Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
DASAR – DASAR MINERALOGI

1.1 Mineralogi
Mineralogi merupakan ilmu yang membahas tentang sifat kimia, struktur
kristal, dan fisika (termasuk optik) suatu mineral. Studi ini juga mencakup proses
pembentukan dan perubahan mineral. Pada awalnya, mineralogi lebih
menitikberatkan pada sistem klasifikasi mineral pembentuk batuan.
International Mineralogical Association (IMA) adalah suatu organisasi
atau suatu kumpulan ahli mineralogi dari berbagai negara. Aktivitas organisasi ini
yaitu mengelola penamaan mineral, lokasi mineral yang telah diketahui, dsb.
Hingga tahun 2004 telah diketahui lebih dari 4.000 spesies mineral yang diakui
oleh IMA. Dari kesemua itu, 150 spesies dapat digolongkan “umum”, sedangkan
50 spesies lainnya “kadang-kadang”, dan sisanya “jarang” sampai “sangat jarang”.
Belakangan ini, dangan disebabkan oleh perkembangan teknik
eksperimental (seperti difraksi neutron) dan kemampuan komputasi yang ada,
telah memungkinkan simulasi prilaku kristal berskala atom dengan sangat akurat.
Ilmu ini telah berkembang luas hingga mencakup permasalahan yang lebih umum
dalam bidang kimia anorganik dan fisika zat padat. Meskipun demikan, bidang ini
tetap berfokus pada struktur kristal yang umumnya dijumpai pada mineral
pembentuk batuan (seperti pada perovskites, mineral lempung dan kerangka
silikat). Secara khusus, bidang ini telah mencapai kemajuan mengenai hubungan
struktur mineral dan kegunaannya. Contoh yang menonjol berupa akurasi
perhitungan dan perkiraan sifat elastik mineral, yang telah membuka pengetahuan
mendalam mengenai prilaku seismik batuan dan ketidakselarasan yang
berhubungan dengan kedalaman pada seismiogram dari mantel bumi.

1.2 Mineral
Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah (geologis),
seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan
mempunyai kristal karakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya. Ilmu yang
mempelajari mineral disebut mineralogi. Agar dapat diklasifikasikan sebagai

Ibnu Khaldun
2

mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan memiliki struktur
kristal. Senyawa tersebut juga harus terbentuk secara alami dan memiliki
komposisi kimia yang tertentu. Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa
seperti mineral yang berasal dari turunan senyawa organik. Pada tahun 1995,
IMA telah mengajukan definisi baru tentang definisi mineral yaitu:
Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan
normalnya memiliki unsur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi.
Klasifikasi modern telah mengikutsertakan senyawa organik ke dalam daftar
mineral, seperti skema klasifikasi yang diajukan oleh Dana dan Strunz.

1.3 Kimia Mineral


Pengetahuan tentang komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang
sangat mendasar, karena beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung padanya.
Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga
kepada susunan meruang (geometri) dari atom-atom penyusun dan ikatan antar
atom-atom penyusun kristal/mineral.
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau kelompok ion) dari zat padat
kristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan
dengan sifat-sifat fisik dan kimia mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur,
kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan
secara langsung terhadap daya ikat.
Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad
ke-19 setelah dikemukakannya”hukum komposisi tetap” oleh Proust pada tahun
1799, teori atom Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis
kimia kuantitatif yang akurat. Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada
pengetahuan tentang komposisi mineral, kemungkinan dan keterbatasan analisis
kimia mineral harus diketahui dengan baik.
Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral
1. Teori atom Dalton (1805):
 Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan berbentuk
seperti bola yang disebut atom.

Ibnu Khaldun
3

 Atom dari unsur yang sama bersifat sama sedangkan dari unsur
yang berbeda bersifat berbeda pula.
 Atom dapat berikatan secara kimiawi menjadi molekul.
2. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition oleh Proust
(1799):
“Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap”

