Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi meliputi
komposisinya, struktur, sifat-sifat fisik, sejarah dan proses pembentukannya. Dala
m geologi, kita akan mempelajari semua hal tentang seluk-beluk Bumi ini secara k
eseluruhan. Dari mulai gunung-gunung dengan tinggi ribuan meter, hingga palun
g-palung di dasar samudera. Dan untuk mengetahui semua itu, tentunya kita harus
mempelajari apa-apa sajakah materi pembentuk Bumi ini, itulah yang akan dilaku
kan oleh geologist. Materi Dasar pembentuk Bumi ini adalah batuan, dimana batu
an sendiri adalah kumpulan dari mineral, dan mineral terbentuk dari kristal-kristal.
Dalam mempelajari geologi, pemahaman dasar mengenai kristal dan mineral
merupakan materi dasar yang perlu sekali dipahami dan dipelajari sebelum
mempelajari cabang ilmu geologi lainnya. Karena kristal dan mineral merupakan
komponen terkecil dari materi bumi, pada bidang geologi ini mempelajari
kristalografi sangatlah penting karena untuk mempelajari ilmu geologi pratikan
tentunya harus sudah mengetahui komposisi dasar dari bumi ini, yaitu batuan.
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu geologi yang mempelajari
kristal dan mineral-mineral penyusun pembentukannya, serta dasar disiplin ilmu
kristalografi. Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari
mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
antara lain mempelajari tentang sifat-sifat fisik, sifat-sifat kimia, cara terdapatnya,
dan kegunaan mineral itu sendiri. Mineral pembentuk batuan adalah mineral-
mineral yang menyusun suatu batuan dengan kata lain batuan yang terdiri dari
berbagai macam mineral. Pembentukan mineral dalam magma karena penurunan
temperature telah disusun oleh Bowen (seri reaksi bowen). Deret Bowen adalah
deret yang memperlihatkan diferensiasi mineral hasil pembekuan magma,
berdasarkan pendinginan magma. Dalam susunan Deret Bowen (Bowen Series)
temperature pembentukan kristal-kristal mineral makin rendah, makin kebawah.
Mineral dalam Deret Bowen (Bowen Series) biasanya terbentuk pada batuan beku
karena batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma.
1.2 Tujuan

Rock Forming Mineral 1


Adapun tujuan dari pratikum ini adalah:
1. Mengetahui dan mempelajari Deret Bowen
2. Dapat menentukan nama sampel batuan
3. Dapat menentukan mineral-mineral penyusun batuan
1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah:
1. Alat tulis
2. LKS
3. Loupe
4. Kamera
b.Bahan
1. Sampel Batuan

1.4 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada pratikum kali ini sebagai berikut:
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil mineral yang akan diamati kemudian difoto.
3. Diamati menggunakan senter loupe, kemudian ditentukan sifat-sifat fisik
pada batuannya.

BAB II

Rock Forming Mineral 2


DASAR TEORI
Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologi. Istilah
mineral adalah suatu zat yang terdapat dalam alam dengan komposisi kimia yang
khas dan biasanya mempunyai struktur kristal yang jelas, yang kadang-kadang
dapat menjelma dalam bentuk geometris tertentu. Istilah mineral dapat
mempunyai bermacam-macam makna sukar untuk medefinisikan mineral dan
oleh karena itu kebanyakan orang mengatakan, bahwa mineral ialah satu frase
yang terdapat di alam. Mineral adalah bahan anorganik yang terbentuk secara
alamiah, memiliki komposisi kimia yang tetap dan struktur kristal yang beraturan.
Di alam ini terdapat dari lebih dari 2000 jenis mineral yang telah diketahui. Tetapi
hanya beberapa mineral saja yang diketahui sebagai pemebentuk suatu batuan.
Mineral dapat kita jumpai di mana-mana kita bisa berwujud batuan, tanah,
atau pasir yang diendapkan di dasar sungai. Beberapa dari mineral ini dapat
memiliki nilai ekonomis karena diperoleh dalam jumlah yang besar, sehingga
memungkinkan untuk ditambang seperti emas dan perak, kecuali beberapa jenis
memiliki sifat-sifat bentuk tertentu dalam keadaan padatnya sebagai susunan yang
terkandung di dalamnya.Mineral dapat kita jumpai dimana-mana disekitar kita,
dapat berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan (Asikin,1978).
Tekstur batu memiliki arti penting dalam mengentificasi mineral karena
mencerminkan proses yang telah dialamin sebagaimana dimaksud proses
transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk
menginterpetasi lingkungan pengendapan dari batuan tersebut (Graha, 1987).
Geologi merupakan bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
(arsitektur) batuan sebagai hasil proses deformasi yakni perubahan bentuk dan
ukuran pada batuan. Jika memungkinkan, mereka akan dipindahkan oleh bidang-
bidang rata, lalu diasumsikan sebagai bentuk-bentuk yang teratur yang dikenal
sebagai “kristal”. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di definisikan
sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal susunan tiga
dimensi yang teratur. Studi yang khusus membahas sifat-sifat, bentuk susunan dan
cara-cara bahan padat tersebut dinamakan kristalografi.Mineral pembentukan
batuan adalah mineral-mineral yang menyusun suatu batuan dengan kata lain
batuan yang terdiri dari berbagai macam mineral yang menyusun batuan tersebut.

