Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

MORFOLOGI DAN MORFOGENESA


MINGGU KE-1

D. Noveni, M. alfatiha, Rafiqhh, A.P. Napitupulu, B.A. Mahardika, A.M. Rosyad,


Vinsensius, J. Butarbutar kelompok 5
Program Studi Teknik Geofisika Institut Teknologi Sumatera
Didian.12117131@student.itera.ac.id

I. PENDAHULUAN
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan sebagai sebagai
akibat terus menerus berlangsungnya proses-proses baik yang bekerja dari
dalam bumi (proses endogen) dan yang berasal dari luar permukaan bumi
(proses eksogen). Proses-proses tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
berbagai bentuk lahan (landforms) di permukaan bumi.
Geomorfologi merupakan bidang keilmuan yang berkembang
sangat pesat dan mengalami penyempurnaan serta pemantapan. Menurut
Suprapto Dibyosaputro (1993) geomorfologi adalah ilmu yang
mendeskripsi secara genetis bentuklahan dan proses-proses yang
mengakibatkan terbentuknya bentuklahan tersebut serta mencari hubungan
antara bentuklahan dengan proses-proses dalam susunan keruangannya.
Terdapat empat aspek utama geomorfologi sebagai berikut: (1) morfologi
mencakup morfografi dan morfometri, (2) morfogenesa mencakup
morfostruktur aktif, morfostruktur pasif dan morfodinamik, (3)
morfokronologi dan (4) morfoarangement.
Menurut Verstappen (1985) ada empat aspek utama dalam Analisa
pemetaan geomorfologi yaitu : Morfologi adalah deskripsi suatu bentuk
lahan maupun bentuk relief permukaan bumi, antara lain lembah, bukit,
dataran, gunung, gawir, teras, beting dan lain-lain. Morfometri adalah aspek
kuantitatif dari bentuk lahan maupun bentuk relief permukaan bumi, antara
lain kelerengan, bentuk lereng, Panjang lereng, ketinggian, beda tinggi.
Morfogenesa asal-usul pemebentukan dan perkembangan bentuk
lahan serta proses-proses geomorfologi yang terjadi, dalam hal ini struktur
geologi, litologi penyusun dan proses morfologi. Morfogenesa meliputi
morfostuktur pasif yaitu tipe dan struktur litologi dan kaitannya dengan
pelapukan (kimia, mekanis, organis) dan erosi, morfostruktur aktif yaitu
proses dinamika endogen atau tektonik.

II. INTERPRETASI
2.1 Morfologi
a. Lipatan
Lipatan adalah suatu bentuk suatu gelombang pada
permukaan batuan yang membentuk suatu penekukan. Lipatan
merupakan struktur geologi yang terbentuk akibat adanya deformasi
yang mengenai batuan. Dari pengertian tersebut dapat di ketahui
bahwa proses terjadinya suatu lipatan di pengaruhi oleh adanya gaya
endogen yang sangat besar sehingga mampu mengubah suatu
struktur permukaan bumi. Berikut ini adalah ciri-ciri suatu lahan
yang mengalami lipatan yakni bentuk perbukitan yang memanjang,
pola aliran pararel dan rectangular, bentuk lereng hampir lurus dan
simetris pada sisi yang berlawanan dan garis kontur pada peta
topografi relatif renggang.
Dari ke empat ciri diatas hal yang paling menonjol dalam
peta ad alah bentuk kontur yang renggang dan bentuk lereng yang
hampir simetris. Pada umumnya daerah yang berlereng sedang
sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
bentuklahan perbukitan yang memanjang, pola peralihan antara pola
dendritik dengan pola paralel atau tralis dipengaruhi oleh perlipatan.
b. Bukit
Bentuklahan perbukitan (hilly landforms) memiliki ketinggian
antara 50meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan memiliki
kemiringan lereng antara 7 % sampai 20 %, sedangkan bentuklahan
pegunungan (mountaineous landforms) memiliki ketinggian lebih dari 500
meter dan kemiringan lereng lebih dari 20 %. Sebutan perbukitan
digunakan terhadap bentuklahan kubah intrusi (dome landforms of
intrusion), bukit rempah gunungapi / gumuk tefra, koral (karst) dan
perbukitan yang dikontrol oleh struktural.
Pada peta morfologi (2A dan 2B) menunjukan bentuk perbukitan
yang terbentuk dari hasil lipatan dari bentuk lahan di sisi lainnya yang
memiliki ketinggian 800 > x >750.

