Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

HIDROKSIAPATIT

OLEH :

GEBBY FEBRILIA IRWANDA (1810412005)

PEMBIMBING : Dr. UPITA SEPTIA, MSi

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. i
BAB I. MINERAL
1.1. Defenisi Mineralogi.............................................................................1
1.2. Sifat-sifat fisik mineral.........................................................................2
1.3. Mineral dan Penggolongannya.............................................................6
1.4. Pembagian Mineral..............................................................................7
1.5. Klasifikasi Mineral...............................................................................9
BAB II. HIDROKSIAPATIT
2.1. Definisi Hidroksiapatit.......................................................................11
2.2. Struktur Mikro Hidroksiapatit............................................................13
2.3. Sifat-sifat Hidroksiapatit....................................................................14
2.4. Struktur Kristal..................................................................................17
2.5. Metoda sintesis Hidroksiapatit...........................................................18
2.6. Karakterisasi Material Hidroksiapatit................................................21
2.7. Aplikasi Hidroksiapatit......................................................................27
BAB III. ANALISIS JURNAL
3.1. Pendahuluan......................................................................................29
3.2. Tinjauan Pustaka................................................................................31
3.3. Metode Penelitian..............................................................................38
3.4. Hasil dan Diskusi...............................................................................39
3.5. Kesimpulan........................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
LAMPIRAN PPT

2
BAB I
MINERALOGI
1.1 Definisi mineralogi
Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur
Kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral. Studi ini mencakup proses
pembentukan dan perubahan mineral. Pada awalnya, mineralogy lebih
menitikberatkan pada system klasifikasi mineral pembentukan batuan.
Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke-
19, setelah dikemukakannya “hukum komposisi tetap” oleh Proust pada tahun 1799,
teori atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia
kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia mineal didasarkan pada pengetahuan
tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan analisis kimia mineral
harus diketahui dengan baik.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya.Sifat-sifat mineral/kristal
tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari
atom atom penyusun dan ikatan antar atom atom penyusun Kristal/mineral.
Definisi mineral menurut beberapa ahli:
1. L.G Berry dan B. Mason, 1959
Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat dialam terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas batas tertentu dan mempunyai
atom atom yang tersusun secara teratur.
2. D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks, 1972
Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai
komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3. A.W.R Potter dan H. Robinson, 1977
Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia
tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam
dan bukan hasil suatu kehidupan.

3
Tetapi dari ketiga definisi tersebut mereka masih memberikan anomali atau
suatu pengecualian beberapa zat atau bahan yang disebut mineral, walaupun tidak
termasuk didalam suatu definisi.Sehingga dibuat suatu defnisi baru atau deefinisi
kompilasi.Dimana definisi kompilasi tidak menghilangkan suatu ketentuan umum
bahwa mineral itu mempunyai sifat fisis dan imia tetap dan berupa unsur tunggal
atau senyawa.
Definisi mineral kompilasi yaitu suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat
fisis dan kimia, dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada
umumnya anorganik, homogen, berupa padat, cair dan gas.
Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral :
1. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust
(1799) :
Perbandingan massa unsur unsur dalam tiap senyawa adalah tetap
2. Teori atom Dalton (1805) :
Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk seperti
bola yang disebut atom.
 Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur yang
berbeda bersifat berbeda pula
 Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.

1.2 Sifat-sifat fisik mineral


Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan penyusun atom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifat fisik atau kimia
tersendiri.Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka setiap jenis mineral dapat
dikenal, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batas-batas tertentu.
a. Kilap (luster)
Merupakan kenampakan atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan
mineral saat terkena cahaya. Kilap secara garis besar dibedakan menjadi :
 Kilap logam
Bila mineral tersebut mempunyai kilap atau kilapan seperti logam.

4
 Kilap bukan logam
Seperti kilap pada intan, kaca, damar, mutiara, dan kilap tanah.
b. Warna (color)
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat , akan
tetapi tidak dapat di andalakan dalam pemberian warna mineral karna
suatu mineral dapat berwarna lebih dari satu warna, tergantung
keanekaragaman komposisi kimia dan pengotoran padanya.
Beberapa mineral yang mempunyai warna khas yaitu :
 Putih : Kaolin (Al2O32SiO2.2H2O)
 Kuning : Belerang (S)
 Emas : Pirit (FeS2)
 Hijau : Klorit (Mg.Fe)5Al
 Biru : Azurit (2CuCO3Cu(OH)2)
 Merah : Hematit (Fe2O3)
 Coklat : Limonite (Fe2O3)
 Abu-abu : Galena (PbS)
 Hitam : Biotit (K2(MgFe)2(OH)2
c. Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan.Kekerasan
suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral tertentu yang
digunakan sebagai kekerasan standar.Standar kekerasan yang biasa
digunakan adalah skla kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs ari
Jerman dan dikenal sebagai skala Mohs.Skala Mohs mempunyai 10 skala,
dimulai dari skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral
terkeras.
Skala Kekerasan Mohs
Skala Mineral Rumus Kimia
Kekerasan
1 Talc H2Mg3(SiO3
2 Gypsum CaSO4.2H2O
3 Calcite CaCO3

5
4 Fluorite CaF2
5 Apatite CaF2Ca3(PO4)2
6 Orthoklase K Al Si3 O8
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO3O8
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C

d. Cerat
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk).Hal ini dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping
porselin atau membubuk suatu mineral kemudian diliahat warna dari
bubukan tersebut. Cerat dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula
berbeda. Warna cerat untuk mineral tertentu umumnya tetap walaupun
warna mineralnya berubah-ubah.
e. Belahan
Belahan merupakan kecendrungan mineral untuk membelah diri pada satu
atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral
yang mampu membelah, bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi
terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifat ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar
da sukar dibelah atau tidak dapat dibelah. Tenaga pengikat ataom di dalam
struktur kristal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat
ikatan yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cendrung
membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena keraturan sifat dalam
mineral, maka belahan akannampak berjajar dan teratur.
Contoh mineral yang mudah membelah adalah kalsit yang mempunyai
tiga arah belahan sedang kuarsa tidak mempunyai belahan. Berikut contoh
mineralnya :
 Belahan satu arah, contoh : muscovite
 Belahan dua arah, contoh : feldspar
 Belahan tiga arah, contoh : halit dan kalsit

