Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuan adalah kumpulan-kumpulan atau agregat dari mineral-mineral yang
sudah dalam kedaan membeku/keras. Batuan adalah salah satu elemen kulit bumi
yang menyediakan mineral-mineral anorganik melalui pelapukan yang selanjutnya
menghasilkan tanah. Batuan mempunyai komposisi mineral, sifat-sifat fisik, dan
umur yang beraneka ragam. Jarang sekali batuan yang terdiri dari satu mineral,
namun umumnya merupakan gabungan dari dua mineral atau lebih. Mineral adalah
suatu substansi anorganik yang mempunyai komposisi kimia dan struktur atom
tertentu. Jumlah mineral banyak sekali macamnya ditambah dengan jenis-jenis
kombinasinya.

Gambar 1.1.1 Batuan.

Secara umum jenis-jenis batuan dibagi menjadi 3, yaitu batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan metamorfik. Batuan beku adalah batuan hasil pendinginan dari
magma (batu pijar), batuan sedimen adalah batuan berlapis hasil proses
pengendapan berbagai partikel mineral yang berasal dari batuan yang telah ada
sebelumnya, sedangkan batuan metamorf atau disebut juga batuan malihan adalah

1
batuan yang berasal dari batuan beku atau batuan sedimen namun telah mengalami
perubahan secara fisik dan kimiawi akibat adanya panas dan tekanan yang tinggi.

1.2 Maksud dan Tujuan


Makalah ini dimaksudkan sebagai konsep penerapan fungsi Ilmu Geologi
Dasar yang dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu batuan.
2. Membahas bagaimana mengidentifikasi batuan secara umum.

1.3 Metode Penulisan


Batuan di bumi ini memiliki banyak jenis nya. Secara umum di bagi
menjadi 3, namun tidak mudah untuk mengetahui nya walaupun sudah
dikelompokan. Dengan makalah ini penulis berusaha mengidentifikasi batuan
dengan metode yang telah ditemukan oleh penulis-penulis terdahulu yang penulis
peroleh dari berbagai sumber , cetak maupun elektronik . Selanjutnya penulis akan
mengambil intisari dari data-data yang telah penulis peroleh yang kemudian akan
penulis ubah menjadi makalah ini.

2
BAB II
IDENTIFIKASI BATUAN

2.1 Identifikasi Batuan Secara Umum


Identifikasi batuan secara umum dapat dilakukan secara makroskopis atau
mikroskopis. Identifikasi makroskopis atau megaskopis dilakukan di lapangan
dengan mata telanjang atau dengan bantuan kaca pembesar, sedangkan identifikasi
mikroskopis dilakukan di laboratorium menggunakan mikroskop polarisasi atau
mikroskop elektron.

Gambar 2.1.1 Batuan

Variabel yang Diidentifikasi


Variabel yang di identifikasi untuk keperluan identifikasi batuan meliputi
semua sifat fisik mineral dan batuan. Sifat fisik batuan yang harus diidentifikasi
adalah
a. Tekstur
b. Struktur
c. Komposisi mineral.

3
Komposisi mineral diketahui dengan mengenali sifat fisik mineral yang
meliputi :
a. Warna
b. Kekerasan
c. Belahan dan pecahan
d. Kilat (metalik, kaca, intan, dan lemak)
e. Cerat
f. Kelarutan terhadap HCl

Selain jenis batuan penyelidikan batuan juga harus mengukur arah


perlapisan batuan dan kondisi lingkungan sekitar. Dalam hal ini adalah kemiringan
perlapisan batuan (dip) dan arah jurus (strike).

Cara Identifikasi
a. Tekstur.
Tekstur dapat dikenali dilapangan dengan melihat mineral-mineral yang
menyusun batuan. Untuk maksud praktikum ini. Mahsiswa diharuskan
membedakan tiga macam tekstur, yaitu halus (afanitis), kasar (faneris), dan klastik.
Batuan bertekstur afanitis apabila kristal-kristal mineral penyusun batuan tidak
dapat dikenali dengan mata telanjang. Batuan bertekstur faneris apabila kristal-
kristal mineral penyusun batuan dapat dikenali dengan mata telanjang. Batuan
bertekstur klastik apabila batuan tersusun oleh fragmen batuan atau mineral yang
tidak saling bersinggungan (interlocking).

b. Struktur
Banyak sekali macam struktur batuan, namun langkah awal yang harus
dikenali untuk identifikasi batuan adalah ada tidaknya struktur direksional.

