Oleh
Egi Ramdhani
1315051018
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Praktikum
: Batuan Sedimen
Tanggal Praktikum
: 22 November 2013
Tempat Percobaan
: Laboratorium Geofisika
Nama
: Egi Ramdhani
NPM
: 1315051018
Fakultas
: Teknik
Jurusan
: Teknik Geofisika
Kelompok
: 7 (Tujuh)
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penulisan laporan ini dilatar belakangi sebagai salah satu tugas laporan
praktikum mata kuliah wajib geologi dasar, disamping itu juga sebagai
pendalaman materi mengenai batuan sedimen yang masuk dalam mata kuliah
wajib geologi dasar, semester pertama jurusan teknik geofisika, Universitas
Lampung. Juga sebagai pembelajaran mengenai batuan sedimen. Batuan
sedimen sendiri adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pemadatan
endapan yang berupa bahan lepas. Menurut ( Pettijohn, 1975 ) batuan
sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil
perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia
maupun organisme, yang di endapkan lapis demi lapis pada permukaan bumi
yang kemudian mengalami pembatuan. Menurut Tucker (1991), 70 % batuan
di permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari
volume seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di
permukaan bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis.Penamaan batuan sangat
penting sekali serta penamaan ini juga harus adanya standarisasi, berdasarkan
tipe batuan dan sifat-sifatnya. Dalam hal penamaan harus asa keseragaman
pemberian nama, sehingga klasifikasi dari batuan harus subyektif mungkin,
berdasarkan fakta-fakta yang dapa diamati dan bukan tafsiran. Batuan terbagi
atas 3 jenis, yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf. Batuanbatuan tersebut memiliki perbedaan dalam materi penyusunnya dan proses
terbentuknya. Pada praktikum kali ini yang diamati adalah batuan sedimen.
Batuan sedimen terjadi karena proses sedimentasi atau endapan. Namun
batuan sedimen juga dapat terjadi akibat proses kimiawi dan organik. Pada
umumnya batuan sedimen berupa butiran-butiran mulai dari yang sangat
kasar sampai yang sangat halus. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui
longsor. Batuan sedimen juga dapat terbentuk oleh penguapan larutan kalsium
karbonat, silika, garam dan material lain). Menurut Tucker (1991), 70 % batuan di
permukaan bumi berupa batuan sedimen. Tetapi batuan itu hanya 2 % dari volume
seluruh kerak bumi. Ini berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan
bumi, tetapi ketebalannya relatif tipis (Tiercelin, 1990).
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan
sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.
Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah
proses pengendapan. Pada batuan sedimen dikenal dua macam struktur, yaitu :
Syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga
sebagai struktur primer.
Epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar, sesar, dan
lipatan.
Pembagian struktur sedimen ada beberapa macam dan versi dari peneliti yang
menganalisa dan mempelajari struktur sedimen, pembagian struktur sedimen
menurut Pettijohn :
1. Struktur Sedimen Primer: Struktur pada batuan sedimen yang terjadi pada
saat proses sedimentasi sehingga dapat di gunakan untuk mengidentifikasi
mekanisme pengendapan.
2. Struktur Sedimen Sekunder : struktur sedimen yang terjadi pada batuan
sedimen pada saat sebelum dan sesudah proses sedimentasi yang juga
dapat merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar permukaan,
lereng,dan kondisi permukaan.
3. Struktur Sedimen organik: Struktur sedimen yang terbentuk akibat dari
proses organisme pada saat dan sesudah terjadi proses sedimentasi
( Fraser, 1999 ).
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesis dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi
proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi
dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosidan transportasi
dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi
transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut (Simalango, 1986).
4
Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan
dari beberapa centimenter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari
sangat halus sampai sangat besar. Batuan sedimen yang ada di muka bumi ini
dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok besar yaitu: batuan sedimen detritus
(klastik), batuan sedimen evaporit, batuan sedimen batubara, batuan sedimen
silica, batuan sedimen karbonat (Setia, 1987).
Sedimen dihasilkan dari hancurnya atau pelapukan batuan yang telah ada atau dari
batuan yang lebih tua, aktivitas organik ataupun pengendapan larutan kristal.
Sehingga batuan sedimen komposisinya terdiri dari 3 komponen besar yang
dihasilkan yaitu berasal dari: aktifitas fisis, aktifitas biologi, dan pengendapan
kimiawi (Suharno, 2011).