6
f. Pecahan
Pecahan adalah kecendrungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan
dengan belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila
memantulkan sinar. Permukaan bidang belah akan nampak halus dan
dapat memantulkan sinar seperti cermin datar, sedangkan bidang pecahan
memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak teratur.
Macam-macam pecahan mineral yaitu :
 Concoidal
Bila memperhatikan gelombang yang melengkup dipermukaan
pecahan, seperti kenampakan kulit kerang atau pecahan botol. Contoh
Kuarsa.
 Fibrous
 Bila menunjukkan gejala seperti serat, misalnya asbestos, augit,
hipersten.
 Even
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan halus,
contoh pada kelompok mineral lempung. Contoh Limonit.
 Uneven
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan bidang pecahan yang
kasar, contoh magnetit.
 Hackly
Bila pecahan tersebut menunjukkan permukaan kasar tidak teratur dan
runcing, contoh pada native elemen emas dan perak.
g. Bentuk
Mineral ada yang berbentuk kristal, mempunyai bentuk teratur yang
dikendalikan oleh system kristalnya, da nada pula yang tidak. Mineral
yang membentuk kristal disebut mineral kristalin. Mineral kristalin sering
mempunyai bangunan yang khas disebut amorf.
Mineral kristalin mempunyai bangun yang khas, misalnya :

7
 Bangun Kubus : Galena, pirit
 Bangun pimatik : Piroksen
 Bangun doecahedon : Garnet
h. Kemagnitan
Adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Dikatakan sebagai
feromagnetik bilamineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet disebut
diamagnetic, dan yang tertarik lemah disebut paramagnetik.

1.3 Mineral dan penggolongannya


Sebagian besar mineral terdapat dalam keadaan padat, namun juga berada
daam keadaan setengah padat, gas, ataupun cair. Mineral padat biasanya terdapat
dalam bentuk kristal yang pada banyak sisinya dibatasi oleh bidang datar. Bidang-
bidang geometri ini memberi bangun tersendiri pada sifat mineral yang bersangkutan.
Minyak bumi merupakan contoh mineral dalam bentuk cair, sedangkan gas bumi
merupakan mineral dalam bentuk gas. Sebagian mineral dapat juga dillihat dalam
bentuk amorf, artinya tidak mempunyai susunan dan bangunan kristal tersendiri.
Mineral digolongkan menjadi 2 jenis yaitu :
a. Mineral sebagai unsur bebas (element)
Cu = Cuprum = Cooper = Tembaga
Au = Aurum = Gold = Emas
Fe = Ferrum = Iron = Besi
Ag = Argentum = Silver = Perak
S = Sulphur = Sulfur = Belerang\
C = Carbon = Diamond = Intan
C = Carbon = Graphite = Grafit

b. Mineral sebagai bentuk persenyawaan


 Pesenyawaan oksida
SnO2 = Cassetrite

8
Al2O3 = Corundum
Fe2O3 = Hematite
Fe3O4 = Magnetite
 Persenyawaan sulfida
Cu2S = Chalcolite
PbS = Galena
FeS2 = Pyrite
 Persenyawaan karbonat
CaCO3 = Calcite
MgCO3 = Magnesite
 Persenyawaan sulfat
CaSO4 = Anhydrate
 Persenyawaan non fero magnesian silicates
SiO2 = Kuarsa
K Al Si O8 = Ortochlase
Ca (Al Si O8) = Anorthite
 Persenyawaan fero magnesian silicates
K2(MgFe)2(OH)2(Al Si3 O10) = Biolit
(MgFe)2SiO4 = Olivin

1.4 Pembagian Mineral


Berdasarkan peranannya dalam ilmu batuan, mineral-mineral pembentuk
batuan dibagi menjadi :

a. Mineral utama
Adalah komponen mineral dari batuan yang diperlukan untuk
menggolongkan dan menamakan batuan,tetapi tidak perlu terdapat dalam
jumlah yang banyak.Beberapa mineral penting yang sering terdapat dalam
batuan :
 Felspar

9
Adalah suatu kumpulan dari sejumlah mineral pembentuk batuan.
Rumus umum : Mal (Al Si)3O8
Felspar berwarna putih atau keputihan, tidak mempunyai warna
tersendiri tetapi sering diwarnai oleh pengotor zat lain.
 Plagioklas
Adalah jumlah mineral dengan system kristal triklin.
Rumus umum : (Na, Ca) Al (Si, Al) Si2O8
Berwarna putih, putih kelabu, kadang kehijauan, atau kebiru-biruan.
 Ortoklas
Adalah mineral dari kumpulan feldspar alkali. Feldspar pembentuk
batuan granit atau batuan asam.
Berwarna putih, putih – kuning, kemerah-merahan, atau keabu-abuan.
 Mika
Adalah sejumlah mineral dengan rumus (K, Na, Ca) (Mg, Fe, Li, Al)2-3
Warnanya mulai dari tak berwarna, putih, perak, cokelat muda, kuning
kehijauan atau hitam.
 Muskovit
Adalah salah satu mineral dari kumpulan mika.
Rumus umum : KAl2(OH)2AlSi3O10
Berwarna cokelat dan tak berwarna, umumnya terdapat dalam atuan
malihan, batuan asam, batuan endapan.
 Kuarsa
Merupakan mineral pembentuk batuan penting.Tidak bewarna dan
kadang berwarna coklat, kuning, ungu, merah, hijau, biru, atau hitam.
Kuarsa juga terdapat sebagai mineral-mineral kecil dalam berbagai
macam batuan, yaitu batuan beku, batuan endapan, batuan
malihan.Dalam industry, kuarsa digunakan oleh pabrik kaca, semen,
keramik, dll.
Rumus umum : SiO2
b. Mineral sekunder

10
Yaitu mineral yang dibentuk dari mineral primer oleh proses pelapukan,
sirkulasi larutan atau metamorphosis. Selain pada batuan yang telah lapuk
juga pada batuan malihan.
Contoh : Klorit, terbentuk dari biolit oleh proses pelapukan
c. Mineral aksesori atau mineral tambahan
Adalah mineral yang terbentuk oleh kristalisasi magma, terdapat dalam
jumlah sedikit, umumnya kurang dari 5%. Mineral zircon juga merupakan
mineral aksesor yang umum terdapat dalam batuan asam (granit).