Rock Forming Mineral 3


Pembentukan batuan yang berkomposisi ultrabasa, basa, , intermediete, dan asam
dapat terjadi melalui proses diferensiasi magma (Noor, 2008).
Deret bowen adalah deret yang meperlihatkan diferensiasi mineral hasil
pembekuan magma, berdasarkan pendinginan magma. Dalam susunan hasil
pembekuan magma, berdasarkan pendinginan magma. Dalam susunan Deret
Bowen, temperature pembentukan kristal-kristal mineral makin rendah, makin ke
bawah. Mineral dalam Deret Bowen biasanya terbentuk pada batuan beku, karena
batuan beku terbentuk dari hasil pembekuan magma. Dalam magma terdapat dua
material dengan sifat yang berbeda, yaitu Volatil dan Non Volatil. Deret Bowen
menyimpan dua poin penting yaitu tentang temperature terbentuknya mineral, dan
sifat tentang mineral yang terbentuk. Mineralisasi lebih dimungkinkan terbentuk
pada magam yang bertemperature tinggi, tetapi mengalami pembekuan secara
cepat. Pada umumnya kondisi ini terjadi pada instrusi dangkal yang berasosiasi
dengan batuan gunung api sebagai hasil vulkanisme (Bronto dan Hartono,2016).
Mineral yang pertama kali terbentuk merupakan mineral-mineral yang
bersifat basa yang tersususn dari unsur-unsur magnesium, ferrum, dan kalsiun,
contohnya Olivine dan Pyroxene, lalu selanjutnya terbentuk mineral-mineral
intermediete yaitu seperti Hornblende dan Biotit, dan yang terakhir adalah
mineral-mineral yang bersifat asam yang mengandung silika dan alumina seperti
muskovit dan kuarsa. Berdasarkan reaksi deret bowen pada deret sebelah kiri
(Olivine, Piroksen, Amphibole dan Biotit) mewakili mineral-mineral Mafic
(Magnesium Ferum Silika) atau mineral gelap. Sedangkan deret sebelah kanan
(Anortite, Bitownit, Labradorit, Andesin, Oligoklas, Albite) mewakili mineral
mineral asam. Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang tidak
stabil, sehingga dapat dengan mudah berubah menjadi mineral lain akibat
perubahan suhu dan tekanan, terutama menjadi mineral yang ada dibawahnya
yang sesuai dengan Deret Bowen. Sedangkan mienral yang temperaturenya
rendah adalah mineral-mineral yang paling stabli, dalam Deret Bowen mineral
tersebut adalah Kuarsa (SiO2). Mineral penyusun batuan terbagi menjadi tiga
yaitu, Mineral utama mineral penyusun kerak bumi, Mineral sekunder mineral
turunan mineral primer dan mineral tambahan (Aditio,dkk. 2018).

Rock Forming Mineral 4


3.2 PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini pratikan membahas tentang pembentukan
mineral,mineral penyusun batuan, deret bowen, evolusi magma, diferensiasi
magma dan mineral pembentuk batuan.