c. Komposisi Mineral
Menentukan komposisi mineral adalah pekerjaan tersulit, karena
kemampuan untuk mengenali jenis mineral penyusun batuan diperlukan

4
pengetahuan dan pengalaman. Untuk keperluan identifikasi lapangan sifat fisik
mineral sangat membantu pengenalan mineral.
1) Warna, dapat langsung dikenali dengan melihat batuan
2) Kekerasan, dapat dikenali dengan bantuan kuku atau pisau lapangan.
Apabila mineral dapat digores dengan kuku maka mineral tersebut mempunyai
kekerasan < 2,5, apabila tidak tergores oleh pisau lapangan kekerasan mineral > 5,5
3) Belahan, dapat langsung dikenali di lapangan menggunakan kaca
pembesar
4) Pecahan, dapat langsung dikenali di lapangan dengan melihat individu
mineral
5) Kilat, dapat langsung dikenali dilapangan dengan melihat individu
mineral
6) Cerat, dapat dikenali dengan mengores mineral dengan benda yang
mempunyai kekrasan lebih tinggi.

2.2 Identifikasi Batuan Beku


Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma, baik di
bawah permukan (intrusif) maupun di atas permukaan (ekstrusif). Ciri khas batuan
beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unut-unit kristal yang
kecil yang saling mengikat satu sama lain.

Gambar 2.2.1 Batuan Beku.

5
a. Warna
Warna batuan beku biasanya representasi dari mineral pembentuk batuan
beku itu sendiri. Mineral-mineral tersebut biasanya dibedakan menjadi dua
kelompok, yakni: berwarna cerah (bersifat asam/ felsic) dan berwarna gelap
(bersifat basa/ mafic). Beberapa ciri warna pada mineral yang penting pada batuan
beku:
· Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki
belahan.
· Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila
berwarna hitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahan seperti
lembaran-lembaran.
· Feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama ortoklas
(bidang belah tegak lurus/ 90o), bila berwarna putih abu-abu diberi nama plagioklas
(belahan kristal kembar)
· Olivin : hijau (butiran/ granular), atau biasanya berwarna
kuning kehijauan seperti gula pasir.
· Piroksen : hijau kehitaman berbentuk prismatik pendek.
· Amfibol : hitam mengkilat berbentuk prismatik panjang
· Oksida besi : kuning-coklat kemerahan.

Gambar 2.2.2 Batuan Beku Dalam ( Plutonik ).

b. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk
tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga menghasilkan
batuan tersebut.

6
Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan beku:
1. Faneritik : bila butiran-butiran mineral dapat dilihat dengan mata
telanjang. Bila faneritik dengan ukuran yang seragam, maka disebut faneritik
granular.
2. Afanitik : bila butiran-butiran mineral sangat halus sehingga tidak dapat
dilihat dengan mata telanjang.
3. Porfiritik : bila mineral butiran yang besar (fenokris-nya) dikelilingi
mineral-mineral yang berukuran butir lebih kecil (massa dasar-nya)
4. Glassy (gelas) : bila batuan beku tersusun oleh gelas/ kaca.
5. Fragmental : bila batuan beku terdiri dari fragmen (bagian-bagian) batuan
beku hasil erupsi gunung api.

Gambar 2.2.3 Batuan Beku Korok ( Hipobisal ).

c. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang berbeda.
Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan beku:
1. Massif : bila batuan tersebut pejal, tanpa retakan maupun lubang gas.
2. Jointing : bila batuan tampak memiliki retakan.

7
3. Vesicular : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas.
4. Aliran : bila batuan tersebut memiliki kesan orientasi sejajar seperti
aliran/ sisipan, baik oleh Kristal maupun lubang gas.
5. Amygdaloidal : bila batuan tersebut memiliki lubang-lubang gas yang
terisi oleh mineral-mineral sekunder yang terbentuk setelah pembekuan magma.

