PRAKTIKUM PETROLOGI
1.1. Pendahuluan
1.1.1. Latar Belakang
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang
mempelajari batuan pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian
(deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi. Pengertian luas dari petrologi
adalah
mempelajari
batuan
secara
mata
telanjang,
secara
2.
3.
terhadap
praktikum
akan
dikenakan
sanksi
berupa
Kertas
Pensil
Pengahapus
Pena
Penggaris
HCL
BAB II
BATUAN BEKU
2.1. Dasar Teori
2.1.1. Pengertian Batuan
Batuan didefinisiksn sebagai semua bahan yang membentuk kerak
(kulit) bumi dan merupakan satu agregat ( kumpulan) mineral- mineral
tertentu. Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan
bahan lepas lainnya yang merupakan hasil pelapukan kimia, fisis, maupun
biologis, serta erosi dari batuan. Namun dalam arti luas tanah hasil pelaupkan
dan erosi tersebut termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa
dapat dikelompokan menjadi tiga jenis batuan yaitu:
1. Batuan beku (igneous rocks), adalah kumpulan mineral silikat (yang
interloocing) sebagai hasil pembekuan magma yang mendingin (Huang,1962)
2. Batuan sedimen (sedimentari rocks ), adalah batuan hasil lithifikasi bahan
rombakan batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia
maupun hasil kegiatan organisme ( pettijohn,1964).
3. Batuan metamorf atau batuan malihan (metamorphic rocks), adalah batuan
yang berasal dari suatu batuan yang sudah ada sebelumnya yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai perubahan
kondisi fisika (tekana dan temperatur) (Winkler, 1967).
2.1.1.1. Pengertian Batuan Beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langgsung dari
pembekuan magma. Proses pembekuan magma tersebut merupakan
proses peleburan fase dari fase cair m\enjadi padat. Pembekuan magma
akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas.proses
pembekuan magma akan berpengaruh terhadap tekstur dan struktur
primer batuan sedangkan koposisi batuan sangat ndipengaruhi oleh
sifat magma asal.
2.1.2. Mineral Penyusun Batuan Beku
sangat tidak stabil, sedangkan mineral yang terbentuk paling akhir adalah
mineral yang paling stabil
Tabel 2.2.Reaksi seri Bowen (1928) dari mineral-mineral utama pembentuk batuan beku.
Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam
yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kwarsa, potas
feldsfar, muskovit.
b.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya adalah batuan
beku intermediet di mana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir
sama banyak.
c.
d.
pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. pada batuan beku
struktur yang sering di temukan adalah:
a. Masif
Merupakan batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Atau
apabila pada batuan tidak menunjukan fragmen batuan lain yang
tertanam di tubuhnya.
10
b. Jointing
Merupakan batuan yang mempunyai retakan-retakan. Kenampakan ini
akan mudah di amati pada singkapan di lapangan.
c. Vesikular
Sering di cirikan dengan adanya lubang-lubang gas, struktur ini di bagi
lagi menjadi 3 yaitu:
1. Skorian : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
11
3. Aliran
d. Xenolith
Merupakan struktur yang memperlihatkan adanya suatu fragmen batuan
yang masuk dan tertanam di dalam batuan beku. Struktur ini terbentuk
akibat adanya peleberan tidak sempurna dari suatu batuan samping di
dalam magma yang menerobos.
12
e. Autobreccia
Merupakan struktur pada lava yang memperlihatkan fragmen dari lava itu
sendiri.
tekstur
berhubungan
dengan
sejarah
pembentukan
rangkaian proses
13
dan
Holokristalin
Tekstur batuan beku yang kenampakan batuannya terdiri dari
keseluruhan mineral yang membentuk kristal, hal ini menunjukkan
bahwa proses kristalisasi berlangsung begitu lama sehingga
memungkinkan terbentuknya mineral-mineral dengan bentuk
2.
3.
yang kurang.
Holohyalin
Tekstur batuan yang kenampakannya terdiri dari mineral yang
keseluruhannya berbentuk gelas, hal ini menunjukkan bahwa
proses kristalisasi magma berlangsung relatif singkat sehingga
tidak memungkinkan pembentukan mineral-mineral dengan bentuk
yang sempurna.
2.2.4.2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir mineral adalah sifat
tekstural yang paling mudah di kenali. Ukuran kristal dapat
menunjukan tingkat kristalisasi pada batuan. Granularitas atau ukuran
kristal dalam masa batuan beku di bagi menjadi 2, yaitu:
1. Fanerik: apabila di dalam batuan tersebut dapat terlihat mineral
penyusunnya, meliputi bentuk kristal, ukuran butir dan huungan
antar butir. Singkatnya, batuan beku mempunyai tekstur fanerik
apabila mineral penyusunnya, baik berupa kristal maupun gela
satau kaca dapat di amati.
