Anda di halaman 1dari 69

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................. 1


BAB 1: MINERAK OPTIK .................................................................................. 2
1.1 MINERAL PENGENALAN MIKROSKOP ...................................................... 2
1.2 MINERAL KUARSA, PLAGIOKLAS, DAN K-FELDSPAR .......................... 6
1.3 MINERAL AMFIBOL, PIROKSEN, DAN OLIVIN ....................................... 13
1.4 MINERAL KARBONAT DAN BIOTIT .......................................................... 18
BAB 2: PETROGRAFI ........................................................................................ 27
2.1 PETROGRAFI BATUAN BEKU ASAM DAN INTERMEDIET ................... 27
2.2 PETROGRAFI BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA ...................... 35
2.3 PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KLASTIK DAN
BATUGAMPING ................................................................................................... 44
2.4 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIK DAN METAMORF .................... 52
BAB 3: PENUTUP ................................................................................................ 65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68

1 |Final Project Petrografi


BAB 1: MINERAK OPTIK
1.1 MINERAL PENGENALAN MIKROSKOP

Mineral optik merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari
tentang mineral yangterkandung pada suatu batuan. Mineral optik membahas tentang
mineral- mineral pada batuandalam bentuk monomineral. Salah satu tujuan
mempelajari mineral optik ialah untuk untukmengetahui cara menentukan sifat-
sifat optik mineral, serta mengenal mineral secaramikroskopik.
Salah satu tujuan mempelajari mineral optik ialah untuk untuk mengetahui cara
menentukan sifat-sifat optik mineral, serta mengenal mineral secara mikroskopik.
Alat yang digunakan dalam pengamatan mineral mikroskopis adalah
Mikroskop Polarisasi sedangkan bahan yang diamati ialah sayatan mineral.
Bagian-bagian dari Mikroskop Polarisasi:
1. Kaki Mikroskop: Merupakan tempat
tumpuan dari seluruh bagian mikroskop,
bentuknya ada yang bulat dan ada yang
seperti tapal kuda (U). Pada mikroskop
tipe Bausch & Lomb, kaki mikroskop
juga digunakan untuk menempatkan
cermin. Pada tipe olympus yang akan
kita gunakan, kaki mikroskop sebagai
tempat lampu halogen sebagai sumber
cahaya pengganti cermin.
2. Polarisator: Merupakan suatu bagian
yang terdiri dari suatu lembaran polaroid.
Berfungsi untuk menyerap cahaya secara
terpilih (selective absorbtion), sehingga
hanya cahaya yang bergetar pada satu arah bidang getar saja yang bisa diteruskan.
Dalam mikroskop lembaran ini diletakkan sedemikian hingga arah getaran sinarnya
sejajar dengan salah satu benang silang pada arah N-S atau E-W.
3. Diaftagma Iris: Terdapat di atas polarisator, alat ini berfungsi untuk mengatur
jumlah cahaya yang diteruskan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya
apertur/bukaan diafragma. Hal ini merupakan faktor penting dalam menentukan
intensitas cahaya yang diterima oleh mata pengamat, karena kemampuan akomodasi
mata tiap-tiap orang relatif berbeda. Fungsi penting lainnya adalah untuk
menetapkan besarnya daerah pada peraga yang ingin diterangi, juga dalam

2 |Final Project Petrografi


penentuan relief, di mana cahaya harus dikurangi sekecil mungkin untuk
pengamatan “garis becke”.
4. Kondensor: Terletak pada bagian paling atas dari “substage unit”. Kondensor
berupa lensa cembung yang berfungsi untuk memberikan cahaya memusat yang
datang dari cermin di bawahnya. Lensa kondensor dapat diputar/diayun keluar dari
jalan cahaya apabila tidak digunakan/difungsikan. Fungsi kondensor lebih lanjut
akan dibahas pada bab konoskop.
5. Meja Objek: Bentuknya berupa piringan yang berlubang di bagian tengahnya
sebagai jalan masuknya cahaya. Meja objek ini berfungsi sebagai tempat menjepit
preparat/peraga. Meja objek ini dapat berputar pada sumbunya yang vertikal, dan
dilengkapi dengan skala sudut dalam derajat dari 0 sampai 360°. Pada bagian tepi
meja terdapat tiga buah sekerup pemusat untuk memusatkan perputaran meja pada
sumbunya (centering).
6. Lensa Objektif: Merupakan bagian paling bawah dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk menangkap dan memperbesar bayangan sayatan mineral dari meja objek.
Biasanya pada mikroskop polarisasi terdapat tiga buah lensa objektif dengan
perbesaran yang berbeda, tergantung keinginan pengamat, dan biasanya perbesaran
yang digunakan adalah 4x, 10x dan 40x, kadang ada yang 100x.
7. Lubang Kompensator: Adalah suatu lubang pipih pada tubus sebagai tempat
memasukkan kompensator, suatu bagian yang digunakan untuk menentukan warna
interferensi. Kompensator berupa baji kuarsa atau gips yang menipis ke arah depan,
sehingga pada saat dimasukkan lubang akan menghasilkan perubahan warna
interferensi pada mineral.
8. Analisator: Adalah bagian dari mikroskop yang fungsinya hampir sama dengan
polarisator, dan terbuat dari bahan yang sama juga, hanya saja arah getarannya bisa
dibuat searah getaran polarisator (nikol sejajar) dan tegak lurus arah getaran
polarisator (nikol bersilang).
9. Lensa Amichi Bertrand: Lensa ini difungsikan dalam pengamatan konoskopik
saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus
balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
10. Lensa Okuler: Terdapat pada bagian paling atas dari tubus mikroskop, berfungsi
untuk memperbesar bayangan objek dan sebagai tempat kita mengamati medan
pandang. Pada lensa ini biasanya terdapat benang silang, sebagai pemandu dalam
pengamatan dan pemusatan objek pengamatan.

3 |Final Project Petrografi


Sifat Optik Mineral Kuarsa

 Warna colorless
 Relief rendah
 Bentuk tidak beraturan, dalam bantuan umumnya anhedral
 Tidak punya belahan
 Gelapan bergelombang
 Warna interferensi abu-abu orde 1
 Tanda Optik sumbu 1 (+)
Sifat Optik Mineral Plagioklas

 Warna weakly cenderung colorless


 Relief rendah sampai sedang
 Kembaran albit atau Carlsbad albit
 Warna interferensi abu-abu terang orde 1
 Tanda optic sumbu 2 (-) atau (+)

4 |Final Project Petrografi


Sifat Optik Mineral K-Feldspar

 Warna weakly cenderung colorless


 Relief rendah
 Bentuk subhedral – anhedral
 Ada belahan
 Tidak ada pleokroisme
 Refraction index n < n balsam
 Warna interferensi abu-abu terang orde 1
 Extinction angle pararel (3° - 12°)