Gambar 2.2.4 Batuan Beku Luar ( Vulkanik ).

d. Komposisi Mineral
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada poin pertama, praktikan
telah dijelaskan berbagai macam warna mineral penyusun batuan beku. Warna
mineral sangat membantu para praktikan dalam mengetahui jenis-jenis mineral apa
saja yang ada pada batuan beku. Mineral-mineral yang umum terdapat pada batuan
beku, antara lain: kwarsa, mika, feldspar, olivine, piroksen. Mineral-mineral yang
terdapat pada batuan metamorf, antara lain: kwarsa, mika, feldspar, karbonat,
mineral lempung (Anonim, 2013 : 8-10)
Batuan beku adalah batuan yang berasal dari pembekuan magma. Magma
adalah massa batuan dalam bentuk/keadaan cair, bersuhu sangat tinggi (10000C-
20000C). Magma berada dalam bumi pada suatu tempat yang disebut sebagai dapur
magma. Letak kedalaman, volume, dan sifat-sifat dapur magma bermacam-macam.
Magma umumnya mengandung bermacam-macam gas. Gas-gas yang ada dalam
magma mempunyai energi yang besar, sehingga mendorong magma ke atas hingga
kadang-kadang mencapai permukaan Bumi, seperti yang terjadi pada gunung api
aktif yaitu gunung merapi/gunung berapi. Komposisi mineral batuan beku tidak
selalu sama dengan magma asalnya karena ada kemungkinan bereaksi dengan
batuan yang dilalui atau yang diterobos (http://beaprofesor.wordpress.com)

8
Batuan beku adalah produk akhir dari konsolidasi magma, magma cair
dengan komposisi dasar silikat, kaya unsur volatile dan terbentuk di bawah
permukaan Bumi/dalam Bumi oleh massa yang solid. Pencairan sebagian lapisan
Bumi berlangsung di bawah kerak (mantel), tempat kita hidup yang menghasilkan
magma primer, biasanya dengan komposisi berupa basaltik yang datang ke
permukaan Bumi dengan cara letusan (batuan vulkanik/ekstrusif) atau dengan
injeksi ke lapisan atau celah di kerak pada kedalaman tertentu. Magma lainnya,
berasal dari lelehan basaltik melalui proses diferensiasi. Sebaliknya , massa batuan
asal saat berada di permukaan perlahan-lahan tenggelam ke kedalaman tertentu
karena posisinya yang berada di luar equillibrium isostatic dan dapat mencapai suhu
dan tekanan dimana beberapa mineral dengan titik leleh rendah yang menyatu atau
meleleh, dan inilah yang dinamakan massa magmatik yang kemudian menghasilkan
batuan beku baru (simon,1988:415-416)
Ada delapan mineral yang umum di jumpai di batuan beku dan biasa disebut
sebagai mineral batuan beku (igneous mineral). Mineral-mineral tersebut dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu: Mineral Asam = Felsic Minerals =
Nonferromagnesian silicates. Mineral-mineral ini tersusun atas unsur silica dan
alumina. Mineral ini berwarna cerah dan umumnya disebut mineral asam (felsik),
kecuali plagioklas Ca. Mineral-mineral tersebut adalah: Kuarts, Muskovit, Feldspar
Ortoklas, dan Feldspar Plagioklas. Dan mineral Basa = Mafic Minerals =
Ferromanesian minerals. Mineral-mineral yang tersusun oleh unsur-unsur besi,
magnesium dan kalsium, berwarna gelap dan biasa disebut mineral basa (mafik).
Mineral-mineral tersebut adalah: Biotit, Olivine, Piroksin, Hornblende (http://fhey-
three.blogspot.com)
“Igneous rocks are records of the thermal history of Earth.Their origin is
closely associated with the movement of tectonic plates, and they play an important
role in the spreading of seafloor, the origin of mountains, and the evolution of
continents.The best-known examples of igneous activity are volcanic eruptions, in
which liquid rock material works its way to the surface and erupts from volcanic
fissures and vents such as those shown above. Less obvious, although just as

9
important, are the enormous volumes of liquid rock that never reach the surface but
remain trapped in the crust, where they cool and solidify”.
Artinya : Batuan beku adalah arsip/genesa dari sejarah yang berkenaan
dengan panas tentang asal terbentuknya Bumi . Batuan beku tersebut lekat
hubungannya dengan pergerakan plat/lempeng tektonis, dan berperan penting
dalam penyebaran seafloor/lantai samudera, asal dari pegunungan, dan
contoh/simulasi evolusi dari benua-benua. Yang paling penting untuk diketahui dari
batuan beku adalah terbentuk dari aktivitas letusan volkanis, di mana batuan cair
(magma) berusaha menerobos perbentengan material kulit bumi/permukaan dan
meletus melewati celah-celah sempit pada lapisan kulit bumi seperti yang tertera
di atas.
Kenyataan yang tidak kalah penting, adalah volume yang mahabesar dari
batuan beku cair yang tidak pernah menjangkau permukaan, melainkan terjerat dan
mengeras di kulit Bumi,, di mana mereka mengalami proses kristalisasi (Hamblin,
2004:80)

2.3 Identifikasi Batuan Sedimen

Gambar 2.3.1 Batuan Sedimen

Batuan sedimen dapat membentuk lapisan, dapat dibedakan oleh batuan


beku dan batuan metamorf. Contohnya terpecahnya sendiri permukaan lapisan.

