Anda di halaman 1dari 73

ATOM

ISOTOPE: ATOM DGN JUMLAH NEUTRON BERBEDA


 Setiap materi terdiri dari atom.
 Atom terdiri dari inti (nucleus) yang terdiri dari proton dan
neutron serta electron yang mengelilinginya.
 Elemen didefinisikan berdasarkan jumlah proton didalam inti.
 Massa Atom (atomic mass) adalah jumlah proton dan neutron
dalam inti.
 Elemen dengan bentuk yang sama tetapi mempunyai massa
berbeda dinamakan isotop.
 Jumlah elektron yang mengelilingi inti sama dengan jumlah
proton didalam inti.
 Atom saling bergabung dikarenakan gaya ikat (bonding).
 Atom dari elemen-elemen yang berbeda saling terikat
membentuk compounds.
 Pada umumnya mineral adalah compound, tetapi hanya sedikit
yang mempunyai satu jenis elemen yang dikenal sebagai native
elements.
Struktur Silikat (Si, O)

TETRAHEDRON
 Mineral adalah benda padat homogen yang terbentuk di alam,
inorganik dan mempunyai struktur kristal padat, dengan komposisi
kimia tertentu dan mempunyai sifat fisik tertentu.
 Setiap mineral mempunyai susunan atom yang teratur membentuk
kristal padat.
 Native Elements merupakan mineral yg tidak umum, tetapi beberapa
diantaranya mempunyai nilai ekonomik yang tinggi seperti emas,
tembaga, perak, diamond dan graphite.
 Mineral dapat mempunyai komposisi kimia yang bervariasi. Variasi
ini terjadi akibat proses subtitusi atom dari satu elemen ke elemen
lainnya. Subtitusi ini dapat terjadi apabila kesetimbangan elektrik
terjadi dalam struktur atom, dan jika elemen yang mensubtitusi
mempunyai jari-jari atom yang hampir sama.
 Lebih dari 3500 mineral adalah silikat (gabungan Si, O dan elemen
lainnya). Seperti Feromagnessian silikat mengandung Fe dan Mg.
Group mineral lainnya adalah karbonat, sulfida, sulfat, dan halida.
 Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami yang
mempunyai struktur atom teratur dan komposisi kimia yang khas.
(Demange, 2012).
 Asosiasi Mineralogi Internasional memberikan definisi sebagai
berikut:
"mineral adalah elemen atau senyawa kimia yang biasanya berbentuk
kristal dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi" (Nickel, 1995).
Definisi ini tidak termasuk "mineral" sintetis.
 Di alam, mineral ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan
terdiri dari setidaknya beberapa mineral yang berbeda. (Earle, S.,
2015)
 Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang
memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami.
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi
juga struktur mineral.
 Hefferan dan O’Brien, (2010) menyebutkan bahwa mineral didefinisikan
oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan
dalam posisi tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia.
sehingga tidak termasuk cairan dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan
sintetis yang dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik
dan organik. Mineral biasanya terbentuk oleh proses
anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang
dapat diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral
mengkristal dengan pola geometris sehingga pola yang
sama akan diulangi di seluruh mineral.
 Haldar. S. K., (2014) menyatakan : Mineral adalah benda yang homogen
dengan susunan atom yang teratur dan struktur atom hasil kristalisasi.
Mineral adalah bagian integral dari kerak bumi, dan memiliki komposisi
kimia yang konstan yang dapat diekspresikan dengan rumus kimia. Dalam
kondisi spesifik suhu dan tekanan, mineral memiliki sifat fisik yang stabil.
Kristal dan Mineral

Mikroskop
 Komposisi dan struktur mineral membentuk sifat fisik seperti warna,
kekerasan, cleavage, bentuk kristal dan specific gravity.
 Beberapa mineral termasuk sangat umum dijumpai pada batuan
sehingga dikenal sebagai mineral pembentuk batuan (rock-forming).
Kebanyakan dari jenis ini adalah silikat, tetapi beberapa dari group
karbonat juga sangat penting terutama dalam batuan sedimen.
 Sumberdaya mineral adalah tempat terkonsentrasinya mineral
ekonomis yang penting. Cadangan adalah konsentrasi dari
sumberdaya mineral yang mempunyai nilai ekonomis.
 Catatan: Persentasi volume dari 8 elemen utama: Oxigen (93.8%),
Potassium (1.8%), Sodium (1.3%), Calcium (1.0%), Silikon (0.9%),
Aluminum (0.5%), Iron (0.4%), Magnesium (0.3%)
 Beberapa mineral (tidak semua), ada yang mempunyai sifat
sangat khas artinya tidak semua mineral memiliki sifat ini,
sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik, sangat
berguna dalam mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal.
Mineral halit, misalnya, memiliki rasa asin, karena sangat
sedikit mineral yang mempunyai sifat asin ini, sehingga rasa
asin dianggap sebagai sifat atau properti diagnostik dari
halit. Sifat atau properti lain dari mineral tertentu dapat
bervariasi di antara sample yang berbeda walaupun dari
mineral yang sama, sifat atau properti ini disebut sebagai
properti ambigu.
Sifat mineral untuk identifikasi atau mengenal mineral:
a) Bentuk kristal (crystall form)
 Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang
khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan,
maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Secara umum bentuk kristal
dibagi menjadi 2, yaitu kristal isometrik dan non isometric. Kristal mineral
intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron”
dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya
mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari unsur
Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan
atom yang berbeda.
b) Berat jenis (specific gravity)
 Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh
unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur
tersebut dalam susunan kristalnya.
c) Warna (color)
 Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk
dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya.
Sebagai contoh warna gelap yang dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral
dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung
aluminium.
d) Kekerasan (hardness)
 Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah
dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat
resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami
abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Skala kekerasan
mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras
(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan
Mohs.
Warna Mineral
SKALA MOHS
HORNBLENDA