Mineral dibagi menjadi 3 yaitu, Mineral utama yang terbentuk dari proses
keristalisasi magma dan kehadirannya dapat menentukan nama batuan. Mineral
tambahan sama seperti mineral utama yang proses terbentuknya dari kristalisasi
magma, namun jumlahnya hanya 5% sehingga kehadirannya tidak dapat
digunakan untuk menentukan nama batuan. Dan mineral sekunder yang terbentuk
dari ubahan mineral utama yang mengalami proses hidrotermal, penambahan
tekanan dan suhu.Bila pendinginan terjadi terlalu cepat dan mineral yang telah ada
tidak sempat bereaksi seluruhnya dengan sisa magma, akan
terbentuk rim [selubung] yang tersusun oleh mineral yang terbentuk setelahnya.
Berdasarkan warna mineral, dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu
Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah
serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan. Contoh : Quartz, Feldspar dan
Feldspatoid. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap
dan mempunyai berat jenis besar atau berat.

Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin

Gambar 1. Siklus batuan

Rock Forming Mineral 5


Proses pembentukan batuan atau siklus batuan. Melalui siklus batuan
dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara ketiga jenis batuan yaitu batuan
beku , batuan sedimen, dan batuan metamorf. Selain ketiga jenis batuan tersebut
terdapat jenis batuan lain yaitu batuan piroklastik.

Batuan yang pertama kali terbentuk adalah batuan beku yang dihasilkan
dari pembekuan magma atau penurunan suhu magma, magma mengalami
kristalisasi karena penurunan suhu dan membeku menjadi batuan beku.

Batuan beku akan mengalami pelapukan, hasil pelapukan akan


tertransportasi dan mengendap melaui proses yang dinamakan erosi. Endapan dan
proses pelapukan itu akan mengeras atau terbatukan dan membentuk batuan
sedimen. batuan sedimen akan terus membuat lapisan baru sehingga menghimpit
lapisan sedimen sebelumnya sehingga lapisan tersebut bergerak semakin turun
mendekati kamar magma, akibatnya batuan sedimen ini mengalami peningkatan
tekanan dan suhu yang tinggi sehingga bermetamorfosis menjadi batuan
metamorf..

Batuan Pirokastik merupakan batuan yang terbuat dari Hembusan,


Jatuhan, dan Aliran gunung berapi. Dimana proses hembusan terjadi saat erupsi
butiran batuan terbawa oleh angin dan jatuh membentuk sebuah endapan yang
mengeras dengan waktu yang lama agar endapan tersebut berubah menjadi padat.
Batuan endapan terdapat 2 jenis yaitu tuff halus dan tuff kasar, dimana butiran
pada tuff halus itu bersifat haus dan pada tuff kasar butiran yang dimiliki kasar.

Jatuhan batuan yang terbentuk saat magma terlontar akibat erupsi gunung
api. Magma tersebut membeku di udara dan melepaskan karbon oksida saat
diudara sehingga bentuk yang dihasilkan batuan tersebut memiliki lubang lubang
udara.

Aliran terjadi saat erupsi gunung api magma yang keluar dari gunung api
bergerak mengikuti morvologi gunung dan mengisi cekungan pada morvologi
gunung dan mengeras dan berlapis, sehingga magma yang memiliki massa jenis
lebih berat akan berada dibawah dan juga lebih tua dari lapisan yang ada
diatasnya.

Rock Forming Mineral 6


Gambar 2. Diferensiasi magma

Diferensiasi magma adalah perubahan dari magma homogen (magma yang


masih murni) menjadi magma heterogen (telah tercampur) karena adanya proses
penurunan temperatur magma yang terjadi secara perlahan yang dengan
terbentuknya mineral-mineral seperti yang ditunjukkan dalam deret reaksi bowen.
Pada penurunan temperatur magma mineral pertama kali yang akan terbentuk
adalah mineral olivine, kemudian dilanjutkan dengan pyroxene, hornblende,
biotite (deret tidak kontinu). Pada deret yang kontinu, pembentukan mineral
dimulai dengan terbentuknya mineral ca-plagioclase dan diakhiri dengan
pembentukan na-plagioclase. Pada penurunan temperatur selanjutnya akan
terbentuk mineral k-feldspar (orthoclase), kemudian dilanjutkan oleh muscovite
dan diakhiri dengan terbentuknya mineral kuarsa (quartz). Proses pembentukan
mineral akibat proses diferensiasi magma dikenal juga sebagai mineral pembentuk
batuan (rock forming minerals).

