya merupakan unsur hara mikro yang dibutuhkan
tanaman, sementara unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman seperti fosfor,
magnesium, kalsium sangat kurang. Akibatnya keracunan pada tanaman karena
kelebihan unsur hara mikro, ini ditandai denagan membusuknya akar tanaman
sehingga tanaman menjadi layu.

2.6 Mengapa Kita Harus Mengawetkan Sampel Air Asam Tambang

Pengawetan contoh air adalah perlakuan-perlakuan yang diterapkan terhadap


contoh air dengan tujuan agar kualitas air tidak berubah selama perjalanan dari lokasi
sampling ke laboratorium, selama penyimpanan di laboratorium dan menunggu untuk
dianalisis. Metode pengawetan untuk setiap parameter berbeda-beda tergantung pada
karakteristik parameter yang ada di dalam air, dan setiap pengawetan mempunyai
batas waktu pengawetan karena proses pengawetan bertujuan agar senyawa kimia
yang akan diuji tidak berubah selama penyimpanan. Pengawetan contoh air
dikelompokkan dalam :

1. Pengawetan dengan cara pendinginan 4o C (contohnya untuk parameter BOD,


asidi- alkalinitas, warna, konduktifitas, dll.)
2. Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan

4o C. (untuk 1liter contoh air ditambah ± 1 ml H2SO4 pekat), untuk parameter


COD, TOC, Fosfat, ammonia, dll.
3. Pengawetan dengan penambahan HNO3 pekat sampai pH < 2 dan pendinginan

4o C. (Untuk 1 liter contoh air ditambah ± 1 ml HNO3 pekat) untuk parameter


logam berat, kesadahan, dll.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

4. Pengawet dengan penambahan NaOH sampai pH12 untuk parameter H2S dan
CN.

2.7 Metode yang Digunakan untuk Penetralan Air Asam Tambang

1. Metode aktif
Metode aktif, merupakan metode yang paling efektif. Namun kurang efisien,
melihat pertimbangan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk bahan kimia dan
energi eksternal yang diperlukan. Alternatif lain, pengolahan air asam tambang
secara pasif.
2. Metode pasif
Meggunakan sumberdaya lokal berupa limbah bahan organik, tumbuhan air,
dan batu gamping. Limbah bahan organik yang digunakan berupa jerami padi,
serbuk kayu, dan kompos.

2.8 Bahan Penetralan Air Asam Tambang

1. Limestone (Calcium Carbonat)


Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama
berpuluh-puluh tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam
air asam. Penggunaan Limestone merupakan penanganan yang termurah,
teraman dan termudah dari semua bahan-bahan kimia. Kekurangan dari
Limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan
Limestone terlapisi.
2. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)
Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan
untuk menetralkan air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam
yang sangat besar dan keadaan acidity yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah
hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan untuk membuat hydrated
lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasan keefektifan
dalam beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk
mengubah logam seperti mangan.
3. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)
Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering
dicoba lebih jauh (tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

rendah. Caustic menaikkan pH air dengan sangat cepat, sangat mudah larut dan
digunakan dimana kandungan mangan merupakan suatu masalah.
Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan Caustic
ke dalam air asam, karena kelarutannya akan menyebar di dalam air.
Kekurangan utama dari penggunaan cairan Caustic untuk penanganan air asam
ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya. Penggunaan Caustic
padat lebih murah dan lebih mudah dari pada Caustic cair.
4. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)
Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan
besi yang rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya
berdasar pemakaian sebuah kotak atau tong dengan air masuk dan buangan.
5. Anhydrous Ammoni
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan
acidity dan untuk mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia
diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam inlet seperti uap air, kelarutan tinggi,
rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH. Ammonia memerlukan asam
(H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan
logam-logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan
dasar kolam atau air inlet, karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik
kepermukaan. Ammonia efektif untuk membersihkan mangan yang terjadi pada
pH 9,5.
6. Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan
Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki
kekeruhan yang sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya
dapat menggunakan bahan kimia seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas
atau rumus kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan bahan koagulan yang
paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh
dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung
kepada turbidity (kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin
besar jumlah tawas yang dibutuhkan. Makin banyak dosis tawas yang
ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam sulfat
sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun Prosedur kerja yang kami lakukan pada mata acara Air Asam Tambang 3
di laboratorium lingkungan tambang, yaitu:
1. Mempersiapkan Alat dan Bahan dimana alatnya berupa Air Aquades, batang
pengaduk, labu Erlenmeyer, alat penyemprot, corong, gelas ukur, Intelegent
Meter, wadah, tissue dan oven.

Gambar 3.1 Alat dan Bahasn

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

2. Kemudian timbang kertas saring

Gambar 3.2 Timbang kertas saring

3. Siapkan corong yang telah diisi kertas saring, kemudian saring air asam tambang
tersebut

Gambar 3.3 Proses penyaringan air asam tambang

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

4 Kemudia siapkan kapur tohor sebanyak 0,5gr

Gambar 3.4 Timbang kampur tohor

5 Masukkan air asam tambang beserta koagulan kedalam wadah kaca, kemudian
aduklah dengan cepat selama 2 menit dan aduk secara lambat 1 menit.

