Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Mineralogi Petrologi

Jurusan Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ACARA 1
MINERAL

1.1 Dasar Teori


1.1.1 Definisi Mineral
Mineral merupakan suatu benda padat homogen yang terdapat di
alam, terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-
batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur
(Suharwanto, 2023).
1.1.2 Jenis Mineral
Mineral didasarkan atas komposisi kimianya, dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar, yaitu mineral silikat dan mineral non silikat.
Mineral silikat adalah mineral-mineral yang terbentuk dari ikatan
kovalen silika dan oksida. Mineral non-silikat adalah mineral-mineral
yang memiliki komposisi non-silikat (Mulyaningsih, 2018).
1.1.3 Sifat Fisik Mineral
Sifat fisik mineral adalah kenampakan fisik dari mineral yang dapat
diamati tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Sifat fisik pada
mineral umumnya dapat dikenal untuk mineral berukuran makro. Sifat-
sifat mineral sendiri meliputi warna, cerat, perawakan, kilap, kekerasan,
belahan, pecahan, daya tahan, berat jenis, rasa dan bau.
Warna mineral adalah warna fisik yang ditunjukkan mineral; warna
mineral tidak tetap karena dipengaruhi oleh pertumbuhan mineral,
susunan lingkungan geologis di sekitarnya, dan kontaminan yang
dihasilkan dari lingkungan itu.
Cerat merupakan warna asli dari mineral tersebut. Namun, terkadang
warna cerat dan warna mineral terluarnya berbeda. Hal ini menunjukkan
bahwa mineral tersebut terkontaminasi oleh suatu hal.
Perawakan kristal ditentukan dari susunan kimia unsur yang menjadi
penyusun internal kristal. Bentuk yang khas pada mineral ditentukan oleh
bidang yang membangunnya.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Kilap adalah refleksi mineral dalam menangkap sinar yang mengarah


pada mineral tersebut. Kilap mineral dibagi menjadi 3, yaitu metalik,
sub-metalik, dan non-metalik. Kilap metalik dan sub-metalik merupakan
kilap yang terlihat seperti kilap logam, meskipun kilap sub-metalik lebih
lemah dibandingkan kilap metalik. Kilap non-metalik merupakan kilap
yang bukan seperti logam, contohnya kilap kaca, lilin, lemak, dan
lainnya.
Kekerasan pada mineral dapat diartikan sebagai daya tahan mineral
tersebut terhadap goresan. Sifat ini penting diketahui karena sifat ini
berkaitan dengan kegunaan, resistensi, dan mekanisme kristalisasinya.
Skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan mineral adalah skala
Mohs.
Belahan pada mineral merupakan pecahan dari mineral yang selalu
mengikuti bentuk dan susunan kristal pada mineral tersebut. Belahan ada
yang sempurna dengan satu, dua, atau tiga arah. Namun, ada juga
belahan yang kurang sempurna dan tidak sempurna.
Ketika suatu mineral diberikan tekanan (tarikan, pukulan, atau
gesekan) tetapi ikatan antar atom di sekitar area yang dikenai tekanan
tersebut sama di seluruh arah dalam mineral tersebut, maka akan terjadi
kerusakan. Kerusakan yang timbul dan memiliki permukaan atau bentuk
tidak teratur inilah yang disebut pecahan.
Daya tahan terhadap pukulan adalah suatu daya tahan mineral
terhadap gaya yang mengenainya. Daya tahan bisa terhadap pemecahan,
pembengkokan, penghancuran, dan pemotongan.
Berat jenis adalah angka perbandingan antara berat suatu mineral
dibandingkan dengan berat air pada volume yang sama.
Rasa pada mineral hanya dipunyai oleh mineral-mineral yang bersifat
cair. Rasa adalah salah satu tes terakhir yang dilakukan. Hal ini
dikarenakan beberapa mineral bersifat beracun. Sehingga, tidak semua
mineral bisa dirasakan.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Bau pada mineral dapat terbau yaitu dengan melalui gesekan dan
penghilangan dari beberapa zat yang bersifat volatile melalui pemanasan
atau penambahan suatu asam. Beberapa mineral memiliki bau yang khas.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.1.4 Sifat Kimia Mineral