5 |Final Project Petrografi


1.2 MINERAL KUARSA, PLAGIOKLAS, DAN K-FELDSPAR
A. Sifat Optik Mineral Kuarsa, Plagioklas, dan K-Feldspar

Pembeda Kuarsa Plagioklas K-feldspar


Warna Colourless Colourless (keruh) Colourless (keruh)
Relief Rendah Rendah-sedang Rendah
Bentuk Anhedral Euhedral-anhedral Subhedral-anhedral
Belahan Tidak ada Ada Ada
Pleokroisme Tidak ada Ada Tidak ada
n < n balsam dan n <
Indeks Bias n > n balsam n < n balsam
balsam
Warna Abu-abu terang,
Abu-abu, Orde 1 Abu-abu terang, Orde 1
Interferensi orde 1
Sudut Umumnya paralel-
Bergelombang Paralel (5˚ -12˚)
Pemadaman miring
Kembaran Tidak ada Albit, Crlsbad-albit Carlsbad
Orientasi 0,009 Bervariasi 0,008
Tanda Optik (+) (+) maupun (-) (-)

Kuarsa
Plagioklas K-Feldspar

PPL PPL PPL

XPL XPL XPL

6 |Final Project Petrografi


B. Tekstur Kembaran

Kembaran adalah kenampakan pada mineral akibat adanya /tumbuhnya 2


kristal bersamaan pada proses pengkristalan. Hal ini diakibatkan adanya
deformasi/tekanan. Kenampakan ini hanya d tunjukan oleh mineral plagioklas
dengan kata lain merupakan pemadaman khusus mineral plagioklas.
Macam-macam jenis kembaran mineral Plagioklas:
 Kembaran albit: dicirikan oleh
kembaran selang-seling antara gelap
dan terang dalam jumlah yang relatif
cukup banyak.
 Kembaran carlsbad: yang dicirikan
oleh kembaran berupa pasangan gelap
dan terang dalam jumlah yang tidak
lebih dari satu pasangan.
 Kembaran Carlsbad-Albit: yang
dicirikan oleh kombinasi antara
carlsbad dan Albit.

C. Penentuan Jenis Plagioklas

a. Metode Michel Levy pada Kembaran Albit


Langkah-langkah:
1. Sejajarkan garis kembaran dengan benang silang N-S (warna interferensi
seluruh bidang mineral sama)
2. Putar meja objek searah perputaran jarum jam hingga satu set kembaran gelap
sempurna dan catat sudutnya
3. Kembalikan ke posisi nomer 1
4. Putar meja objek berlawanan perputaran jarum jam, hingga satu set kembaran
gelap sempurna, catat sudutnya
5. Rata rata dua hasil perhitungan gelapan.
6. Untuk mencari jenis plagioklas dapat digunakan diagram yang ada pada buku
Kerr (Halaman 295).

7 |Final Project Petrografi


Poin Penting:
 Jika selisih gelapan pada dua kali pengukuran tersebut lebih dari 4 derajat
maka harus diulang untuk dicek kembali sudut gelapan mengikuti langkah
langkah dari slide sebelumnya
 Jika nilai rerata perhitungan kurang dari 20 derajat, maka relief dari kristal
plagioklas harus dibandingkan dengan relief kuarsa yang bersinggunganya.
Nilai kurang dari 20˚ diplot pada kurva An0-21 dengan relief lebih rendah dari
kuarsa sedangkan nilai lebih dari 20˚ diplot pada kurva An21-100 dengan
relief lebih tinggi dari kuarsa.

b. Metode Carlsbad – Albit


1. Posisikan bidang kembaran carlsbad pada benang silang N-S (warna
interferensi pada 2 sisi kembaran carlsbad sama tetapi semua sisi kembaran
carlsbad-albit di sisi kembaran carlsbad yang sama memiliki warna
interferensi seragam)
2. Putar meja objek searah jarum jam hingga sisi kiri kembaran carlsbad gelap
total. Catat ini sebagai gelapan (a), kembalikan seperti kondisi 1
3. Putar meja objek berlawanan jarum jam hingga sisi kiri kembaran carlsbad
gelap total. Catat ini sebagai gelapan (b), kembalikan seperti kondisi 1

8 |Final Project Petrografi


4. Putar meja objek searah jarum jam hingga sisi kanan kembaran carlsbad
gelap total. Catat ini sebagai gelapan (c), kembalikan seperti kondisi 1
5. Putar meja objek berlawanan jarum jam hingga sisi kanan kembaran carlsbad
gelap total. Catat ini sebagai gelapan (d), kembalikan seperti kondisi 1
6. Rata rata hasil pengukuran (a) dan (b) & Rata rata hasil pengukuran (c) dan
(d)
7. Plotkan hasil pengukuran pada diagram metode carlsbad-albit pada buku
Keer (Halaman 297)

Poin Penting:
 Jika selisih gelapan pada dua kali pengukuran di sisi kembaran carlsbad yang
sama lebih dari 4 derajat maka harus diulang untuk dicek kembali sudut gelapan
mengikuti langkah langkah dari slide sebelumnya.
 Jika nilai rerata perhitungan kurang dari 20 derajat, maka relief dari kristal
plagioklas harus dibandingkan dengan relief kuarsa yang bersinggunganya.
Nilai kurang dari 20˚ diplot pada kurva An0-21 dengan relief lebih rendah dari
kuarsa sedangkan nilai lebih dari 20˚ diplot pada kurva An21-100 dengan relief
lebih tinggi dari kuarsa.

9 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN An-3


NAMA MINERAL Kuarsa
Warna: Colorless
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Rendah
Bentuk: Anhedral
Inklusi: Ada
Belahan: -
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: -
Warna Interferensi: Orde 1, putih kekuningan
Orientasi: Length slow, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 48
Sumbu Optik: 1
Tanda Optik: (+)
FOTO (PPL DAN XPL)

10 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN An-3


NAMA MINERAL Plagioklas
Warna: Colorless
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral < n medium
Relief: Sedang
Bentuk: Subhedral
Inklusi: Ada
Belahan: Ada
Kembar: Karlsbad
Zoning: -
Tekstur: Kembar
Warna Interferensi: Orde 1, abu-abu terang
Orientasi: Length slow, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 15
Sumbu Optik: 1
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

11 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN K-Feld 8


NAMA MINERAL K-Feldpar
Warna: Colorless
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Rendah
Bentuk: Anhedral
Inklusi: Ada
Belahan: -
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: -
Warna Interferensi: Orde 1, putih kekuningan
Orientasi: Length fast, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 41
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

12 |Final Project Petrografi


1.3 MINERAL AMFIBOL, PIROKSEN, DAN OLIVIN
A. Sifat Optik Mineral Kuarsa, Plagioklas, dan K-Feldspar

a. Sifat Optik Mineral Piroksen


Kelompok Piroksen memiliki sifat optic yaitu memiliki belahan dua
arah, berwarna transparan atau tidak berwarna pada umumnya, pleokroisme
lemah kecuali aegirine, memiliki sudut pemadaman yang besar, terbagi menjadi
2 yaitu orthopiroksen (enstatite dan hypersten) dan klinopiroksen (augit,
diopsit, aegirine, hedenbergit, spodemen).

b. Sifat Optik Mineral Amfibol


Mineral kelompok amfibol dibagi dua kelompok yaitu orthoamfibol dan
klinoamfibol. Pada kelompok orthoamfibol memperlihatkan sudut pemadaman
pararel sedangkan klinoamfibol sudut pemadaman miring. Beberapa jenis
kelompok ini yaitu anthophyllite, tremalite, dan lain-lain.
c. Sifat Optik Mineral Olivin
Mineral kelompok olivine mempunyai karakteristik indeks bias dan
relief yang tinggi, BF kuat, pecahan yang tidak teratur dan sudut optic (2V)
yang besar. Mineral yang termasuk olivine yaitu tertsterite, olivine, fagosite,
dan lain-lain. Olivine memiliki warna abu-abu kehijauan hingga transparan,
bentuk polygonal/prisma, pecahan tak beraturan, warna interferensi orde 2.
B. Keterbentukan Tekstur Corona
tekstru corona merupakan tekstru reaksi antar
suatu mineral dengan cairan tepi yang kontak
dengannya. Terkstur corona sendiri terbentuk
karena pergantian dari sebagian mineral
tengah yang tidak stabil. Proses seperti ini
dinamakan proses solid stare. Dari proses ini
urutan mineralnya adalah