10
Selain itu ditetapkan ciri-ciri tersendiri pada fosil-fosil yang tidak pernah ditemukan
pada batuan beku dan jarang ditemukan pada batuan metamorf (simon & schuster,
1998).
Faktor-faktor yang mengontrol terbentuknya sedimen adalah iklim,
topografi, vegetasi dan juga susunan yang ada dari batuan. Sedangkan faktor yang
mengontrol pengangkutan sedimen adalah air, angin, dan juga gaya grafitasi.
Sedimen dapat terangkut baik oleh air, angin, dan bahkan salju. Mekanisme
pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda. Pertama, karena berat
jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat susah mengangkut sedimen
yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari ukuran sedimen yang mampu
terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran pasir. Kedua, karena sistem yang
ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi (confined) seperti layaknya channel
atau sungai maka sedimen cenderung tersebar di daerah yang sangat luas bahkan
sampai menuju atmosfer

11
Gambar 2.3.2 Identifikasi Batuan Sedimen Secara Umum

Sedimen-sedimen yang ada terangkut sampai di suatu tempat yang disebut


cekungan. Di tempat tersebut sedimen sangat besar kemungkinan terendapkan
karena daerah tersebut relatif lebih rendah dari daerah sekitarnya dan karena
bentuknya yang cekung ditambah akibat gaya grafitasi dari sedimen tersebut maka
susah sekali sedimen tersebut akan bergerak melewati cekungan tersebut. Dengan

12
semakin banyaknya sedimen yang diendapkan, maka cekungan akan mengalami
penurunan dan membuat cekungan tersebut semakin dalam sehingga semakin
banyak sedimen yang terendapkan. Penurunan cekungan sendiri banyak disebabkan
oleh penambahan berat dari sedimen yang ada dan kadang dipengaruhi juga struktur
yang terjadi di sekitar cekungan seperti adanya patahan.
(http.www.geowacana.com).

Gambar 2.3.3 Perbandingan Ukuran Batuan Sedimen.

Batuan sedimen klastika berbutir kasar (rudites, f > 2 mm) biasanya terdiri
dari fragmen dan matriks. Fragmen adalah klastika butiran lebih besar yang
tertanam di dalam butiran yang lebih kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir
lempung sampai dengan pasir, atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir
pebble sampai boulder. Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah
mineral silika (kuarsa, opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai
mineral tambahan adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit,
dan mika. Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca
gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai fragmen
batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.

13
Batuan karbonat (klastika dan non klastika) tersusun oleh mineral kalsit,
cangkang fosil dan kadang-kadang dolomit. Batuan evaporit (non klastika hasil
penguapan), utamanya tersusun oleh mineral gipsum (CaSO4.2H2O), anhidrit
(CaSO4) dan halit (NaCl). Batuan sedimen “ironstone” tersusun oleh mineral oksida
besi (hematit, magnetit, limonit, glaukonit dan pirit). Batuan sedimen posfat
tersusun oleh mineral apatit. Batubara tersusun oleh mineral carbon. Batuan
sedimen silika (chert atau opal) tersusun oleh kuarsa dan kalsedon.
Fragmen dan matriks di dalam batuan sedimen lebih menyatu karena adanya
bahan semen. Bahan penyemen butiran fragmen dan matriks tersebut adalah
material karbonat, oksida besi, dan silika. Semen karbonat dicirikan oleh
bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi dengan
HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya tidak berwarna, tidak
bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu
dapat diamati secara megaskopik. (http.www.amonline.net)
Berbagai sifat fisik sedimen ditelaah sesuai dengan tujuan dan
kegunaannya. Diantaranya adalah tekstur sedimen yang meliputi ukuran butir
(grain size), bentuk butir ( partikel shape), dan hubungan antar butir (fabrik),
struktur sedimen, komposisi mineral, serta kandungan biota. Dari berbagai sifat
fisik tersebut ukuran butir menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar
dalam penamaan sedimen yang bersangkutan serta membantu analisa proses
pengendapan karena ukuran butir berhubungan erat dengan dinamika transportasi
dan deposisi (http://rageagainst.multiply.com).
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bahan lepas. Hutton (1875; dalam Sanders, 1981)
menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to
stone” of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of
yet-older rocks. O’Dunn & Sill (1986) menyebutkansedimentary rocks are formed
by the consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by
water, wind, glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation
of CaCO3, silica, salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah
batuan yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang

14
terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan
tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan
larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain. Menurut Tucker (1991),
70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2
% dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas
di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.
(www.wingmanarrows.wordpress.com)

2.4 Identifikasi Batuan Metamorf

Gambar 2.4.1 Batuan Metamorf Kuarsit

A. Warna
Beberapa ciri warna pada mineral yang penting :
· Kwarsa : berwarna putih jernih, putih susu dan tidak memiliki
belahan.
· Mika : apabila berwarna putih diberi nama muskovit, bila
berwarnahitam diberi nama biotit, keduanya dicirikan adanya belahanseperti
lembaran-lembaran.
· Feldspar : apabila berwarna merah daging diberi nama
ortoklas(bidang belah tegak lurus/ 90°), bila berwarna putih abu-abudiberi nama
plagioklas (belahan kristal kembar).
· Karbonat : biasanya mineral ini diberi nama kalsit dan dolomit, ciri
utama mineral karbonat ini adalah bereaksi dengan HCl.

15
B. Tekstur
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitan dengan ukuran, bentuk,
dan susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan
petunjuk tentang proses (genesa) yang terjadi pada waktu lampau sehingga
menghasilkan batuan tersebut.
Tekstur umum yang sering dijumpai pada batuan metamorf :
1. Kristaloblastik : mineral-mineral batuan asal sudah mengalami
kristalisasi kristalisasi kembali pada waktu terjadi metamorfosa
2. Tekstur relik (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih terlihat
tekstur batuan asalnya. Secara umum penamaannya diawali dengan ‘blasto’,
misal,blastoporfiritik.

C. Struktur
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian batuan yang
berbeda.Macam-macam struktur merupakan hubungan antar butir penyusun dalam
batuan tersebut, antara lain dibedakan menjadi 2 macam :
1. Berfoliasi : bila pada batuan metamorf terdapat penjajaran mineral-
mineral yang terdapat dalam batuan tersebut.
2. Non-foliasi: bila pada batuan metamorf tidak terdapat penjajaran
mineral-mineral yang terdapat dalam batuan tersebut.

Gambar 2.4.1 Batuan Metamorf Berfoliasi

16
D. Komposisi Mineral pembentuk batuan
Komposisi mineral dalam batuan metamorf dapat dikelompokkan dalam
dua macam, yaitu : mineral yang tahan terhadap proses metamorfisme dan mineral
baru yang terbentuk selama atau akibat proses metamorfisme. Contohnya;mineral
kwarsa adalah mineral yang sangat stabil dan mampu bertahan terhadap proses
metamorfisme sehingga kwarsa tetap hadir dalam batuan metamorf. Sedangkan
mineral lempung akan berubah menjadi mineral lain selama proses metamorfisme
sesuai dengan kondisinya yang baru. Mineral-mineral yang terdapat pada batuan
metamorf, antara lain : kwarsa, mika, feldspar, karbonat,mineral lempung.
(penuntun praktikum geologi dasar, 2013).
Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk yang lain,
dapat berupa batuan beku, batuan sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang
telah mengalami proses/perubahan mineralogi, tekstur maupun struktur sebagai
akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses metamorfosa terjadi dalam fasa padat, tanpa mengalami fasa cair,
dengan temperatur 200oC – 6500C. Menurut Grovi (1931) perubahan dalam batuan
metamorf adalah hasil rekristalisasi dan dari rekristalisasi tersebut akan terbentuk
kristal-kristal baru, begitupula pada teksturnya.

Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang


mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap kondisi
fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda dengan
sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat
proses perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada
sebelumnya. Akibat bertambahnya temperatur dan/atau tekanan, batuan
sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga membentuk batuan baru
dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan tersebut adalah batu
sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Batu marmer yang
merupakan perubahan dari batu gamping. Batu kuarsit yang merupakan perubahan
dari batu pasir.Apabila semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan

17
meleleh maka akan membentuk magma yang kemudian mengalami proses
pendinginan kembali dan menjadi batuan-batuan baru lagi (Endarto, 2005).
Batuan metamorf memiliki beragam karakteristik. Karakteristik ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam pembentukan batuan tersebut ;
· Komposisi mineral batuan asal
· Tekanan dan temperatur saat proses metamorfisme
· Pengaruh gaya tektonik
· Pengaruh fluida
Pada pengklasifikasiannya berdasarkan struktur, batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
· Foliasi, struktur planar pada batuan metamorf sebagai akibat dari
pengaruh tekanan diferensial (berbeda) pada saat proses metamorfisme.
· Non foliasi, struktur batuan metamorf yang tidak memperlihatkan penjajaran
mineral-mineral dalam batuan tersebut.
Jenis-jenis Metamorfisme
1. Metamorfisme kontak/termal :Metamorfisme oleh temperatur tinggi pada intrusi
magma atau ekstrusi lava.
2. Metamorfisme regional : Metamorfisme oleh kenaikan tekanan dan temperatur
yang sedang, dan terjadi pada daerah yang luas.
3. Metamorfisme Dinamik : Metamorfisme akibat tekanan diferensial yang tinggi
akibat pergerakan patahan lempeng.(Azhar, 2009).

Gambar 2.4.2 Metamorfosisme Kontak

18
Gambar 2.4.3 Metamorfosisme Regional / Dinamik

Berbagai macam proses yang terjadi pada pembentukan batuan metamorf


mempengaruhi rupa atau bentuk batuan itu. Salah satunya adalah tekstur.Tekstur
pada batuan metamorf disebut dengan mineral metamorf yang terjadi karena
kristalnya tumbuh dalam suasana padat oleh karena itu disebut dengan blastos atau
blastik/idioblastik. Pada dasarnya tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi
karena proses rekristalisasi yaitu perubahan butiran halus menjadi kasar dan proses
reorientasi terbagi ke dalam skistositas atau foliansi terjadi oleh karena mineral
yang pipih atau membentang tersusun dalam bidang-bidang tertentu yakni bidang
sekistsis. Biang ini dapat searah dengan lapisan sedimen asalnya atau searah dengan
sumbu lipatannya.Kristal yang ukurannya besar disebut profiroblastik.Contohnya
yaitu dalam golangan metamorf dinamik, tak jarang batuan mengalami hancuran
yang fragmental sifatnya.(Lizza, 2009).

19
BAB III
KESIMPULAN

 Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu


batuan tertentu.

 Sifat fisika dan kimia yang dikenal dalam mengidentifikasikan batuan biasanya
dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu :
- Warna
- Tekstur
- Struktur
- Komposisi material pembentuk batuan.

 Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu memiliki unut-
unit kristal yang kecil yang saling mengikat satu sama lain.

 Ukuran butir menjadi sangat penting karena umumnya menjadi dasar dalam
penamaan sedimen.

 Tekstur pada batuan metamorf terbagi menjadi karena proses rekristalisasi dan
proses reorientasi

20
DAFTAR PUSTAKA

Data diunduh pada 30/05/2016 estimasi pukul 18:30-23:00 WIB


 http://www.pengertianahli.com/2013/11/pengertian-batuan-dan-jenis-batuan.html
 http://tesisdisertasi.blogspot.co.id/2010/02/contoh-maksud-dan-tujuan-
penelitian.html
 http://belajarbahasa-bahasaindonesia.blogspot.co.id/2012/05/contoh-penulisan-
metode-penelitian.html
 https://kuliahgeologi.com/2015/09/23/batuan-sedimen-dan-cara-paling-mudah-
identifikasi-dan-klasifikasi-batuan-sedimen/
 http://awaluddinzaenuri.blogspot.co.id/2011/04/identifikasi-batuan.html
 http://www.academia.edu/17856582/IDENTIFIKASI_BATUAN
 http://duniaanaktambang.blogspot.co.id/2014/11/identifikasi-batuan-batuan-
beku.html
 http://ikhsangeo.blogspot.co.id/2013/10/identifikasi-batuan-metamorf.html
 http://eckhesgeophysi.blogspot.co.id/2014/01/laporan-geologi-
dasaridentifikasi.html
 http://ikhsangeo.blogspot.co.id/2013/10/identifikasi-batuan-sedimen.html
 http://mikroteknologi.blogspot.co.id/2012/05/identifikasi-mineral-dan-
batuan_07.html
 https://id.wikipedia.org/wiki/Batuan_metamorf
 http://geograph88.blogspot.co.id/2015/04/genesa-batuan-sedimen.html

21

Anda mungkin juga menyukai