TETRAHEDRON
Mineral adalah benda padat homogen yang terbentuk di alam,
inorganik dan mempunyai struktur kristal padat, dengan komposisi
kimia tertentu dan mempunyai sifat fisik tertentu.
Setiap mineral mempunyai susunan atom yang teratur membentuk
kristal padat.
Native Elements merupakan mineral yg tidak umum, tetapi beberapa
diantaranya mempunyai nilai ekonomik yang tinggi seperti emas,
tembaga, perak, diamond dan graphite.
Mineral dapat mempunyai komposisi kimia yang bervariasi. Variasi
ini terjadi akibat proses subtitusi atom dari satu elemen ke elemen
lainnya. Subtitusi ini dapat terjadi apabila kesetimbangan elektrik
terjadi dalam struktur atom, dan jika elemen yang mensubtitusi
mempunyai jari-jari atom yang hampir sama.
Lebih dari 3500 mineral adalah silikat (gabungan Si, O dan elemen
lainnya). Seperti Feromagnessian silikat mengandung Fe dan Mg.
Group mineral lainnya adalah karbonat, sulfida, sulfat, dan halida.
Mineral adalah padatan homogen yang terbentuk secara alami yang
mempunyai struktur atom teratur dan komposisi kimia yang khas.
(Demange, 2012).
Asosiasi Mineralogi Internasional memberikan definisi sebagai
berikut:
"mineral adalah elemen atau senyawa kimia yang biasanya berbentuk
kristal dan terbentuk sebagai hasil dari proses geologi" (Nickel, 1995).
Definisi ini tidak termasuk "mineral" sintetis.
Di alam, mineral ditemukan dalam batuan, dan sebagian besar batuan
terdiri dari setidaknya beberapa mineral yang berbeda. (Earle, S.,
2015)
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang
memiliki bentuk teratur (sistem kristal) dan terbentuk secara alami.
Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia, tetapi
juga struktur mineral.
Hefferan dan O’Brien, (2010) menyebutkan bahwa mineral didefinisikan
oleh lima sifat berikut :
1. Mineral adalah padat, karena semua atom di dalamnya disatukan
dalam posisi tetap oleh kekuatan yang disebut ikatan kimia.
sehingga tidak termasuk cairan dan gas.
2. Mineral terjadi secara alami. Definisi ini tidak termasuk padatan
sintetis yang dihasilkan melalui teknologi.
3. Beberapa bahan padat Bumi terbentuk melalui proses anorganik
dan organik. Mineral biasanya terbentuk oleh proses
anorganik.
4. Setiap spesies mineral memiliki komposisi kimia tertentu yang
dapat diekspresikan dengan formula kimia.
5. Susunan atom dalam mineral tidak secara acak. Sebaliknya mineral
mengkristal dengan pola geometris sehingga pola yang
sama akan diulangi di seluruh mineral.
Haldar. S. K., (2014) menyatakan : Mineral adalah benda yang homogen
dengan susunan atom yang teratur dan struktur atom hasil kristalisasi.
Mineral adalah bagian integral dari kerak bumi, dan memiliki komposisi
kimia yang konstan yang dapat diekspresikan dengan rumus kimia. Dalam
kondisi spesifik suhu dan tekanan, mineral memiliki sifat fisik yang stabil.
Kristal dan Mineral
Mikroskop
Komposisi dan struktur mineral membentuk sifat fisik seperti warna,
kekerasan, cleavage, bentuk kristal dan specific gravity.
Beberapa mineral termasuk sangat umum dijumpai pada batuan
sehingga dikenal sebagai mineral pembentuk batuan (rock-forming).
Kebanyakan dari jenis ini adalah silikat, tetapi beberapa dari group
karbonat juga sangat penting terutama dalam batuan sedimen.
Sumberdaya mineral adalah tempat terkonsentrasinya mineral
ekonomis yang penting. Cadangan adalah konsentrasi dari
sumberdaya mineral yang mempunyai nilai ekonomis.
Catatan: Persentasi volume dari 8 elemen utama: Oxigen (93.8%),
Potassium (1.8%), Sodium (1.3%), Calcium (1.0%), Silikon (0.9%),
Aluminum (0.5%), Iron (0.4%), Magnesium (0.3%)
Beberapa mineral (tidak semua), ada yang mempunyai sifat
sangat khas artinya tidak semua mineral memiliki sifat ini,
sifat demikian disebut sebagai sifat diagnostik, sangat
berguna dalam mengidentifikasi mineral yang tidak dikenal.
Mineral halit, misalnya, memiliki rasa asin, karena sangat
sedikit mineral yang mempunyai sifat asin ini, sehingga rasa
asin dianggap sebagai sifat atau properti diagnostik dari
halit. Sifat atau properti lain dari mineral tertentu dapat
bervariasi di antara sample yang berbeda walaupun dari
mineral yang sama, sifat atau properti ini disebut sebagai
properti ambigu.
Sifat mineral untuk identifikasi atau mengenal mineral:
a) Bentuk kristal (crystall form)
Apabila suatu mineral mendapat kesempatan untuk berkembang tanpa
mendapat hambatan, maka ia akan mempunyai bentuk kristalnya yang
khas. Tetapi apabila dalam perkembangannya ia mendapat hambatan,
maka bentuk kristalnya juga akan terganggu. Secara umum bentuk kristal
dibagi menjadi 2, yaitu kristal isometrik dan non isometric. Kristal mineral
intan, dapat dikenali dari bentuknya yang segi-delapan atau “oktahedron”
dan mineral grafit dengan segi-enamnya yang pipih, meskipun keduanya
mempunyai susunan kimiawi yang sama, yaitu keduanya terdiri dari unsur
Karbon (C). Perbedaan bentuk kristal tersebut terjadi karena susunan
atom yang berbeda.
b) Berat jenis (specific gravity)
Setiap mineral mempunyai berat jenis tertentu. Besarnya ditentukan oleh
unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur
tersebut dalam susunan kristalnya.
c) Warna (color)
Warna mineral memang bukan merupakan penciri utama untuk
dapat membedakan antara mineral yang satu dengan lainnya.
Sebagai contoh warna gelap yang dipunyai mineral,
mengindikasikan terdapatnya unsur besi. Disisi lain mineral
dengan warna terang, diindikasikan banyak mengandung
aluminium.
d) Kekerasan (hardness)
Salah satu kegunaan dalam mendiagnosa sifat mineral adalah
dengan mengetahui kekerasan mineral. Kekerasan adalah sifat
resistensi dari suatu mineral terhadap kemudahan mengalami
abrasi (abrasive) atau mudah tergores (scratching). Skala kekerasan
mineral mulai dari yang terlunak (skala 1) hingga yang terkeras
(skala 10) diajukan oleh Mohs dan dikenal sebagai Skala Kekerasan
Mohs.
Warna Mineral
SKALA MOHS
HORNBLENDA
PYROXENE
a) Mineral Silikat, Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon (Si) dan oksigen (O2) dengan beberapa unsur
metal. Silikat merupakan bagian utama yang membentuk batuan baik itu sedimen,
batuan beku maupun batuan metamorf. Silikat pembentuk batuan yang umum dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
• Mineral ferromagnesium, umumnya mempunyai warna gelap atau hitam dan berat jenis
yang besar. Mineral tersebut terdiri dari:
Olivin.
Augit.
Hornblende
Biotit
• Mineral non-ferromagnesium, umumnya mempunyai warna terang atau putih dan berat
jenis yang kecil. Mineral tersebut terdiri dari:
Muskovit.
Felspar
Orthoklas.
Kuarsa.
b) Mineral oksida. Terbentuk sebagai akibat perseyawaan
langsung antara oksigen dan unsur tertentu. Susunannya lebih
sederhana dibanding silikat. Unsur yang paling utama dalam
oksida adalah besi, krom, mangan, timah dan aluminium.
Beberapa mineral oksida yang paling umum adalah “es”.
c) Mineral Sulfida. Merupakan mineral hasil persenyawaan
langsung antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang), seperti
besi, perak, tembaga, timbal, seng dan merkuri. Beberapa dari
mineral sulfida ini terdapat sebagai bahan yang mempunyai nilai
ekonomis, atau bijih, seperti pyrit (FeS3), chalcocite (Cu2S),
galena (PbS), dan sphalerit (ZnS).
d) Mineral-mineral Karbonat dan Sulfat. Merupakan
persenyawaan dengan ion (CO3)2, dan disebut karbonat,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan kalsium
karbonat, CaCO3 dikenal sebagai mineral kalsit. Mineral ini
merupakan susunan utama yang membentuk batuan sedimen.
Magma adalah batuan cair yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi. Seiring waktu,
magma mendingin dan membeku. Proses ini, yang disebut kristalisasi, dapat terjadi baik di
bawah permukaan atau setelah letusan gunung berapi di permukaan bumi. Dalam kedua
situasi, batuan yang dihasilkan disebut batuan beku.
Jika batuan beku terpapar di permukaan, mereka mengalami pelapukan, di mana pengaruh
sehari-hari dan cuaca dari atmosfer, hidrosfer, dan biosfer perlahan-lahan hancur dan batuan
terurai (decomposed).
Material hasil pelapukan pada lereng sering digerakkan oleh gaya gravitasi sebelum diambil
dan diangkut oleh sejumlah agen erosi, seperti air yang mengalir, gletser, angin, atau
gelombang. Akhirnya partikel-partikel ini dan zat terlarut yang disebut sedimen, diendapkan.
Meskipun sebagian besar endapan akhirnya berhenti di lautan, lokasi pengendapan lainnya
termasuk di dataran banjir sungai, cekungan gurun, rawa, dan bukit pasir, selanjutnya,
sedimen yang menumpuk mengalami lithifikasi, sebuah istilah yang berarti "konversi menjadi
batuan." Sedimen biasanya diamplifikasi menjadi batuan sedimen ketika dipadatkan oleh
beban berat lapisan atasnya atau ketika disemen oleh air tanah yang meresap mengisi pori-
pori dengan bahan mineral.
Jika batuan sedimen yang dihasilkan terkubur jauh di dalam Bumi dan terlibat dalam dinamika
pembentukan pegunungan, atau diterobos oleh massa magma, maka akan mengalami tekanan
besar dan/ atau panas yang hebat, batuan sedimen tersebut bereaksi terhadap lingkungan,
kemudian berubah menjadi jenis batuan ketiga, yaitu batuan metamorf. Ketika batuan
metamorf mengalami tambahan perubahan tekanan atau suhu yang lebih tinggi lagi, batuan
itu meleleh, dan kembali tercipta magma, yang akhirnya mengkristal menjadi batuan beku,
kemudian siklus dimulai lagi dari awal
Energi yang menggerakkan siklus batuan, berasal dari panas Bumi. Proses eksternal
pelapukan dan erosi yang membentuk batuan sedimen ditenagai oleh energi Matahari.
Siklus Batuan menggambarkan proses interaksi dan transformasi dari
tiga kelompok batuan. Proses ini dikontrol oleh proses internal seperti
tektonik dan eksternal yaitu udara dan air.
Selain terkena cuaca dan erosi di permukaan Bumi, batuan beku mungkin tetap
terkubur dalam bumi dan dapat juga terkena gaya tekan yang kuat dan suhu
tinggi yang terkait dengan pembentukan pegunungan, sehingga batuan beku
dalam bumi ditransformasikan langsung menjadi batuan metamorf. Demikian juga
batuan metamorf dan sedimen, tidak selalu terkubur, lapisan bagian atasnya
mungkin dilucuti ter erosi, memperlihatkan batuan yang pernah terkubur menjadi
terbuka, dan material terbuka ini lapuk dan berubah menjadi bahan baku baru
untuk batuan sedimen.
Tidak ada batuan yang permanen sepanjang waktu geologis; yang terjadi adalah
semua batuan akan berubah perlahan dari satu ke tiga jenis batuan yang lain.
Proses berkelanjutan ini disebut siklus batuan.
Siklus batuan mengungkapkan gagasan bahwa batuan tidak
permanen tetapi berubah seiring waktu geologis.
Perlu ditekankan perbedaan antara mineral dan batuan.
Mineral adalah zat murni dengan komposisi dan struktur
tertentu,
sedangkan batuan biasanya merupakan campuran dari
beberapa mineral yang berbeda, walaupun beberapa jenis
batuan ada kalanya hanya terdiri dari satu jenis mineral saja.
Contoh mineral adalah feldspar, kuarsa, mika, halit, kalsit,
dan amfibol. Contoh batuan adalah granit, basal, batu pasir,
batu kapur, dan sekis. (Earle, S., 2015)
Di alam dikenal tiga kelompok besar batuan: batuan beku, batuan sedimen dan batuan
metamorf.
Batuan Beku terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi dari magma yang terjadi
di dalam dan diluar bumi.
Batuan sedimen adalah kelompok batuan yang diendapkan dipermukaan bumi yang
terdiri dari mineral dan pecahan-pecahan batuan sebelumnya, butiran-butiran hasil
proses biologi atau hasil proses kristalisasi air.
Batuan metamorfosa adalah kelompok batuan yang dihasilkan dari proses perubahan
batuan sebelumnya menjadi batuan yang baru yang diakibatkan oleh perubahan
temperatur, tekanan maupun fluida.
Sifat dari batuan beku adalah kristalin, baik dari
Kristal itu sendiri maupun dari gelasan yang
mengkristal.
Pembekuan magma berlangsung bertahap
tergantung pada penurunan suhunya. Pada saat
tertentu, magma membentuk secara cepat
menghasilkan mineral yang sebagian besar adalah
gelasan (massa dasarnya gelasan). Pembekuan
mineral-mineral yang diakibatkan penurunan suhu
pada tubuh magma ini urutannya disusun oleh Bowen
yang dikenal dengan Deret Reaksi Bowen (Milson,
2003), dimana reaksi ini menggambarkan proses
pembentukan mineral pada saat pendinginan
magma yang lambat sehingga magma mengalami
reaksi yang spesifik baik bentuk dan ukuran
kristalnya.
Pada gambar mineral pertama yang mengkristal adalah mineral olivin feromagnesia.
Pendinginan lebih lanjut menghasilkan feldspar plagioklas kaya kalsium dan juga
piroksen, dan seterusnya. Selama proses kristalisasi ini, komposisi magma bagian cair
yang tersisa terus berubah.
Sebagai contoh, ketika sekitar sepertiga magma telah membeku, bahan cair yang
tersisa akan hampir kehabisan zat besi, magnesium, dan kalsium karena unsur-unsur ini
adalah konstituen utama dari mineral yang membentuk paling awal dalam proses. Tidak
adanya unsur-unsur ini menyebabkan lelehan menjadi kaya natrium dan kalium. Lebih
lanjut, karena magma basaltik asli mengandung sekitar 50 persen silika (SiO2),
kristalisasi dari mineral yang terbentuk paling awal, olivin, yang hanya sekitar 40 persen
silika, meninggalkan sisa leburan yang lebih kaya di SiO2. Dengan demikian, komponen
silika dari sisa lelehan menjadi diperkaya sebagai magma yang berkembang.
Bowen juga menunjukkan bahwa jika komponen padat dalam magma tetap kontak
dengan leburan yang tersisa, mereka akan bereaksi secara kimia dan mengubah
mineralogi (komposisi kimia). Namun, di alam, mineral yang terbentuk paling awal
dapat terpisah dari lelehan, sehingga menghentikan reaksi kimia lebih lanjut.
Diagram rangkaian reaksi Bowen menggambarkan urutan di mana mineral mengkristal
dari magma. Secara khusus, para ilmuwan tahu bahwa mineral yang terbentuk dalam
rezim suhu umum yang sama yang digambarkan dalam seri reaksi Bowen ditemukan
bersama dalam batuan beku yang sama. Sebagai contoh, pada gambar ditunjukkan
bahwa mineral kuarsa, kalium feldspar, dan muscovite, yang terletak di wilayah yang
sama dari diagram Bowen, biasanya ditemukan bersama sebagai konstituen utama dari
granit batuan beku intrusif.
Jenis batuan beku berdasarkan genetiknya adalah sebagai
berikut :
a) Batuan Beku Intrusi
Batuan beku yang membeku dan membatu di bawah
permukaan atau di dalam kerak bumi dikelilingi oleh
batuan asal (Country Rock).
Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya, batuan
beku ini berbutir kasar. Struktur tubuh intrusi yang khas adalah
batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Sedangkan nama batuan yang
bertekstur kasar seperti granit, gabro dan diorite
b) Komposisi mineral
Dapat ditentukan berdasarkan indeks warnanya dibagi menjadi 2 (dua) mineral mafic
(gelap) dan mineral felsic (terang) dengan klasifikasi: leucocratic rock (kandungan mineral
mafic < 30%); mesocratic rock (kandungan mineral mafic 30%-60%); Melanocratic rock
(kandungan mineral mafic 60%-90%) dan hypermalanic rock (kandungan mineral mafic >90%).
Tekstur Sisa (Relic), Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur
batuan asalnya. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian
disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya: tekstur Blastoporfiritik. Penamaan
lainnya dengan memberi awalan ”meta”, misalnya Metasedimen, Metagraywacke,
Metavulkanik, dsb.
Tekstur kristoblastik adalah setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa.
Penamaannya dengan memberi akhiran blastik. Penamaan ini dipakai untuk
memberikan nama tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses
metamorphosis. Misalnya, tekstur porfiroblastik, yaitu batuan metamorf yang
memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-
betul akibat rekristalisasi metamorfosis.
Berdasarkan butirnya tekstur batuan metmorf dapat dibedakan menjadi:
1) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal itu sendiri.
2) Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain
disekitarnya.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Idioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk euhedral.
2) Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya dibatasi oleh kristal berbentuk anhedral.
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:
1) Lepidoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk tabular.
2) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatic.
3) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat tidak teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
4) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat lebih teratur dan umumnya kristalnya berbentuk anhedral.
Setiap batuan memiliki karakteristik tersendiri tak terkecuali dalam hal sifat
kelistrikannya. Salah satu sifat batuan tersebut adalah resistivitas (tahanan jenis) yang
menunjukkan kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin
besar nilai resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan
arus listrik, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan harga resistivitasnya (ρ) dengan satuan
ohm meter (Ωm), batuan digolongkan dalam 3 kategori yaitu (Mamdouh & Fisher, 2009):
a) Konduktor baik : 10^-6 < ρ < 1 Ωm
b) Konduktor sedang : 1 < ρ < 10^7 Ωm
c) Isolator : ρ > 107 Ωm
Resistivitas batuan tergantung pada frekuensi disebabkan adanya sifat kapasitif yang
terjadi pada bidang batas antara bagian padat dan larutannya. Sifat kapasistif terjadi
karena adanya penumpukan muatan negatif pada permukaan bagian padat dan
penumpukan ion positif pada larutannya, jajaran muatan ini disebut electrical double
layer atau lapisan kembar listrik. Jadi secara analogi rangkaian listrik, seolah-olah
resistivitas batuan terdiri dari tahanan murni yang terpasang seri dan paralel dengan
suatu kapasitor.
Sifat kelistrikan batuan adalah karakteristik dari batuan bila dialirkan arus listrik
kedalamnya. Arus listrik ini dapat berasal dari alam itu sendiri akibat terjadinya
ketidakseimbangan ataupun arus listrik yang sengaja dimasukkan kedalamnya.
Pada batuan, atom-atom terikat secara ionic atau kovalen. Karena adanya ikatan ini
maka batuan mempunyai sifat menghantarkan arus listrik.
Aliran arus listrik dalam batuan dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Konduksi Secara Elektronik, Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral mempunyai
banyak elektron bebas sehingga arus listrik di alirkan dalam batuan atau mineral
oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini juga di pengaruhi oleh sifat
atau karakteristik masing-masing batuan yang di lewatinya.
2. Konduksi Secara Elektrolitik, Batuan biasanya bersifat porous dan memiliki pori-pori
yang terisi oleh fluida, terutama air. Akibatnya batuan-batuan tersebut menjadi
konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion elektrolitik
dalam air.
3. Konduksi Secara Elektrik, Konduksi ini terjadi jika batuan atau mineral bersifat
dielektrik terhadap aliran arus listrik, artinya batuan atau mineral tersebut
mempunyai elektron bebas sedikit, bahkan tidak sama sekali. Elektron dalam batuan
berpindah dan berkumpul terpisah dalam inti karena adanya pengaruh medan listrik
di luar, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada konduksi dielektrik
batuan yang bersangkutan, contoh: mika.
Terima Kasih