Anda di halaman 1dari 6

Identifikasi Batuan Sedimen

(Laporan Praktikum)
3.1 JUDUL

Identifikasi Batuan Sedimen

3.2 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dari acara identifikasi batuan sedimen adalah sebagai
berikut:

1. Praktikan mampu mengidentifikasi batuan sedimen


2. Praktikan mampu menjelaskan jenis-jenis batuan sedimen

3.3 . ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 1. Alat dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Alat Kegunaan


1. Lubang Preparat Untuk melihat warna batuan
2. Mistar Sebagai alat bantu pembuatan table
Untuk menggambar batuan yang
3. Pensil Warna
diamati
4. Rocks and Minerals Referensi klasifikasi batuan beku
5. Tabel hasil pengamatan Untuk menulis hasil pengamatan.

Bahan yang digunakan dalam praktikum identifikasi batuan sedimen dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 2. Bahan dan kegunaannya dalam praktikum identifikasi batuan beku.

No Nama Bahan Kegunaan


1. Batu Pasir Sebagai bahan praktikum
2. Batu Gamping Sebagai bahan praktikum
3. Batu Gamping Sebagai bahan praktikum
4. Batu Gamping Sebagai bahan praktikum
5. Batu Bara Sebagai bahan paktikum

3.4. PROSEDUR KERJA


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum identifikasi batuan sedimen adalah
sebagai berikut:

1) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2) Melakukan identifikasi batuan beku secara megaskopis/ kasat mata berdasarkan sifat-
sifat fisinya:

Warna
Tekstur
Struktur
Komposisi mineral pembentuk batuan

3) Menentukan nama batuannya

4) Mengisi data pada lembar pengamatan

3.5. LANDASAN TEORI

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas. Hutton (1875) menyatakan Sedimentary rocks are rocks which are formed by the
turning to stone of sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of
yet-older rocks. ODunn & Sill (1986) menyebutkan sedimentary rocks are formed by the
consolidation of sediment : loose materials delivered to depositional sites by water, wind,
glaciers, and landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica,
salts, and other materials from solution (Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk oleh
konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang terangkut ke lokasi pengendapan oleh air,
angin, es dan longsoran gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga
dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan material lain).
Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi
batuan itu hanya 2 % dari volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar
sangat luas di permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis. (Moss,1977).

Zingg (1935) menggunakan nisbah b/a dan c/b (dimana a, b, dan c berturut-turut panjang,
lebar, dan tebal partikel) untuk mendefinisikan empat kategori bentuk. Kategori-kategori
ituoblate, prolate, triaxial, dan equi-axial. Dimana klsafikasi ini membagi batuan sedimen
berdasarkan bentuk kebundarannya yaitu sebagai berikut :

1. Angular (menyudut) (0-0,15): sangat sedikit atau tidak ada jejak penghancuran; sudut dan
sisi partikel tajam; sudut sekunder (tonjolan minor dari profil partikel; bukan sudut antar-
muka partikel) banyak dan tajam.

2. Subangular (menyudut tanggung) (0,15-0,25): sedikit jejak penghancuran; sudut dan tepi
partikel hingga tingkat tertentu membundar; banyak terdapat sudut sekunder (10-20),
meskipun tidak sebanyak seperti pada partikel menyudut.

3. Subrounded (membulat tanggung) (0,25-0,40): jejak penghancuran cukup banyak; sudut


dan sisi partikel membundar; jumlah sudut sekunder relatif sedikit (5-10) dan umumnya
membundar. Luas permukaan partikel berkurang; sudut-dalam asli, meskipun membundar,
masih terlihat jelas.

4. Rounded (membundar) (0,40-0,60): Bidang-bidang asli hampir terhancurkan seluruhnya;


bidang yang relatif datar masih dapat ditemukan. Sisi dan sudut asli menjadi melengkung dan
membentuk kurva yang relatif besar; hanya sedikit ditemukan sudut sekunder (0-5). Pada
kebundaran 0,60, semua sudut sekunder hilang. Bentuk asli masih terlihat.