1.5 Klasifikasi mineral


Mineral dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yakni :
a. Mineral Anorganik
Adalah mineral yang tidak dibutuhkan serta tidak berguna bagi tubuh
manusia.Contoh : Timbal hitam (Pb), Iron Oxide (Besi teroksidasi),
Mecuri, arsenic, magnesium, alumunium, atau bahan-bahan kimia hasil
dari resapan tanah dan lainnya.
Menurut bentuknya, mineral ini di bedakan menjadi:
 Mineral mikro
Mineral mikro merupakan mineral yang jumlah kebutuhanya kurang
dari 100 mg per hari atau lebih sedikit dibandingkan dengan mineral
makro. Yang termasuk minral mikro antara lain :
- Besi
- Seng
- Iodium
- Selenium
- Tembaga
- Mangan
- Kromium
- Fluor
 Mineral makro

11
Merupakan mineral yang jumlah kebutuhannya lebih dari 100 mg per
hari atau lebih banyak dibandingkan dengan mineral mikro.
Contoh mineral makro antara lain :
- Kalsium
- Fosfor
- Magnesium
- Natrium
- Klorida
- Kalium
b. Mineral Organik
Adalah mineral yang dibutuhkan serta berguna bagi tubuh manusia, yang
dapat kita peroleh melalui makanan yang kita konsumsi seperti nasi,
ayam, ikan, telur, sayur-sayuran serta buah-buahan atau vitamin
tambahan.
Umumnya berupa senyawa kabon, kecuali karbonat dan karbida yang
dimasukkan kedalam kelompok mineral anorganik.

BAB II
HIDROKSIAPATIT

2.1 Kalsium Fosfat

12
Senyawa kalsium fosfat merupakan komponen utama pada mineral tulang. Senyawa
kalsium fosfat sintetik diperoleh dengan mencampurkan prekursor kalsium dan fosfat
dengan berbagai metode. Kalsium fosfat merupakan keramik yang memiliki ikatan
kovalen atau ionik. Senyawa kalsium fosfat tidak memiliki muatan bebas sehingga
memiliki sifat listrik yang rendah. Dalam berbagai penelitian kalsium fosfat sintetik
berhasil diperolehd alam berbagai macam fase. Perbedaan fase kalsium fosfat dapat
digunakan dalam medis tergantung pada bioaktivitas atau kemampuan penyerapan
material yang diperlukan.4
Daftar kalsium fosfat yang sering digunakan pada bidang medis dapat dilihat
pada Tabel 1. (halaman 4). Biomaterial untuk implantasi tulang menggunakan
senyawa kalsium fosfat yang memiliki kekuatan tinggi. Meninjau sifat tersebut, HAp
merupakan senyawa apatit yang banyak digunakan dibidang ortopedik.4 Kombinasi
beberapa fase kalsium fosfat dapat dilakukan untuk menghasilkan biomaterial yang
optimum dan dapat mempercepat proses remodelling. HAp memiliki stabilitas yang
tinggi. Pada penggunaannya Hap dimodifikasi dengan menambahkan fase kalsium
fosfat lain yang memiliki kelarutan yang tinggi bertujuan untuk menghasilkan bagian
yang dapat terdegradasi selama remodelling tulang. Fase senyawa kalsium fosfat
yang mudah terserap adalah Trikalsium Fosfat (TKF) dan Apatit Karbonat (AK).
Tabel 1. Jenis-jenis senyawa kalsium fosfat.

13
2.2 Hidroksiapatit
Hidroksiapatit merupakan mineral alami yang berupa kalsium apatit, dengan rumus
kimia Ca10(PO4)6(OH)2. Hidroksiapatit mempunyai bentuk struktur heksagonal,
dengan fasa kristal dari senyawa kalsium fosfat yang stabil, dengan parameter kisi: a
= b = 9,433Å, c = 6,875Å, serta rasio Ca/P = 1,67.6 Hidroksiapatit merupakan
komponen utama dari tulang dan gigi, hal ini dikarenakan sifat - sifat ion kalsium
(Ca2+) pada hidroksiapatit dapat mengubah ion-ion logam berat yang beracun dan
memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menyerap unsur-unsur kimia organik
dalam tubuh.7 Sifat-sifat yang menonjol dari hidroksiapatit adalah mudah terserap
tulang (resorpsi), bioaktif, tidak korosi, tahan aus, dan biokompatibilitas yang tinggi.
Bioaktif merupakan kemampuan suatu bahan untuk merangsang pertumbuhan tulang
baru disekitar implan. Biokompatibilitas suatu bahan merupakan kemampuan
bertahan terhadap korosi terhadap efek toksin yang dihasilkan korosi dan kemampuan
bertahan terhadap perubahan selama pemakaian bahan di lingkungan tubuh dan tidak
menimbulkan penolakan
2.3 Klasifikasi Hidroksiapatit
2.4 Sifat sifat Hidroksiapatit
2.5 Sifat fisik dan kimia Hidroksiapatit
2.6 Manfaat Hidroksiapatit