Kuarsa merupakan batuan yang jumlahnya paling banyak ditemukan di


bumi (dominan) karena unsur Si atau silikon merupakan unsur tebanyak di Bumi
dan rumus kimia dari kuarsa (quartz) adalah SiO2 itulah alasan kuarsa sangat
sering dijumpai pada batuan. Asimilasi ialah proses awal pada diferensiasi
magma. Pada proses ini akan ada batuan sekitar magma atau batuan samping yang

Rock Forming Mineral 7


bercampur, meleleh dan bereaksi dengan magma yang kemudian akan mengubah
komposisi magma. Dimana magma yang tadinya memiliki sifat homogen menjadi
heterogen. Proses selanjutnya yaitu crystal settling, Pada proses crystal settling ini
akan terjadi turun dan terendapnya kristal-kristal yang massa jenisnya berat,
Kemudian crystal flotation, di proses inilah terjadinya proses pemilihan kristal
yang bermassa jenis ringan dan bermassa berat. Proses selanjutnya yaitu crystal
rising pada crystal rising ini akan terjadi proses pengangkatan atau pengambangan
kristal yang bermassa jenis ringan untuk menuju bagian atas magma. Selanjutnya
diffusi, pada proses ini akan terjadinya percampuran lagi antara batuan dinding
atau batuan samping dengan magma. Yang terakhir adalah vesiculation, yaitu
akan terjadi proses dimana magma yang mengandung komposisi tertentu sewaktu-
waktu naik ke permukaan sebagai gelembung-gelembung gas.

Evolusi magma biasa juga disebut dengan perubahan magma. Evolusi


magma terbentuk dari 3 cara yaitu, Anateksi adalaha leburan atau gesekan antar
lempeng. Sinteksi yaitu perubahan komposisi kimia karena kontak dengan batuan
samping. Hibridisasi yaitu pencampuran antara magma anateksi dan sinteksi.

Praktikum kali ini juga dilakukan pengamatan terhadap beberapa sampel


batuan dengan mengamati mineral yang terkandung di dalam batuan tersebut.
sampel batuan berjumlah 5 batuan yang mana batuan tersebut meliputi batu granit,
granodiorit,granodiorit,basalt,ignimbrid. Di setiap batuan kandungan mineral
terdapat 3 mineral. di mana berikut penjelasan dari mineral-mineral yang
terkandung di dalam batuan tersebut: mineral pertama adalah mineral kuarsa
(SiO2) tergolong dalam kelompok mineral silikat. ciri-ciri mineral ini sebagai
berikut: sistem Kristal Putih; kilap kaca(vireorus) ; dan belahan tidak ada. mineral
kuarsa (Quartz). Ditemukan di dalam batuan beku dan metamorf, dan juga salah
satu mineral yang umum ditemukan di kerak kontinen bumi. Mineral ini memiliki
struktur kristal heksagonal yang terbuat dari silika trigonal terkristalisasisi
(Silikon dioksida, SiO2), dengan skala kekerasanan Mohs 7 dan densitas 2,65
gram/cm3. Bentuk umum kuarsa adalah prisma segi enam yang memiliki ujung
piramida segi enam. kuarsa sangat tahan terhadap pelapukan mekanik dan kimia.
daya tahan inilah yang membuat mineral ini banyak ditemukan di puncak gunung,