Pernyataan Proust tersebut didasarkan pada pengukuran senyawa dari hasil


reaksi-reaksi kimia dan senyawa dari berbagai sumber. Hukum ini disebut
Hukum Perbandingan Tetap atau Hukum Komposisi Tetap. Proust melakukan
sejumlah percobaan tentang perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa, hasilnya sebagai berikut.
a. Pada senyawa NaCl, perbandingan massa Na dan Cl selalu tetap, yaitu
39% Na dan 61% Cl atau massa Na : massa Cl = 2 : 3.
b. Pada molekul air, perbandingan massa H dan O selalu tetap, yaitu 11% H
dan 89% O atau H : O = 1 : 8.
Ar H = 1; Ar O = 16; H2O = 2 x 1 : 1 x 16 = 2:16 = 1:8
%H = 1/9 x 100 = 11%; %O = 8/9 x 100 = 89%
c. Pada molekul CO2, perbandingan massa C dan O selalu tetap, yaitu 27,3%
C dan 72,7% O atau 3 : 8.

1.4 Sifat Fisik Mineral


Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat
sifat-sifat fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya.
Sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi: warna (color), kilap (luster), kekerasan
(hardness), gores atau cerat (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture),
struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.

1.4.1 Warna
Warna adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dapat
dibedakan menjadi dua yaitu idiokromatik dan alokromatik. Idiokromatik yaitu
bila warna mineral selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang

Ibnu Khaldun
4

tidak tembus cahaya (opak), seperti galena, magnetit, dan pirit (Gambar 1.1).
Sedangkan alokromatik yaitu mineral yang memiliki warna tidak tetap, tergantung
dari mineral pengotornya. Mineral jenis ini pada umumnya terdapat pada mineral-
mineral yang tembus cahaya, seperti kwarsa (SiO2) dan kalsit (CaCO3).

Galena (PbS) Magnetit (Fe3O4) Pirit (FeS2)


Gambar 1.1 Mineral yang memiliki warna tetap (idiokromatik)

Gambar 1.2 Berbagai warna kwarsa (alokromatik)

1.4.2 Kilap (Luster)


Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan
padanya. Kilap dapat dibedakan menjadi dua yaitu kilap logam dan kilap non-
logam. Kilap logam (metallic luster atau splendent luster) memberikan kesan
seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-
mineral yang mengandung logam atau bijih mineral, seperti emas, galena, pirit,
kalkopirit. Kilap non-logam (non-metallic luster) tidak memberikan kesan seperti
logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi:
(1) Kilap kaca (vitreous luster): memberikan kesan seperti kaca bila terkena
cahaya, misalnya: calcite (CaCO3), kwarsa (SiO2), halite (NaCl).
(2) Kilap brillian (adamantine luster): memberikan kesan cemerlang seperti
intan, contohnya intan (C), cerussite (PbCO3), dan anglesite (PbSO4).

Ibnu Khaldun
5

(3) Kilap sutera (silky luster): memberikan kesan seperti sutera, umumnya
terdapat pada mineral yang mempunyai struktur serat seperti asbes, aktinolit
(Ca2(Mg,Fe)5Si8O22(OH)2), dan gipsum.
(4) Kilap damar (resinous luster): memberikan kesan seperti damar, contohnya
sfalerit (Zn,Fe)S, resin, dan amber.
(5) Kilap mutiara (pearly luster): memberikan kesan seperti mutiara atau seperti
bagian dalam dari kulit kerang, misalnya talk, dolomit, muskovit
(KAl2(AlSi3O10)(F,OH)2, atau (KF)2(Al2O3)3(SiO2)6(H2O).), dan tremolit
(Ca2Mg5Si8O22(OH)2).
(6) Kilap lemak (greasy luster): memberikan kesan menyerupai lemak atau
sabun, contohnya talk, dan serpentin.
(7) Kilap tanah (earthy) atau kilap buram (dull): kenampakannya buram seperti
tanah, misalnya kaolin, limonit, dan bentonit.