Olivine OrthoPiroksen KlinoPiroksen Hornblende Spinel Garnet Plagioklas

13 |Final Project Petrografi


C. Perbedaan Ortopiroksen dan Klinopiroksen

Orthopiroksen memperlihatkan sudut pemadamanparalel. Untuk membedakan


enstatite dengan hypersten dilihat dari tandaoptiknya(enstatite positif sedangkan
hypersten negatif). Untuk klinopiroksen setiap individu biasanya dapat dibedakan
dengan sudut pemadamandisamping sifat optiknya.
Ortopiroksen Klinopiroksen
Warna bening, abu-abu kecokelatan, Warna bening, abu-abu kecokelatan,
prismatic, sayatan belahan 1 arah, prismatic, sayatan belahan 1 arah,
sayatan tegak lurus C belahan 2 arah 90
sayatan tegak lurus C belahan 2 arah 90
Dibedakan oleh gelapnya yang sejajar Gelapan miring, augit 45 - 54 dan
Diopsid 37 - 44
Tanda Optik sumbu 2 (-) hipersten dan Tanda Optik sumbu 2 (2
(+) enstatik
Contoh Orthopiroksen

Contoh Klinopiroksen

14 |Final Project Petrografi


D. Perbedaan Orthoamgibol dan Klino Amfibol
Ortoamfibol Klinoamfibol
System kristal ortorombik System kristal monoklin
Sudut pemadaman pararel Sudut pemadaamn miring
Contoh: mineral anihopilic Contoh: hornblende, lamprobolit,
tremolite, akrinolit
Contoh Orthoamfibol

Contoh Klinoamfibol

15 |Final Project Petrografi


E. Tekstur pada Mineral Piroksen dan Amfibol

1. Subophitic (subofitik): tektur yang sama dengan ofitik tetapi plagioklas tidak
dikelilingi oleh piroksen secara penuh.

2. Ophitic texture (ofitik): teksur dimana butiran plagioklas dalam matrik


piroksen sangat kasar, dimana plagioklas ini dikelilingi piroksen secara total,
biasanya terdapat pada diabas dan gabbro.

3. Intergranular: tekstur dimana terdapat mineral olivine, piroksesn atau oksida


besi.disekeliling butiran plagioklas.

16 |Final Project Petrografi


F. Tekstur pada Mineral Amfibol

1. Corona: tekstur reaksi antara suatu mineral dengan cairan tepi yang kontinu.
2. Birs Eye: kenampakan mineral berkerikil seiring mendekati gelapan
maksimum.

17 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN AMF 12


NAMA MINERAL Amphibole
Warna: weakly
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral < n medium
Relief: Rendah
Bentuk: Subhedral
Inklusi: -
Belahan: ada
Kembar: karlsbad
Zoning: -
Tekstur: Corona
Warna Interferensi: Orde 1, cokelat (375)
Orientasi: Length fast, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 49
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

18 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN An 1
NAMA MINERAL Piroksen
Warna: colorless
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Rendah
Bentuk: Subhedral
Inklusi: -
Belahan: ada
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: -
Warna Interferensi: Orde 1, ungu (565)
Orientasi: Length fast, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 30
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

19 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN BBU 4


NAMA MINERAL Olivin
Warna: weakly
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Sedang
Bentuk: Anhedral
Inklusi: Ada
Belahan: -
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: -
Warna Interferensi: Orde 2, pink (1101)
Orientasi: Length fast, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 18
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (+)
FOTO (PPL DAN XPL)

20 |Final Project Petrografi


1.4 MINERAL KARBONAT DAN BIOTIT
A. Sifat Optik Mineral Biotit

 Warna : coklat kekuningan, coklat kemerahan, hijau zaitun, atau hijau


 Bentuk : kristal; euhedral bersisi enam, tabular lamellar aggregate, plate
melengkung
 Relief : fair
 Pleokroisme : kuat
 Indeks bias : n mineral > n balsam
 Belahan : sempurna dalam satu arah (001)
 Birefringence : kuat, merah orde kedua
 Kembaran : kadang-kadang ada
 Sudut pemadaman : paralel dengan belahan 30
 Orientasi optis : length slow
 Sumbu optis : dua (biaxial)
 Tanda optis : negative

B. Sifat Optik Mineral Karbonat

Dolomit Magnesite
Calcite (CaCO3)
(CaMgCO3) (MgCO3)
Colorless - abu-
Warna Colorless Colorless
abu
Umumnya
Kristal aggregates Umumnya
subhedral -
Bentuk anhedral – anhedral -
euhedral dan
subhedral subhedral
berstruktur zonasi
Bevariasi, rendah
Relief Tinggi Bervariasi, tinggi
- tinggi
Pleokroisme - - -

21 |Final Project Petrografi


Indeks Bias - - -
Rhombohedral
Rombohedral Rhombohedral
parallel yang
Belahan yang sempurna yang sempurna
sempurna dengan
(1011) (1011), umumnya
(1011).
Ekstrim, abu-abu
mutiara, coklat
Kembaran - Polisintetik
muda atau putih,
orde tinggi
Sudut Simetris dengan
Simetris Simetris
Pemdaman arah belahan
Sumbu Optik Satu (uniaxial) Satu (uniaxial) Satu (uniaxial)
Tanda Optik Negatif (-) Negative (-) Negatif (-)

Contoh Dolomit

Contoh Magnesite

22 |Final Project Petrografi


Contoh Calcite

C. Keterbentukan Tekstur Birds Eye


Tekstur Birds Eye adalah tekstur pemadaman yang dapat terlihat di mineral
kelompok mika, dibawah polarisasi mikroskop petrografi. Hal ini terlihat ketika
adanya bentuk seperti kerikil pada sumbu pemadaman. Hal ini disebabkan oleh alas
yang digunakan untuk membuat sayatan tipis mineral mengubah belahan sempurna
sebelumnya menjadi karakteristik sayatan tipis. Pemadaman ini disebabkan oleh
permukaan yang sedikit kasar sehingga mengubah sudut pemadaman dari berbagai
kisi kristal. Karena ini bukan fitur alami dari mineral, pemadaman ini tidak dapat
diamati pada semua kristal mika dari arah semua sudut.

23 |Final Project Petrografi


D. Genesa Mineral Karbonat
Mineral Karbonat Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2- merupakan
mineral utama pembentuk batuan sedimen. Karbonat terbentuk pada lingkungan laut
oleh endapan dangkal plankton. Karbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan
pada daerah karst yang membentuk goa, stalaktit, dan staglamit. Dalam kelas
karbonat ini juga termasuk nitrat dan borat karbonat, nitrat dan borat memiliki
kombinasi antara logam atau semilogam dengan anion yang kompleks dari
senyawa-senyawa tersebut.

