Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lereng adalah penampakan alam yang disebabkan karena adanya beda


tinggi di dua tempat. Kemiringan lereng (Slope) merupakan salah satu unsur
topografi dan sebagai faktor terjadinya erosi melalui proses runoff. Semakin
curam lereng semakin besar laju dan jumlah aliran permukaan, semakin
besar pula erosi yang terjadi.

Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.
Sedangkan, kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di
berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya
endogen. Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik
diatas permukaan bumi.

Alat yang dapat digunakan untuk mengukur sudut kemiringan lereng disebut
clinometer. Alat ini juga dapat dapat digunakan untuk mengukur ketinggian
benda.

Beberapa faktor kemiringan lereng yang mempengaruhi terjadinya erosi,


yaitu :

1. Panjang lereng dengan faktor pendukung : intensitas hujan. Jika


intensitas hujan tinggi, panjang lereng meningkat disertai dengan
meningkatnya erosi.

2. Arah lereng. Erosi lebih besar pada lereng yang menghadap ke arah
selatan karena tanahnya mudah terdispersi secara langsung terkena sinar
matahari.

3. Konfigurasi lereng (cembung erosi lembar, cekung erosi alur dan


parit).
4. Keseragaman lereng (bentuk kecuraman). Erosi akan lebih besar pada
lereng yang seragam.

Derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat tofografi yang
dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam dan semakin
panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan bahaya erosi
semakin tinggi.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui sudut kemiringan lereng
agar dapat mengantisipasi kemungkinan erosi yang terjadi, sehingga tidak
berdampak pada pengelolaan lahan pertanian yang kita usahakan.

B. Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari praktikum ini adalah : Untuk mengukur
sudut kemiringan lereng dengan menggunakan patokan bidang pohon dan
bangunan aula Fakultas Pertanian ( dalam derajat dan persentase).

Kemiringan Lereng

Lereng adalah Kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda


tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut dibandingkan dengan jarak
lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).

Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan
pelapukan. Lereng merupakan parametertopografi yang terbagi dalam dua
bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relative, dimana kedua
bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis.
Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia,
dan biologi ,sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan
pemukiman.

Salah satunya dengan menbuat Peta Kemiringan Lereng (Peta Kelas


Lereng). Dengan pendekatan rumus Went-Worth yaitu pada peta topografi
yang menjaadi dasar pembuatan peta kemiringan lereng dengan dibuat grid
atau jaring-jaring berukuran 1 cm kemudian masing-masing bujur sangkarrr
dibuat garis horizontal. Dengan mengetahui jumlah konturnya dan
perbedaan tinggi kontur yang memotong garis horizontal tersebut, dapat
ditentukan :
kemiringan atau sudut lereng dengan menggunakan rumus

S (%)=[((n-1)Ci)/(D Ps)]

Mencari Kontur Interval dengan menggunakan rumus

Ci=1/2000Ps

Mencari Panjang Diagonal dengan menggunakan rumus

D = (a^2+b^2 )

Suatu daerah dapat diukur ketinggiannya atau dapat diklasifikasikan


kemiringan lerengnya dengan melihat jumlah garis yang terpotong dalam
grid-grid yang telah dibuat. Kemudian hasilnya dihitung dan dapat di
masukkan kedalam aturan hasil perhitungan kemiringan lereng. Sehingga
dapat diperoleh hasil mengenai pengklasifikasian kemiringan lereng pada
suatu daerah.

Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan karena beda


tinggi. Kemiringan lereng adalah perbandingan antara jarak lurus mendatar
dengan beda tinggi suatu tempat. Dalam mengukur kemiringan lereng dapat
dilakukan dengan cara :

Metode Blong (1972)

Metode Wentworth

Metode Lingkaran dan

Menggunakan kompas geologi

Kelas Kemiringan Lereng antara lain :


Kelas I = < 8%

Kelas II = 8 15%

Kelas III = >15 25%

Kelas IV = > 45%-25

Kelas V = >45%

Anda mungkin juga menyukai