14
BAB III
ANALISIS JURNAL
“HIDROKSIAPATIT BERPORI DARI KULIT KERANG”

3.1 PENDAHULUAN
3.1.1 LATAR BELAKANG

15
Hidroksiapatit (HAp) Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan material keramik bioaktif dengan
bioafinitas tinggi, bersifat biokompatibel terhadap tubuh manusia. Hidroksiapatit
berpori saat ini menjadi kebutuhan yang mendasar bagi rekonstruksi tulang yang
patah atau retak. Aplikasi non medis dari keramik berpori HAp meliputi media
kemasan untuk kromatografi kolom, sensor gas, katalis dan host bahan [1]. HAp dapat
disintesis secara kimia dari bahan awal yang mengandung kalsium dan fosfor
menggunakan beberapa metode sintetis kimia yang didasarkan pada reaksi solid state
[1-5]
pengendapan kimia, reaksi hidrotermal dan metode sol-gel . Beberapa literatur
melaporkan perubahan kulit kerang menjadi hidroksiapatit dalam media fosfat dengan
metode hidrotermal. Kulit kerang merupakan komposit mineral dan biopolimer terdiri
dari 95 % berat hingga 99 % berat CaCO3 dalam bentuk kristal aragonit dan sejumlah
kecil oksida dan juga ada (0,696 % SiO2, 0,649 % MgO, 0,419% Al2O3, 0,33% SrO,
0,204% P2O5, 0,984% Na2O, 0,724%SO3)dan 1% hingga 5% makromolekul organic
[6-10]
. Lapisan aragonit di permukaan kulit kerang menjadi lapisan HAp dengan
[6,7]
metode hidrotermal dalam media fosfat . Pembuatan HAp nano powder dari kulit
[8]
kerang mutiara melalui proses hidrotermal . Pembuatan HAp dari kulit kerang dan
[5,9]
kulit telur melalui reaksi padat . Pembuatan HAp dari kulit telur melalui proses
[10]
reaksi pengendapan . Sintesis HAp melalui proses reaksi pengendapan ini sudah
digunakan secara umum, karena sederhana dan ekonomis. Metode ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, seperti pengadukan dan kecepatan alir pereaksi. Pengadukan
diperlukan untuk membuat larutan bercampur sempurna dan menghindari aglomerasi
sehingga reaksi pengendapan tidak sempurna [11].
HAp yang cocok untuk rekontruksi tulang adalah HAp berpori. Pori yang terbentuk
berfungsi sebagai media pembentukan jaringan sel tulang yang tumbuh. HAp berpori
umumnya dibuat melalui pembentukan komposi HAp dengan polimer atau bahan
organik, yang biasa disebut porogen, kemudian diteruskan dengan kalsinasi sehingga
bahan organiknya hilang[12]. Dalam makalah ini dilaporkan pembuatan hidroksiapatit
dari kulit kerang dengan jalan reaksi pengendapan dalam dalam reaktor kimia yang
dilengkapi dengan pengaduk 3 tingkat dan 5 batang pemanas yang bisa dikontrol, ada
lobang dibagian atas sebagai pintu masuk pereaksi dan saluran ke bawah sebagai

16
pintu keluar hasil reaksi. Kulit kerang dengan kalsinasi diubah menjadi CaO
kemudian direaksikan dengan diamonium hidrogenfosfat. Digunakan kitosan untuk
memodifikasi pori-pori HAp yang terbentuk. Untuk melihat perubahan fasa HAp
yang terbentuk dilakukan kalsinasi pada berbagai suhu. Hasil yang diperoleh
dikarakterisasi dengan X-Ray Diffractometer (XRD), Scaning Electron Microscope
(SEM) dan Atomic absorption Spectrometer (AAS).
3.1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
yaitu apakah hidroksiapatit berpori dapat disintesis dari bahan dasar kulit kerang
dengan menggunakan metoda jalan reaksi pengendapan dalam dalam reaktor kimia ?.
3.1.3 TUJUAN
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan sintesis hidroksiapatit berpori dari
bahan dasar kulit kerang.
3.1.4 MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sintesis
hidroksiapatit dari kulit kerang dengan menggunakan metoda jalan reaksi
pengendapan.

3.2 TINJAUAN PUSTAKA


3.2.1. Kerang
Klasifikasi
Kingdom : Hewan
Filum : Moluska
Subfilum : Invertebrat
Kelas : Bivalvia
Order : Veneroida

17
Superkeluarga : Cardioidea
Keluarga : Cardiidae
Kerang adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh lunak (moluska). Pengertian
kerang bersifat umum dan tidak memiliki arti secara biologi namun penggunaannya
luas dan dipakai dalam kegiatan ekonomi. Dalam pengertian paling luas, kerang
berarti semua moluska dengan sepasang cangkang. Dengan pengertian ini, lebih tepat
orang menyebutnya kerang-kerangan dan sepadan dengan arti clam yang dipakai di
Amerika.
Kata kerang dapat pula berarti semua kerang-kerangan yang hidupnya
menempel pada suatu obyek. Ke dalamnya termasuk jenis-jenis yang dapat dimakan,
seperti kerang darah dan kerang hijau (kupang awung), namun tidak termasuk jenis-
jenis yang dapat dimakan tetapi menggeletak di pasir atau dasar perairan, seperti
lokan dan remis
Kerang juga dipakai untuk menyebut berbagai kerang-kerangan yang
bercangkang tebal, berkapur, dengan pola radial pada cangkang yang tegas. Dalam
pengertian ini, kerang hijau tidak termasuk di dalamnya dan lebih tepat disebut
kupang. Pengertian yang paling mendekati dalam bahasa Inggris adalah cockle.
Dalam pengertian yang paling sempit, yang dimaksud sebagai kerang adalah kerang
darah (Anadara granosa), sejenis kerang budidaya yang umum dijumpai di wilayah
Indo-Pasifik dan banyak dijual di warung atau rumah makan yang menjual hasil laut.

Ciri-ciri umum
Phylum mollusca sudah ada sejak zaman kambrian,kira-kira 450 juta tahun
yang lalu. Hal ini terbukti dengan banyaknya penemuan fosil molluska yang berasal
dari zaman kambria. Phylum hewani ini merupakan golongan kedua terbesar didunia
hewan (regnum animalia ). Semuanya tersebar,baik didarat (teresterial), maupun diair
(akuatik).
Penyebaran hewan ini sangat luas, baik geografis maupun geologis. Dikenal
lebih dari 100.000 spesies yang masih hidup dan mungkin lebih besar lagi jumlah
fosilnya. Hewan yang termasuk philum molluska memiliki tubuh lunak, tidak beruas-
ruas (segmen), dengan ciri tubuh bagian atas (anterior) adalah kepala (caput), sisi
bawah (ventral) berfungsi sebagai kaki musculer. Dan massa visceranya terdapat pada
sisi atas (dorsal). Molluska berasal dari kata ’’molls’’ yang artinya lunak, kalau
ditinjau dari keadaan yang primitif, tubuh molluska menunjukan simetris bilateral
(dimana bagian sebelah kiri merupakan bayangan dari sebelah kanan ). Dan sebagian
besar tubuh hewan molluska yang lunak dilindungi oleh cangkang (exoskleton) yang
keras. Cangkang (exoskleton) yang melindungi tubuh hewan molluska terbuat dari
kalsium karbonat (CaCO3) atau zat kapur. Tubuh utama molluska diselimuti oleh