24 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN Granit II


NAMA MINERAL Biotite
Warna: weakly
Pleokroisme: Kuat
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Rendah
Bentuk: Anhedral
Inklusi: Ada
Belahan: -
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: Birds Eye
Warna Interferensi: Orde 1, straw yellow (281)
Orientasi: Length slow, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 30
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

25 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN MINERAL OPTIK
DESKRIPSI MIKROSKOPIS

KODE SAYATAN BG 5
NAMA MINERAL Gamping
Warna: colorless
Pleokroisme: -
Indeks Bias: n mineral > n medium
Relief: Sedang
Bentuk: Anhedral – Subhedral
Inklusi: -
Belahan: -
Kembar: -
Zoning: -
Tekstur: Birds Eye
Warna Interferensi: Orde 2, hijau (690)
Orientasi: Length slow, penambahan
Sudut Pemadaman: C^X = 31
Sumbu Optik: 2
Tanda Optik: (-)
FOTO (PPL DAN XPL)

26 |Final Project Petrografi


BAB 2: PETROGRAFI
2.1 PETROGRAFI BATUAN BEKU ASAM DAN INTERMEDIET

A. Petrografi Batuan Beku Asam dan Intermediet


Pada pendeskripsian mikroskopis batuan beku ada beberapa poin yang harus di
deskripsi. Yaitu tingkat kristalininitas (holokristalin,holohyalin, atau hipokristalin),
ukuran Kristal (fenokris dan massa dasar) bentuk dan hubungan antarkristal
euhedral, subhedral, atau anhedral), deskripsi tiap mineral berdasarkan sifat optic ,
tekstur umum dan tekstur khusus, komposisi mineral, genesa,dan penamaan dari
batuan tersebut.
B. Asosiasi Mineral Pada Batuan Beku Asam dan Intermediet
Pada batuan beku asam dan intermediet asosiasi mineralnya dapat dilihat dari
deretbowen. Deret bowen terdapat poin penting yaitu terbentuknya mineral dan sifat
mineral yang dipengaruhi oleh temperatur. Mineral yang pertama kali terbentuk
bersifat basa, contohnya olivine dan piroksen. Lalu terbentuk mineral yang bersifat
intermediet , contohnya biotit dan amfibol. Kemudian yang terakhir terbentuk
mineral yang bersifat asam, contohnya kuarsa dan k feldspar.
C. Tekstur Pada Batuan Beku
Tekstur pada batuan beku merupakan hubungan antara mineral dengan mineral
atau mineral dengan massa gelas yang membentuk massa yang merata pada batuan.
1. Derajat Kristalisasi -> Keadaan proporsi antara massa Kristal dan massa gelas
dalam batuan.
a. Holokristalin : Batuan tersusun seluruhnya massa Kristal
b. Hipokristalin : Batuan tersusun oleh massa Kristal dan gelas
c. Holohyalin : Batuan Tersusun seluruhnya massa gelas.

Holokristalin Hipokristalin Holohyalin

27 |Final Project Petrografi


2. Granularitas -> Ukuran butir Kristal dalam batuan beku
a. Afanitik : Ukuran butir individu Kristal sangat halus
b. Faneritik: Ukuran Kristal kasar

Afanitik Faneritik
3. Kemas -> Meliputi bentuk butir dan hubungan susunan Kristal dalam satu batuan
a. Bentuk Kristal : euhedral, subhedral, dan anhedral
b. Relasi : equigranular dan inequigranular

D. Tekstur Khusus Batuan Beku


Tekstur khusus adalah tekstur disamping menunjukan hubungan antara bentuk
dan ukuran butir juga ada yang menunjukan arah serta menunjukan pertumbuhan
bersama antara mineral yang berbeda.
1. Diabasik : tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan piroksen, disini
piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier terhadap piroksen.
2. Trakhitik : Fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam massa dasar Kristal
sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir-butir piroksen , oksida
besi dan aksesori mineral
3. Intergranular : tekstur dimana ruang antar Kristal-Kristal plagioklas ditempati
oleh Kristal piroksen, olivine, biji besi

28 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BBA 3


NAMA BATUAN : Granit (Quartz rich rock)
KLASIFIKASI : Streckeisen (1976)

4FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna PPL putih keabuan, granularitas faneritik, kristalinitas holo kristalin,
keseragaman ukuran butir equigranular, bentuk allotriomorf.

29 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Q 75 80 70 75 75
P 15 10 10 10 11,25
A 5 5 10 10 7,5
M 5 5 10 5 6,25
75
Q = 93,75 × 100% = 80%
11,25
P = 93,75 × 100% = 12%
7,5
A = 93,75 × 100% = 8%

• Mineral Kuarsa (80%) : warna colorless, pleokroisme tidak


ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 2
greenish blue, indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral K-Feldspar (8%): warna colorless, pleokroisme
tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur
kembar albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna
interferensi orde 1 abu abu, indeks bias n min < n med, relief
rendah.
• Mineral Plagioklas (12%): warna colorless, pleokroisme
tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur
kembar albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna
interferensi orde 1 bright yellow, indeks bias n min > n med,
relief rendah.

30 |Final Project Petrografi


PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

31 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BBI-15


NAMA BATUAN : Diorit
KLASIFIKASI : Streckeisen 1976

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna Putih Keabuan , granularitasnya porfiritik (coarse), kristalinitasnya
holokristalin, keseragaman ukuran butirnya inequigranular, bentuk mineralnya
anhedral..

32 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Q 10 10 10 10 10
P 60 50 60 60 57,5
A 10 20 10 10 12,5
M 20 20 20 20 20
10
Q = 80 × 100% = 12,5%
57,5
P= × 100% = 71,8%
80
12,5
A= × 100% = 15,7%
80

• Mineral Kuarsa (10%) : warna colorless, pleokroisme tidak


ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1
greenish white , indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral K-Feldspar (12,5%): warna colorless, pleokroisme
tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar
albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi
orde 1 abu abu, indeks bias n min < n med, relief rendah.
• Plagioklas (57,5%): warna colorless, pleokroisme tidak ada,
bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar albit,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 2
sky blue, indeks bias n min > n med, relief rendah.

33 |Final Project Petrografi


PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

34 |Final Project Petrografi


2.2 PETROGRAFI BATUAN BEKU BASA DAN ULTRABASA

A. Petrografi Batuan Beku Basa


Batuan beku basa memperlihatkan warna yang umumnya gelap atau hitam
dikarenakan adanya mineral-mineral feromagnesium dan mineral-mineral
plagioklas yang bersifat basa. Pada batuan beku basa, kadang ditemukan vesiculasi-
vesiculai sebagai bahan-bahan volatile. Batuan beku ini seiring pula dijumpai dalam
bentuk seperti susunan balok atau phoe-phoe, ini khas pada sifat magma yang masih
cair.
Contoh Batuan Beku Basa
1. Gabro
 Warna : Hitam
 Struktur : Masif
 Kristalinitas : Hipokristalin
 Ukuran kristal : Faneritik
 Bentuk kristal : Subhedral
 Relasi :
Hipidiomorphic granular
 Komposisi mineral : Hornblende, Plagioklas

2. Basalt
• Warna : Hitam
• Struktur : Masif
• Kristalinitas : Holokristalin
• Ukuran kristal : Afanitik
• Bentuk kristal : Subhedral
• Relasi :
Hipidiomorphic granular
• Komposisi mineral : Hornblende, Plagioklas, Piroksen

B. Petrografi Batuan Beku Ultrabasa

Batuan beku ultra basa adalah batuan yang tersusun oleh mineral-mineral
ferromagnesium, sehingga kenampakan sangat gelap atau hitam. Oleh karena
kondisi pembekuan batuan beku ultrabasa pada kedalaman dan tekanan yang besar
serta urutan kristalisasi dari mineral-mineral penyusunnya, mengkristal pada tingkat

35 |Final Project Petrografi


temperatur yang relatif sama, tidak ada kebebasan suatu mineral tumbuh dengan
baik sehingga itu membentuk kristal/mineral penyusun batuan beku ultrabasa yaitu
berbentuk anhedral-subhedral.

