Oleh
Muhammad Bima Perkasa Alam
270110130032
Kelas D
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
3) To a large degree the earths surface processes relief because the geomor-
phic processes operate at different rates (Sampai batas tertentu, permukaan
bumi mempunyai relief, karena proses geomorfik yang bekerja pada tempat
yang berbeda tersebut tidak sama intensitasnya).
4) Geomorphic processes leave their distinctive imprint upon landform and
each geomorphic process develops its own characteristic assemblage of
landform (Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk
lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik
dan menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya).
Contoh, dua bentuk lahan yang ekstrim yaitu bentuk lahan daerah perbukitan
dan dataran banjir. Erosi yang terjadi di daerah perbukitan yang berlereng
curam, menghasilkan gully erosion. Bentuk alur tersebut menunjukan bahwa
telah terjadi penggerusan tanah oleh agen erosi (air) secara vertikal yang in-
tensif akibat dari gerakan air limpasan yang cepat (energi tinggi) pada lereng
yang curam. Sebaliknya, erosi di daerah yang relatif datar (yaitu daerah da-
taran banjir) menghasilkan alur yang dangkal tetapi lebar, berkelok-kelok (po-
la meander). Karakteristik itu menunjukan telah terjadinya erosi ke arah late-
ral yang lebih dominan daripada yang ke arah vertikal. Jadi, proses geomorfik
(dalam hal ini erosi) di kedua landform tersebut tetap membekas pada ben-tuk
lahan yang terbentuk melalui proses itu.
5) As the different erosional agents act upon the earths surface, there is
produced an orderly sequence of landform (Agen erosi yang berbeda bekerja
pada permukaan bumi menghasilkan bentuk lahan yang tampak secara
berurutan dan teratur. Erosi oleh air limpasan akan menghasilkan bentuk
lahan tempat terjadinya erosi, transportasi, dan deposisi pada posisi lereng
yang teratur (berurutan). Erosi oleh angin menghasilkan bentuk lahan yang
dicirikan oleh cekungan/ lembah dan gundukan/bukit partikel debu dan pasir
dengan urutan sesuai dengan arah dan kecepatan agen erosi (angin). Kedua
erosi dengan agen erosi yang berbeda tersebut dapat saja terjadi di daerah
yang sama, jika di daerah itu pernah terjadi perubahan iklim yang ekstrim.
Bentuk lahan yang dihasilkan oleh kerja dari kedua agen erosi itu akan
3
tampak secara berurutan (sequential), sesuai dengan waktu kejadian dan
intensitasnya.
6) Complexity of geomorphic evolution is more common than simplicity (Evolu-
si geomorfik umumnya bersifat kompleks dan jarang bersifat sederhana).
Kondisi alami permukaan bumi sebagian besar merupakan hasil dari banyak
kejadian alami yang menyebabkan terjadinya proses geomorfik yang berbeda
pada suatu bentuk lahan, baik terjadi dalam waktu bersamaan maupun ber-
gantian. Misalnya, erosi, tekanan tektonik yang menghasilkan suatu patahan
atau angkatan, terjadinya gempa, dan longsoran tanah, menghasilkan proses
pembentukan dan perkembangan permukaan lahan yang kompleks. Proses
landform yang kompleks itu lebih banyak dijumpai daripada yang sederhana.
Implikasi dari kenyataan itu bahwa interpretasi yang tepat tentang kejadian
alam dan hasil proses alami itu sangat sulit karena kompleksitasnya.
7) Little of the earths topography is older than tertiary and most of it is not
older than Pleistocene (Hanya sebagian kecil topografi di permukaan bumi
yang lebih tua dari masa tersier dan sebagian besar tidak lebih tua dari masa
plistosen). Masa tersier adalah 1,6 65 juta tahun yang lalu sebelum masehi
(SM), sedangkan masa plistosen adalah sekitar 1,6 juta tahun yang SM. Jadi,
seba-gian besar bentuk lahan yang ada sekarang jarang yang sangat tua, ber-
dasarkan umur geologis.