Sifat kimia mineral ditujukan untuk mengetahui komposisi kimia
mineral, meliputi unsur-unsur utama, unsur jejak dan unsur jarang (REE).
Komposisi kimia mineral dipengaruhi oleh adanya perubahan volume,
tekanan, energi, panas, daya, entropi dan suhu.
Sifat kimia mineral dipelajari melalui studi geokimia yang ditujukan
untuk mengetahui sifat-sifat kimia yaitu komposisi unsur mayor (utama),
jejak (trace elements), unsur jarang (rare earth elements/REE) selama
proses kristalisasi, metamorfisme, ubahan atau alterasi dan pelapukan.
Unsur-unsur utama yang menyusun mineral tersebut, dikenal sebagai
oksida mayor. Oksida mayor penyusun mineral dalam batuan terdiri atas
SiO2 , Al 2 O3 , Fe 2 O3 , Na 2 O , MgO , TiO2 , MnO , P2 O5 (Dana, 1871).
1.1.5 Reaksi Bowen
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan
kristalisasi dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua
bagian.
Mineral-mineral tersebut dapat digolongkan dalam dua golongan besar
yaitu:
1. Golongan mineral berwarna gelap atau  mineral mafik
2. Golongan mineral berwarna terang atau  mineral felsik
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung
semuanya membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara
perlahan bahkan mungkin cepat. Penurunan tamperatur ini disertai
mulainya pembentukan dan pengendapan mineral-mineral tertentu yang
sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam magma karena
penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen.
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafik, yang pertama kali
terbentuk dalam temperatur sangat tinggi adalah olivin. Akan tetapi jika
magma tersebut jenuh oleh SiO2maka piroksen yang terbentuk pertama
kali. Olivin dan piroksen merupakan pasangan “Incongruent Melting”;
dimana setelah pembentukkannya olivin akan bereaksi dengan larutan
sisa membentuk piroksen. Temperatur menurun terus dan pembentukkan

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

mineral berjalan sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir


tarbentuk adalah biotit, mineral ini dibentuk dalam temperatur yang
rendah.
Mineral di sebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok plagioklas,
karena mineral ini paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite
adalah mineral yang pertama kali terbentuk pada suhu yang tinggi dan
banyak terdapat pada batuan beku basa seperti gabro atau basalt. Andesin
terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku diorit atau
andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit,
mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite.
Reaksi berubahnya komposisi.
Plagioklas ini merupakan deret “Solid Solution” yang merupakan
reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika
reaksi setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah
jenis plagioklas yang kaya Ca, sering disebut juga "Calcic Plagioklas",
sedangkan albit adalah plagioklas kaya Na ( "Sodic Plagioklas / Alkali
Plagioklas" ).
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral potasium
feldspar ke mineral muscovit dan yang terakhir mineral kuarsa, maka
mineral kuarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh
mineral felsik atau mineral mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk
pertama kali adalah mineral yang sangat tidak stabil dan mudah sekali
terubah menjadi mineral lain.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2 Pembahasan
1.2.1 Mineral Olivin

Gambar 1.1 Olivine


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Olivin masuk ke dalam kategori mineral primer pada BWE. Olivine


berwarna hijau, memiliki kilap lilin, dan perawakan yang meniang. Jika
olivin diuji dengan HCL maka olivin tidak bereaksi. Hal ini dikarenakan
tidak adanya kandungan karbonat di dalamnya. Olivin adalah
sekelompok mineral silikat dengan rumus kimia umum Ca2 Si O4 ,
Mg 2 Si O4 , dan Fe2 Si O 4. Forsterit ( Mg 2 SiO 4 ) dan fayalite adalah olivin

yang paling umum dalam sistem ( Fe2 Si O4).


Olivin merupakan salah satu kelompok mineral silikat yang terletak
paling atas di deret tak menerus pada Bowen’s Reaction Series. Mineral ini
terbentuk pada suhu dan tekanan paling tinggi dalam proses kristalisasi
magma. Secara umum, olivin terbagi atas tiga jenis yang utama, yang
terdapat pada kelompok batuan plutonik, vulkanik dan sekunder.
Mineral olivin jarang digunakan dalam komersial. Sebagian besar
olivin digunakan dalam teknik metalurgi sebagai kondisioner slag.
Forsterite, olivin magnesium tinggi, ditambahkan ke blast furnace untuk
membersihkan kotoran logam dan membentuk slag. Sebagai bahan tahan
api, olivin juga telah digunakan sebagai pasir pengecoran dan komponen
batu bata tahan api. Batu permata yang dikenal sebagai “peridot” terbuat
dari mineral olivin. Batu ini adalah batu permata yang berwarna hijau
hingga kuning-hijau yang banyak digunakan dalam anting-anting sebagai
batu untuk bulan kelahiran Agustus. Pelarutan olivin menyebabkan