18
lipatan cangkang yang disebut cavumm valli (paru). Hewan-hewan molluska telah
memiliki sistem organ yang lengkap.
Kerang tidak memiliki kepala (juga otak) dan hanya simping yang memiliki
mata. Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat
bergerak dengan "kaki" berupa semacam organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
sewaktu-waktu atau dengan membuka-tutup cangkang secara mengejut.
Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah. Pasokan oksigen
berasal dari darah yang sangat cair yang kaya nutrisi dan oksigen yang menyelubungi
organ-organnya.
Makanan kerang adalah plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri
merupakan mangsa bagi cumi-cumi dan hiu. Semua kerang adalah jantan ketika
muda. Beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan.
a. Fisiologi Anatomi Cangkang
Cangkang adalah rangka luar pada kerang. Cangkang ini dibentuk oleh sl-sel
cangkang (epitel mantel) yang mengeluarkan secreta (RADIOPOET:50 hal 354).
Cangkang terdiri dari 4 lapisan dari luar kedalam, adalah :
 Periostracum, yang berwarna hitam, terbuat dari bahan tanduk yang disebut
cocchiolin.
 Prismatic, yang tersusun dari kristal-kristal kalsium karbonat (zat kapur yang
berbentuk prisma ).
 Lapisan nacreas (mutiara), juga terdiri dari kristal-kristal kalsium karbonat
(zat kapur yang berbentuk prisma tetapi susunannya lebih rapat).
 Engsel cangkang dibentuk oleh jaringan ikat yang disebut ligamentum.
Kedua cangkang dapat membuka dan menutup , karena adanya dua otot
adductor ,satu terletak di bagian anterior dan satunya lagi terdapat di bagian
posterior.

b. Kandungan Cangkang Kerang


Cangkang kerang mengandung kalsium karbonat (CaCO3) dalam kadar yang
lebih tinggi bila dibandingkan dengan batu gamping, cangkang telur, keramik, atau
bahan lainnya. Hal ini terlihat dari tingkat kekerasan cangkang kerang. Semakin keras
cangkang, maka semakin tinggi kandungan kalsium karbonat (CaCO 3) nya. Maka jika
direaksikan dengan asam kuat seperti HCl dan ion logam yang terlarut dalam air
dapat mengendapkan kandungan logam.

3.2.1. Hidroksiapatit

19
Hidroksiapatit (HA), Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan komponen mineral utama bagi
tulang manusia dan gigi. Hidroksiapatit merupakan suatu kalsium fosfat keramik
yang terdiri atas kalsium (Ca) dan fosfat (P) dan berasal dari rangka sejenis binatang
karang dan melalui proses hidrotermal. Oleh karena itu Hidroksiapatit tidak
mengalami permasalahan dari segi kesesuaian biologi dan Hidroksiapatit juga bersifat
bioaktif yakni, dapat membentuk ikatan langsung dengan tulang. Karena itu
hidroksiapatit dapat digunakan sebagai bahan pengganti tulang  misalnya untuk
mengisi dan membangun kembali tulang yang cacat.
Hidroksiapatit yang berbasis senyawa kalsium fosfat yang mempunyai rumus
kimia Ca10(PO4)6(OH)2 merupakan bagian keluarga apatit (struktur kimia sama tetapi
komposisi kimia yang berbeda). HA dapat diproduksi dalam 2 metode utama yaitu
menggunakan bahan mentah dari bahan alami (tulang sapi dan karang) dan secara
sintetis. Menurut Willmann (1996), bahan alami sesuai karena memiliki koneksi pori-
pori yang sama seperti tulang manusia, namun masalah pencemaran dan benda asing
yang ada telah membatasi penggunaannya. Dengan demikian, produksi HA sintetis
telah diberi fokus secara meluas untuk mengatasi masalah tersebut.
Sifat mekanis merupakan faktor yang membatasi penggunaan Hidroksiapatit
(HA) sebagai implan pada bagian yang menanggung beban tinggi. HA yang memiliki
sifat mekanis yang baik perlu diperluas lagi penggunaannya dalam bidang kedokteran
pada masa depan. Umumnya faktor yang mempengaruhi sifat mekanis HA adalah
bentuk serbuk, pori-pori dan besar butir. Serbuk HA yang memiliki stoikiometri yang
tepat yaitu rasio molar Ca/P sebanyak 1,67 dapat menghasilkan sifat mekanis HA
yang unggul [Suchanek dan Yoshimura,1998]. Pori-pori HA yang letaknya tidak
teratur dan tidak saling berhubungan satu  sama lain ( tidak rekat) menyebabkan pori-
pori menjadi faktor yang melemahkan kekuatan bahan HA [Smith, 1996]. Ukuran
butir juga menurunkan kekuatan bahan HA dengan mempengaruhi ikatan antara butir
[Smith, 1996].

Hidroksiapatit merupakan suatu kalsium fosfat yang banyak digunakan sebagai


material pengganti tulang atau untukbone filler (pengisi tulang)  karena kemiripannya

20
dengan struktur kimia tulang dan jaringan keras pada mamalia. Material ini dapat
mendorong pertumbuhan tulang baru, serta mempercepat proses penyatuan tulang.
Dengan sifat-sifat mekanik dan struktur kimia yang dimiliki sehingga HA banyak
digunakan sebagai implan tulang femur (paha) manusia dan dalam aplikasi bidang
medis lainnya.

Kelebihan dari hidroksiapatit sehingga cukup aman di gunakan sebagai bahan


implant adalah karena sifatnya yang non toxic, cepat membangun ikatan dengan
tulang (bioaktif), memiliki biokompatibilitas dengan jaringan sekitar dan dapat
mendorong pertumbuhan tulang baru dalam strukturnya yang berpori. Namun, pori-
pori Hidroksiapatit ini tidak teratur dalam bentuk dan ukuran serta tidak sepenuhnya
saling berhubungan satu sama lain. Hal ini menyebabkan porositas hidroksiapatit
yang dihasilkan rendah, akibatnya struktur keramik hidroksiapatit tidak kompak
sehingga apabila digunakan sebagai implant ortopedik karakteristiknya rapuh atau
mudah patah.