Contoh Batuan Beku Ultrabasa


1. Peridotit
• Warna : Hitam kehijauan
• Struktur : Masif
• Kristalinitas : Holokristalin
• Ukuran kristal : Faneritik
• Bentuk kristal : Subhedral
• Relasi : Hipidiomorphic
granular
• Komposisi mineral : Olivin (mineral utama)

2. Dunite
• Warna : Hitam kehitaman
• Struktur : Masif
• Kristalinitas : Hipokristalin
• Ukuran kristal : Faneritik
• Bentuk kristal : Subhedral
• Relasi : Hipidiomorphic
granular
• Komposisi mineral : Olivin, amfibol (mineral utama)

C. Tekstur pada Batuan Beku Basa dan Ultrabasa

1. Intergranular: Mineral olivine, piroksen dikelilingi butiran plagioklas seperti


menusuk.

36 |Final Project Petrografi


2. Intersetral: tekstur yang mirip dengan tekstur intergranular tetapi celah antar
butir plagioklas ditempati oleh kaca.

3. Ophitic: plagioklas dalam matriks sangat kasar, plagioklas dikelilingi piroksen


secara total.

Untuk tekstur ultrabasa sea and islands dengan spinifex

37 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BBB1


NAMA BATUAN : Basalt
KLASIFIKASI : Streckeisen, 1976

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna putih kecokelatan, granularitas porfiritik (fine), kristalinitas holokristalin,
inequigranular, bentuk mineral hipidiomorf.

38 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Q 5 5 5 5 5
P 25 30 30 20 26.25
A 10 10 5 10 8.75
M 60 60 60 65 60.5
5
Ol = 40 × 100% = 12.5%
26.25
Px = × 100% = 65.625%
40
8.75
Hbl = × 100% = 21.875%
40

• Mineral Kuarsa (5 %) : warna colorless, pleokroisme tidak


ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1
abu-abu, indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral Plagioklas (26,25 %): warna colorless, pleokroisme
tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar
albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi
orde 1 bright yellow, indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral K-Feldspar (8,75%): warna colorless, pleokroisme
tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar
albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi
orde 1 abu-abu, indeks bias n min < n med, relief rendah.
• Mineral Piroksen (60,5 %): warna weakly (putih),
pleokroisme tidak ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada,
tekstur tidak ada, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna

39 |Final Project Petrografi


interferensi orde 2 bright orange-red, indeks bias n min > n
med, relief rendah.

PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

40 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BBU9


NAMA BATUAN : Peridotit
KLASIFIKASI : Streckeisen, 1976

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna putih kecokelatan, granularitas faneritik, kristalinitas hipokristalin,
inequigranular, bentuk mineral allokriomorf.

41 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Ol 40 35 50 30 38.75
Px 30 75 30 25 28.75
Hbl 15 20 10 40 21.25
M 15 10 10 10 11.25
38.75
Ol = 88.75 × 100% = 44%
28.75
Px = 88.75 × 100% = 32%
21.25
Hbl = 88.75 × 100% = 24%

• Mineral Olivin (44 %) : warna strongly (putih), pleokroisme


tidak ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak
ada, inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi
orde 3 sea green, indeks bias n min > n med, relief tinggi.
• Mineral Hornblende (24 %): warna strongly (cokelat
kehitman), pleokroisme tidak ada, bentuk anhedral, belahan
tidak ada, tekstur tidak ada, inklusi tidak ada, zoning tidak
ada, warna interferensi orde 1 brown yellow, indeks bias n
min > n med, relief tinggi.
• Mineral Piroksen (32 %): warna weakly (putih),
pleokroisme tidak ada, bentuk anhedral, belahan ada (dua
arah), tekstur corona, inklusi tidak ada, zoning tidak ada,
warna interferensi orde 2 pure yellow, indeks bias n min > n
med, relief tinggi.

42 |Final Project Petrografi


PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

43 |Final Project Petrografi


2.3 PETROGRAFI BATUAN SEDIMEN KLASTIK DAN
BATUGAMPING

A. Petrografi Batuan Sedimen Klastik

Batuan sedimen klastik berasal dari proses sedimentasi yaitu pelapukan,


transportasi, pengendepan, diagenesa. Perbedaan dengan batuan sedimen non
klastik ialah batuan ini melalui proses transportasi dengan medium air, angina, dan
lain-lain. Dalam deskripsi batuan ini ada beberapa poin yang harus diperhatikan,
seperti:
1. Warna
2. Tekstur: ukuran butir (skala wentworth), sortasi, hubungan antar butir, bentuk
butir, kemas, porositas, permeabilitas.
3. Struktur
Adapun 3 unsur batuan sedimen yang perlu diketahui:
 Butir (grain): butiran klastik yang tertransport dan berupa fragmen.
 Matriks: lebih halus dari butir serta mengendap Bersama fragmen.
 Semen: berukuran halus, perekat antar fragmen dan matriks.

44 |Final Project Petrografi


Klasifikasi Batuan Sedimen Klastik
Penentuan nama batuan dengan klasifikasi Pettijohn (1987) yang didasarkan
pada presesntase matriks, fragmen batuan (litik), feldspar dan kuarsa. Pembagian
klasifikasi ini sebagai berikut:
1. Arenit, matriks kurang dari 25%
Berdasarkan kelimpahan kuarsa, k-feldspar, dan litik dibagi lagi menjadi
 Quartz Arenit, kuarsa >95%.
 Sub Arkose, kuarsa 75 – 95 %, feldspar dan litik <25% (dominan feldspar).
 Arkose, kuarsa <75%, feldspar >25%, litik <25%.
 Sublitharenit, kuarsa 75% - 95%, feldspar dan litik <25% (dominan litik).
 Arkose Arenit, feldspar >50%
 Litharenit, litik >50%
2. Wacker, jika matriks 25% - 75%, digolongkan menjadi 3.
 Quartz wacke, kuarsa >95%
 Feldspar gregwacke, feldspar >50%
 Litik gregwacke, litik >50%
3. Mudrocks, jika matriks >75%