Sedimen, maupun batuan metamorf. Batuan sedimen yang terbentuk melalui
proses-proses ini dinamakan batuan sedimen klastik. Selain batuan sedimen
klastik ada batuan sedimen non klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari
unsur-unsur organisme ataupun kimiawi, misalnya garam dapur terjadi karena
proses penguapan, batu gamping koral terbentuk karena organisme moluska.
Batuan sedimen klastik yang sangat terkenal antara lain batu pasir, batu lempung.
Batuan sedimen non klastik yang sangat terkenal antara lain batu gamping, garam
dapur, dan batu gips (Alzwar, 1988).
4
5
3. Alat tulis.
No.
Peraga
Proses
Ukura
n Butir
Tempat
Pembentuka
n
Bawah
S.1
Organik
Halus
S.2
S.3
S.4
S.5
S.7
S.8
Kimiaw
i
Mekani
k
Organik
Mekani
k
Mekani
k
Kimiaw
i
Halus
Nama
Batuan
Hitam,
Bituminu
Gelap
Kawasan
Putih,
Silika
Geothermal
Terang
Sinter
Permukaan
Bumi
Warna
Halus
Laut Dangkal
Kasar
Laut Dangkal
Halus
Laut Dangkal
Kasar
Danau
Halus
Goa Tertutup
Abu-abu
Terang
Lanau
Putih,
Gp.
Terang
Terumbu
Bergaris
, Terang
Abu-abu
Terang
Putih,
Terang
Lanau
Batu
Pasir
Gips
4.2 Pembahasan
Telah dilakukan praktikum mengenai batuan sedimen oleh kelompok kami.
Untuk dapat memahami dan mengerti dengan baik cara pengklasifikasian
serta pengidentifikasiann batuan sedimen, terdapat serangkaian proses yang
kami lewati. Pertama, asisten dosen mengarahkan kami bagaimana cara
pengklasifikasian batuan sedimen berdasarkan gambar yang ada di modul
praktikum halaman 5. Tabel yang dimaksud adalah gambar klasfikasi batuan
sedimen. Setelah melewati serangkaian proses didapatlah hasil pengamatan
seperti yang tertera pada tabel 4.1 diatas. Dan untuk memperjelas hasil
identifikasi, berikut kami akan tampilkan informasi pendukung berupa
gambar batuan serta keterangan yang berisi referensi lain yang membantu
pengkoreksian nama batuan. Berikut adalah hasil identifikasi dan penjelasan
ketujuh batuan yang kami teliti :
No. Peraga
: S.1
: Organik
Warna
: Hitam, Gelap
Batu dengan nomor peraga S.1 ini kami identifikasikan dengan nama batu
Bituminus yang masuk dalam golongan batubara. Menurut referensi,
Batubara jenis bituminus adalah batubara yang mengandung unsur karbon
antara 68-86% dengan kandungan air 8-10% dari beratnya batu bituminur
merupakan jenis batubara yang nantinya dapat menjadi jenis antrasit.
Batubara yang kami amati ini memiliki ukuran butir halus dan kami
berkesimpulan bahan induknya adalah pepohonan yang terkumbur tanpa
melalui proses pembusukan.
98
No. Peraga
: S.2
: Kimiawi
: Putih, Terang.
No. Peraga
: S.3
: Mekanik
: Abu-abu, Terang.
10
8
No. Peraga
: S.4
: Organik
: Putih, Terang.
No. Peraga
: S.5
: Mekanik
terang.
Gambar 4.5. Batu Lanau (S.5)
11
8
Batu yang kami beri nomor peraga S.5 ini kami identifikasikan juga bernama
batu Lanau seperti halnya batu dengan nomor peraga S.3 semua hasil
identifikasi sama. Sehingga, referensi yang saya gunakan juga sama yakni
Referensi yang kami dapat batu lanau memiliki ukuran butir 1/16 hingga
1/256 milimeter. Namun, untuk meneliti ukuran sekecil itu, dibutuhkan
instrumen khusus dan tidak kami masukkan kedalam percobaan kami kali ini.
No. Peraga
: S.7
: Mekanik
: Abu-abu,
Terang.
Batuan dengan nomor peraga S.7 ini kami tentukan dengan identifikasi
bernama batu pasir. Setelah dicek keadaan ukuran butir, kami tentukan ukuran
butirnya adalah besar sehingga masuk golongan kasar. Saya berasumsi bahwa
batu pasir ini merupakan tau sedimen yang terendapkan pada wilayah sungai
atas (hulu) karena sebagaimana referensi yang saya dapat bahwa semakin ke
hilir, ukuran butir batuan akan semakin kecil. Sehingga saya tidak
membenarkan bahwa batu ini terbentuk di danau.