3.2.2. Metoda Pengendapan untuk Sintesis Hidroksiapatit


Metode pengendapan adalah metode yang paling terkenal dan teknik yang banyak
dipergunakan untuk sintesis hidroksiapatit (HA). Hal ini karena dengan teknik ini
dapat disintesis HA dalam jumlah besar tanpa menggunakan pelarut-pelarut organik
dan juga dengan biaya yang tidak begitu mahal [24]. Kalsium hidroksida [Ca(OH) 2]
dan asam fosfat (H3PO4) digunakan sebagai prekursor untuk reaksi tersebut seperti
pada persamaan 1. Reaksi sintesis HA dengan prekursor tersebut telah banyak
dilakukan oleh beberapa peneliti [3-4, 24, 28]. Hasil sampingan yang dihasilkan oleh
reaksi ini hanyalah air dan reaksi tidak melibatkan elemen-elemen asing.
10Ca(OH)2 + 6H3PO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 18H2O …................................ ....(1)

Ukuran, bentuk, dan permukaan dari partikel HA yang diperoleh dengan reaksi ini
sangat sensitif terhadap laju penambahan asam fosfat dan temperatur reaksi. Laju
penambahan asam fosfat erat hubungannya dengan pH yang diperoleh pada akhir
sintesis dan juga pada kestabilan suspensi. Temperatur reaksi menentukan apakah

21
kristal HA sintetis adalah monokristalin atau polikristalin. HA yang disintesis pada
temperatur rendah (< 60°C) adalah monokristalin [29].
Telah banyak peneliti yang menggunakan teknik pengendapan ini untuk
mensintesis HA dengan jenis-jenis prekursor yang berbeda-beda. Santos et al. [24]
telah menyatakan dua reaksi yang lain untuk sintesis HA dengan teknik pengendapan.
Pada salah satunya, digunakan diammonium fosfat [(NH 4)2.HPO4] dan Ca(OH)2
sebagai prekursor seperti pada persamaan 2. Sedangkan dalam salah satu reaksi yang
lain digunakan kalsium hidrogen fosfat [Ca(H2PO4)2.H2O] dan Ca(OH)2 sebagai
prekursor seperti pada persamaan 3. Pada reaksi pertama, temperatur sintesis dijaga
pada 40°C dan pada reaksi yang kedua, sintesis dilakukan pada temperatur ruang.
10Ca(OH)2 + 6(NH4)2.HPO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 6H2O + 12NH4OH ..............(2)
7Ca(OH)2 + 3Ca(H2PO4)2.H2O Ca10(PO4)6(OH)2 + 15H2O ............................(3)
Seperti yang sebelumnya telah disinggung bahwa pH, laju penambahan dan
pengadukan, dan temperatur sinter berpengaruh pada HA yang sedang disintesis.
Menurut De-Aza et al. [30], kenaikan kristalinitas ditunjukkan oleh adanya kenaikan
intensitas puncak dan secara langsung bervariasi dengan kenaikan temperatur. Laju
penambahan asam yang rendah akan menyebabkan dihasilkannya ukuran kristalit
yang besar seperti yang dilaporkan oleh Saeri et al. [31]. Laju pengadukan juga
dilaporkan mempengaruhi sintesis HA, perlu dilakukan pengadukan yang kuat
(vigorous) untuk menghasilkan endapan HA yang homogen [3].
Pengadukan yang tidak cukup akan menyebabkan terbentuknya fasa yang tidak
diinginkan yaitu monetite [CaHPO4] dan brushite [CaHPO4.2H2O]. Juga, pengadukan
yang cukup akan berkontribusi pada kontrol pH campuran yang lebih baik dan
menyebabkan interaksi yang lebih baik antar reagen [3]. Kontrol terhadap pH
sangatlah penting karena merupakan parameter yang sangat mempengaruhi terhadap
nilai rasio Ca/P. Nilai pH harus dikontrol secara efektif, jika tidak, pada pH yang
lebih rendah dari 7 akan terjadi pembentukan calcium monophosphate dan
dehydrated calcium yang cukup mudah larut di dalam medium air [3]. Hal yang
penting adalah mempertahankan nilai pH di atas 9, karena penurunan nilai pH akan
menyebabkan pembentukan struktur apatit yang kekurangan kalsium

22
(calciumdeficient apatite) [8]. Derajat pH juga mempengaruhi tingkat kemurnia dan
juga morfologi dari kristal HA yang terbentuk. Menurut penelitian Wang et al. [32],
partikel berbentuk seperti bola dengan ukuran 20-30 nm akan terbentuk pada pH 10,
sedangkan kebanyakan HA yang disintesis pada pH 8 berbentuk seperti jarum dengan
ukuran panjang 0.25 μm. HA murni dapat disintesis pada pH 10, dimana pada pH 9
akan terbentuk campuran β-TCP dan HA. Pada pH 8 kebanyakan yang terbentuk
adalah Ca2P2O7 (β-TCP) [33].
Keuntungan-keuntungan Metode Pengendapan
Metode pengendapan (precipitation), jika dibandingkan dengan beberapa metode
yang telah disebutkan sebelumnya, memiliki beberapa keuntungan yang membuatnya
banyak dipergunakan di dalam sintesis HA. Beberapa keuntungan tersebut adalah
sebagai berikut ini;
a. Hidroksiapatit yang dapat disintesis relative banyak tanpa menggunakan pelarut
organik (dengan biaya yang tidak terlalu besar).
b. Proses yang sederhana dengan hasil yang besar (87%) sehingga cocok untuk
produksi skala besar (industri).
c. Tidak adanya elemen kontaminan asing dan hasil sampingannya adalah air.
d. Membutuhkan reagen-reagen yang tidak mahal dan produk CaP dengan komposisi
fasa yang bervariasi dapat diperoleh.
e. Meskipun proses ini bergantung pada variable-variable seperti; pH, waktu penuaan
(aging), temperatur, dan lain-lain, tapi proses ini efektif dan tidak mahal
dibandingkan dengan proses sol-gel. Metode ini dinilai menarik jika akan di-scale-
up ke dalam industri karena jika dilihat dari prosesnya yang sederhana. Hal ini
karena dari reaksi sintesis, nantinya tidak dibutuhkan proses yang rumit dalam
pemisahannya karena hasil sampingannya yang berupa air, dan hal tersebut juga
sangat memudahkan sekali dalam penanganan limbah hasil proses sintesisnya.

23
3.3. METODE PENELITIAN
3.3.1. Alat dan Bahan
3.3.1.1 Alat
Alat terdiri dari : alat-alat gelas, ultrasonic cleaner, oven, furnace, mesin
penghalus energi tinggi (HEM), reaktor kimia, Simultan Thermal Analizer (STA)-
SETARAM, TGA24S, Diffraktometer Sinar-X Shimadzu XD-610 dan Scaning
Electron Microscope (SEM) JEOL JED-2300.