5. Well rounded (sangat bundar) (0,60-1,00): tidak ada permukaan, sudut, atau sisi asli;
semuanya membentuk lengkungan-lekungan besar; tidak ada bagian yang datar; tidak ada
sudut sekunder. Bentuk asli tidak terlihat lagi, amun dapat diperkirakan dari bentuknya yang
sekarang. (Alfonsus simalogi)

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen yang
diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya. Pembentukkannya dapat
terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan. Pada batuan
sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :

Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai
struktur primer.

Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan lipatan.

Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang menganalisa
dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen menurut Pettijohn :

1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada saat proses
sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi mekanisme
pengendapan.
2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan sedimen pada
saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga dapat merefleksikan
lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan, lereng,dan kondisi permukaan.
3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari proses
organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi. ( Pettijohn & Potter,
1964 )

1. Identifikasi batuan merupakan suatu kegiatan membuat deskripsi tentang suatu batuan
tertentu. Sifat fisika dan kimia yang umum dikenal dalam mengidentifikasi batuan
biasanya dibagi dalam 4 kategori sifat, yaitu warna, Tekstur, Struktur dan Komposisi
mineral pembentuk batuan. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan.
Tekstur merupakan kenampakan batuan berkaitaan dengan ukuran, bentuk dan
susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur batuan dapat dijadikan petunjuk tentang
proses (ganesa) yang terjadi Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian
batuan yang berbeda. Macam-macam struktur yang terdapat pada batuan sedimen
lebih bergantung pada hubungan antar butir yang mengontrol dari teksturnya pada
waktu lampau sehingga menghasilkan batuan tersebut. ang telah ada sebelumnya atau
hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi dan mengalami pembatuan. Mineral-mineral yang terdapat pada
batuan sedimen, antara lain : kwarsa, mika karbonat, mineral lempung (Firdaus,
2011:13-14).
3.6 DATA/HASIL PENGAMATAN

3.6 PEMBAHASAN

Pada percobaan kali ini yang di identifikasi adalah batuan meramorf, di,ama pengertian dari
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan endapan yang berupa
bahan lepas. Dimana yang di identifikasi pada batuan ini adalah berdasarkan sifat fisisnya,
yang terbagi dalam 4 kategori sifat, yaitu meliputi: berdasarkan sifat-sifat fisinya: warna,
tekstur, struktur, dan komposisi mineral pembentuk batuan.

Pada batuan sedimen yang pertama yaitu batu pasir. Batupasir termasuk dalam batuan
sedimen klastik terigen. Hal ini berarti batu ini disusun oleh butiran detritus yang berasal dari
daratan. Mempunyai butiran yang berukuran 1/16 mm 2 mm. Berdasarkan klasifikasi
wentworth untuk ukuran butir, maka ukuran tersebut dinamakan pasir, sehingga batunya
dinamakan batupasir. Biasanya batupasir disusun dari lima komponen dasar, yaitu : fragmen
batuan (litik), butiran kuarsa, butiran feldspar, matriks, dan semen. Matriks terdiri dari
mineral lempung, dan biasa juga kuarsa yang berukuran lanau. Pada batu pasir yang diamati
pada pengamatan III tentang identifikasi batuan sedimen yaitu batu pasir yang mempunyai
warna putih, teksturnya yaitu Klasik, dan strukturnya Silang siur, ukuran butirannya yaitu
>256 dan sortasi dalam batuan yang diamati yaitu sedang.

Pada batuan sedimen yang kedua yaitu batu gamping. Koral batu gamping merupakan salah
satu bahan yang dapat digunakan sebagai media adsorbsi, absorbsi dan filtrasi untuk
menurunkan kadar minyak mineral pada limbah cair, namun saat ini belum begitu
dimanfaatkan secara umum. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
secara organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah kerang dan
siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang koral/kerang. Batu
kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung
keberadaan mineral pengotornya. Batu gamping yang telah dilakukan pada pengamatan
kedua yaitu batu gamping yang berwarna putih jernih, Tekstur Non-klasik, strukturnya
Berdegradasi dan komposisinya Kwarsa sedangkan ukuran butirannya 1-5 mm(sedang) dan
adapun sortasinya yaitu Baik.