No. Peraga
: S.8
: Kimiawi
: Putih, Terang
12
Batu yang terakhir kami identifikasi adalah btau yang kami beri nomor peraga
S.8. Batu ini kami identifikasikan bernama batu gips. Penamaan ini kami
putuskan setelah melihat tekstur batuan yang rapuh, terdapat kandungan
mineral lain sepertinya belerang, lalu berwarna putih dan berbau tajam. Batu
ini termasuk dalam golongan Evaporit melalui proses kimiawi. Batuan ini
sering terbentuk pada daerah yang tertutup khususnya goa baik diatas
permukaan laut maupun dibawah permukaan laut. Batuan jenis ini sering
diolah kembali hingga menjadi gipsum. Menurut referensi yang saya
dapatkan, gips merupakan batuan sedimen, yang terbentuk dari proses kimia
di alam dengan bantuan kapur dan sulfat, maka terjadi senyawa baru yang
membentuk CaSO4. Maka, benar saja, ini merupakan batu yang melalui
proses kimiawi.
Informasi tambahan yang daya dapatkan, bahwasannya batu sedimen ini
merupakan merupakan batuan yang dihasilkan dari pengendapan yang berasal
dari hasil sedimentasi mekanis (berasal dari hasil rombakan batuan asal),
sedimentasi kimiawi (hasil dari penguapan larutan) dan sedimentasi organik
(hasil dari akumulasi organik). Batuan sedimen hasil sedimentasi mekanis
terbentuk dalam suatu siklus sedimentasi yang meliputi pelapukan, erosi,
transportasi (media transportasi berupa air, angin atau es), sedimentasi dan
diagenesa. Proses pelapukan merupakan pelapukan fisik maupun kimia yang
terjadi pada batuan asal (batuan beku, batuan metamorf maupun batuan
sedimen yang terbentuk terlbih dahulu.
Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat digolongkan
menjadi enam golongan yaitu : Golongan detritus kasar, golongan detritus
halus,
golongan
karbonat,
golongan
dan
batubara.
Sedangkan untuk fungsi, batuan sedimen memiliki beberapa fungsi tersendiri
yakni misalnya batubara untuk bahan bakar. Lalu batu gamping dapat
digunakan untuk memperbaiki struktur tanah, pondasi bangunan, rumah dan
jembatan, bahan pemutih dalam indrustri pulp, pengolahan air bersih, dan
masih bantak lagi. Batu rijang juga bermanfaat dapat memercikkan bunga api
untuk pembakaran jika diadu dengan baja atau batu lain. Batu pasir dapat
digunakan sebagai batu hias pada mozaik batuan, juga sebagai bahan amplas.
Batu shale dapat digunakan dalam pembuatan semen lalu dalam pencarian
fosil, juga dapat digunakan dalam produk keramik. Diatas merupakan
beberapa contoh yang dapat saya berikan dalam laporan saya kali ini. Selain
fungsi diatas, masih banyak fungsi-fungsi lain dari batuan sedimen yang
tentunya berguna bari kehidupan manusia sehari-hari.
13
14
ABSTRAK
Batuan Sedimen
Oleh
Egi Ramdhani
Batuan sedimen merupakan batuan hasil pengendapan dari batuan induknya yang
dapat berupa batuan beku maupuk batuan sedimen lainnya. Batruan sedimen dapat
diidentifikasi dengan melihat warna, ukuran butirnya, proses, tempat
pembentukannya lalu penentuan namanya. Batuan sedimen dapat menjadi indikasi
bahwa disana terdapat sumber minyak dan gas bumi. Pada percobaan kami kali
ini, kami mencoba untuk menentukan nama dan mengidentifikasi ketujuh sampel
dari batuan sedimen. Dari hasil identifikasi, kami menemukan dua batuan yang
kami duga bernama batu lanau, namun karena kurangnya informasi, dugaan
tersebut masih akan kami cek kembali dengan referansi yang ada. Ketujuh sampel
batuan yang kami identifikasi diberi nomor peraga S.1, S.2, S.3, S.4, S.5, S.7 dan
S.8. Pemberian nomor peraga tersebut berfungsi untuk memudahkan praktikan
mengidentifikasi batuan. Batuan yang paling susah kami identifikasi adalah batu
yang diduga lanau. Dan yang paling mudak kami identifikasi adalah batu
bituminus yang termasuk golongan batubara. Terdapat kandungan mineral lain
dalam batuan gips nomor peraga S.8 golongan evaporit dan batuan ini sangat
rapuh. Terdapat tiga proses yang memengaruhi terbentuknya batuan sedimen
yakni proses kimiawi dengan kimia, proses organik dengan biologi dan proses
mekanik. Litifikasi dalam sedimentasi terbagi dua yakni proses sementasi dan
kompaksi sehingga batuan menjadi keras dan kompak.