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

peningkatan alkalinitas air laut yang signifikan dengan peningkatan


Karbon Anorganik Terlarut (DIC) yang dihasilkan karena invasi CO 2, hal
ini menegaskan kelayakan konsep dasar pelapukan silikat yang
ditingkatkan (Montserrat, et al., 2017).
1.2.2 Kuarsa

Gambar 1.2 Kuarsa


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Kuarsa adalah mineral primer di BWE. Mineral ini berwarna putih,


berperawakan meniang, dan mempunyai kilap kaca. Kuarsa tidak
bereaksi jika dilakukan pengujian dengan HCL. Kuarsa memiliki rumus
kimia SiO2, berat molekul 60,08 gm, dengan komposisi: (Si) Silikon
46,74 % dan (O2) Oksigen 53,26 % Berdasarkan literatur yang ada,
kuarsa memiliki berat jenis 2,6 - 2,7, yang berarti berat kalsit ketika di
luar air lebih besar 2,6 - 2,7 x dibanding ketika di dalam air.
Kuarsa terbentuk sebagai konstituen penting dari batuan beku yang
memiliki kelebihan silika, seperti granit, rhyolite, pegmatite. Kuarsa
sangat tahan terhadap serangan mekanis dan kimia, dan dengan demikian
pemecahan batuan beku yang mengandung kuarsa menghasilkan butiran
kuarsa yang dapat menumpuk dan membentuk batu pasir batuan
sedimen. Mineral ini ditemukan dalam batuan beku asam dan memiliki
ketahanan yang tinggi karena ukurannya yang kecil.
Kuarsa memiliki nilai ekonomi yang besar, dengan banyak varietas,
kuarsa dapat menjadi batu permata dan batu pasir. Varietas kuarsa yang
dapat mejadi batu permata adalah amethyst, citrine, smoky quartz, dan
rose quartz. Pasir kuarsa digunakan dalam pembuatan kaca dan keramik.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

Dampak negatif pada kesehatan dari tumpukan limbah kuarsa yang


dibuang, khususnya silikosis, disebabkan oleh debu silika tersebar di
udara (de Carvalho, et al., 2022).
1.2.3 Hornblende

Gambar 1.3 Hornblende


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Hornblende termasuk ke dalam mineral primer. Hornblende berwarna


hitam, memiliki perawakan membundar (rounded), dan memiliki kilap
arang. Jika mineral ini diuji dengan HCL, maka tidak bereaksi.
Hornblende adalah mineral amfibol kaya kalsium yang monoklinik
dalam struktur kristal. Rumus kimia umum Hornblende adalah
(Ca , Na)2 (Mg , Fe , Al)5 ( Al , Si)8 O22(OH )2 .
Dalam batuan beku dan metamorf, hornblende umum terdapat di
dalamnya. Batuan metamorf bermutu tinggi dengan kecenderungan
untuk memiliki lebih banyak aluminium adalah tempat pargasite dapat
ditemukan. Amphibolites adalah batuan metamorf yang mengandung
sejumlah besar hornblende.
Hornblende biasanya merupakan bahan gangue yang tidak menarik,
terutama ketika bingung dengan mineral bijih karena kilaunya yang
mengkilap. Kristal yang baik jarang dan digunakan sebagai bahan
pengumpul ketika ditemukan. Hornblende adalah konstituen granit, dan
bertanggung jawab untuk garis-garis hitam di granit yang memberikan
variasi warna yang diinginkan dan kontras (King, 2012).

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.4 Pyrite

Gambar 1.4 Pyrite


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Pirit merupakan mineral sekunder. Pirit memiliki perawakan