45 |Final Project Petrografi


B. Petrografi Batuan Sedimen Non Klastik

Batuan ini terdiri dari batuan sedimen kimiawi, biokimiawi, serta organic.
Batuan sedimen kimiawi, biokimiawi terbentuk dari pengendapan kimiawi,
sedangkan batuan sedimen organic dari batuan organik/karbonat. Adapun
komponen penyusun karbonat yaitu allochem dan non-allochem. Macam-macam
tekstur batuan sedimen non klastik sebagai berikut:
1. Amorf: partikel-partikel pada umumnya berukuran lempung atau berupa koloid
non kristalin.
2. Oolitik: tersusun atas kristal-kristal yang berbentuk bulat atau ellipsoid. Ukuran
butirnya ± 0,25 mm – 2 mm.
3. Pisolitik: karakteristik seperti oolitik namum memiliki ukuran lebig besar yaitu
32 mm.
4. Sakaroidal: terdiri atas butir-butir yang berukuran sangat halus dengan ukuran
yang sama besar.
5. Kristalin: tersusun atas kristal-kristal yang berukuran besar.
Adapun ukuran butir kristal batuan sedimen non klastik, yaitu:
 Kasar, ukuran > 5 mm
 Sedang, ukuran > 1 – 5 mm
 Halus, ukuran > 1 mm
Klasifikasi Batuan Sedimen Non Klastik
1. Batuan Sedimen Evaporit
Batuan ini terbentuk dari hasil penguapan air laut. Dimana akan terjadi
penghabluran bahan kimia jika hamper semua kandungan air ke uap. Proses ini
membentuk batuan garam halite (NaCl), gypsum, dan lain-lain.
2. Batuan Sedimen Karbonat
Batuan sedimen dengan komposisi lebih dari 50% mengandung mineral atau
garam karbonat. Kelompok batuan karbonat antara lain adalah batugamping dan
dolomit.
3. Batuan Organik
Endapan organik terdiri dari kumpulan material organik yang akhirnya mengeras
menjadi batu. Contoh batubara.

46 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : Bt Pasir 22


NAMA BATUAN : Lithic Wacke
KLASIFIKASI : Pettijohn, 1976

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna PPL colorless kecokelatan & warna XPL cokelat kehitaman, presentase matriks
15-75%, jenis semen lempung, grain angular, grain sphericity medium, sortasi
moderately, matrix supported.

47 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Q 20 22 18 20 20
F 5 5 10 5 6,25
RF 10 12 8 10 10
Matriks 60 55 55 60 57,5
M 5 6 9 5 6,25
20
Q = 36,25 × 100% = 55,1%
6.25
F = 36,25 × 100% = 17,24%
10
RF = 36,25 × 100% = 27,58%

• Mineral Kuarsa (20%) : warna colorless, pleokroisme tidak


ada, bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1
putih (306), indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral K-Feldspar (17,24%): warna colorless,
pleokroisme tidak ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada,
tekstur kembar albit, inklusi tidak ada, zoning tidak ada,
warna interferensi orde putih (275), indeks bias n min < n
med, relief rendah.
• Mineral Opak (6,25 %): mineral lain
• Grain: colorless, angular
• Matriks: colorless, angular

48 |Final Project Petrografi


PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

49 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BG 19
NAMA BATUAN : Packstone
KLASIFIKASI : Dunham, 1962

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna PPL abu-abu krem & warna XPL cokelat kehitaman, komponen tidak terikat,
sortasi buruk, grain supported.

50 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
Composition I II III IV x̄
Skeletal 25 50 15 40 32,5
Grain Non skeletal 40 15 55 20 32,5
Mineral 5 10 5 5 6,25
Mikrit 20 15 20 25 20
Sparit 10 10 5 10 8,75

• Skeletal (32,5%) : cangkang foraminifera.


• Non-Skeletal (32,5%): Ooid
• Mineral Kalsit (6,25 %): bentuk anhedral

PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

51 |Final Project Petrografi


2.4 PETROGRAFI BATUAN PIROKLASTIK DAN METAMORF

A. Petrografi Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik merupakan batuan yang tersusun atas fragmen-fragmen hasil
erupsi vulkanik secara eksplosif.
Endapan Piroklastik menurut Me Phie (1993)
1. Piroklastik Fall: endapan piroklastik yang terlempar ke udara akibat proses
erupsi vulkanik yang berlangsung secara eksplosif.
2. Piroklastik Flow: endapan piroklastik dengan konsentrasi partikel relatif tinggi
bergerak menuruni dasar/lereng gunung api.
3. Piroklastik Surge: endapan piroklastik dengan konsentrasi partikel relatif
rendah bergerak menuruni dasar/lereng gunung api.
Klasifikasi Batuan Piroklastik berdasarkan Wentworth & William (1932):
A. Vitric tuff; tufa dengan penyusun utama terdiri dari gelas. Tufa vitric umumnya
bertekstur ”vitroclastic”, yaitu kepingan-kepingan gelas terletak dalam matriks
yang berupa abu gelas yang sangat halus. Macam-macam tufa vitric :
B. Tufa palagonit, tersusun terutama gelas basa, dengan warna kuning kehijauan
sampai coklat tua. Tufa palagonit umumnya mengandung kristal-kristal
plagioklas, olivin, piroksin dan biji besi, lubang-lubang banyak terisi kalsit dan
zeolit.
C. Tufa Porselanit atau batu cina, tersusun atas abu gelas yang sangat halus, sering
juga disebut tufa lempungan.
D. Welded tuff atau ignimbrit, tersusun atas kepingan-kepingan gelas yang
terelaskan.
E. Tufa pisolit, tersusun atas pisolit-pisolit abu gelas yang sangat halus.
F. Lithic tuff; tufa dengan penyusun utama fragmen batuan.Gelas dijumpai dalam
jumlah yang relatif sedikit. Fragmen biasa menyusun batuan ini yaitu fragmen-
fragmen basalt scoria, obsidian, andesit, basalt. Batuan beku ini hipo-abisik
bertekstur porpiritik atau halus. Kadang-kadang didapatkan juga fragmen-
fragmen batuan plutonik.
G. Cristal tuff; tufa dengan penyusun utama kristal dan pecahan-pecahan kristal.
Gelas dijumpai dalam jumlah sedikit. Tufa kristal riolitik, kristal-kristal terdiri
dari kuarsa, sanidin, biotit, hornblende kadang dijumpai juga augit. Beberapa
tufa kristal mengandung tridimik. Tufa kristal dasitik, kristal-kristalnya yaitu
hornblende, hipersten, andesin, magnetit. Tufa basaltik tersusun atas olivin,
augit, dan labradorit.

52 |Final Project Petrografi


B. Tekstur Batuan Piroklastik
Tekstur batuan piroklastik dibagi atas lima (5) yaitu sebagai berikut:
Volcanic breccia; merupakan breksi yang terdiri atas fragmen dari berbagai bahan
vulkanik.

Spherulites; merupakan massa kristal yang memancar dalam matriks gelas. Terdiri
dari alkali feldspar dan beberapa polimorf SiO2, kenampakan pada sayatan tipis
berupa objek bulat dengan persilangan hitam.

Vitrophyre; merupakan nama lain dari obsidian bearing fenokris. Pada sayatan tipis
sebagaian besar fenokris adalah plagioklas dan massa dasar berupa kaca obsidian.

53 |Final Project Petrografi


Poorly-welded tuff; kenampakan dari tekstur ini adalah pecahan-pecahan glass telah
mengalami deformasi.

Lightly-compacted tuff; kenampakan pada sayatan tipis dari tekstur ini adalah
kebalikan dari tekstur Poorly-welded tuff, dimana pecahan-pecahan glass belum
mengalami deformasi.