8) Proper interpretation of present-day landscapes is impossible without full
appreciation of the manifold influences of the geologic and climatic changes
during the pleistocence (Interpretasi secara tepat tentang landscapes yang ada
saat ini tidak akan mungkin dilakukan tanpa pemahaman yang mendalam
mengenai pengaruh perubahan geologi dan iklim dalam masa pleistocene).
9) An appreciation of world climates is a necessary to a proper understanding
of varying importance difference of geomorphic processes (Pemahaman iklim
global diperlukan untuk dapat memahami keragaman penting yang terjadi
dari perbedaan proses geomorfik).
10) Geomorphology, although concern with present-day landscapes, attains its
maximum usefulness by historical extension (Meskipun geomorfologi lebih
memperhatikan pada bentang lahan yang ada saat ini, manfaat maksimum
hanya dapat diperoleh jika melalui pemahaman historis).
4
2.2 Arti Pentingnya Geomorfologi
Pada dasawarsa terkahir ini sudah mulai tampak arti penting geomorfologi
sebagai pendukung ilmu kebumian lainnya dan ilmu yang terkait dalam arti
praktisnya. Geomorfologi sebagai ilmu mempunyai arti yang penting, seperti
peranannya dalam geografi fisik dan terapannya dalam penelitian. Geomorfologi
sudah mulai dimasukkan dalam ke dalam kurikulum pada fakultas-fakultas seperti
Fakultas Pertanian, Teknik, Arkeologi, dan sebagainya serta banyak penelitian-
penelitian yang menggunakan pendekatan geomorfologi. Sebagai contohnya
adalah penggunaan pendekatan geomorfologi untuk studi bencana alam,
kerekayasaan, lingkungan, pemetaan tanah, pemetaan air tanah dan sebagainnya.
Namun demikian, geomorfologi dalam pengajaran serta penelitian-penelitian yang
bertema fisik yang non geomorfologik, uraian geomorfologi hanya sekedar
ilustrasi yang tradisional dan belum dimanfaatkan untukdasar pengambilan
sampel daerah ataupun analisisnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai hal di
antaranya adalah kurangnya atau langkanya buku-buku geomorfologi.
5
kajian dengan pendekatan geomorfologi. Pendekatan geomorfologi digunakan
dalam melakakukan analisis dan klasifikasi medan (terrain analysis and
classification) dengan beberapa parameter seperti yang dikemukakan oleh
Zuidam, et al (1978 : 9 22), dimana pada intinya dalam analisis dan klasifikasi
medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
6
lahan, khususnya dalam hal pembatasan unit tanah atau lahan untuk kegunaan
tertentu.
Proses geomorfik sangat dipengaruhi oleh struktur geologi kerak bumi pada
landform tersebut berada. Bukti terjadinya perubahan atau proses geologis itu
tampak atau membekas (in print) pada landform yang terbentuk oleh proses itu.
Proses geologis yang telah dan sedang terjadi yang dapat dikenali dari
kharakteristik landform dan merupakan informasi penting bagi perencanaan atau
desain pembuatan konstruksi jalan, jembatan, bendungan dan sebagainya.
Thornbury (1954) dalam Sutikno (1987: 12) menyatakan bahwa ada lima
kelompok terapan geomorfologi, yaitu:
1) Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah
karst dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat
diketahui dengan baik apabila geomorfologinya diketahui secara mendalam.
Air tanah di daerah glasial tergatung pada tipe endapannya, dan tipe endapan
ini dapat lebih mudah didekati dengan geomorfologi.
2) Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan
geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral
epigenetik, dan endapan bijih.
3) Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas
meliputi jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan
dan geologi militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek
geomorfologi dipertimbangkan
4) Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak
di AS yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama
bentuklahan termasuk topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam
penentuan terdapatnya kandungan minyak.
5) Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah,
kajian pantai, dan erosi.