PYROXENE

BIDANG BELAH (CLEAVAGE)


BIDANG BELAH (CLEAVAGE)
BIDANG BELAH (CLEAVAGE)
e) Kilap (luster)
Kilap adalah kenampakan atau kualitas pantulan cahaya dari
permukaan suatu mineral. Kilap pada mineral ada 2 (dua) jenis,
yaitu kilap logam dan kilap non-Logam. Kilap non-logam antara
lain : kilap mutiara, kilap gelas, kilap sutera, kelap resin, dan kilap
tanah.
Galena, pirit dan magnetit adalah contoh mineral yang sangat
baik dengan kilap logam atau metalik, kromit, magnetit, dan
bornit, memiliki kilap submetalik. Kuarsa, kalsit, dan fluorit adalah
mineral umum yang memiliki kilau vitreous atau kilap kaca.
Banyak sampel mineral permata, seperti berlian, zamrud, ruby,
dan safir, memiliki kilau adamantin yang membantu memberi
mereka daya tarik visual. Silky lustre atau kilap sutera adalah
karakteristik mineral yang biasanya berserat yang terdiri dari
agregat berserat paralel. Serat paralel memantulkan cahaya
dengan cara yang mengingatkan pada sutra.
f) Goresan pada bidang (streak)
Warna mineral dalam bentuk bubuk disebut goresan atau cerat,
sering berguna untuk menentukan identifikasi.
Cerat mineral diperoleh dengan menggosokkannya pada pelat
gores (sepotong porselen tanpa glasir) dan mengamati warna
yang ditinggalkannya.
Warna mineral dapat bervariasi dari berbagai sampel, tetapi
ceratnya biasanya berwarna konsisten. Tidak semua mineral
menghasilkan cerat ketika digosokkan pada pelat goresan.
Kuarsa, misalnya, lebih sulit daripada lempeng goresan porselen,
sehingga tidak meninggalkan cerat.
Streak atau cerat juga dapat membantu membedakan antara mineral
dengan kilap logam dan mineral dengan kilap non logam. Mineral
logam umumnya memiliki cerat gelap, sedangkan mineral dengan
kilau bukan logam biasanya memiliki cerat berwarna terang.
KRISTAL, MINERAL DAN BATUAN
HALITE  Bentuk Kristal HEMATITE
 Warna
 Kilap/Luster
 Cerat/Streak
 Bidang Belah
 Kekerasan
SIFAT FISIK MINERAL
Beberapa mineral dan batuan dikenal sebagai
batu mulia atau gemstones. Mereka berharga
dikarenakan kenampakan alamnya atau
setelah digosok. Sifat fisik yang
mempengaruhi kualitas batu mulia adalah
kekerasan, warna dan kilap.
Berdasarkan senyawa kimiawinya, mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral
Silikat dan mineral Non-silikat. Beberapa jenis mineral yang terlibat dalam
pembentukan batuan. Mineral-mineral tersebut dinamakan “Mineral pembentuk
batuan”, atau “Rock-forming minerals”, yang merupakan penyusun utama
batuan dari kerak dan mantel Bumi.

a) Mineral Silikat, Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon (Si) dan oksigen (O2) dengan beberapa unsur
metal. Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
• Mineral ferromagnesium, umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis
yang besar. Mineral tersebut terdiri dari:
 Olivin.
 Augit.
 Hornblende
 Biotit