Rock Forming Mineral 8


Pantai sungai dan gurun pasir. kristal kuarsa dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan filter, kontrol frekuensi, timer, sirkuit elektronik yang menjadi
komponen penting dalam ponsel, jam tangan receiver televisi, komputer, alat
navigasi, lensa, penutup laser, dan berbagai macam perangkat lainnya. Mineral
kedua adalah mineral biotit termasuk golongan mineral silikat, biotik biasa
ditemukan di batuan beku asam sebagai mineral aksesoris. mineral biotit memiliki
warna hitam dengan kilap kaca dan memiliki rumus kimia K(Mg, Fe)3
AlSi3O10(F,OH)2. Mineral ini memiliki kekerasan 2,5 sampai 3 skala mohs dan
memiliki bentuk kristalin dengan sistem kristal monoklin dan perawakan
melembar. belahan mineral biotit yaitu sempurna dengan pecahan michachous
dengan daya tahan brittle dan berat jenis 2,7-3,3 kg/m3. mineral biotit memiliki
derajat ketransparan translucent dan kemagnetan diamagnetik serta memiliki sifat
khas yaitu melembar. Biotit adalah mineral utama yang ditemukan dalam berbagai
batuan beku dan juga terbentuk pada kondisi metamorfosis ketika batulempung
terkena panas dan tekanan hingga membentuk sekis dan gneiss. Mineral biotit
memiliki kegunaan secara komersial seperti dapat digunakan sebagai pengisi dan
extender dalam cat sebagai aditif untuk lumpur pengeboran, sebagai pengisi inert
dan media cetakan, dan sebagai lapisan permukaan pada industri aspal. Mineral
biotit ini terbentuk dari proses kristalisasi magma pada suhu 800℃ Mineral ketiga
Mineral k-feldspar terbentuk pada suhu rendah dan kaya akan (K-Al silikat)
terdiri dari orthoclase, adularia, sanidine, microcline dan anorthoclase. Mineral K-
Feldspar berwarna memiliki warna merah muda sampai jingga dengan kilap kaca
dan memiliki rumus kimia KAlSi. Mineral ini memiliki kekerasan 6 skala mohs
dan memiliki bentuk kristalin dengan sistem kristal monoklin dan perawakan
columnar. dengan sifat kemagnetan diamagnetik dan sifat ke transparannya adalah
transparant, memiliki berat jenis sebesar 2,56 kg/m3 dengan belahan sempurna
serta pecahan choncoidall.Sifat khas berwarna merah muda sampai kejinggaan.
Dan mineral ini terbentuk terbentuk di kerak benua. Mineral keempat adalah
mineral plagioklas termasuk dalam kelompok feldspar. Dari reaksi bowen dapat
kita ketahui proses pembentukan kristal dari plagioklas ini sendiri, yang mana
urutan dari kristalisasi mineral plagioklas berada pada Seri kontinyu (continuous
series). kristalisasi plagioklas-Ca pada fase awal berangsur-angsur dengan jalan

Rock Forming Mineral 9


bereaksi dengan larutan sisa berubah komposisinya dari arah plagioklas-Na. reaksi
perubahan ini, perubahan plagioklas merupakan deret Solit-Solution yang
merupakan reaksi kontiynu artinya kristalisasi plagioklas. pada batuan beku hanya
akan dijumpai satu jenis plagioklas. plagioklas ini sendiri mempunyai 6 jenis
seperti albit, oligoklas, andesin, labradorite, bitownit dan anortit. plagioklas
memiliki rumus kimia yaitu NaA lSi3O8, Karakteristik fisik yang dimiliki mineral
plagioklas adalah mempunyai warna putih, abu-abu sampai hitam keabuabuan,
dengan kilap kaca, kekerasan 6 sampai 6,5, cerat putih, sifat kristal yaitu
transparan sampai opaque (albit, anortit, bitownit), translusen sampai transparan
(oligoklas, andesin, labradorite), mempunyai sistem kristal triklin, belahan satu
arah, pecahan conchoidal, cerat putih, asosiasi mineral: kuarsa, toumalin,
muskovit ( albit), kuarsa, muskovit dan k-feldspar ( oligoklas). Mineral kelima
adalah adalah mineral olivin adalah mineral yang banyak menyusun gemstone
hijau yang sangat populer, yang kita kenal sebagai peridotit titik perlu diketahui
bahwa olivin termasuk dalam kelompok mineral silikat. kebanyakan mineral
olivin ditemukan di permukaan bumi pada batuan beku yang berwarna gelap.
mineral ini biasanya mengkristal bersama dengan plagioklas dan piroksen untuk
membentuk batu gabro ataupun basalt olivine memiliki suhu kristalisasi yang
tinggi dibandingkan dengan mineral lainnya. olivin merupakan mineral pertama
yang mengkristal dari magma. Krisna Olivia yang terbentuk selama proses
pendinginan Magma yang lambat dan kemudian mengendap di bagian bawah
dapur magma karena densitasnya yang relatif tinggi. akumulasi olefin ini dapat
mengakibatkan pembentukan batuan seperti dunit yang berada di bagian bawah
dapur magma. kristal mineral olivin juga dapat terbentuk selama proses
metamorfosis batu kapur dolomit. olivin juga adalah mineral yang gampang
berubah atau teralterasi oleh proses pelapukan olivin merupakan nama yang
diberikan untuk sekelompok mineral silikat yang memiliki komposisi kimia
umum (A)2SiO4. komposisi kimia yang paling umum dari mineral olivin
sebenarnya berada di antara forsterit murni (Mg2SiO4 ) dan fayalit murni
(Fe2SiO4). Jenis variasi komposisi ini terus terjadi sehingga menghasilkan larutan
padat dan diwakili dalam rumus kimia sebagai (Mg, Fe)2SiO4. Olivin merupakan
mineral yang berwarna hijau, tetapi juga bisa berwarna kuning kehijauan. olivin