Pada pengamatan yang ketiga yaitu batu gamping batu gamping. Penggunaan batu kapur
sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan campuran bangunan, industri karet
dan ban, kertas, dan lain-lain. Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan
batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun
waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah
Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Batu gamping yang
diamati pada 3.1 yaitu batu gamping berwarna putih, Teksturnya klasik, sedangkan
Strukturnya silang siur, komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya kasar dan
sortasinya sangat buruk. Sedangkan pada pengamatan 3.2 yaitu btu gamping yang berwarna
putih, terksturnya non-klasik, sedangkan strukturnya berdeglarasi, komposisi mineralnya
yaitu mika, ukuran butirannya halus dan sortasinya sedang.
Pada pengamatan yang terakhir yaitu batu bara, Batuan ini terbentuk dari material organic
yang berasal dari tumbuhan. Untuk batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsure
karbon,oksigen, air dan tingkat perkembangannya. Batu yang diamati pada percobaan III
Tentang identifikasi batuan sedimen yaitu batu bara, batu bara pada pengamatan ini berwarna
hitam, teksturnya Non-klasik, dan struktur pada batu Bara yaitu Berlapis sedangkan
komposisi mineralnya yaitu mika, ukuran butirannya yaitu 1-5(sedang) dan sortasi dalam
batuan bara yang diamati yaitu Baik.

3.7 PENUTUP

1.8.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari acara III tentang identifikasi batuan Sedimen
yaitu sebagai berikut:

1. Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari batuan yang sudah ada sebelumnya
atau hasil aktifitas kimia maupun organism, yang diendapkan lapis demi lapis pada
permukaan bumi dan mengalami pembatuan.
2. Seperti pada pengamatan batuan beku :

Batu pasir memiliki warna hitam, teksturnya klasik, Kemudian memiliki struktur yaitu
silang siur, ukuran butiran yaitu >256, sortasinya sedangkan komposisi mineralnya mika.

Batu gamping memiliki warna putih jernih, teksturnya non-klasik, . Kemudian


mempunyai struktur berdegradasi,dan komposisi mineralnya kuarsa sedangkan ukuran
butirannya1-5mm dan sortasinya yaitu baik.

Batu bara memiliki warna hitam, teksturnya Non-klasik, kemudian strukturnya


Berlapis, dan komposisi mineralnya mika, sedangkan ukuran butirannya yaitu 1-5(sedang)
dan sortasinya Baik.

1.8.2 Saran

Adapun saran yang dapat saya ajukan dalam praktikum acara tiga tentang identifikasi batuan
sedimen yaitu sebaiknya aturan-aturan yang telah disepakati dalam acara asistensi
sebelumnya di terapkan dalam praktikum supaya praktikan tidak seenaknya melanggar aturan
yang telah disepakati bersama. Dan praktikan tidak berlaku seenaknya pada asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Moss,S.J. et. al. 1997. New Observations on the Sedimentary and Tectonic Evolution of the
Tertiary Kutai Basin, East Kalimantan. In Fraser, A.J., Matthews, S.J. & Murphy, R.W. eds.
Petroleum Geology of Southeast Asia, Special Publications .126, pp. 395-416. The
Geological Society: London.
Tiercelin, J.J. 1990. Rift-basin Sedimentation: Responses to Climate, Tectonism and
Volcanism. Journal of African Earth Science: Afrika Timur.

Firdaus. 2011.Modul Praktikum Geologi Dasar. Universitas Haluoleo: KendarI.

Alfonsus simalango,1986, the geology and geothermal activity of the east African rift
system, Kenya.

Anda mungkin juga menyukai