14
Ukuran butir
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar
Cox, price,
harte
<1 mm
1 5 mm
> 5 cm
W. T. G
< 1 mm
1 5 mm
5 30 mm
> 30 mm
Heinric
< 1 mm
1 10 mm
10 30 mm
> 30 mm
15
2.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat di bagi
lagi menjadi :
a) Faneroporfiritik, bila kristal mineral yang besar (Fenokris)
di kelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar)
dan dapat di kenali dengan mata telanjang. Contoh : Diorot
Porfir.
16
kelilingi
oleh
kristal
mineral
yang
lebih
kecil
(massa
Gelasan (glassy)
Batuan beku di katakan memiliki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
17
2.
Asam
(Felsik)
Komposisi
Tekstur
Fanerik
Afanitik
Glassy
Vesikuler
Granit
Rhyolit
Intermediet
(Felsik=Mafik)
Diorite
Andesite
Obsidian
Pumisan
Basa
(Mafik)
Ultrabasa
(Ultra
Gabro
Basalt
Basalt Glass
Scoria
Mafik)
Dunite
-
di bedakan
menjadi 4 yaitu:
1.
Kelompok GranitRiolit
Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun oleh
mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang terdapat
hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2.
Kelompok DioritAndesit
18
Kelompok GabroBasalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari mineralmineral olivine,plaglioklas Ca, piroksen dan hornblende.
4.
sangat
menentukan
dalam
penamaan
batuan.
(Ortoklas,
Mikroklin,
Anortoklas, Sanidin).
3) Kelompok Feldspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit).
Feldspar di bagi menjadi alkali feldspar dan plagioklas
b.
2.
Spodemen, Jadeit.
3) Amfibol (Hornblende, Lamprobolit, Riebeckit, Glukofan).
4) Biotit.
Mineral Tambahan (Accessory Minerals)
19
4.
1. Serpentin
2. Kalsit
3. Serisit
4. Kalkopirit
5. Kaolin
6. Klorit
7. Pirit
Gelas atau Kaca
Adalah mineral primer yang tidak membentuk kristal atau amorf.
Mineral ini sebagai hasil pembekuan magma yang sangat cepat dan
hanya terjadi pada batuan beku luar atau batuan gunung api, sehingga
sering di sebut kaca gunung api (volcanic glass).
Dalam praktikum petrologi, pengamatan dan deskripsi mineral di
lakukan hanya menggunakan mata telanjang atau dengan bantuan loupe (kaca
pembesar) terhadap contoh setangan (hand speciement), oleh karena itu
deskripsi yang di hasilkan terbatas pada pengamatan megaskopis dan tidak
semua kelompok mineral tersebut di atas dapat di deskripsi secara megaskopis.
Contoh: akan sulit sekali untuk membedakan mineral antara anortit dengan
bitownit secara megaskopis.
Pengamatan dan daya ingat yang kuat dalam mengidentifikasi sifat
khas dari mineral mutlak diperlukan untuk mendapatkan hasil yang optimum.
berikut disajikan beberapa contoh ciri-ciri mineral berdasrkan sifat fisik
mineral yang dapat dikenali secara megaskopis.
Tabel 2.3 Pengenalan mineral dan sifatnya
20
Nama
Mineral
Bentuk dan
Warna
Olivin
Hijau
Piroksen
Hijau tua
Amfibol
(Hornblende)
Biotit
Alkali
feldspar
Plagioklas
Hitam,
coklat
mineral
Tidak teratur,
membutir, massif
Prismatik pendek
Prismatik panjang,
menyerat, membutir
Hitam,
Tabular, berlembar
coklat
Merah
(memika)
Prismatik/tabular
jambu,
panjang, masif,
Putih
membutir
Prismatik/tabular
Putih susu,
abu abu
Muskovit
Perawakan
Putih,
transparan
panjang, masif,
Belahan
Keterangan/Sifat
Khusus
Tak sempurna
Kilap kaca
2 arah saling
Kilap kaca,
tegak lurus
2 arah,
permukaan halus
membentuk
Kilap arang
sudut
2 arah
Kilap kaca
2 arah
3 arah
membutir
Kilap kaca/
Tabular, berlembar
1 arah
(memika)
mutiara, sering
terdapat dalam
granit pegmatite
Kuarsa
Tidak
berwarna,
putih abu
Tidak
Kalsit
berwarna,
putih
Klorit
Hijau
Tidak ada
Membuih bila
Sempurna
Sempurna
Tidak
Serisit
berwarna,
Tabular, berlembar
Sempurna
Kilap kaca
putih
Asbes
Garnet
Halite
Terutama tersusun
Coklat
menyerat
Poligonal,
atas antopilit
Kilap kaca/
merah
Tak
membutir
Kubus, masif,
berwarna,
membutir
Putih
putih,
21
Tidak ada
Sempurna
mutiara
Sebagai garam
evaporit
merah
Tak
Gypsum
Anhidrit
berwarna,
putih
Putih, abu -
Memapan,
Sempurna
membutir, menyerat
abu, biru
Masif, membutir
Lembar-lembar
tipis terjadi dari
evaporit
Sempurna
pucat
Karena evaporit
(umumnya)
: putih
: isometric
: heksagonal
22
23
(struktur holohyalin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
24
2.