• Mineral non-ferromagnesium, umumnya mempunyai warna terang atau putih dan berat
jenis yang kecil. Mineral tersebut terdiri dari:
 Muskovit.
 Felspar
 Orthoklas.
 Kuarsa.
b) Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan
langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, krom, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es”.
c) Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan
langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti
besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pyrit (FeS3), chalcocite (Cu2S),
galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
d) Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan
persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium
karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini
merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
 Magma adalah batuan cair yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Seiring waktu,
magma mendingin dan membeku. Proses ini, yang disebut kristalisasi, dapat terjadi baik di
bawah permukaan atau setelah letusan gunung berapi di permukaan bumi. Dalam kedua
situasi, batuan yang dihasilkan disebut batuan beku.
 Jika batuan beku terpapar di permukaan, mereka mengalami pelapukan, di mana pengaruh
sehari-hari dan cuaca dari atmosfer, hidrosfer, dan biosfer perlahan-lahan hancur dan batuan
terurai (decomposed).
 Material hasil pelapukan pada lereng sering digerakkan oleh gaya gravitasi sebelum diambil
dan diangkut oleh sejumlah agen erosi, seperti air yang mengalir, gletser, angin, atau
gelombang. Akhirnya partikel-partikel ini dan zat terlarut yang disebut sedimen, diendapkan.
 Meskipun sebagian besar endapan akhirnya berhenti di lautan, lokasi pengendapan lainnya
termasuk di dataran banjir sungai, cekungan gurun, rawa, dan bukit pasir, selanjutnya,
sedimen yang menumpuk mengalami lithifikasi, sebuah istilah yang berarti "konversi menjadi
batuan." Sedimen biasanya diamplifikasi menjadi batuan sedimen ketika dipadatkan oleh
beban berat lapisan atasnya atau ketika disemen oleh air tanah yang meresap mengisi pori-
pori dengan bahan mineral.
 Jika batuan sedimen yang dihasilkan terkubur jauh di dalam Bumi dan terlibat dalam dinamika
pembentukan pegunungan, atau diterobos oleh massa magma, maka akan mengalami tekanan
besar dan/ atau panas yang hebat, batuan sedimen tersebut bereaksi terhadap lingkungan,
kemudian berubah menjadi jenis batuan ketiga, yaitu batuan metamorf. Ketika batuan
metamorf mengalami tambahan perubahan tekanan atau suhu yang lebih tinggi lagi, batuan
itu meleleh, dan kembali tercipta magma, yang akhirnya mengkristal menjadi batuan beku,
kemudian siklus dimulai lagi dari awal
 Energi yang menggerakkan siklus batuan, berasal dari panas Bumi. Proses eksternal
pelapukan dan erosi yang membentuk batuan sedimen ditenagai oleh energi Matahari.
Siklus Batuan menggambarkan proses interaksi dan transformasi dari
tiga kelompok batuan. Proses ini dikontrol oleh proses internal seperti
tektonik dan eksternal yaitu udara dan air.
 Selain terkena cuaca dan erosi di permukaan Bumi, batuan beku mungkin tetap
terkubur dalam bumi dan dapat juga terkena gaya tekan yang kuat dan suhu
tinggi yang terkait dengan pembentukan pegunungan, sehingga batuan beku
dalam bumi ditransformasikan langsung menjadi batuan metamorf. Demikian juga
batuan metamorf dan sedimen, tidak selalu terkubur, lapisan bagian atasnya
mungkin dilucuti ter erosi, memperlihatkan batuan yang pernah terkubur menjadi
terbuka, dan material terbuka ini lapuk dan berubah menjadi bahan baku baru
untuk batuan sedimen.

 Siklus batuan menunjukkan bahwa batuan berubah. Namun, perubahan itu


membutuhkan waktu yang sangat lama. Sebagai contohnya dapat diamati
berbagai siklus yang beroperasi di seluruh dunia. Saat ini magma baru terbentuk
di bawah pulau Hawaii. Ketika meletus di permukaan, aliran lahar dan lava
menambah ukuran pulau. Sementara itu, di beberapa puncak pegunungan secara
bertahap menjadi lapuk karena cuaca dan erosi yang pada akhirnya akan dibawa
ke laut atau samudera, di mana akan menambah massa sedimen yang sudah
cukup besar yang telah menumpuk sebelumnya.