membutir, kilap logam, dan tidak bereaksi jika direaksikan dengan HCL.
Pirit murni ( FeS2) mengandung 46,67% besi dan 53,33% sulfur.
Kristalnya menampilkan simetri isometrik.
Pirit dapat mengisi atau mengganti fosil dalam batuan sedimen seperti
serpih dan batu bara, di mana ia dapat ditemukan di vena hidrotermal,
melalui pemisahan dari magma, dalam batuan metamorf kontak, dan
dalam vena hidrotermal. Hal ini terjadi di batuan beku, metamorf, dan
sedimen di seluruh dunia dan dapat terbentuk pada suhu tinggi dan
rendah.
Mineral ini berasosiasi dengan pyrrhotite, marcasite, galena,
sphalerite, arsenopyrite, chalcopyrite, banyak sulfides dan sulfosalts
lainnya, hematit, fluorit, kuarsa, barit, kalsit. Pirit memancarkan percikan
api ketika terkena logam.
Meskipun pirit masih merupakan sumber kecil untuk sulfur dan besi,
secara historis digunakan sebagai sumber sulfur. Pirit dari beberapa
daerah adalah auriferous, dan sebagai hasilnya, itu dieksploitasi sebagai
tambang emas di daerah di mana emas ditemukan. Penduduk asli
awalnya memoles pirit dan menggunakannya sebagai cermin. Pirit
dipoles untuk digunakan sebagai batu permata samping di beberapa
cincin, kalung, dan gelang dengan harga yang wajar (Britannica T.,
2023).

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.5 Piroksen

Gambar 1.5 Piroksen


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Piroksen merupakan mineral primer. Piroksen memiliki perawakan


meniang, kilap kaca, dan berwarna hitam. Piroksen tidak bereaksi jika
diuji dengan HCL. Piroksen yang paling umum dapat diwakili sebagai
bagian dari sistem kimia CaSiO 3 (wollastonite, piroksenoid), MgSiO 3
(enstatite), dan FeSiO 3 (ferrosilite).
Mineral dalam kelompok piroksen berlimpah di batuan beku dan
metamorf. Kerentanan mereka terhadap pelapukan kimia dan mekanis
membuat mereka menjadi konstituen batuan sedimen yang langka.
Piroksen diklasifikasikan sebagai mineral feromagnesian dalam referensi
untuk kandungan magnesium dan besi yang tinggi. Kondisi pembentukan
mereka hampir secara eksklusif terbatas pada lingkungan suhu tinggi,
tekanan tinggi, atau keduanya.
Mineral piroksen memiliki dampak positif yang dapat berguna dalam
kehidupan sehari-sehari, pada bidang industri mineral piroksen dapat
digunakan sebagai bahan bangunan seperti semen. Dalam bidang
ekonomi sendiri mineral ini dapat digunakan sebagai perhiasan dalam
bentuk batuan basalt (Sukandarrumidi, 1988).

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.6 Kalsit

Gambar 1.6 Kalsit


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Kalsit adalah mineral sekunder. Kalsit memiliki warna putih


kecoklatan, perawakan meniang, dan kilap kaca. Kalsit jika diujikan
dengan HCL maka tidak bereaksi. Kalsit adalah bentuk stabil dari CaCO3
pada sebagian besar suhu dan tekanan.
Marmer adalah batuan yang terbentuk ketika batu kapur dikenai panas
dan tekanan. Penyelidikan pada marmer biasanya akan mengungkapkan
pembelahan mineral kalsit secara jelas. Ukuran kristal kalsit ditentukan
oleh tingkat metamorfosis. Marmer yang mengalami tingkat
metamorfisme tinggi umumnya akan memiliki kristal kalsit yang lebih
besar.
Industri konstruksi adalah konsumen utama kalsit dalam bentuk batu
kapur dan marmer. Batu-batu ini telah digunakan sebagai batu dimensi
dan mortir selama ribuan tahun. Blok batu kapur adalah bahan konstruksi
utama yang digunakan di banyak piramida Mesir dan Amerika Latin.
Saat ini, batu kapur dan marmer kasar dan dipoles masih merupakan
bahan penting yang digunakan dalam arsitektur prestise. Penambangan
kalsit membuat banyak masalah pada lingkungan seperti kerusakan
drainase alami, polusi dan kerusakan habitat alam (Britannica T., 2023).

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.2.7 Orthoklas

Gambar 1.7 Orthoklas


(Sumber : Koleksi Pribadi, 2023)