25
3.
komposisi
kimianya
batuan
beku
dapat
dibedakan menjadi:
1.
2.
Batuan beku Basa memiliki kandungan silika antara 45% 52%. Contohnya Gabro, Basalt.
3.
26
4.
Tekstur
batuan
beku
menggambarkan
keadaan
yang
mineral.
Dan
tekstur
afanitik
menggambarkan
28
29
gradasi
normal
pada
pumis
maupun
30
31
disebut lahar. Istilah lahar ini berasal dari bahasa Indonesia yang
kini digunakan secara internasional.
Sebagaimana halnya piroklastik, aliran lahar ini lebih
terkonsentrasi di lembah, alur dan tempat lain yang bertopografi
rendah. Panjang aliran lahar dapat mencapai 1020 km, bahkan
dibeberapa tempat diketahui alirannya mencapai lebih dari 300
km dari sumbernya. Ciri ciri umum endapan lahar : tidak ada
pemalihan, graded dan reversebedding, tidak ada perlapisan,
sering di jumpai adanya fragmen kayu, lebih padat atau kompak
dari endapan piroklastik aliran.
Cara terjadinya lahar :
a.
b.
gunung api.
2.3.2. Struktur Batuan Piroklastik
Struktur batuan piroklastik pada prinsipnya sama dengan struktur
batuan sedimen klastik, juga dapat dibagi pula seperti struktur pada batuan
beku, contoh: vesikuler, scoria, dan amigdaloidal.
32
2.3.3. Lithologi
Aspek litologi dapat dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar
klasifikasi yang sering dipakai antara lain :
1. Ukuran Butir
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas
(endapan) dan setelah menjadi batuan piroklastik, penamaannya
seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 2.3 Klasifikasi batuan piroklastik
Ukuran
butir
> 64 mm
2 64 mm
1 2 mm
Nama batuan
Bom gunungapi
Aglomerat
Blok/bongkah gunungapi
Lapili
Abu gunungapi kasar (pasir
Breksi piroklastik
Batulapili
kasar)
33
Tuf kasar
< 1 mm
Tuf halus
34
material
piroklastik
khususnya
berbutir
halus
35
36
2. Ash Fall : yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami
pergerakan dari tempat semula diendapkan oleh proses jatuhan selama
belum mengalami pembatuan atau lithifikasi (Fisher, 1960).
a. Agglomerate ; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil
konsolidasi material yang mengandung bom (tuff agglomerate
merupakan batuan yag kandungan bom sebanding atau lebih banyak
dari abu vulkanik)(Widiasmoro, 1970)
37
39
b.
40
c.
d.
e.
Gunakan
hasil
menggunakan
pengamatan
klsifikasi
untuk
tertentu,
menentukan
pada
nama
praktikum
ini
Petrogenesa
Petrogenesa adalah bagian dari petrologi yang menjelaskan seluruh
aspek terbentuknya batuan mulai dari asal-usul atau sumber, proses primer
terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses sekunder) pada
batuan tersebut.Untuk batuan beku, sebagai sumbernya adalah magma.
Proses primer menjelaskan rangkaian atau urutan kejadian dari
pembentukan berbagai jenis magma sampai dengan terbentuknya berbagai
macam batuan beku, termasuk lokasi pembekuannya. Setelah batuan beku
itu terbentuk, batuan itu kemudian terkena proses sekunder, antara lain
berupa oksidasi, pelapukan, ubahan hidrotermal, penggantian mineral
(replacement), dan malihan, sehingga sifat fisik maupun kimiawinya dapat
berubah total dari batuan semula atau primernya.
Sejarah terbentuknya batuan beku sebagian besar berlangsung lama
(dalam ukuran waktu geologi), dan umumnya terjadi di bawah permukaan
bumi, sehingga tidak dapat diamati langsung, maka analisis atau
penjelasannya
bersifat
interpretatif.
Pembuktian
mungkin
dapat
Bagaimana
kejadiannya olivin dapat muncul bersama kuarsa dan biotit di dalam satu
batuan ? Bagaimana terbentuknya andesit dari basal dan riolit ?
Berdasarkan pengetahuan teori dari kuliah mineralogi-kristalografi,
kuliah petrologi dan membaca buku literatur, diharapkan praktikan dapat
menjelaskan petrogenesa batuan peraga yang dijadikan bahan praktikum,
berdasarkan data pemberiannya.
42