24
3.3.1.2 Bahan
Bahan terdiri dari : kulit kerang, alkohol dan air demineralisasi.
3.3.2. Cara Kerja
Kulit kerang dicuci dengan air dan alkohol dengan ultrasonic sampai bersih Setelah
itu sampel dikeringkan dalam oven pada 110oC. Kemudian dilanjutkan dengan
kalsinasi dalam furnace pada suhu 600oC hingga 1.100oC selama 5 jam. Hasil
kalsinasi sampel dihaluskan dengan mesin (HEM) selama 6 jam.
Sejumlah bubuk kulit kerang hasil kalsinasi didespersikan dalam air
demineralisasi dan dimasukan dalam reaktor kimia, suhu dijaga 35 oC. Larutan
diamoniumfosfat dialirkan ke dalam reaktor kimia dengan kecepatan 2 mL/menit
sambil diaduk dengan kecepatan konstan sehingga terbentuk endapan putih. Setelah
didiamkan semalam, endapan disaring, dikeringkan dan akhirnya dikalsinasi sehingga
terbentuk Hidroksiapatit (HAp) dan dikarakterisasi.
HAp bubuk yang diperoleh dicampur dengan kitosan kemudian dikalsinasi
untuk memperoleh HAp berpori

3.3.3 Karakterisasi Padatan


Karakterisasi dilakukan dengan X-Ray Diffractometer (XRD), Scaning Electron
Microscope (SEM) dan Atomic absorption Spectrometer (AAS).

3.4 HASIL DAN DISKUSI


A. Analisis SEM (Permukaan partikel kulit Kerang)
Gambar 1 menunjukkan morfologi Scaning Electron Microscope (SEM) permukaan
partikel kulit kerang yang telah dihaluskan dengan mesin penghalus energi tinggi
(HEM).

25
Gambar 1. Morfologi SEM permukaan : (a). kerang mentah dan (b). kerang
setelah kalsinasi 1.100 °C

Dalam kulit kerang mentah terlihat struktur berlapis, ada lembaran yang tegak
dan mendatar serta serpihan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
menyatakan bahwa kulit kerang merupakan komposit mineral dan biopolimer, yang
biasanya terdiri dari 95% berat hingga 99% berat CaCO 3 dalam bentuk kristal
aragonit dan sejumlah kecil oksida lainnya dan pertumbuhan lapisan kulit kerang ada
yang bergelombang, parallel dan horizontal [7-10]. Tingginya kadar kalsium yang
dimiliki kulit kerang, mendorong limbah limbah kulit kerang digunakan sebagai
sumber kalsium alami dalam proses síntesis hidroksiapatit.
Kalsinasi cangkang telur pada suhu 1.000°C selama 6 jam mengakibatkan
kalsium karbonat yang terkandung di dalam cangkang telur berubah menjadi kalsium
oksida. Setelah kalsinasi bentuk struktur berlapis tersebut hilang, karena
biopolimernya hilang dan CaCO3 berubah menjadi CaO.

B. Analisis termogravimetri dan AAS

26
Kalsinasi cangkang telur pada suhu 1.000°C selama 6 jam mengakibatkan kalsium
karbonat yang terkandung di dalam cangkang telur berubah menjadi kalsium oksida
dengan reaksi seperti Persamaan (1).
CaCO3 CaO + CO2 ......................... (1)
Setelah kalsinasi bentuk struktur berlapis hilang, karena biopolimernya hilang dan
CaCO3 berubah menjadi CaO sesuai dengan jejak termogravimetrinya ditunjukkan
pada Gambar 2 dan pola difraksi sinar-X ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Kurva termografimetri (a). kulit kerang dan (b). setelah kalsinasi.

Dalam jejak termogravimetri kulit kerang kering dalam rentang suhu 100 oC hingga
800oC(Gambar 2(a)). Tidak terlihat penurunan berat karena penguapan air, sebab
sampel yang digunakan sudah dikeringkan pada suhu 110oC. Terjadi penurunan berat
mulai suhu sekitar 650oC yang disebabkan oleh terbakarnya bahan organik.
Kulit kerang terutama terdiri dari CaCO 3, dekomposisi dimulai pada ~ 700oC dan
menurut perhitungan pengurangan berat sekitar 44% .
Sintesis hidroksiapatit dengan metode basah pada penelitian ini menggunakan
kulit kerang sebagai sumber kalsium yang sebelumnya dikalsinasi untuk membentuk
CaO dan sebagai sumber fosfor digunakan diamonium fosfat dengan reaksi seperti
Persamaan (2).
10CaO + 6(NH4)2HPO4 Ca10(PO4)6(OH)2 + 12NH4OH ................... (2)

27
Jumlah CaO dan (NH4)2HPO4 yang dilarutkan ditentukan berdasarkan hasil
perhitungan stokiometri sehingga menghasilkan rasio konsentrasi Ca/P sebesar 1,67.
Berdasarkan analisis Atomic absorption Spectrometer (AAS) kandungan Ca dalam
bubuk kulit kerang yang digunakan dalam penelitian ini adalah 59% berat.

C. Analisa XRD

Gambar 3. Pola XRD kulit kerang sebelum dan setelah kalsinasi

Keberadaan CaO dilakukan pencirian dengan XRD seperti diperlihatkan pada Gambar
3. Berdasarkan pola difraksi sinar-X kulit kerang sebelum dan setelah dikalsinasi
serta dicocokkan dengan data Joint Commitee on Powder Diffraction Standards
(JCPDS) No. 37-1497 untuk CaO dan JCPDS No. 41-0475 untuk CaCO3 terlihat
bahwa komponen utama serbuk kulit kerang yang telah dikalsinasi adalah CaO dan
sebelum kalsinasi mengandung fasa kristalin dari CaCO3.