7
2.3.1 Aplikasi Geomorfologi dalam Bidang Mitigasi
Wilayah Indonesia merupakan salah satu wilayah yang dilewati Ring of Fire
(Lingkaran Api). Selain banyak mengalami gempa bumi, wilayah Indonesia juga
memiliki deretan gunung berapi. Salah satu gunung berapi teraktif di dunia
terdapat di Indonesia yaitu Gunung Merapi. Tepatnya Gunung Merapi terletak di
daerah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Sebagai wilayah yang memiliki bentukanlahan vulkanisme, Gunung
Merapi juga merupakan hulu dari beberapa sungai seperti Sungai Putih, Sungai
Batang, Sungai Senowo, dan Sungai Lamat.
8
diperlukan suatu konsep geomorfologi yang digunakan sebagai kerangka berfikir
pembahasan objek geografi. Permasalahan bajir lahar yang terjadi di wilayah DIY
dan Jawa Tengah yang berasal dari Gunung Merapi dapat dikaji berdasarkan
konsep geomorfologi pertama yang menyatakan bahwa proses proses fiskal
yang sama dan hukum hukumnya yang bekerja saat ini telah berlangsung
sepanjang waktu geologi meskipun intensitasnya tidak selalu sama seperti
sekarang. Erupsi Merapi telah terjadi sejak zaman dahulu ketika Gunung Merapi
mulai aktif, demikian pula dengan banjir lahar. Pada mulanya sungai-sungai yang
berhulu di Gunung Merapi memiliki morfologi dasar sungai lebih dalam daripada
sekarang. Akibat adanya banjir lahar mengakibatkan kedalaman sungai menjadi
semakin dangkal karena adanya proses pengendapan material yang dibawa banjir
lahar. Volume endapan yang terjadi dapat digunakan untuk mengetahui intensitas
banjr lahar dan erupsi yang terjadi dari masa ke masa. Semakin banyak endapan
yang terbentuk semakin besar intensitas banjir lahar dan erupsi yang terjadi.
Akibat dari semakin mendangkalnya dasar sungai, kapasitas air yang dapat
ditampung semakin sedikit. Sehingga ketika terjadi banjir lahar, air bercampur
material vulkanis akan meluap dan menerjang pemukiman dan yang berada pada
wilayah aliran sungai. Mengakibatkan bahaya yang mengancam masyarakat dan
merusak fasilitas serta lingkungan. Menggunakan prinsip geomorfologi pertama
ini, apabila kondisi dasar sungai dapat dikembalikan seperti semula atau
setidaknya mengurangi volume endapan dasar sungai maka akan meminimalisair
bahkan mencegah meluapnya aliran lahar dingin.
9
seperti itu ciri khas yang ada pada bentuklahan vulkanis. Banjir lahar merupakan
proses geomorfik karena akibat adanya banjir lahar ini terbentuk morfologi yang
berbeda pada dasar sungai. Apabila banjir lahar terus menerus terjadi maka tidak
mustahil apabila suatu saat dasar sungai semakin terangkat dan aliran air akan
membuat aliran baru dengan posisi yang lebih rendah dari aliran sungai
sebelumnya. Hal ini akan mengancam masyarakat yang berada di wilayah aliran
sungai. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah terjadinya bencana
yang lebih besar lagi. Solusi yang ditawarkan yaitu relokasi warga yang berada di
bantaran dan wilayah aliran sungai agar masyarakatnya lebih aman dari terjangan
banjir lahar. Tetapi solusi ini masih sangat sulit direalisasikan karena
permasalahan yang sangat kompleks, seperti tidak tersedianya lahan pemukiman
lain. Opsi lain untuk penyelesian masalah yaitu dengan mengeruk endapan
material yang terdapat di dasar sungai. Pengerukan dasar sungai bisa dilakukan
agar aliran air maupun lahar dingin tetap berada pada lajur yang seharusnya.
10
Kajian aplikasi geomorfologi dalam kaitannya dengan aspek-aspek kehidupan
masa kini seperti aplikasinya dalam bidang teknologi komunikasi, apalagi yang
pembahasannya menyangkup pemodelan spasial tergolong masih sangat terbatas.