Gambar 3.5 Proses Pencampuran

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

6 Siapkan corong yang telah diisi kertas saring, kemudian saring air tersebut,
kemudian masukan kedalam oven, dengan waktu sekitar 1 jam.

Gambar 3.6 Pengovenan

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Dari hasil penelitian pada praktikum air asam tambang diperoleh hasil:

Tabel 4.1 Hasil TSS kapur Tohor


Data Pengukuran Hasil Tss Kapur Tohor
Berat Ketas Residu Volume Sebelum Setelah
Variasi Saring (mg) (mg) (ml) Pencampuran Pencampuran
Sampel
Konsentrasi (mg) (mg)
Pre Post Pre Post Pre Post
(gr)
Kapur
0,5 Gr 2,2 2,6 8,2 10,5 250 250 31,6 24
Tohor

Tabel 4.2 Perubahan pH


Perubahan pH
Nama Sampel pH awal pH akhir
Kapur Tohor 3,81 11,9

Tabel 4.3 Pengukuran TDS pada Kapur Tohor

TDS (total disolve solid)


hasil TDS
nama sampel
awal akhir
kapur tohor 1,152 2,368

Cara mencari nilai TSS dengan menggunakan rumus yaitu, dimana:

TSS (mg) = (A-B) X 1000/V ………..…………………(1)

TSS = (2,6 – 2,4) x 1000


1000
= 0,2 mg

Keterangan :
A = berat kertas saring residu setelah dioven.
B = berat kertas saring awal sebelum dilakukan TSS.
V = volume conto (ml).
NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN
09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil percobaan nilai TSS sebelum koagulasi menggunakan kapur


tohor dengan berat 0,5 gr dengan berat kertas saring sebelum pencampuran yaitu 2,2
mg dan setelah pencampuran yaitu 2,6 mg dan pada Residu sebelum pencampuran
adalah 8,2 mg dan setelah pencampuran yaitu 10,5 mg dan volume masing-masing
digunakan 250 ml dengan hasil TSS sebelum pencampuran dengan nilai 31,6 mg dan
setelah pencampuran 24 mg. Maka hasil TSS yaitu 0,2 mg
Sedangkan perubahan pH awal 3,81 yang masi dalam keadaan asam dan
sedangkan pada pH akhir yaitu 11,9 dengan sudah keadaan basah. Untuk pengukuran
TDS pada kapur tohor dengan hasil TDS awal yaitu dengan nilai 1,152 dan nilai TDS
akhir yaitu 2,368.
Dari hasil praktikum penetralan air asam tambang dengan menggunakan
metode aktif dapat disimpulkan bahwa bahan kapur tohor dapat menetralkan air asam
tambang.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kapur tohor, atau dikenal pula dengan nama kimia kalsium oksida (CaO),
adalah hasil pembakaran kapur mentah (kalsium karbonatatau CaCO3) pada suhu
kurang lebih 900 C. Jika disiram dengan air, maka kapur tohor akan menghasilkan
panas dan berubah menjadi kapur padam (kalsium hidroksida, CaOH).
Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium karbonat
(CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering disebut juga
dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut "limestone". Batu
gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal.
Koagulasi didefinisikan sebagai proses destibilisasi muatan partikel koloid
suspended solid halus dengan penambahan koagulan disertai dengan pengadukan
cepat untuk mendispersikan bahan kimia secara merata. Koagulasi-flokulasi
merupakan suatu proses yang diperlukan untuk menghilangkan material limbah
berbentuk suspense atau koloid. Koloid merupakan suatu partikel-partikel yang tidak
dapat mengendap dalam waktu tertentu dan tidak dapat dihilangkan dengan proses
perlakuan fisika biasa (Coniwanti,2013).

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Asisten


Saran saya yaitu asisten lebih sabar menghadapi partikan-pratikan, karena
setiap pratikan mempunyai kepribadian yang berbeda-beda.
5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Saran saya yaitu agar tetap sabar dalam membimbing praktikan

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216
PRAKTIKUM LINGKUNGAN TAMBANG
LABORATORIUM LINGKUNGAN TAMBANG
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
AIR ASAM TAMBANG III

DAFTAR PUSTAKA

Abfertiawan, M.S. Model Transpor Air Asam Tambang Melalui Pendekatan Daerah
Tangkapan Air. 2016. Disertasi Doktor. Institut Teknologi Bandung. Bandung

Coal Mining And Production, Pollution Prevention And Abatement Handbook


WORLD BANK GROUP Effective July 1998

Damariscotta, Operation and Maintenance for Passive Treatment, Juni 2003

Evangelou VP. Pyrite Oxidation and its Control. New York7 CRC Press; 1995. 275
pp.

Emerck. 1972. “Merck Standar”. Parmstandt Stock Solution. Page : 972.

Gautama, Rudy Sayoga. 2014. “Pembentukan, Pengendalian dan Pengelolaan Air


Asam Tambang”. ITB. Bandung. Page : 87-106.

Johnson DB, Hallberg KB. The microbiology of acidic mine waters.Res Microbiol
003;154:466–73.

NICIAWATI DG. M MUH. RIZAL AMIN


09320160110 09320150216

Anda mungkin juga menyukai