Orthoklas merupakan mineral primer. Orthoklas mempunyai warna


putih kecoklatan, perawakan meniang, dan kilap lemak. Orthoklas adalah
mineral feldspar dengan komposisi kimia KAlSiO3. Jika diuji dengan
HCL, orthoklas tidak bereaksi.
Mayoritas orthoklas dibuat ketika magma mengkristal menjadi batuan
beku intrusif seperti granit, granoniorit, diorit, dan syenite. Selain itu,
tingkat orthoklas yang signifikan dapat ditemukan pada batuan beku
ekstrusif seperti andesit, dacite, dan rhyolite. Biji-bijian orthoklas
diintegrasikan ke dalam sedimen dan batuan sedimen termasuk batu
pasir, konglomerat, dan siltstone selama pelapukan fisik. Orthoklas
mengalami pelapukan kimia, mengubahnya menjadi mineral tanah liat
seperti kaolinit.
Orthoklas memiliki beberapa kegunaan komersial. Orthoklas adalah
bahan baku yang digunakan dalam produksi kaca, ubin keramik,
porselen, peralatan makan, perlengkapan kamar mandi, dan keramik
lainnya. Orthoklas digunakan sebagai abrasif dalam pemolesan bubuk
dan senyawa pemoles. Orthoklas juga dipotong sebagai batu permata.
Bahan permata adularescent yang dikenal sebagai moonstone adalah
intergrowth orthoclase dan albite (Britannica T., 2023).

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

1.3 Kesimpulan
Mineral merupakan suatu benda padat homogen yang terdapat di alam,
terbentuk secara anorganik, dengan komposisi kimia pada batas-batas tertentu
dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur. Mineral didasarkan atas
komposisi kimianya, dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu
mineral silikat dan mineral non silikat. Mineral silikat adalah mineral-mineral
yang terbentuk dari ikatan kovalen silika dan oksida. Mineral non-silikat adalah
mineral-mineral yang memiliki komposisi non-silikat
Dalam pembentukan mineral hasil pendinginan magma terdapat
hubungan dengan penurunan temperature. Adapun urutan pengkristalan magma
ini disebut dengan Bowen’s Reaction Series (BWE). Deret reaksi ini
membaginya ke dalam 2 kelompok, yaitu secara menerus (continue series) atau
tidak menerus (discontinue series).
Mineral didasarkan atas komposisi kimianya, dapat dikelompokkan ke
dalam dua kelompok besar, yaitu mineral silikat dan mineral non silikat. Mineral
silikat adalah mineral-mineral yang terbentuk dari ikatan kovalen silika dan
oksida. Mineral non-silikat adalah mineral-mineral yang memiliki komposisi
non-silika.
Sifat fisik mineral adalah kenampakan fisik dari mineral yang dapat
diamati tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop. Sifat fisik pada
mineral umumnya dapat dikenal untuk mineral berukuran makro. Sifat-sifat
mineral sendiri meliputi warna, cerat, perawakan, kilap, kekerasan, belahan,
pecahan, daya tahan, berat jenis, rasa dan bau.
Dalam praktikum minerologi dan petrologi acara 1, mineral yang dapat
diientifikasi yaitu mineral hornblende, olivin, kuarsa, piroksen,dan orthoklas
yang dapat diidentifikasi sebagai mineral primer. Pirit dan kalsit adalah mineral
sekunder. Mineral-mineral ini sangat bermanfaat di segala aspek kehidupan
manusia.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-


Laboratorium Mineralogi Petrologi
Jurusan Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2022/2023

DAFTAR PUSTAKA

Britannica T. (2023). Encyclopedia Britannica. Chicago: Britannica.


Dana, J. D. (1871). Manual of Mineralogy. Frankfurt: Outlook Verlag GmbH.
de Carvalho, F. A., Nobre, J. N., Cambraia, R. P., Silva, A. C., Fabris, J. D., dos
Reis, A. B., & Prat, B. V. (2022). Quartz Mining Waste for Concrete
Production: Environment and Public Health. Switzerland: MDPI.
King, H. M. (2012). Hornblende. In A common rock-forming mineral found in
igneous and metamorphic rocks. Chicago.
Montserrat, F., Renforth, P., Hartmann, J., Leermakers, M., Knops, P., & Meysman,
F. J. (2017). Olivine Dissolution in Seawater: Implications for CO2
Sequestration through Enhanced Weathering in Coastal Environments.
Environmental Science & Technology, 3960-3972. doi:10.1021/acs.est.6b05942
Mulyaningsih, S. (2018). Kristalografi & Mineralogi. Yogyakarta: AKPRIND
PRESS.
Suharwanto. (2023). Buku Panduan Praktikum Mineralogi Petrologi. Yogyakarta:
Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Mineral UPN "Veteran"
Yogyakarta.
Sukandarrumidi. (1998). Bahan Galian Industri. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.

ARLINDA VANESSA BENAYA / 114220115 / PLUG 8 I-

Anda mungkin juga menyukai