Kenyataan lapangan menunjukan bahwa komunikasi melalui HP tidak dapat
dilakukan di daerah atau tempat-tempat tertentu (Scourias, 1997), akibat kondisi
geomorfologinya yang tidak mendukung, seperti lokasi yang berada di balik bukit
atau di lembah-lembah pegunungan.
Sebagai contoh kota Bukittinggi yang berada pada jalur patahan Semangko
merupakan dataran tinggi yang dikelilingi lembah (Ngarai Sianok), bukit-bukit
dan pegunungan, memperlihatkan kondisi morfologi yang kompleks dan unik
sehingga memiliki keindahan panorama alam (Sandy, 1985). Sebagai salah satu
pusat tujuan wisata dan kota terbesar kedua di Sumatera Barat, Kota Bukittinggi
mengalami perkembangan yang cukup pesat dan membutuhkan dukungan
infrastruktur komunikasi yang memadai, diantaranya adalah jaringan komunikasi
selular yang mampu melayani seluruh kota tersebut.
Salah satu Provider GSM telepon selular yang relatif baru beroperasi di
Indonesia (tahun 2006) adalah provider 3 yang dikelola oleh PT Hutchison
Charoen Pokphand Telecommunication (selanjutnya disebut operator Hitam)
telah memiliki 7.300 BTS di seluruh Indonesia, sedangkan provider Telkomsel
yang dikelola oleh PT. Telkom Indonesia (selanjutnya disebut operator Merah)
yang telah memiliki lebih dari 31.000 BTS di seluruh Indonesia, selama ini telah
memberikan layanan komunikasi seluler di Kota Bukittinggi, dengan
menempatkan beberapa BTS dan akan membangun BTS lagi untuk meningkatkan
kualitas layanannya.
11
menunjukan bahwa makin jauh suatu tempat dari BTS semakin lemah sinyal yang
diterima, sebaliknya makin dekat jarak ke BTS semakin kuat sinyal yang diterima.
Analisis statistik dengan Pearson Product Moment, dengan 69 sampel untuk
operator Merah dan 56 sampel untuk operator Hitam menunjukan angka korelasi
jarak dari BTS dan kuat sinyal sebesar -0,676 dan 0,674 pada 5%. Hal ini berarti
bahwa secara spasial kuat sinyal yang diterima di suatu tempat ditentukan oleh
parameter jarak dari BTS sebesar 45,7% pada operator Merah dan 45,3 % pada
operator Hitam.
Kajian keruangan melalui teknik overlay peta antara kuat sinyal dengan
ketinggian tempat baik untuk operator Merah maupun operator Hitam,
menunjukan tidak adanya kaitan antar kedua variabel tersebut. Perhitungan
statistik memperlihatkan nilai korelasi 0,101 (operator Merah) dan 0,074 (operator
Hitam) pada 5 %, dengan nilai r hitung lebih kecil dari r tabel. Dengan
demikian, parameter ketinggian tempat tidak berpengaruh terhadap kuat sinyal
telepon seluler yang diterima di tempat tersebut.
12
2.3.4 Aplikasi Geomorfologi dalam Eksplorasi Minyak dan Material
Pemukiman
Banyak ladang minyak ditemukan karena ekspresi topografi yang menarik
perhatian. Struktur antiklinal dengan igir-igir dan lembah-lembah yang memusat
biasanya merupakn tempat kedudukan ladang minyak. Demikian halnya dengan
struktur dome. Suatu metode baru untuk mengetahui struktur geologi pada suatu
wilayah dan akumulasi minyak adalah dengan analisa drainase sebagaimana
kenampakannya pada foto udara. Lokasi mineral sering berhubungan dengan
goemorfologis suatu wilayah. Dalam penyelidikan hubungan antara mineral
dengan relief diperlukan adanya pemahaman tentang sejarah geomorfologi suatu
wilayah. Beberapa asosiasi mungkin lebih banyak berhubungan dengan kondisi
relief sebelumnya. Kaitan antara sumber daya mineral dengan topografi yang
dapat dikenali jejaknya pada foto udara adalah sebagai berikut:
1) Endapan pasir yang mengandung emas, biasanya terdapat dalam endapan
teras alluvial
2) Hasil-hasil pelapukan seperti bauksit dan kaolin biasanya terdapat pada
level-level planasit tua.