Rock Forming Mineral 10


adalah mineral yang transparan atau tembus cahaya dengan kilap kaca dan
kekerasan antara 6,5 sampai 7 skala Mohs. Olivin memiliki sistem kristal
monoklin dengan sifat kemagnetan dari olivin ini diamagnetik dan sifat ke
transparannya translucent mineral.Mineral olivin memiliki berat jenis sebesar 2,7
kg/M3 dengan belahan sempurna serta pecahan nicaceous. Sifat khas dari mineral
olivin ini adalah bentuknya yang meniang dengan daya tahan brittle. Mineral ini
terbentuk dari pendinginan Magma yang lambat dan terendapkan serta berasosiasi
dengan mineral feldspar, hornblende, dan augit.Kebanyakan olivin digunakan
dalam proses metalurgi sebagai slag conditioner. Mineral keenam adalah
hornblende adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. mineral amphibole umumnya mengandung Besi (Fe),
Magnesium (Mg), kalsium (c) dan Aluminium (Al), silika (Si), dan oksigen (O).
tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak
dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf. . Mineral
Hornblende memili kilap kaca dan memiliki rumus kimia
CO2(Mg,Fe,Al)3(Al,Si)8O12(OH)2. Mineral ini memiliki kekerasan 5-6 skala
mohs dan memiliki bentuk kristalin dengan sistem kristal monoklin & hexagonal,
perawakan granular. dengan sifat kemagnetan diamagnetik dan sifat ke
transparannya adalah opaque, memiliki berat jenis sebesar 2,9 kg/m3 dengan
belahan tidak jelas serta pecahan merata. Sifat khas kristalnya berbentuk
memanjang dan berwarna gelap kaca. Dan terbentuk melalui proses pembekuan
magma pada suhu 600-700℃.

Rock Forming Mineral 11


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kessimpulan
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Deret Bowen adalah deret yang memperlihatkan diferesiasi mineral hasil
pembekuan magma , berdasarkan pendinginan magma.
2. Sampel batuan yang digunakan adalah sampel batuan Granit dan batuan
Granodiorit.
3. Mineral-mineral penyusun batuan yang ditemukan adalah: Mineral
Kuarsa, Hornblende, Plagioklas, Orthoklas, Biotit, Mineral Piroksen dan
Mineral Olivine.
4.2 Saran
Saran untuk pratikum kali ini adalah untuk pratikkan diharapkan kedepannya
harus lebih jelas dan lebih terperinci lagi dalam menyampaikan materi presentasi,
sehingga pratikkan lainnya bisa lebih mudah untuk memahaminya.

Rock Forming Mineral 12


DAFTAR PUSTAKA

Aditio, M., J.Hutabarat., A.D.Haryanto., dan H.C. Widiatmoko. 2018. Persebaran


Sedimen Permukaan Dasar Laut Dan Mineral Logam Di Perairan
Saumlaki Dan Sekitarnya, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi
Maluku. Padjajaran Geoscience Journal. 2(1): 15-26.
Asikin, S. 1978. Dasar-Dasar Geologi Struktur. Departemen Teknik
Geologi. ITB. Bandung.
Bronto, S. dan U. Hartono. 2016. Potensi Sumber Daya Geologi Di Daerah
Cekungan Bandung dan Sekitarnya. Jurnal Geologi Indonesia. 1(1): 9-18.
Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung : Nova.
Noor, D. 2008. “Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan.

Rock Forming Mineral 13

Anda mungkin juga menyukai