Contoh kilap mineral dapat dilihat pada Gambar 1.3 berikut ini:

Kilap kaca Kilap brilian Kilap sutera Kilap damar

(a) Kwarsa (b) cerussite (c) gipsum (d) sfalerit

Kilap mutiara Kilap lemak Kilap tanah Kilap logam

(f) dolomit (g) serpentin (h) bentonit (i) pirit

Gambar 1.3 Beberapa contoh kilap mineral

Ibnu Khaldun
6

1.4.3 Kekerasan
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif
sifat fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs yang dikembangkan
oleh Friedrich Mohs (1773 – 1839) pada 1812, yang dimulai dari skala 1 yang
paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang paling keras. Skala Mohs
tersebut meliputi:

Tabel 1.1 Kekerasan Mineral Berdasarkan Skala Mohs


Skala Contoh Rumus kimia Kekerasan absolut
Mohs
1 Talc Mg3(OH)2Si4O10 1
2 Gipsum CaSO4.2H2O 3
3 Calcite CaCO3 9
4 Fluorite CaF2 21
5 Apatite Ca5F(PO4)3 48
6 Feldspar KAlSi3O8 72
7 Kwarsa (quartz) SiO2 100
8 Topaz Al2(F,OH)2SiO4 200
9 Korundum Al2O3 400
10 Intan C 1600

Contoh-contoh mineral berdasarkan urutan kenaikan kekerasan menurut skala


Mohs diperlihatkan pada Gambar 1.4 berikut ini.

Talc Gipsum Calcite Fluorite Apatite

Feldspar Kwarsa Topaz Korundum Intan

Gambar 1.4. Contoh mineral berdasarkan kenaikan skala Mohs

Ibnu Khaldun
7

Masing-masing mineral tersebut dapat menggores mineral lain yang


bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernomor lebih
besar. Alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan dapat berupa kuku
manusia (2,5 Mohs), kawat tembaga (3 Mohs), pecahan kaca (5,5 – 6 Mohs),
pisau tembaga (5,5 – 6 Mohs) atau kikir tembaga (6,5 – 7 Mohs).

1.4.4 Gores (cerat)


Gores atau cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk atau hancuran.
Warna gores dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. Hal ini dapat
diketahui apabila mineral digoreskan pada piring (kepingan) porselen atau dengan
menumbuk mineral dan melihat warna serbuknya. Pada umumnya warna gores
sama dengan warna mineral. Namun, ada beberapa mineral yang berbeda seperti
pirit (FeS2) berwarna keemasan, tetapi goresnya berwarna hitam. Rhodochrosite
(MnCO3) berwarna merah dan goresnya berwarna putih.

Gambar 1.5 Gores dari kristal (a) pirit (FeS2) dan (b) rhodochrosite (MnCO3)

1.4.5 Belahan (cleavage)


Belahan adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya
membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan
umumnya sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dibagi
berdasarkan bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu:
(1) Belahan sempurna (perfect): yaitu apabila suatu mineral mudah terbelah
melalui arah belahnya. Bidang-bidang yang terbelah akan membentuk

Ibnu Khaldun
8

bidang yang datar dan licin. Contoh belahan sempurna terdapat pada
mineral muscovite, calcite, dan galena.
(2) Belahan Baik (good): bidang belahannya rata, namun tidak sebaik
sempurna, tetapi masih dapat pecah pada arah lain. Contoh belahan baik
terdapat pada mineral feldsfar dan hyperstones.
(3) Belahan Jelas (distinct): bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata,
dapat dipecah pada arah lain dengan mudah. Contoh belahan jelas terdapat
pada mineral Hornblende dan Staurolite.
(4) Belahan Tidak Jelas (indistinct): dimana kemungkinan untuk membentuk
belahan dan pecahan akibat adanya tekanan adalah sama besar. Contoh
belahan tidak jelas terdapat pada mineral magnetit, dan corundum.
(5) Belahan Tidak Sempurna (imperfect): dimana bidang belahan sangat tidak
rata, sehingga kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil
daripada untuk membentuk pecahan. Contoh belahan tidak sempurna pada
mineral Apatite dan Calsiterite.

1.4.7 Pecahan (Fracture)


Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang
tidak rata dan tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
(1) Pecahan konkoidal (Conchoidal fracture), yaitu bila memperlihatkan
gelombang yang melengkung di permukaan. Contohnya Flint, opal, dan
obsidian.
(2) Pecahan berserat/fibrus (Splintery fracture), bila menunjukkan
kenampakan seperti serat, contohnya asbes, augit, crysotile, kyanite.
(3) Pecahan tidak rata (Uneven fracture), bila memperlihatkan permukaan
yang tidak teratur dan kasar, misalnya arsenopyrit, pyrit, dan magnetite.
(4) Pecahan rata (Earthy fracture), bila permukaanya rata dan cukup halus,
contohnya: mineral lempung yaitu limonite, kaolinite, dan aluminite.
(5) Pecahan runcing (Hackly fracture), bila permukaannya tidak teratur, kasar,
dan ujungnya runcing-runcing, contohnya mineral kelompok logam murni
seperti tembaga, perak.