3) Endapan gambut dan garam biasanya terdapat pada bacin-bacin
4) Endapan yang berkaitan dengan patahan dan pengayaan, misalnya berupa
aspal dan besi.
5) Endapan berkaitan dengan gejala vulkanik, misalnya blerang.
6) Dike dan diatrema yang berkaitan dengan pengayaan, mineral yang biasa
dijumpai misalnya berupa intan.
7) Endapan yang tidak terpadatkan berupa fragmen-fragmen batuan seperti
lempung, pasir, lumpur, kerikil, dan fragmen lainnya yang lebih besar
dapat di jumpai sebagai endapan-endapan : alluvial, lingkungan marine,
glacial, pengaruh gaya berat, sisa, dan buatan manusia.
13
kenampakan seperti gunung, pesisir, karst, dan lain sebagainya pasti akan menarik
minat para wisatawan atau penjelajah untuk dapat mendatanginya.
Dari kenampakan yang unik dari alam ini untuk menarik minat wisatawan
disebut dengan Geowisata. Geowisata (geotourism) adalah kosakata yang relatif
baru dalam kepariwisataan nasional. Istilah itu kurang populer dibanding
ekowisata (ecotourism), atau agrowisata misalnya. Namun demikian, di dalam UU
No. 9/1990 tentang Kepariwisataan, selain wisata agro, baik ekowisata maupun
geowisata memang tidak disebut-sebut. Geowisata merupakan pariwisata minat
khusus dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam seperti bentuk bentang
alam, batuan, struktur geologi dan sejarah kebumian, sehingga diperlukan
peningkatan pengayaan wawasan dan pemahaman proses fenomena fisik alam.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Proses fisika dan hukum yang bekerja saat ini, sama dengan yang bekerja
pada masa lampau (dalam hitungan waktu geologis) meskipun intensitasnya tidak
harus sama. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol utama dalam evolusi
bentuk lahan, dan struktur geologi tersebut tampak (wujud) dalam bentuk lahan
yang terbentuk. Sampai batas tertentu, permukaan bumi mempunyai relief, karena
proses geomorfik yang bekerja pada tempat yang berbeda tersebut tidak sama
intensitasnya. Proses geomorfik meninggalkan bekasnya (imprint) pada bentuk
lahan, dan setiap proses geomorfik menghasilkan kharakteristik yang unik dan
menjadi penciri dari bentuk lahan yang dihasilkannya. Meskipun geomorfologi
lebih memperhatikan pada bentang lahan yang ada saat ini, manfaat maksimum
hanya dapat diperoleh jika melalui pemahaman historis.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://imadedwisg.blogspot.com/2010/10/arti-penting-geomorfologi.html (Diakses
3 Juni 2014)
http://geografi.ui.ac.id/portal/sivitas-geografi/dosen/makalah-seminar/pola-dan-
model-keruangan-kualitas-penerimaan-sinyal-telepon-seluler-di-kota-
bukittinggi/ (Diakses 3 Juni 2014)
http://amriyogi.blogspot.com/2013/08/pemanfaatan-geomorfologi-bagi-
manusia_6883.html (Diakses 3 Juni 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Geowisata (Diakses 3 Juni 2014)
http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=48 (Diakses 3 Juni 2014)
http://karangsambung.lipi.go.id/?page_id=219 (Diakses 3 Juni 2014)
http://geograph88.blogspot.com/2013/07/prinsip-geowisata-geotourism-
principles.html (Diakses 4 Juni 2014)
http://www.purwoshop.com/2011/12/25/tentang-konsep-geowisata/ (Diakses 4
Juni 2014)
https://www.academia.edu/4130025/Peran_Interpreter_dalam_kegiatan_geowisata
(Diakses 4 Juni 2014)
16