 Tidak ada batuan yang permanen sepanjang waktu geologis; yang terjadi adalah
semua batuan akan berubah perlahan dari satu ke tiga jenis batuan yang lain.
Proses berkelanjutan ini disebut siklus batuan.
 Siklus batuan mengungkapkan gagasan bahwa batuan tidak
permanen tetapi berubah seiring waktu geologis.
 Perlu ditekankan perbedaan antara mineral dan batuan.
 Mineral adalah zat murni dengan komposisi dan struktur
tertentu,
 sedangkan batuan biasanya merupakan campuran dari
beberapa mineral yang berbeda, walaupun beberapa jenis
batuan ada kalanya hanya terdiri dari satu jenis mineral saja.
Contoh mineral adalah feldspar, kuarsa, mika, halit, kalsit,
dan amfibol. Contoh batuan adalah granit, basal, batu pasir,
batu kapur, dan sekis. (Earle, S., 2015)
 Di alam dikenal tiga kelompok besar batuan: batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.
 Batuan Beku terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi dari magma yang terjadi
di dalam dan diluar bumi.
 Batuan sedimen adalah kelompok batuan yang diendapkan dipermukaan bumi yang
terdiri dari mineral dan pecahan-pecahan batuan sebelumnya, butiran-butiran hasil
proses biologi atau hasil proses kristalisasi air.
 Batuan metamorfosa adalah kelompok batuan yang dihasilkan dari proses perubahan
batuan sebelumnya menjadi batuan yang baru yang diakibatkan oleh perubahan
temperatur, tekanan maupun fluida.
 Sifat dari batuan beku adalah kristalin, baik dari
Kristal itu sendiri maupun dari gelasan yang
mengkristal.
 Pembekuan magma berlangsung bertahap
tergantung pada penurunan suhunya. Pada saat
tertentu, magma membentuk secara cepat
menghasilkan mineral yang sebagian besar adalah
gelasan (massa dasarnya gelasan). Pembekuan
mineral-mineral yang diakibatkan penurunan suhu
pada tubuh magma ini urutannya disusun oleh Bowen
yang dikenal dengan Deret Reaksi Bowen (Milson,
2003), dimana reaksi ini menggambarkan proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan
magma yang lambat sehingga magma mengalami
reaksi yang spesifik baik bentuk dan ukuran
kristalnya.
 Pada gambar mineral pertama yang mengkristal adalah mineral olivin feromagnesia.
Pendinginan lebih lanjut menghasilkan feldspar plagioklas kaya kalsium dan juga
piroksen, dan seterusnya. Selama proses kristalisasi ini, komposisi magma bagian cair
yang tersisa terus berubah.
 Sebagai contoh, ketika sekitar sepertiga magma telah membeku, bahan cair yang
tersisa akan hampir kehabisan zat besi, magnesium, dan kalsium karena unsur-unsur ini
adalah konstituen utama dari mineral yang membentuk paling awal dalam proses. Tidak
adanya unsur-unsur ini menyebabkan lelehan menjadi kaya natrium dan kalium. Lebih
lanjut, karena magma basaltik asli mengandung sekitar 50 persen silika (SiO2),
kristalisasi dari mineral yang terbentuk paling awal, olivin, yang hanya sekitar 40 persen
silika, meninggalkan sisa leburan yang lebih kaya di SiO2. Dengan demikian, komponen
silika dari sisa lelehan menjadi diperkaya sebagai magma yang berkembang.
 Bowen juga menunjukkan bahwa jika komponen padat dalam magma tetap kontak
dengan leburan yang tersisa, mereka akan bereaksi secara kimia dan mengubah
mineralogi (komposisi kimia). Namun, di alam, mineral yang terbentuk paling awal
dapat terpisah dari lelehan, sehingga menghentikan reaksi kimia lebih lanjut.
 Diagram rangkaian reaksi Bowen menggambarkan urutan di mana mineral mengkristal
dari magma. Secara khusus, para ilmuwan tahu bahwa mineral yang terbentuk dalam
rezim suhu umum yang sama yang digambarkan dalam seri reaksi Bowen ditemukan
bersama dalam batuan beku yang sama. Sebagai contoh, pada gambar ditunjukkan
bahwa mineral kuarsa, kalium feldspar, dan muscovite, yang terletak di wilayah yang
sama dari diagram Bowen, biasanya ditemukan bersama sebagai konstituen utama dari
granit batuan beku intrusif.
 Jenis batuan beku berdasarkan genetiknya adalah sebagai
berikut :
a) Batuan Beku Intrusi
Batuan beku yang membeku dan membatu di bawah
permukaan atau di dalam kerak bumi dikelilingi oleh
batuan asal (Country Rock).
Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya, batuan
beku ini berbutir kasar. Struktur tubuh intrusi yang khas adalah
batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Sedangkan nama batuan yang
bertekstur kasar seperti granit, gabro dan diorite

b) Batuan beku ekstrusi


Batuan beku yang berasal dari pembekuan magma
baik di daratan maupun di bawah permukaan laut
yang disebut juga dengan batuan vulkanik.
Proses mendeskripsikan batuan baku, terbagi menjadi 2 cara, yaitu Megaskopis (dengan mata
telanjang) dan Mikroskopis (dengan menggunakan alat mikroskop khusus).

a) Warna, terbagi dua, yaitu:


1) Warna Segar: warna segar adalah warna yang belum terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar (warna di bagian dalam batu).
2) Warna Lapuk: warna lapuk adalah warna yang telah terkontaminasi oleh lingkungan
sekitar (warna dibagian luar batu).

b) Komposisi mineral
Dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya dibagi menjadi 2 (dua) mineral mafic
(gelap) dan mineral felsic (terang) dengan klasifikasi: leucocratic rock (kandungan mineral
mafic < 30%); mesocratic rock (kandungan mineral mafic 30%-60%); Melanocratic rock
(kandungan mineral mafic 60%-90%) dan hypermalanic rock (kandungan mineral mafic >90%).

c) Tekstur (properties of individual grain) Tekstur dibagi lagi menjadi:


1) Granularitas (grain size) Granularitas terbagi tiga, yaitu:
(a) Afanitik (butir sangat halus, tidak bisa diamati mata telanjang)
(b) Porifiritik (butiran kristal tidak seragam)
(c) Feneritik (mineralnya dapat dilihat dengan mata telanjang)
2) Derajat Kristalisasi yang didasarkan pada kecepatan pendinginan.
d) Struktur, terbagi menjadi:
1) Masif (keseluruhan kenampakan batuan terlihat seragam)
2) Vesikuler (terdapat lubang-lubang kecil yang berbentuk bulat
atau elips dengan penyebaran yang tidak merat)
3) Amigdaloidal (struktur vesikuler yang telah terisi oleh mineral)
4) Scorius (struktur vesikuler yang penyebarannya merata dengan
lubang-lubang yang saling berhubungan)
5) Lava bantal (Pillow lava) (lava yang memperlihatkan struktur
seperti kumpulan bantal-bantal, hal ini disebabkan karena
terbentuk di lingkungan laut)
6) Columnar joint (struktur yang memperlihatkan seperti kumpulan
tiang-tiang, hal ini disebabkan adanya kontraksi pada
proses pendinginannya)
Granit
Adalah batuan dengan mineral penyusunya berbutir kasar yang terdiri dari sekitar 10
- 20 persen kuarsa dan sekitar 50 persen feldspar. Granit termasuk kelompok batuan
beku Felsik (Felsic = feldspar silisic igneous rock), atau batuan beku dengan
kandungan mineral felspar dan silika yang dominan. Butiran kuarsa tampak agak
bulat, seperti kaca, dan berwarna bening sampai kelabu. Sebaliknya, kristal feldspar
umumnya berwarna putih, abu-abu, atau pink salmon, dan berbentuk kotak atau
persegi panjang. Konstituen minor granit lainnya, sejumlah kecil silikat gelap,
khususnya biotit dan amphibol, dan kadang-kadang muskovit. Meskipun komponen
gelap umumnya membentuk kurang dari 10 persen dari sebagian besar granit,
mineral gelap tampaknya lebih menonjol daripada yang ditunjukkan persentase
mereka. Granit dapat menunjukkan warna kemerahan. Selain itu, beberapa granit
memiliki tekstur porfiritik yang mengandung kristal feldspar memanjang beberapa
sentimeter yang tersebar di antara kristal kuarsa dan amfibol yang lebih kecil. Granit
dapat menunjukkan warna kemerahan. Selain itu, beberapa granit memiliki tekstur
porfiritik yang mengandung kristal feldspar memanjang beberapa sentimeter yang
tersebar di antara kristal kuarsa dan amfibol yang lebih kecil. Di indonesia batuan ini
tersingkap luas di daerah Bangka, Belitung, Lampung, juga di Maluku.
Riolit
Adalah padanan granit berbutir halus dan, seperti granit, pada dasarnya tersusun dari
silikat berwarna terang. Rhyolite berbutir halus sering mengandung pecahan kaca
dan lubang, menunjukkan pendinginan cepat di lingkungan permukaan atau di dekat
permukaan. Didistribusi riolit lebih jarang terjadi dan umumnya kurang produktif.
Obsidian
Adalah batuan kaca berwarna gelap yang biasanya terbentuk ketika lava yang sangat
kaya silika mendingin dengan cepat di permukaan bumi. Berbeda dengan susunan
teratur karakteristik ion mineral, susunan ion dalam gelas tidak teratur. Akibatnya,
batuan seperti kaca obsidian tidak tersusun dari mineral dalam arti yang sama
seperti kebanyakan batuan lainnya. Warna obsidian biasanya hitam atau coklat
kemerahan, obsidian memiliki komposisi kimia yang kira-kira setara dengan granit,
tidak seperti batuan gelap seperti basal. Warna gelap Obsidian dihasilkan dari
sejumlah kecil ion logam dalam zat kaca yang relatif jernih.