Ibnu Khaldun
9

Contoh dari pecahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.6 berikut ini
(a) (b) (c) (d) (e)

Obsidian Crysotile Magnetite Limonite Tembaga

Ganbar 1.6 Jenis-jenis pecahan mineral, (a) Conchoidal fracture, (b) Splintery
fracture, (c) Uneven fracture, (d) Earthy fracture, (e) Hackly fracture

Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin ataupun amorf. Bentuk mineral


disebut kristalin apabila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas,
sedangkan bentuk mineral disebut dengan amorf apabila tidak mempunyai batas-
batas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk
kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya
terganggu oleh proses-proses yang lain.
Struktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
(1) Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai
dimensi sama, isometrik.
(2) Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya
ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan
mempunyai struktur brus atau berserat.
(3) Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran.
Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.
(4) Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti
asikular, liformis, membilah, dll.

1.4.8 Sifat dalam (tenacity)


Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya,
seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau
penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris
(sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur
(elastic), dan fleksibel (flexible).

Ibnu Khaldun
10

Sifat fisik mineral galena (PbS) disajikan dalam Tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Sifat fisik mineral galena (PbS)


SIFAT FISIK KETERANGAN
Warna Abu-abu keperakan
Sistem Kristal Kubus
Belahan Sempurna pada bidang [001], sebagian pada
bidang [111]
Pecahan Subconchoidal
Sifat dalam Rapuh
Kekerasan 2.5 - 2.75
Kilap Logam (metallic)
Gores Abu-abu timbal (lead gray)
Berat Jenis 7.2 - 7.6

1.5 Klasifikasi Mineral


Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah
klasifikasi dari James Dwight Dana (1813–1895) yang mendasarkan pada
kemiripan komposisi kimia dan struktur kristalnya. Dana membagi mineral
menjadi delapan golongan berdasarkan kelompok anion, yaitu:
(1) Kelompok unsur termasuk unsur logam asli dan intermetalik. Contoh
kelompok unsur: emas (Au), perak(Ag), tembaga (Cu), platina(Pt). Contoh
semi-logam: arsen (As) dan bismut (Bi), dan contoh non-logam: grafit
(C), intan (C), dan belerang (S).
(2) Mineral sulfida dan sulfo: merupakan kombinasi antara logam atau semi-
logam dengan belerang. Contoh mineral sulfida: galena (PbS), dan pirit
(FeS2), dan contoh mineral sulfo yaitu proustit (Ag3AsS3), enargite
(Cu3AsS4), dan bournonite (PbCuSbS3).
(3) Oksida dan hidrat oksida: merupakan kombinasi antara oksigen atau
hidroksi air dengan satu atau lebih jenis logam, misalnya magnetit (Fe3O4),
geothit (FeOOH atau HFeO2).
(4) Halida: dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang
elektronegatif, seperti F, Cl, Br, dan I. Contoh mineralnya: garam dapur
atau halit (NaCl), kalium klorida (KCl), dan fluorit (CaF2).

Ibnu Khaldun
11

(5) Nitrat, karbonat dan borat: merupakan kombinasi antara


logam/semilogam dengan anion kompleks, karbonat (CO3) atau nitrat
(NO3) atau borat (BO3). Contohnya calcite (CaCO3), niter (NaNO3), dan
borak (Na2B4O5(OH)4.8H2O).
(6) Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat: dicirikan oleh kombinasi logam
dengan anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit
(BaSO4), kalium kromat (K2CrO4), Wulfenite (PbMoO4), wolframit
((Fe,Mn)WO4).
(7) Fosfat, arsenat, dan vanadat: contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit
(Pb5Cl(VO4)3).
(8) Silikat: merupakan mineral yang jumlahnya meliputi 25% dari
keseluruhan mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum
dijumpai. Kelompok mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O.
Contohnya: kwarsa (SiO2), zeolit-Na (Na6[(AlO2)6(SiO2)30].24H2O).