c. Lembah
Permukaan bumi yang tertoreh oleh limpasan air permukaan akan
membentuk lembah. Pada awalnya torehan (erosi) limpasan air permukaan
berupa erosi permukaan (sheet erosion) kemudian menjadi erosi alur (riil
erosion), erosi parit (gully erosion), lembah (valley) dan selanjutnya
lembah sebagai penampung aliran air menjadi sungai.
Pada peta menunjukan daerah lembah memiliki ketinngian kurang
dari 600, dimana pola pengalirannya mengarah ke arah lembah yang
menjelaskan bahwa trasportasi terakhir terjadi di daerah lembah.
d. Dataran
Dataran adalah bentuklahan (landform) dengan kemiringan lereng
0% sampai 2%, biasanya digunakan untuk sebutan bentuklahan asal marin
(laut), fluvial (sungai), campuran marin dan fluvial (delta) dan plato.
Kode 4 pada peta menunjukan daerah dataran yang umumnya
memiliki ketinggian yang sama dan lebih luas di banding daerah lainnya.
2.2 Morfometri
a. Lereng
Lereng merupakan bagian dari bentuklahan yang dapat
memberikan informasi kondisi - kondisi proses yang berpengaruh
terhadap bentuklahan, sehingga dengan memberikan penilaian
terhadap lereng tersebut dapat ditarik kesimpulan dengan tegas tata
nama satuan geomorfologi secara rinci. Berikut adalah ciri dari suatu
lereng yakni: Bentuk perbukitan menyerupai kubah dan berpola
terpisah (soliter), pola aliran radial sentripetal (menyebar keluar dari
titik pusat), bentuk lereng relatif cembung. garis kontur pada peta
topografi relatif rapat.
Permukaan lapisan batuan ditunjukkan oleh relief topografi,
lapisan dengan perbedaan ketahanan terhadap pelapukan dan erosi
dicerminkan oleh perubahan lereng pada topografi; lereng yang
sangat curam menunjukkan lapisan batuan yang sangat tahan
terhadap pelapukan dan erosi, sedangkan lereng landai
menunjukkan lapisan batuan yang kurang tahan terhadap pelapukan
dan erosi. Kelompok lapisan batuan yang datar (horisontal), tebal
dan sangat tahan terhadap pelapukan dan erosi akan menunjukkan
tebing yang sangat tegak, karena keseragaman ketahanan terhadap
pelapukan dan erosi, maka pola aliran normal akan mengambarkan
pola aliran dendritik, khususnya jika pengaruh kekar dan rekahan
tidak ada.
2.3 Morfogenesa
a. Morfostruktur Aktif
Morfostruktur aktif yang ada pada peta adalah lipatan dan sesar.
Kontur yang relatif renggang, memiliki pola pengairan pararel
menunjukan bahwa di lahan tersebut telah terjadi lipatan yang
membuat deformasi baru serta menunjukan adanya bentuk lahan
yang terangkat yang di sebut perbukitan (zona yang
terangkat/antiklin) dan tertekan di sebut lembah (zona yang
cembung/sinklin). Sesar umumnya di tunjukan oleh adanya pola
kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan,
ataupun pergeseran, dan pembelokkan perbukitan atau sungai dan
pola aliran sungai pararel atau rectangular.
b. Morfostruktur Pasif
Daerah yang menunjukan pola kontur yang renggang
menunjukan bahwa lahan pada daerah tersebut memiliki resistensi
lemah atau daya tahan batuannya lemah sehingga kemungkinan
besar terjadi pengikisan akibat tenaga eksogen. Sebaliknya daerah
yang memiliki pola kontur yang rapat menunjukkan daya tahan
batuan sangat tinggi sehingga tidak mudah tererosi ataupun
mengalami pengikisan.
c. Morfodinamik
Pada daerah-daerah yang memiliki resistansi lemah,
kemungkinan besar akan mengalami pengikisan akibat tenaga
eksogen di permukaan bumi. Sebaliknya daerah yang memiliki
resistansi yang kuat akan mengalami penimbunan secara perlahan,
hingga mengakibatkan daerah tersebut mengalami penimbunan
yang akan di sebut bukit.

III. KESIMPULAN
Dari pola kontur yang ada, kita dapat menunjukkan daerah yang
beresistansi kuat, sedang dan lemah. Dan mampu menentukan daerah-
daerah yang mengalami pengikisan dan penimbunan akibat dari
morfodinamik (gaya eksogen) yang terjadi di atas permukaan bumi.
Sedangkan morfostruktur aktif lebih di pengaruhi oleh gaya endogen
yang berasal dari dalam bumi yang mengakibatkan deformassi baru di
permukaan bumi.
Resistansi batuan berdasarkan pola kerapan kontur: spasi garis kontur
rapat mengindikassikan batuan resisten sedangkan yang renggang
batuan yang non-resisten.

IV. LAMPIRAN
4.1 Tabel Morfogenesa
Morfogenesa
Morfologi Morfostruktur Morfostruktur Morfodinamik
Aktif Pasif
1A Sesar Resistansi lemah Pengikisan
1B Sesar Resistansi Penimbunan
sedang
1C Lipatan Resistansi lemah Pengikisan
2A Lipatan Resistansi lemah Pengikisan
2B Lipatan Resistansi lemah Pengikisan
2C Sesar Resistansi kuat Penimbunan
2D Lipatan Resistansi kuat Penimbunan
3A Sesar Resistansi kuat Penimbunan
3B Sesar Resistansi kuat penimbunan
4 Dataran Resistansi Penimbunan
sedang
5 Lembah Resistansi Penimbunan
sedang

Anda mungkin juga menyukai