Batu apung atau pumice


Adalah batuan vulkanik atau produk gunungapi dengan tekstur vesikular yang terbentuk
ketika sejumlah besar gas keluar dari lava kaya silika hingga menghasilkan massa abu-
abu berbusa. Dalam beberapa sampel, lubang terlihat cukup jelas, yang lainnya
menyerupai pecahan kaca terjalin yang halus. Karena persentase lubang yang besar,
banyak sampel mengapung ketika ditempatkan di air. Seringkali, terlihat garis aliran
dalam batu apung, menunjukkan bahwa terjadi gerakan sebelum pembekuan selesai.
Selain itu, batu apung dan obsidian sering dapat ditemukan dalam massa batuan yang
sama, berselang - seling bergantian. Penyebaran batuan ini umumnya di daerah
gunungapi masa kini maupun gunungapi purba yang sangat aktif, misalnya di daerah
sekitar Bandung, sekitar G. Krakatau, G. Merapi, G. Kelud dan tempat lainya.
Batuan Andesit
a). Andesit adalah batuan abu-abu menengah, berbutir halus
biasanya berasal dari gunung berapi. Terdapat kebanyakan pada
deretan vulkanik atau gunungapi pada batas benua yang
mengelilingi Samudra Pasifik. Di Indonesia batuan ini sangat
melimpah, terutama pada rangkaian gunungapi Sumatra – Jawa.
Andesit bertekstur porfiritik, fenokris, kristal segi empat dari
plagioklas feldspar atau kristal amfibol hitam memanjang sering
kali berwarna terang.
b) Diorit adalah padanan andesit tetapi yang intrusif. Batuan ini
tersusun dengan mineral berbutir kasar seperti granit berwarna
kelabu. Namun, dapat dibedakan dari granit karena mengandung
sedikit atau tidak ada kristal kuarsa yang terlihat dan memiliki
persentase lebih tinggi dari mineral silikat gelap. Susunan mineral
diorit utamanya adalah plagioklas feldspar dan amphibole.
Butiran feldspar berwarna terang dan kristal amfibol gelap
dengan kelimpahan kurang lebih sama
Batuan Basaltik (Mafik)
a) Basalt adalah batuan berwarna hijau tua yang sangat gelap
hingga hitam, tersusun terutama piroksen dan plagioklas felsdpar
yang kaya kalsium, dengan jumlah olivin dan amphibol yang lebih
sedikit. Jika bertekstur porfiritik, basal biasanya mengandung
fenokris feldspar kecil berwarna muda atau berwarna hijau, dan
olivin. Basalt adalah batuan beku ekstrusif yang paling umum.
Banyak pulau vulkanik, seperti Kepulauan Hawaii dan Islandia,
sebagian besar terdiri dari basal. Lapisan atas kerak samudera
terdiri dari basal.
b) Gabbro adalah padanan intrusi dari basal. Seperti basal, ia
cenderung berwarna hijau gelap ke hitam dan terutama terdiri
dari piroksen dan feldspar plagioklas kaya kalsium. Meskipun
gabbro tidak umum di kerak benua, ia membentuk persentase
yang signifikan dari kerak samudera.
Batuan Piroklastik
 Batuan piroklastik tersusun atas fragmen - fragmen yang dikeluarkan saat letusan
gunung berapi. Salah satu batuan piroklastik yang paling umum, yang disebut tuff,
sebagian besar terdiri dari fragmen kecil berukuran abu yang kemudian tersemen
bersama.
 Bila abu gunungapi tetap cukup panas atau melebur, kemudian terendapkan menjadi
batuan, batuan itu disebut tufa dilas (welded tuff). Meskipun tuf yang dilas sebagian besar
terdiri dari pecahan kaca kecil, tuf ini mungkin berisi potongan batu apung seukuran
kenari dan fragmen batuan lainnya.
 Endapan batuan ini, menutupi sebagian besar wilayah yang sebelumnya aktif secara
vulkanis.
 Batuan piroklastik yang terutama terdiri dari partikel yang lebih besar dari abu disebut
breksi vulkanik. Partikel-partikel dalam breksi vulkanik dapat terdiri dari gumpalan lava
yang membeku di udara, blok yang pecah dari dinding lubang ventilasi gunungapi, abu,
dan pecahan kaca.
 Tidak seperti kebanyakan nama batuan beku, seperti granit dan basal, istilah tuff dan
breksi vulkanik tidak menyiratkan komposisi mineral. Sebaliknya, mereka sering
diidentifikasi dengan pengubah; misalnya, tuff rhyolite menunjukkan batuan yang terdiri
dari partikel-partikel berukuran abu yang memiliki komposisi felsic.
 Batuan sedimen adalah jenis batuan yang terjadi karena proses pengendapan materi hasil
erosi atau pelarutan. Dengan kata lain, batuan sedimen merupakan batuan yang berasal
dari batuan yang sudah pernah ada sebelumnya.
 Pada umumnya, batuan sedimen memiliki warna yang terang atau cerah, putih, kuning
maupun abu-abu terang hal ini sangat tergantung dari komposisi bahan yang
membentuknya.
 Proses terbentuknya batuan sedimen melibatkan 3 proses pengerasan atau pembatuan,
antara lain (Dunn et al, 1987):
a) Pemampatan (Compaction).
b) Penyemenan (Cementation) yaitu proses di mana mineral baru yang berasal dari
cairan dalam rongga atau pori antar butir batuan akan terbentuk atau
terendap di permukaan butirannya).
c) Penghabluran (Recrystallization).yaitu proses perubahan ukuran atau bentuk dari
batuan sedimen tanpa disertai dengan perubahan kimia atau mineralnya.
 Pada umumnya batuan sedimen terbentuk melalui dua cara, antara lain:
a) Batuan sedimen terbentuk dalam lembangan (tadahan air) pengendapan.
Contohnya evaporit, batu kapur, dan laterit.
b) Batuan sedimen terbentuk tidak dalam lembangan pengendapan, melainkan di
luar lembangan pengendapan. Contohnya konglomerat dan
volkaniklastik.
Batuan sedimen berdasarkan proses pembentukannya tersebut, antara lain:
a) Batuan sedimen klastik,Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang bahannya berasal
dari pecahan-pecahan batuan yang pernah ada sebelumnya. Cara terbentuknya pun dapat
berdasarkan proses pengendapan yang terbentuk di lingkungan darat dan air.
b) Batuan sedimen kimiawi, Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang bahannya
terbentuk dari proses kimia. Proses pembentukan batuan sedimen pada kelompok ini dapat
secara kimiawi, biologi (organik) maupun kombinasi diantara keduanya (biokimia).
c) Batuan sedimen organik, Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
pengendapan sisa-sisa bagian tubuh mahluk hidup serta mineral-mineral yang dihasilkannya.
Organisme-organisme tadi menghasilkan mineral dominan yang menjadi ciri khas batuan
sedimen organik. Yaitu silika dan karbonat. Batuan sedimen organik ditandai dengan warnanya
yang gelap sampai ke hitam.
d) Batuan sedimen volkanik, Batuan sedimen jenis ini merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari
hasil letusan gunungapi. Contoh batunya ialah breksi dan aglomerat (dampak letusan gunung
berapi).
Batuan sedimen juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat pengendapannya, yaitu:
a) Batuan sedimen Terestrial, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses pengendapannya
berlangsung di darat. Contohnya ialah batu pasir dan breksi.
b) Batuan Sedimen Marine, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses pengendapannya