28
Gambar 4. Pola difraksi Sinar-X dari HAp pada berbagai suhu kalsinasi.

Gambar 4 menunjukkan pola difraksi hasil proses reaksi pengendapan dalam berbagai
suhu kalsinasi. Fasa-fasa yang terbentuk diidentifikasi berdasarkan data JCPDS.
Berdasarkan JCPDS No. 09-0432 untuk fasa HAp dicirikan intensitas tertinggi pada
nilai 2θ sebesar 25,879°, 31,773°, 32,196°, 32,902° dan 34,048°. Terlihat bahwa fasa
HAp (Ca10(PO4)6(OH)2) telah terbentuk pada pengendapan tanpa kalsinasi. Setelah
dikalsinasi pada suhu lebih tinggi dari 700oC terbentuk fasa lain, yaitu TCP (Ca3
PO4)2, yang mempunyai intensitas tertinggi pada 2θ sebesar 25,802°, 27,769°,
31,026° dan 34,37°. Analisis kuantitatif fasa yang terbentuk dilakukan dengan
metode perbandingan langsung dari puncak tertinggi masing-masing fasa, yaitu
puncak (210) untuk fasa TCP dan puncak (211) untuk fasa HAp. Hasil analisis
kuantitatif fasa terlihat pada Tabel 1. Makin tinggi suhu kalsinasi makin tinggi
kandungan fasa TCP. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh fasa
HAp murni, pemanasan suhu kalsinasi tidak lebih dari 700oC.

Tabel 1. Komposisi fasa HAp dan TCP (Ca3(PO4)2) pada HAp hasil proses sintesis
pada berbagai suhu kalsinasi

29
HAp berpori dibuat dengan mencampur HAp hasil reaksi dengan kitosan sebagai
porogen, kemudian dikalsinasi sehingga kitosannya hilang meninggalkan pori-pori.
Dalam Gambar 5 menunjukkan pola difraksi HAp berpori tidak terlihat adanya fasa
kitosan, namun terlihat fasa baru, yang menurut JCPDS adalah fasa CaO dan CaCO3.
Keberadaan CaO dan CaCO3 dalam HAp, tidak membahayakan tubuh, karenanya
senyawa ini sering digunakan dalam bidang farmasi [13].

Gambar 5. Pola difraksi (a). HAp kerang, (b). kitosan dan (c). HAp berpori
dengan porogen kitosan.

4 Analisis SEM (HAp yang terbentuk)


Analisis morfologi HAp tanpa penambahan porogen dan dengan penambahan
porogen kitosan dilakukan dengan Scanning Electron Microscope (SEM).
PadaGambar 6(a) terlihat morfologi HAp bentuk serbuk dan Gambar 6(b) HAp
bentuk pelet. Morfologi permukaan serbuk HAp dan HAp berporogen, tidak terlihat
perbedaan yang berarti, tampak tersusun oleh bentuk granular/padat (aglomerasi) dari
partikel dengan ukuran berkisar 0,1 μm hingga 1,0 μm dan diantaranya membentuk
pori kecil dengan ukuran berkisar pada 0,1 μm hingga 1,0 μm. Sementara dalam

30
bentuk pelet, permukaan HAp berporogen terlihat mempunyai pori-pori yang lebih
besar dan lebih banyak dari HAp yang tidak berporogen

Gambar 6. Morfologi SEM (a). serbuk HAp kerang, (b). serbuk HAp kerang
berporogen, (c). pelet HAp kerang dan (d). pelet HAp kerang berporogen.

3.5 KESIMPULAN
Untuk memperoleh fasa hidroksiapatit (HAp) murni sintesis HAp dengan metode
reaksi pengendapan dalam reaktor kimia, pemanasan suhu kalsinasi tidak lebih dari
700oC. Makin tinggi suhu kalsinasi kandungan fasa TCP (Ca3PO4)2 makin banyak.
Morfologi permukaan serbuk HAp dan HAp berporogen, tidak terlihat perbedaan
yang berarti, tersusun oleh bentuk granular (aglomerasi) dari partikel dengan ukuran
berkisar 0,1 μm hingga 1,0 μm dan membentuk pori-pori dengan ukuran sebesar 0,1
μm hingga 1,0 μm. Sementara dalam bentuk pelet, permukaan HAp berporogen

31
terlihat mempunyai pori-pori yang lebih besar dan lebih banyak dari HAp yang tidak
berporogen.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. HRVOJE IVANKOVIC, SEBASTIJAN ORLIC, DAJANAKRANZELI Cand


MILIJATKALCEC, Science and Technology, 63 (2010) 408-413
[2]. ROZITAAHMAD RAMLI, ROHANAADNAN, MOH.ABU BAKAR and SAM’AN MALIK
MASUDI, Journal of Physical Science, 22 (1) (2011)25-37
[3]. SUMIT PRAMANIK, AVINASH KUMAR AGARVAR and K. N. RAI, Treds Biomater, Artif
Organs, 19 (1) (2005) 46-51
[4]. ISMAIL ZAINOL, FADZIL AYAD ZAKARIA, MOHD RAZIF SALIMAN
andMOHDAFFANDI DERMAN, Solid State Science and Technology, 16 (1) (2008) 153-159
[5]. K.DAHLAN,F.PRASETYANTI,Y.W.SARI, Jurnal Biofisika, 5 (2) (2009) 71-78
[6]. KENNETHS.VECCHIO, XINGZHANG,JENNIFER B. MASSIE, MARK WANG, CHOLL
W., Acta Biomaterialia, 3 (2007) 910-918
[7]. MING NI, BUDDYD. RATNER, Biomaterials, 24 (2003)4323-4331

32
[8]. A.F. LEMOS, J.H.G.ROCHA, S.S.F.QUARESMA, S.KANNANA, F.N.OKTARS.
AGATHOPOULOS, J.M.F. FERREIRA, Journal of the European Ceramic Society, 26 (2006)
3639-3646
[9]. GRÉTAGERGELY, FERENCWÉBER, ISTVÁN LUKÁCS, LEVENTE ILLÉS,ATTILAL.
TÓTH, ZSOLT E. HORVÁTH, JUDITMIHÁLY, CSABA BALÁZSI,Cent. Eur. J.Chem., 8 (2)
(2010) 375-381
[10]. ARI HANDAYANI dkk, Sintesa dan Karakterisasi Hidroksiapatit, SeminarNasional XX Kimia
Dalam Industri dan Lingkungan, JASAKIAI, (2011)
[11]. A. BINNAZ HAZAR YORUC, YELIZ KOCA, Digest Journal of Nanomaterial and
Biostructure, 4 (1) (2009) 73-81 [12]. SOPYANI.,MELM.,RAMESHS.,KHALIDK.A., Scie.
Technol. Adva.Mat., 8 (2007) 116-123
[13]. MURAKAMI F.S., ROGRIGUES, Cienc. Tecnol. Alimet Campinas, 27 (3) (2007) 658-662

33

Anda mungkin juga menyukai