C. Petrografi Batuan Metamorf


Batuan metamorf merupakan batuan hasil metamorfosa dari batuan yang telah
ada sebelumnya dan memiliki umur lebih tua yang terjadi pada fase padat sebagai
akibat dari perubahan tekanan dan tempratur yang tinggi dan perubahan kimia di
kerak bumi.
Komposisi mineral yang biasa muncul pada batuan metamorf yaitu kuarsa,
mika, klorit, andalusite, slimanite, kyanit, garnet, cordierite, staulite, sphene.
Struktur Batuan Metamorf
 Foliasi: Merupakan struktur parallel yang ditimbulkan oleh mineral-mineral
pipih sebagai akibat proses metamorfosa. Foliasi ini meskipun tak
sempurna, dapat diperlihatkan oleh mineral-mineral prismatic yang
menunjukkan orientasi tertentu. Foliasi dapat dihasilkan dari proses
metamorfisme regional dan dinamik (kataklastik) dapat dibagi atas:
1. Slaty cleavage : foliasi dari penjajaran mineral dari suatu bidang
tertentu, rekristalisasi kecil.

54 |Final Project Petrografi


2. Schistose : kenampakan dari foliasi dimana bentuk penjajaran mineral pipih
relative jauh lebih banyak dari pada mineral butiran.

3. Gneiss structure : struktur foliasi pada mineral butiran prismatic dan tabular
dimana mineral pipih dalam jumlah lebih kecil.

 Non Foliasi: Merupakan struktur yang dibentuk oleh mineral equidimensional


(tak beraturan) atau granular. Struktur non foliasi dihasilkan oleh metamorfisme
thermal. Struktur ini dibagi atas;
1. Hornfelsik : kenampakan dari agregasi mineral-mineral equidimensional, tanpa
terjadi penjajaran mineral pipih.

55 |Final Project Petrografi


2. Granulose : struktur yang menampakan susunan mineral yang berbentuk
granular.

D. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf akan selalu merefleksikan sejarah
pembentukannya. Tekstur batuan metamorf dibagi atas 2 golongan yaitu :
a. Kristaloblastik: Merupakan tekstur perubahan bentuk/komposisi mineral
sehingga tekstur asal tak terlihat lagidapat dibagi atas;
1. Lepidoblastik : apabila terdiri dari mineral-mineral yang tabular.

2. Nematoblastik : apabila terdiri dari mineral-mineral yang prismatic.

56 |Final Project Petrografi


3. Granoblastik : apabila terdiri dari mineral-mineral equidimensional granular
dengan batas-batas yang tak teratur.

4. Porphyroblastik : Tekstur yang ukuran mineralnya memiliki ukuran yang


lebih besar yang dikelilingi oleh mineral yang pipih.

5. Mozaic Tekstur : Tekstur equidimensional atau equigranular, mineralnya


berbentuk polygonal, seperti pada marmer.

57 |Final Project Petrografi


6. Decussate tekstur : Tekstur dari polimineral serabut dengan orientasi
mineral yang tak teratur (kacau).

7. Reaction Rim/Replacement Texture.

b. Tekstur Sisa: Tekstur ini disebut juga palimpsest/relic tekstur yaitu tekstur
yang masih memperlihatkan tekstur batuan asalnya. Bedanya dengan
kristaloblastik ialah kata tambahan blasto dijadikan awalan kata. Tekstur ini
dibagi atas;
1. Blastoporpiritik : adalah tekstur sisa yang bersifat porpiritik.

58 |Final Project Petrografi


2. Blastopsammitik : tekstur sisa bersifat pasir.

3. Blastopelitik : tekstur sisa bersifat lempung.

59 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : B Pirok 20


NAMA BATUAN : Crystal tuff
KLASIFIKASI : Schmid (1981)

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna PPL putih kehitaman, warna XPL putih kecokelatan, fabricnya grain supported,
sortasinya poorly sorted, komposisi fragmen 60%,komposisi matrix 40%.

60 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Vitric 10 15 10 15 12,5
Litthic
25 15 20 25 21,25
/ RF
Crystal 65 70 70 60 66,25

 Mineral Kuarsa : warna colorless, pleokroisme tidak ada,


bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada, inklusi
tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1 putih,
indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral K-Feldspar : warna colorless, pleokroisme tidak
ada, bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar albit,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1
putih, indeks bias n min < n med, relief rendah.
• Mineral Plagioklas : warna colorless, pleokroisme tidak ada,
bentuk subhedral, belahan tidak ada, tekstur kembar albit,
inklusi tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1
abu abu, indeks bias n min > n med, relief rendah.

61 |Final Project Petrografi


PLOTTING KLASIFIKASI DAN NAMA BATUAN

62 |Final Project Petrografi


LAMPIRAN KHUSUS PETROGRAFI

KODE SAMPEL : BTM 7


NAMA BATUAN : Schist
KLASIFIKASI : Berdasarkan Struktur

FOTO (PPL DAN XPL)

DESKRIPSI MIKROSKOPIS
Warna PPL putih kehitaman, warna XPL abu abu kehitaman, foliasi schist, teksturnya
heteroblastik, bentuk xenoblastik, min indeks mika (dominan), mikrostrukturnya
Augen

63 |Final Project Petrografi


KOMPOSISI MINERAL
% I II III IV x̄
Min
60 65 60 70 63,75
Index(mica)
Min Lain
40 35 40 30 36,25
(kuarsa)

• Mineral Kuarsa : warna colorless, pleokroisme tidak ada,


bentuk anhedral, belahan tidak ada, tekstur tidak ada, inklusi
tidak ada, zoning tidak ada, warna interferensi orde 1 putih,
indeks bias n min > n med, relief rendah.
• Mineral Mica : warna abu abu, n min>n med ,pleokroisme
rendah, relief rendah, warna interferensi putih orde 1,bentuk
anhedral

64 |Final Project Petrografi


BAB 3: PENUTUP

Selama mengikuti kegiatan Praktikum Petrografi di Laboratorium Petrologi


Universitas padjadjaran semester 4 ini banyak yang saya dapatkan. Praktikum
Petrografi ini dilaksanakan sebanyak 8 kali dengan rentang praktikum dilaksanakan
satu minggu sekali yang kemudian saya mendapatkan jadwal praktikum di hari jumat
pukul. 09.30 – 11.30 WIB. Praktikum Petrografi ini berisikan materi-materi tentang
mineral dan batuan yang dalam melakukan pengamatannya tersebut menggunakan
bantuan mikroskop yang tersedia di Laboratorium. Berbeda dengan praktikum
petrologi yang mengamati mineral dan batuan dari bentuk luarnya secara langsung, di
praktikum petrografi ini kita mengamati mineral dan batuan berbentuk sayatan-sayatan
yang didapat dari sebuah inti mineral dan batuan sebelumnya. Praktikum Petrografi ini
berisikan dua bab materi yaitu mineral optik dan petrografi. Kemudian bab-bab
tersebut dibagi menjadi materi-materi dalam bentuk subbab.