1.6 Rangkuman
(1) Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur
kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral.
(2) Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah (geologis),
seragam dengan komposisi kimia yang tetap pada batas volumenya dan
mempunyai kristal kerakteristik yang tercermin dalam bentuk fisiknya.
(3) Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral yaitu
hukum perbandingan tetap (Proust) dan teori atom Dalton.
(4) Sifat-sifat fisik mineral yaitu warna, kilap (luster), kekerasan (hardness),
gores (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk
kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.
(5) Mineral dapat diklasifikasikan menjadi 8 kelompok yaitu (1) unsur, (2)
mineral sulfida atau sulfonat, (3) oksida dan hidroksida, (4) haloid, (5)
Nitrat, karbonat dan borat, (6) sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, (7)
fosfat, arsenat, dan vanadat, dan (8) silikat.

Ibnu Khaldun
12

1.7 Evaluasi
A. Soal Essay
1. Kelompokkanlah mineral-mineral yang mengandung aluminium berikut
ini berdasarkan klasifikasi Dana.
2. (a) Corundum (Al2O3), (b) Cryolite (Na3AlF6), (c) beryl (Be3Al2Si8O10),
(d) feldspar (KAlSi3O8).
3. Berdasarkan rumus kimianya, apakah galena, magnetit dan pirit termasuk
ke dalam golongan mineral yang sama? Jelaskan.
4. Tuliskan rumus kimia kwarsa dan kalsit (calcite) dan apakah kedua
mineral tersebut adalah segolongan?
5. Rumus kimia dari Be3Al2Si8O10 disebut dengan.............
(a) corundum (b) cryolite, (c) beryl, (d) feldfar, (e) galena

B. Soal Pilihan Berganda


01. Kelompok unsur berikut ini yang 02. Berdasarkan klasifikasi Dana,
termasuk unsur logam asli mineral berikut ini yang termasuk
adalah..... dalam satu kelompok
adalah................
(1) Pt (platina) (1) NaNO3
(2) S (belerang) (2) CaCO3
(3) Cu (tembaga) (3) Na2B4O5(OH)4.8H2O
(4) As (arsen) (4) K2CrO4

03. Yang bukan merupakan sifat fisik 04. Warna mineral yang selalu tetap
mineral adalah ....................... (idiokromatik) terdapat pada
(A) luster mineral ..............
(B) hardness (1) kwarsa
(C) streak (2) magnetit
(D) tenacity (3) kalsit
(E) electronegativity (4) pirit

05. Mineral berikut ini yang 06. Mineral Fluorite lebih keras
mengandung unsur timbal daripada mineral Apatit.
adalah ........
(A) kwarsa SEBAB
(B) magnetit
(C) kalsit Mineral Fluorite dapat menggores
(D) galena mineral Apatit.
(E) pirit

Ibnu Khaldun
13

07. Di antara mineral berikut ini yang 08. Mineral berikut ini yang memiliki
paling lunak menurut skala Mohs kilap seperti sutera yaitu ...............
adalah ........ (A) Gipsum
(A) Topaz (B) Kwarsa
(B) Kwarsa (C) Sfalerit
(C) Korundum (D) Dolomit
(D) Calcite (E) Bentonit
(E) Feldspar

09. Berikut ini merupakan ciri-ciri 10. Mineral berikut ini berdasarkan
yang dimiliki oleh mineral klasifikasi Dana adalah satu
kwarsa, kecuali.... kelompok, kecuali....
(A) Mengandung unsur silikon (1) BaSO4 dan (Fe,Mn)WO4
(B) Memiliki kekerasan sebesar 7 (2) K2CrO4 dan CaF(PO4)3
menurut skala Mohs (3) Pb5Cl(VO4)3 dan CaF(PO4)3
(C) Warna mineralnya selalu (4) (Fe,Mn)WO4 dan CaF(PO4)3
putih seperti kaca.
(D) Merupakan senyawa silikat
(E) Memiliki rumus kimia SiO2

DAFTAR PUSTAKA
1. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_minerals
2. http://id.wikipedia.org/wiki/Mineralogi
3. Nurhakim, Draf Modul Bahan Galian Industri Teknik Kimia, Bab III, Hal. 3–
7

Ibnu Khaldun

Anda mungkin juga menyukai