Anda di halaman 1dari 3

Geomorfologi dan Manfaatnyaa

A. Definisi Geomorfologi
Menurut ilmu Bahasa (linguistik), geomorfologi berasal dari tiga akar kata yaitu ge yang berarti
bumi, morphe yang berarti bentuk, dan logos yang berarti uraian. Dengan demikian
geomorfologi dapat diartikan sebagai uraian tentang bentuk bumi. Sutikno (1995) menyatakan,
dalam geomorfologi bentuk bumi yang dimaksud bukan bentuk secara keseluruhan melainkan
terbatas pada bentuk muka bumi atau bentuk lahan (landform). Untuk selanjutnya digunakan
istilah bentuk lahan guna menyebutkan obyek kajian geomorfologi.
Berbagai definisi geomorfologi telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Beberapa definisi
tersebut antara lain dikemukakan oleh:
1. Thornbury (1969), geomorfologi memiliki arti pembahasan mengenai bentuk-bentuk bumi.
Secara umum, geomorfologi merupakan pemikiran yang didefinisikan sebagai “ilmu
mengenai bentuk lahan”. Bentuk lahan yang dikaji juga termasuk bentuk-bentuk di bawah
permukaan laut .
Definisi di atas memberikan pemahaman bahwa geomorfologi mengkaji bentuk permukaan
bumi yang diistilahkan sebagai bentuk lahan. Tidak hanya di darat, tetapi bentuk permukaan
bumi juga mencakup di bawah permukaan laut.
2. Strahler (1969), geomorfologi mengkaji asal mula dan perkembangan secara sistematis dari
segala macam bentuk lahan bagian utama dari geografi fisik.
Definisi tersebut menekankan bahwa kedudukan geomorfologi sebagai bagian dari geografi
fisik, yaitu kajian ilmu pengetahuan alam yang berkaitan dengan pengaruh-
pengaruhlingkungan antara satu tempat dengan tempat lain. Serta meliputi asal mula dan
perkembangan suatu bentuk lahan.
3. Cooke dan dornkamp (1974), geomorfologi merupakan studi mengenai bentuk lahan, dan
terutama pada kondisi alami asal mula, proses dan perkembangan , serta komposisi
materianya.
dalam definisi ini menyebutkan geomorfologi sebagai studi tentang bentuk lahan. Akan
tetapi tidak hanya terbatas pada kondisi yang di jumpai saat ini, tetapi juga mencakup asal
mula , proses yang berlangsung dan perkembangannya, termasuk komposisi materialnya.
Hal ini menunjukkan perkembangan dari definisi sebelumnya yang dijelaskan oleh Strahler.
4. Verstappen (1983), geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bentuk
lahan yang ada di permukaan bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut, dan
menekankan pada asal mula (genesis) dan perkembangan pada masa yang akan dating ,
serta kaitannya dengan lingkungan. Verstappen juga menekankan pada genesis suatu
bentuk lahan dan perkembangannya pada masa yang akan dating yang tidak terlepas dari
proses-proses geomorfologi yang berlangsung.
5. Summerfield (1991), geomorfologi merupakan ilmu tentang bentuk-bentuk permukaan
bumi dan proses yang membentuknya. Kajian geomorfologi diperluas dengan beberapa
studi yang mencakup kenampakan dasar laut dan tubuh bantuan dalam tata surya dengan
adanya eksplorasi planet-planet.
6. Huggett (2003), geomorfologi merupakan pembahasan bentuk-bentuk bumi. Dalam hal ini
geomorfologi merupakan studi dari kenampakan fisik permukaan lahan bumi (sungai, bukit,
dataran, pantai, gumuk pasir, dan lainnya).
Senada dengan Summerfield, Hugget dengan definisi di atas juga lebih memfokuskan kajian
geomorfologi mengenai berbagai kenampakan yang terdapat di permukaan bumi, dalam hal
ini di atas permukaan air laut. Beberapa pengkaji lainnya menyertakan kenampakan dasar
laut dan planet lain sebagai kajian geomorfologi.
Dari berbagai definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa geomorfologi adalah ilmu
tentang berbagai bentuk lahan dipermukaan bumi di atas maupun di bawah permukaan laut
dengan pendekatan studinya pada asal, sifat, proses, perkembangan, susunan material, dan
kaitannya dengan lingkungan.
Geomorfologi sebagai suatu bidang ilmu juga senantiasa berkaitan dengan ilmu-ilmu
lainnya seperti geologi, ilmu tanah, hidrologi, keteknikan, biologi, klimatologi, kartografi,
penginderaan jauh, perencaan wilayah, dan sebagainya

B. Sejarah Perkembangan Geomorfologi


Menurut sutikno (1987; 1995), perkembangan geomorfologi baik geomorfologi-geografis
maupun geomorfologi-geologis ternyata mengalami perjalanan sejarah yang sangat Panjang.
Ada lima fase perkembanan geomorfologi yaitu fase pertama sebelum abad ke-17, fase kedua
mencakup abad ke -17 dan 18, fase ketiga pada awal abad ke-19, fase keempat sekitar abad ke-
19, dan fase kelima awal abad ke-20.
Pada fase pertama, sebelum abad ke-17, Heredotos (485-425 SM), Aristotle (384-322 SM) dan
Strabo (54-25 SM) telah memberikan konsep dasar yamg berkaitan dengan proses dan genetik
bentuklahan. Dalam perkembangan selanjutnya muncul peletak dasar geomorfologi dan geologi
antara lain Avicenna terdapat dua peristiwa yang mempengaruhi asal mula pegunungan yaitu
oleh pengangkatan seperti yang terjadi akibat gempa bumi, dan oleh aliran dan gerakan angina
yang dapat membentuk lembah pada batuan yang lunak. Sementara Leonardo da Vinci
mempunyai pandangan bahwa terkikis oleh aliran air sungai itu sendiri dan sungai mengangkut
material dari suatu tempat, kemudian mengendapkannya di tempat tertentu.
Selanjutnya pada fase kedua yang mencakup abad ke-17 dan 18 konsep yang menojol dalam
geomorfologi adalah katastrofisme oleh Abraham Gottlob Wegner (1779-1817) dan
Uniformitarianisme oleh Abraham Gottlob Wegner (1726-1819). Wegner berdasarkan
pengamatannya pada strata batuan yang setiap stratumnya mengandung fosil merumuskan
konsep bahwa lapisan bumi berasal basin lautan.
Pada awal abad ke-20 William Moris Davis mengemukakan teori siklus geografis yang
merupakan teori modern pertama mengenai evolusi bentanglahan. Davis juga mencetuskan
konsep triologi dalam geomorfologi yang menyebutkan bahwa aspek dari semua bentanglahan
ditentukan oleh Albert Penck yang berpendapat bahwa perkembangan bentanglahan
dipengaruhi aktivitas tektonik dan iklim.
Aliran triologi Davis ternyata diikuti oleh banyak geomorfolog hingga tahun 1960 seperti Lobeck
(1939), Thornbury (1959) dan Spark (1960)

Anda mungkin juga menyukai