Untuk subbab materi dari mineral optik adalah:

 Mineral Pengenalan mikroskop


 Mineral Kuarsa, Plagioklas dan K-Feldspar
 Mineral Amfibol, Piroksen dan Olivin
 Mineral Karbonat dan Biotit

Sedangkan untuk subbab materi petrografi berisi materi:

 Petrografi Batuan Beku Asam dan Intermediet


 Petrografi Batuan Beku Basa dan Ultrabasa
 Petrografi Batuan Sedimen Klastik dan Batugamping
 Petrografi Batuan Piroklastik dan Metamorf

Pada intinya kedua bab materi tersebut memiliki perbedaan dengan objek yang
dideskripsinya, unutk bab mineral optik yang di deskripsi hanya satu per satu

65 |Final Project Petrografi


mineralnya saja. Namun, pada bab kedua yaitu petrografi objek yang di deskripsi lebih
luas cakupannya, karena yang dideskripsi merupakan satu kesatuan dari sayatan
mineral pada batuan. Kedua materi tersebut juga dibagi menjadi dua bagian pula dalam
pelaksanaannya. Untuk bab mineral optik itu dilaksanakan dari awal semester 4
sampai dengan ujian tengah semester, yang diakhiri dengan tes ujian tengah semester
juga dalam praktikum petrografi ini. Kemudian, unutk bab yang kedua yaitu bab
petrografi pelaksanaannya dari setelah ujian tengah semester hingga ujian akhir
semester, yang diakhiri juga dengan tes ujian tengah semester dalam praktikum
petrografi ini.

Teknis pelaksanaan praktikum petrografi ini sama dengan praktikum-


praktikum di laboratorium petrologi sebelumnya. Sebelum hari pelaksanaan
praktikum para praktikan diwajibkan membuat teori dasar tentang materi-materi yang
akan di praktikumkan sebelumnya, teori dasar ini . Teori dasar ini digunakan sebagai
syarat untuk praktikan mengikuti praktikum pada hari itu. Kemudian sebelum
praktikum dimulai praktikan wajib memberikan teori dasar tersebut kepada masing-
masing aslab. Setelah itu, sebelum praktikum dimulai diadakan kuis juga yang
berkaitan dengan materi dan teori dasar yang telah dibuat untuk materi pada saat itu.
Setelah kuis dilaksanakan barulah praktikum akan dimulai dengan diawali doa dan
kemudian aslab akan menjelaskan tentang mekanisme praktikum tentang apa saja
yang harus dilakukan dan hal apa saja yang harus di deskripsi baik pada sayatan
mineral atau pada sayatan batuan. Setelah itu barulah para praktikan mencoba
mendeskripsi objek seperti sayatan mineral dan juga sayatan batuan tentunnya disini
apabila masih ada yang belum dimengerti bisa langsung ditanyakan kepada aslab.

Untuk pendeskripsian sayatan mineral, indikator yang dideskripsikan antara


lain seperti: kode sayatan, nama mineral, klasifikasi, warna, pleokroisme, indeks bias,
relief, bentuk, inklusi belahan, kembar, zoning, tekstur, warna interferensi, orientasi,
sudut pemadaman, sumbu optik, dan tanda optik.

66 |Final Project Petrografi


Sementara itu untuk pendeskripsian sayatan suatu bauan, indikator yang harus
di deskripsi antara lain seperti: kode sayatan, nama batuan, klasifikasi, kenampakan
mikroskopis dan tekstural (seperti warna, granularitas, kristalinitas, bentuk mineral),
sketsa kenampakan mineral-mineral secara keseluruhan, mineralogi dan perhitungan
(unutk menentukan nama dan jenis batuan tersebut), deskripsi fragmen dan minerl,
serta catatan keistimewaan (jika ada). Untuk deskripsi kenampakan mikroskopis da
tekstural disini mengikuti jenis batuan yang sedang di deskripsi. Teknis praktikum ini
dilakukan setip hari pelaksanaan praktikum masing-masing materi.

Kemudian teknis dalam pelaksanaan UTS dan UAS pada praktikum petrografi
ini hampir sama seperti apa yang di deskripsikan pada hari-hari praktikum biasa, hanya
saja pada saat UTS dan UAS para praktikan hanya diberikan kertas lembar kosong
yang nantinya diisi denganj format yang telah dipelajari selama praktikum tersebut.

Seperti itu gambaran yang saya dapatkan dalam melaksanakan praktikum


petrografi di laoratorium petrologi pada semester 4 ini. Menurut saya ada senang dan
dukanya, senang karena saya banyak mendapatkan pengalaman baru dalam
menggunakan mikroskop dan mendeskripsikan mineral atau batuan secara lebih
terperinci. Dukanya mungkin karena banyak juga beberapa jenis-jenis mineral atau
batuan memiliki kenampakan yang hampir sama membuat saya bingung untuk
menentukan jenis dari mineral tersebut karena juga dalam praktikum ini indikator-
indikator yang digunakan juga lebih condong ke subjektifitas masing-masing orang.
Tetapi terlepas dari suka dan duka yang saya alami dalam praktikum ini, diakhir kata
saya ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada akang-teteh asisten laboratorium
petrologi Universitas Padjadjaran yang telah membimbing dan memberikan ilmunya
kepada saya dan teman-teman yang lainnya dengan sabar. Mohon maaf juga apabila
selama saya mengikuti kegiatan praktikum masih banyak kekurangan terlebih lagi
dalam penulisan final project ini. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.

67 |Final Project Petrografi


DAFTAR PUSTAKA

Marfa, Yudi Agung. 2014. Mineral Optik: Ciri-ciri optis pada mineral. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
http://lab-geologioptik-tgl.ft.ugm.ac.id/praktikum-mineralogi-optik/
Stephen, A. Nelson. 2004. Texture of Igneous Rock. United States: Tulane University.
http://docslide.net/documents/jenisplagioklas.html
W. Z. Mackenzie. 1982. Atlas of Igneous Rock and Their Textures
www. Alexstreckeisen.it/English/meta/corona
www.mindat.org/glosary/clinoahphibole
Verdansyah, Okki. 2015. Panduan Praktikum Mineral Optik. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Teknologi Nasional.
Tadda, Abdul Aziz. 2014. Geologi Batuan Karbonat: Sifat Optik Mineral Karbonat.
Makassar: Universitas Hassanudin.
Sutarto, DKK. 2005. MIneralogi Optik “Mineral Pembentuk Batuan”. Yogyakarta:
UPN Veteran Yogyakarta.
https://geology.com/minerals/biotite.shtml
https://www.akuisisi/2015/11/petrografi -batuan-beku.html
https://www.geomacorner.com/2018/01/seri-reaksi-bowen-dan-mineral-mineral-
utama-pembentuk-batuan-beku.html
https://www.geomacorner.com/2018/01/jenis-dan-klasifikasi-batuan-beku-struktur-
batuan-beku-dan-tekstur-batuan-beku.html
https://www.amuzigi.com/2015/11/petrografi-batuan-beku.html
http://labgeologioptiktgl.ft.ugm.ac.id/wpcontent/uploads/sites/32/2017/08/Modul-
Petrografi-Batuan-Beku.pdf
http://www.efbumi.net/2018/07/3-jenis-klasifikasi-batuan-beku.html
Boggs, Sam. 1995. Principle of Sedimentology and Stratigraphy. Pearson Education,
inc. New Jersey.
Kuswan, Susilo Budi. Texture of Sedimentology Rock Sediment and Rocks.

68 |Final Project Petrografi


https://www.amuzigi.com/2015/11/petrografi-batuan-sedimen.html
Winter, O.D. 2010. An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology. New
Jersey: Practice Hall Upper Jadle.
https://www.amuzigi.com/2016/01/petrografi-batuan-piroklastik.html
https://www.amuzigi.com/2015/11/petrografi-batuan-metamorf.html

69 |Final Project Petrografi

Anda mungkin juga menyukai