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Sampel batuan sedimen ................................................................ 6
Gambar 3.1. Lembar kerja ...................................................................................
Gambar 3.2. Alat tulis ....................................................................................... 6
Gambar 3.3. Kamera ......................................................................................... 7
Gambar 4.2. Batu Bituminus (S.1) ..........................................................................
Gambar 4.3. Batu Silika Sinter (S.2) ................................................................... 7
Gambar 4.4. Batu Lanau (S.3) .................................................................................
9
Gambar 4.5. Batu Gp.Terumbu (S.4) .....................................................................
Gambar 4.6. Batu Lanau (S.5) .............................................................................10
Gambar 4.7. Batu Pasir (S.7) ............................................................................ 10
Gambar 4.7. Batu Gips (S.8) ............................................................................
11
11
12
12
iv
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Tabel hasil pengamatan batuann sedimen ................................... 8
BAB V. KESIMPULAN
Telah dilakukan praktikum mengenai batuan sedimen, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Batuan sedimen terbagi menjadi enam golongan yakni golongan batubara,
dentritus halus, dentritus kasar, sedimen silika, evaporit dan karbonat.
2. Batuan sedimen diidentifikasi berdasarkan prosesnya, ukuran butirnya, tempat
pembentukan serta warna baru menentuka nama batuannya.
3. Pemberian nomor peraga pada batuan sebelum dilakukan praktikum berguna
untuk memudahkan praktikan mengidentifikasi batuan.
4. Batuan sedimen berstruktur lebih rapuh dari batuan lainnya sehingga mudah
rusak dan pecah (rentan) seperti batu silika sinter dan batubara pada percobaan
kami.
5. Pengoreksian nama batuan hasil percobaan dengan referensi bertujuan untuk
meyakinkan dan menamai nama batuan secara final.
6. Warna pada batuan sedimen dipengaruni kandungan mineral, material organik
dan warna akibat hasil pelapukannya seperti batu Gp.Terumbu yang sudah
terkontaminasi warna coklat.
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ABSTRAK......................................................................................................... i
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
2.1 Latar Belakang........................................................................................iv
2.2 Tujuan Praktikum....................................................................................v
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan........................................................................................1
3.2 Langkah Kerja.........................................................................................
3.3 Diagram Alir............................................................................................2
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan..................................................................................
4.2 Pembahasan...........................................................................................
BAB V. KESIMPULAN
6
DAFTAR PUSTAKA
7
LAMPIRAN
7
8
9
iii
DAFTAR PUSTAKA
Alzwar. 1988. Pengantar Dasar Ilmu Gunungapi. Bandung : Nova
Fraser, A.J., Matthews, S.J. & Murphy, R.W. 1999. Petroleum Geology of
Southeast Asia, Special Publications. London : The Geological Society.
LAMPIRAN
Tabel foto batuan dan nama hasil setelah meninjau beberapa referensi adalah
sebagai berikut
No
Nomor
Peraga
S.1
S.2
:
Foto Batuan
Nama Batuan
Batu
Bituminus
Batu Silika
Sinter
Batu yang
belum
3
S.3
teridentifikasi
sempurna.
Dugaan,
Batu Lanau.
S.4
Batu Gp.
Terumbu.
Batu yang
belum
5
teridentifikasi
S.5
sempurna.
Dugaan,
Batu Lanau.
S.7
Batu Pasir
S.8
Batu Gips.
Tugas Tambahan
STRUKTUR BATUAN SEDIMEN
Struktur sedimen termasuk ke dalam struktur primer yaitu struktur yang terbentuk
pada saat pembentukan batuan (pada saat sedimentasi).
Pembagian struktur sedimen :
a. Struktur Sedimen Pengendapan
b. Struktur Sedimen Erosional
c. Struktur Sedimen Pasca Pengendapan
d. Struktur Sedimen Biogenik
2.
Perlapisan/laminasi
Bedding/Lamination)
silang
siur
(Cross
3.
4.
2. Groove Marks, Gutter Cast, Impack Marks, Channels dan Scours, dll
Structure,
Convolute bedding.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Burrows.
lubang akibat aktivitas pengeboran organisme pada lapisan batuan (batuan
relatif lebih keras dibandingkan pada burrows).
Burrows