berlangsung di laut. Contohnya ialah batu gamping dan batu garam.
c) Batuan Sedimen Fluvial, batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses pengendapannya
berlangsung di sungai. Contohnya ialah batu pasir dan batu lempung.
d) Batuan Sedimen Glasial, yaitu batuan jenis ini merupakan batuan sedimen yang proses
pengendapannya berlangsung di daerah es atau salju. Contohnya ialah batu morena.
a) Warna Batuan Sedimen, Kebanyakan batuan sedimen yang dijumpai berwarna terang, seperti putih,
kuning, atau abu-abu terang. Tetapi ada juga yang dijumpai berwarna gelap seperti hitam, merah dan
coklat.Warna dari batuan sedimen sangat bervariasi tergantung kepada komposisi mineral
penyusunnya.
b) Kekompakan Batuan Sedimen, Proses pemadatan atau pengompakan dari batuan sedimen disebut
diagenesa. Proses ini dapat terjadi pada suhu dan tekanan normal hingga suhu 300 derajat
celcius dan tekanan 2000 bar. Proses tersebut berlangsung mulai sedimen mengalami penguburan
hingga terangkat kembali ke permukaan. Berdasarkan prosesnya terdapat 3 jenis diagenesa, yaitu:
1) Diagenesa Eogenik, diagenesa awal pada sedimen di bawah permukaan air.
2) Diagenesa Mesogenik, diagenesa pada waktu sedimen mengalami penguburan yang lebih dalam.
3) Diagenesa Teogenik, yaitu diagenesa yang terjadi ketika batuan sedimen tersingkap kembali ke
permukaan.
c) Bentuk Butir Penyusun Batuan Sedimen, Berdasarkan perbandingan dimensi Tinggi, Panjang dan
Lebarnya, terdapat 4 jenis bentuk batuan sedimen, yaitu:
1) Oblate, bila ukuran tinggi sama dengan panjangnya tetapi tidak sama dengan lebarnya.
2) Equant, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya hampir sama.
3) Bladed, bila ukuran tinggi, panjang dan lebarnya berbeda-beda.
4) Prolate, bila ukuran panjang dan lebarnya sama, tetapi ukuran tingginya berbeda.
d) Kebundaran Penyusun Batuan Sedimen, Berdasarkan kebundaran material penyusun batuan, atau
keruncingannya, komponen batuan sedimen dapat dibagi menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1) Sangat meruncing (Very angular)
2) Meruncing (Angular)
3) Meruncing tanggung (Subangular)
4) Membundar Tanggung (Subrounded)
5) Membundar (Rouded)
6) Sangat Membundar (Well Rounded)
e) Ukuran Butir Penyusun Batuan Sedimen, Ukuran butir penyusun
batuan sedimen biasanya tidak dapat diamati oleh mata telanjang.
Meskipun demikian, mungkin masih bisa diketahui melalui
perabaan yang seksama. Umumnya penilaian ukuran butir batuan
sedimen mengikuti Skala Wentworth. Ukuran butir sedimen diukur
berdasarkan 2 skala logaritma, yang dikenal dengan skala “Phi”,
dimana ukuran partikel dibagi mulai dari koloid (colloid) sampai
dengan bolder (boulder). Skala ini dipakai di Amerika Serikat
dimana satuan yang digunakan untuk butiran adalah inci.
Modifikasi skala ini dibuat oleh W.C Krumbein, dengan nama skala
Phi, yaitu skala yang didasarkan pada rumus:
D = D0.2^-Ф
Dimana:
D = diameter partikel
D0 = diameter rujukan yang setara dengan 1 mm
Ф = skala phi
 Permukaan sedimen beragam, secara garis besar
terbagi 3, yaitu:
1) Kasar, permukaan terlihat meruncing
(terasa tajam), dengan permukaan yang
dipenuhi butir-butir tidak halus.
2) Sedang, permukaan butirnya tidak terlalu
meruncing, tetapi juga tidak terlalu halus.
Biasanya memiliki kebundaran yang
tanggung (subrounded) atau keruncingan
tanggung (subangular).
3) Halus, permukaan sudah halus dan rata.
Terbentuk dari proses abrasi permukaan
butir yang sudah lanjut ketika mengalami
transportasi.
 Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk oleh proses metamorfisme pada batuan
yang telah ada sebelumnya. Batuan asalnya (yang telah ada sebelumnya) dapat berupa
batuan beku, sedimen maupun metamorf.
 Proses metamorfosisme adalah proses yang menyebabkan perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur pada batuan karena panas dan tekanan tinggi, serta larutan
kimia yang aktif.
 Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok batuan yang
merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe batuan yang sudah ada
sebelumnya (protolith) oleh suatu proses yang disebut dengan metamorfosis atau
mengalami perubahan bentuk (Fry, 1985).
 Kegunaan batuan metamorf ini adalah dapat mengetahui suhu dan juga tekanan yang
terjadi jauh di dalam permukaan bumi.
Proses Terjadinya Batuan Metamorf
 Batuan metamorf ini bukanlah merupakan jenis batuan yang langsung ada di dunia ini.
Untuk berubah menjadi batuan metamorf, diperlukan beberapa proses. Proses
terjadinya batuan metamor ini berasal dari batuan yang sudah ada sebelumnya, yakni
protolith. Protolith atau batuan asal yang dikenai panas lebih dari 150 derajat celcius dan
juga tekanan yang ekstrem akan mengalami perubahan fisika atau perubahan kimia
yang besar. Batuan protolith ini banyak sekali jenisnya. Yang termasuk ke dalam batuan
protolith ini adalah batuan beku, batuan sedimen, atau bisa juga batuan metamorf
lainnya yang usianya lebih tua seperti batu Gneis, batu sabak, batu marmer, dan juga
batu skist.
Batuan metamorf ini dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
a) Batuan metamorf kontak, Batuan metamorf kontak merupakan jenis batuan metamorf
yang mengalami metamorfose sebagai akibat dari adanya suhu yang sangat tinggi
atau sebagai akibat dari adanya aktivitas magma. Contoh dari batuan metamorf
kontak ini adalah marmer. Marmer termasuk batuan malihan dari batu gamping.
b) Batuan metamorf dinamo (sintektonik), Batuan metamorf dinamo merupakan jenis
batuan yang mengalami metamorfose sebagai akibat adanya tekanan yang tinggi
yang berasal dari tenaga endogen dalam waktu yang lama, serta dihasilkan dalam
proses pembentukan kulit bumi karena adanya tenaga endogen. Beberapa jenis
batuan metamorf ini berubah menjadi batuan hablur. Contoh dari batuan metamorf
dinamo ialah batu lumpur atau mud stone menjadi batu tulis atau slate. Batuan jenis ini
banyak dijumpai di daerah- daerah patahan ataupun lipatan.
c) Batuan metamorf kontak pneumatolistis. Jenis batuan ini merupakan batuan yang
mengalami proses metamorfose sebagai akibat dari adanya pengaruh dari gas-gas
yang ada pada magma. Pengaruh dari gas yang panas ini menyebabkan perubahan
komposisi kimiawi mineral dari batuan ini. Contoh dari batuan metamorf kontak
pneumatolistis ialah batu kuarsa dengan gas borium berubah menjadi turmalin atau
sejenis batu permata. Contoh lain dari jenis batu ini yaitu batu kuarsa dengan gas
florium dan berumah menjadi topas.
Tekstur Batuan Metamorf, adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran,
bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf.

a) Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa


Berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa, tekstur batuan metamorf
dapat dibedakan menjadi:

Tekstur Sisa (Relic), Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur
batuan asalnya. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian
disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya: tekstur Blastoporfiritik. Penamaan
lainnya dengan memberi awalan ”meta”, misalnya Metasedimen, Metagraywacke,
Metavulkanik, dsb.

Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini dipakai untuk
memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorphosis. Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-
betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
1) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2) Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
2) Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
2) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
 Setiap batuan memiliki karakteristik tersendiri tak terkecuali dalam hal sifat
kelistrikannya. Salah satu sifat batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang
menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin
besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan
arus listrik, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan harga resistivitasnya (ρ) dengan satuan
ohm meter (Ωm), batuan digolongkan dalam 3 kategori yaitu (Mamdouh & Fisher, 2009):
a) Konduktor baik : 10^-6 < ρ < 1 Ωm
b) Konduktor sedang : 1 < ρ < 10^7 Ωm
c) Isolator : ρ > 107 Ωm
 Resistivitas batuan tergantung pada frekuensi disebabkan adanya sifat kapasitif yang
terjadi pada bidang batas antara bagian padat dan larutannya. Sifat kapasistif terjadi
karena adanya penumpukan muatan negatif pada permukaan bagian padat dan
penumpukan ion positif pada larutannya, jajaran muatan ini disebut electrical double
layer atau lapisan kembar listrik. Jadi secara analogi rangkaian listrik, seolah-olah
resistivitas batuan terdiri dari tahanan murni yang terpasang seri dan paralel dengan
suatu kapasitor.
 Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik
kedalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya
ketidakseimbangan ataupun arus listrik yang sengaja dimasukkan kedalamnya.
 Pada batuan, atom-atom terikat secara ionic atau kovalen. Karena adanya ikatan ini
maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik.
Aliran arus listrik dalam batuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Konduksi Secara Elektronik, Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai
banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral
oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat
atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya.
2. Konduksi Secara Elektrolitik, Batuan biasanya bersifat porous dan memiliki pori-pori
yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi
konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik
dalam air.
3. Konduksi Secara Elektrik, Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan
berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik
di luar, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik
batuan yang bersangkutan, contoh: mika.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai