Anda di halaman 1dari 13

Praktikum Mineralogi 2013

Laboratorium Mineralogi
Geofisika
Fakultas MIPA
Universitas Gadjah Mada

Modul Praktikum Mineralogi


Identifikasi Mineral 1

OLEH:
Ekrar Winata
F. Dhitya Kusumawardani

2013

© Geofisika UGM 1
Praktikum Mineralogi 2013

DESKRIPSI MODUL

Modul ini terdiri dari tiga bagian kegiatan belajar mengajar, yang mencakup bab 1
pendahuluan, bab 2 macam-macam sifat fisis mineral, bab 3 beberapa contoh deskripsi
mineral.
Pada bab 1 berisi tentang pengertian mineralogi, klasifikasi mineral, pembentukan
mineral. Bab 2 berisi tentang sifat-sifat fisis mineral, sedang bab 3 berisi tentang beberapa
sifat fisis mineral yang penting.

© Geofisika UGM 2
Praktikum Mineralogi 2013

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Mineral


Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang mineral,
baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan (Agregat). Hal yang dipelajari
adalah sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya, dan hubungannya dalam
pembentukan batuan.
Mineral ialah suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara
anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-
atom yang tersusun secara teratur teratur.
Benda padat homogen artinya bahwa mineral itu hanya terdiri satu fase padat, hanya
satu macam material, yang tidak dapat diuraikan menjadi senyawa-senyawa yang lebih
sederhana oleh suatu proses fisika.
Terbentuk secara an organik artinya benda-benda padat homogen yang dihasilkan
oleh binatang dan tumbuh-tumbuhan tidak termasuk, maka dari itu kulit tiram (dan mutiara di
dalamnya ), meskipun terdiri dari calcium carbonat yang tidak dapat dibedakan secara kimia
maupun fisika dari mineral aragonit, tidak dianggap sebagai mineral.
Mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu artinya bahwa mineral itu
ialah merupakan senyawa kimia, dan senyawa kimia mempunyai komposisi pada batas-batas
tertentu yang dinyatakan dengan suatu rumus . Rumus kimia mineral dapat sederhana
maupun komplek, tergantung dari banyaknya unsur-unsur yang ada dan proporsi
kombinasinya.

1.2 Klasifikasi Mineral


Sistematika dan klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi Dana.
Klasifikasi ini berdasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan stuktur kristal. Dana
membagi mineral menjadi 8 golongan (Klein & Hurlbut, 1993).
 Unsur (native element) yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia, sifat
dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas, perak,
tembaga, arsenic, bismuth, belerang, intan dan grafit.
 Mineral sulfide atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam dan semi logam
dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag2AsS2)
 Oksigen dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethite
(FeOOH)
 Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif
seperti Cl, Br, F, I, contohnya mineral: Halit (NaCl), Sulvit (KCl), dan Fluorit
(CaF2).

© Geofisika UGM 3
Praktikum Mineralogi 2013

 Nitrat, Karbonat, dan Borat, Merupakankombinasi antara logam/semilogam


dengan anion kompleks, CO2, NO3. Contohnya: Kalsit (CaCO3), Niter (NaNO3).
 Sulfat, Kromat, Molibdat, dan Tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
anion sulfat, Kromat, Molibdat, dan Tungstat. Seperti: Barit (BaSO4), Wolframit
((Fe, Mn)Wo4).
 Fosfat, Arsenat, dan Vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), Vanadinit
(Pb3Cl(PO4)3).
 Silikat, merupakan mineral yang jumlahnya meliputi 25% dari keseluruhan
mineral yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok
mineral ini mengandung ikatan antara Si dan O. contohnya Kuarsa (SiO2). Zeolit-
Na

1.3 Pembentukan Mineral


Mineral sesungguhnya merupakan atom-atom yang saling terikat satu dengan lainnya
dalam bentuk padat selama kondisi lingkungannya (tekanan dan temperatur) mengijinkan.
Mineral terbentuk melalui proses-proses alamiah di berbagai lingkungan di Bumi, yang
memungkinan atom-atom yang sesuai untuk saling mengikat satu dan lainnya.
Pembentukan mineral secara alami mengalami beberapa proses:
 Penguapan dari Larutan
Larutan-larutan yang mampu menghasilkan mineral ketika menguap adalah:
a. Air permukaan pada mata air, sungai, danau, dan lautan.
b. Air tanah di dalam tanah dan lapisan-lapisan batuan yang menyimpan air tanah.
c. Larutan hidrotermal, yaitu larutan yang berasal dari magma atau air tanah yang
terpanaskan oleh magma
 Penyubliman Gas
Sublimasi adalah perubahan dari gas menjadi padat ketika temperatur berkurang.
Proses ini terjadi ketika gas-gas volkanik keluar ke permukaan Bumi atau ketika gas
terpisah dari larutan di bawah permukaan Bumi.
 Kristalisasi
Kritalisasi terbentuk dari cairan ketika temperatur menurun.
a. Aliran lava di permukaan yang membentuk mineralmineral volkanik.
b. Magma bodies di bawah permukaan Bumi, yang mengkristal membentuk
mineral-mineral plutonik.
 Pertumbuhan Fasa Padat
Dalam proses ini, kristal-kristal dari suatu mineral baru akan tumbuh sebagai
pengganti dari mineral-mineral yang telah ada sebelumnya. Proses ini lazimnya
terjadi dalam pembentukan mineral metamorfik.

© Geofisika UGM 4
Praktikum Mineralogi 2013

 Reaksi padat-cair atau padat-gas


Ketika mineral dalam bentuk padat kontak atau berhubungan dengan suatu cairan
atau suatu gas, atom-atom akan ditukarkan antar mineral tersebut dengan cairan atau
gas di sekelilingnya. Reaksi ini sering terjadi dalam berbagai proses pembentukan
mineral, dari proses pelapukan, pembentukan urat, hingga proses metamorfisme.

© Geofisika UGM 5
Praktikum Mineralogi 2013

BAB 2
SIFAT-SIFAT FISIS MINERAL

2.1 Warna
Bila suatu permukaan mineral dikenai suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai
permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (absorbsi) dan sebagian dipantulkan
(refleksi).
Banyak pula mineral yang dinamakan berdasarkan warna mineralnya misalnya :
Albit (bahasa Yunani albus = putih)
Chlorit (bahasa Yunani chloro = hijau)
Melanit (bahasa Yunani melas = hitam)
Rhodonit (bahasa yunani rodon = merah jambu)
Eritorit (bahasa Yunani erythos =merah)

 Warna asli dari elemen-elemen utama pada mineral (ediochromatis), yaitu merupakan
warna yang tetap dan karakteristik, misalnya :
Pirit = kuning loyang
Magnetit = hitam
Malachit = hijau
Belerang = kuning

 Warna karena adanya pengotoran (allochromatis) ini merupakan warna yang tidak tetap
atau tidak berubah-ubah, misalnya :
Kwarsa – tidak berwarna tetapi karena pengotoran warna dapat berubah-ubah menjadi :
- violet (Amesthyst)
- merah jambu (Rose Quartz)
- coklat kehitam-hitaman dan lain sebagainya

2.2 Kilap (Luster)


Merupakan sifat optis dari mineral yang rapat hubungannya dengan refleksi dan
refraksi. Kilap sebagai hasil pantulan cahaya dari permukaan mineral . Intensitas dari kilap
sebenarnya tergantung kwantitas cahaya pantul dan pada umumnya tergantung pada besarnya
indeks refraksi mineral.Kilap dapat dibagi menjadi:
 Kilap Logam (Metallic Luster)
Kilap yang memberikan kesan seperti logam ketika terkena cahaya. Kilap ini
biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam seperti Galena,
pirit, emas, Kalkopirit

Galena
pyrite

© Geofisika UGM 6
Praktikum Mineralogi 2013

 Kilap Non Logam (Nonmetallic luster)


Kilap yang tidak memrikan kesan seperti logam ketika terkena cahaya. Kilap
nonlogam dapat dibagi menjadi:
 Kilap kaca (vitreous luster)
Kilap seperti pada pecahan kaca, contoh :

 Kilap Intan (Adamantine Luster)


Kilap yang sangat cemerlang seperti, Intan, Zircon

Diamond

 Kilap Damar (Resinous Luster), Kilap seperti damar berwarna kuning dan
coklat

Sfalerit

 Kilap Lemak (Greasy Luster), Kilap seperti lemak, seakan-akan berlapis


seperti lemak

Nefelin

 Kilap tanah (Earthy Luster), kilap yang terlihat pada mineral-mineral yang
kompak

Rijang

© Geofisika UGM 7
Praktikum Mineralogi 2013

2.3 Kekerasan (Hardness)


 Kekerasan mineral pada umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap
goresan (scratching)
 Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan
mineral yang rata-rata pada mineral standart dari skala Mohs yang sudah diketahui
kekerasannya

2.4 Cerat (Streak)


 Cerat ini membedakan dua mineral dengan warna yang sama tetapi memiliki warna
gores yang berbeda. Warna cerat lebih dapat dipercaya daripada warna dari
kenampakan luar karena warna cerat lebih stabil
 Untuk mineral-mineral yang kilap non-logam memiliki cerat lebih terang dari
warnanya. Akan tetapi mineral dengan kilap logam memiliki cerat lebih gelap dari
warnanya

© Geofisika UGM 8
Praktikum Mineralogi 2013

2.6 Sistem Kristal (Crystal Systems)


Permukaan kristal disebut bidang muka (crystal face) yang saling bertemu pada sudut
tertentu.
 Tepi kristal (crystal edge) ada garis pertemuan dua muka kristal; sudut pertemuannya
disebut sudut antarmuka (interfacial angle).
 Setiap bidangmuka kristal ditentukan terhadap garis imajiner di dalam kristal, yang
disebut sebagai sumbu (axis).
 Sumbu-sumbu kristal saling memotong satu dengan lainnya dalam sudut tertentu, dan
setiap sumbu akan berhenti (axial interception) di sisi lain kristal pada suatu
bidangmuka, tepi kristal, atau sudut antarmuka. Panjangnya sumbu dari titik pusat
kristal hingga ke axial interception disebut sebagai parameter.
 Jumlah sumbu, rasio parameter, sudut antar sumbu, akan menentukan sistem kristal
yang sedang dibentuk

Sistem kristal dibagi menjadi:


1. Sistem Kubus (Reguler / Monometrik / Isometrik)
memiliki tiga sisi dengan sudut yang sama

© Geofisika UGM 9
Praktikum Mineralogi 2013

2. Sistem tetragonal (Dimetrik)


Sistem kristal dengan satu sisi yang memiliki perbedaan panjang tetapi dengan
sudut yang sama-sama 900

3. Sistem Rombik
sistem kristal dengan ketiga sisi beda panjang dengan sudut yang sama 900

© Geofisika UGM 10
Praktikum Mineralogi 2013

4. Sistem Monoklin

5. Sistem Triklin

6. Sistem Heksagonal

© Geofisika UGM 11
Praktikum Mineralogi 2013

7. Sistem Trigonal

2.7 Kemagnetan
Kemagnitan, adalah sifat mineral terhadap gaya tarik magnit. Dikatakan sebagai
Ferromagnetik bilamana mineral dengan mudah tertarik gaya magnetik, seperti mineral
Magnetit dan Pyrrotite. Mineral-mineral yang menolak gaya magnit disebut mineral
Diamagnetik; dan mineral yang hanya tertarik oleh gaya kuat dari elektromagnetik dkatakan
sebagai Paramagnetik.

2.8 Transparansi (Transparancy)


Transparansi merupakan kemampuan (potongan pipih) mineral untuk meneruskan
cahaya. Suatu obyek terlihat jelas melalui cahaya yang menembus potongan mineral yang
transparan. Bila obyek tersebut terlihat secara samar, dipakai istilah transculent. Billa obyek
tidak tembus cahaya sama sekali dinamakan Opaque.

Hematite, Opaque Calcite


Transparan

Anhidrous, Transparan-Translucent

© Geofisika UGM 12
Praktikum Mineralogi 2013

BAB III

DESKRIPSI MINERAL

No Warna Cerat Kilap Kekerasan Kemagnetan Ketembusan Belahan Pecahan Sistem Kristal Sketsa Nama
Cahaya
1 Bening/ Hitam Logam <6 Skala Paramagnetik Opaque - - Kubus Kuarsa
Colorless Mohs

2 Merah Putih Tanah 3-4 Skala Diamagnetik Translucent - - Triklin Vanadinit


Mohs

© Geofisika UGM 13

Anda mungkin juga menyukai