Anda di halaman 1dari 36

Petrologi Batuan Beku

Posted August 13, 2009 Filed under: Catatan Kuliah | 1. Pendahuluan Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma sel. Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.

Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : 1. 1. Mineral asam / felsic minerals Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah karena tersusun atas silika dan alumni, seperti : kuarsa, ortoklas, plagioklas, muskovit. 1. 2. Mineral basa / mafic minerals

Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap karena tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, kalsium, seperti : olivin, piroksen, hornblende, biotit. Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari seri Bowen. Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik. Secara sederhana dapat dilihat pada Bowen Reaction Series. Mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah berubah menjadi mineral lain. Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan mineral yang terbentuk terakhir adalah biotit. Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok plagioklas karena kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi adalah calcic plagioclase (bytownit), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagioclase (oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potasium feldsfar kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang paling stabil.

Proses Kristalisasi Magma Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan, pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan. Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi, terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak mempunyai

kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral gelas (glass). Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedra-tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-kadang magma mengandung kristalkristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih cair. Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan fisik dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan (klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan pada tekstur dan komposisi mineralnya. 2. Pembagian Batuan Beku 2.1 Pembagian Secara Genetika Pembagian batuan beku secara genetika didasarkan pada tempat terbentuknya. Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi : 1. Batuan Beku intrusif (membeku di bawah permukaan bumi) 2. Batuan Beku ekstrusif (membeku di permukaan bumi) Selain itu batuan beku juga dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : 1. Batuan beku volkanik yang merupakan hasil proses volkanisme, produknya biasanya mempunyai ukuran kristal yang relatif halus karena membeku di permukaan atau dekat dengan permukaan bumi. Batuan beku vulkanik dibagi menjadi batuan vulkanik intrusif, batuan volkanik ekstrusif yang sering disebut batuan beku fragmental dan batuan vulkanik efusi seperti aliran lava. 2. Batuan beku dalam (plutonik atau intrusif) terbentuk dari proses pembekuan magma yang jauh di dalam bumi mempunyai kristal yang berukuran kasar. 3. Batuan beku hipabisal yang merupakan produk intrusi minor, mempunyai kristal berukuran sedang atau percampuran antara halus dan kasar. Pembagian Berdasar Komposisi Kimia Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti kandungan silika dan kandungan mineral mafik (Thorpe & Brown, 1985).

Tabel 1.1. Penamaan batuan berdasarkan kandungan silika Nama Batuan Batuan Beku Asam Batuan Beku Intermediet Batuan Beku Basa Batuan Beku Ultra Basa Kandungan Silika > 66% 52 66% 45 52% < 45%

Tabel 1.2. Penamaan batuan berdasarkan kandungan mineral mafik Nama Batuan Leucocratic Mesocratic Melanocratic Kandungan Silika 0 33 % 34 66 % 67 100 %

Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid : a) b) c) Batuan felsik Batuan mafik : dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah. : dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap.

Batuan ultramafik : 90% terdiri dari mineral mafik.

Pembagian Secara Mineralogi Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang sulit dan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan beku menggunakan dasar komposisi mineral pembentuknya. Sebenarnya analisa kimia dan mineralogi berhubungan erat, seperti yang ditunjukkan pada daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut :

Felsic minerals : quartz, 100 : alkali feldspars, 64-66; oligoclase, 62; andesin, 59-60; labradorite, 52-53; dll. Mafic minerals : hornblende, 42-50; biotite, 35-38; augite, 47-51; magnesium & diopsidic piroxene; dll.

Degan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma asal, tempat pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dll. (Tim Asisten Praktikum Petrologi, 2006) 2.2 Batuan Beku Non Fragmental. Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi adalah :

Warna Struktur Tekstur Bentuk Komposisi Mineral

2.2.1 Warna Batuan Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit. Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitamnya umumnya adalah batuan beku intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral mafik.

2.2.2 Struktur Batuan Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda. Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan di lapangan. Pada bekuan beku, struktur yang sering ditemukan adalah :

Masif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas. Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan ini akan mudah diamati pada singkapan di lapangan. Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi menjadi tiga, yaitu :

a) Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan. b) Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan. c) Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.

Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.

2.2.3 Tekstur Batuan Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan

mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:

Tingkat Kristalisasi

Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri. Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi : 1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk kristal. 2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan yang lain berbentuk mineral gelas. 3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian gelas disini adalah mineral yang tidak mengkristal atau amorf.

Ukuran Kristal

Ukuran kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali. Ukuran kristal dapat menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan. Tabel 1.3.isaran harga ukuran kristal dari berbagai sumber Cox, Price, Harte <1 mm 1 5 mm > 5 mm W.T.G <1 mm 1 5 mm 5 30 mm > 30 mm Heinric <1 mm 1 10 mm 10 30 mm > 30 mm

Halus Sedang Kasar Sangat Kasar

Granularitas

Dalam Batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari kristal penyusun batuan. Pada batuan beku non-fragmental, granularitasdapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu : 1. Equigranular Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam. Tekstur equigranular dibagi lagi menjadi:

1. Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat dibedakan dengan mata telanjang dan berukuran seragam. Contoh : granit, gabbro. 2. Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakkan dengan mata telanjang. Contoh : basalt. 2. Inequigranular Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi: 1. Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata telanjang. Contoh : diorit porfir. 2. Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. Contoh : andesit porfir. 3. Gelasan (glassy) Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas gelas. Antara fenokris dan massa dasar terdapat perbedaan ukuran butir yang menyolok.

Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral lainnya.Biasanya merupakan mineral sulung, dengan bentuk subhedral hingga euhedral. Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.

2.3.4 Bentuk Kristal Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi: a) Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oeh bidang yang jelas. b) Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi bidan kristal. c) Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas. 2.3.5 Komposisi Mineral Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat, yaitu :

Kelompok Granit Rhyolit

Berasal dari magma yang bersifat asam, tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, terkadang terdapat hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.

Kelompok Diorit Andesit

Berasal dari magma yang bersifat intermediet, terusun oleh mineral plagiokklas, hornblende, piroksen, dan kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.

Kelompok Gabbro Basalt

Tersusun dari magma basa dan terdiri dari mineral-mineral olivin, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.

Kelompok UltraBasa

Terutama tersusun oleh olivin, dan piroksen. Minera lain yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah sangat kecil. 2.3.6 Identifikasi Mineral Identifikasi mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku karena identifikaasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi temperatur, tempat pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain. Di dalam batuan beku dikenal status mineral dalam batuan, yaitu: 1. Mineral Primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku. Mineral utama terdiri dari :

Mineral utama ( essential minerals) : mineral yang jumlahnya cukup banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena menentukan nama batuan. Mineral tambahan (accesory minerals) : Mineral yang jumlahnya sedikit (<10%) dan tidak menentukan nama batuan.

1. Mineral sekunder, merupakan mineral hasil perubahan (altersi) dari mineral primer. Beberapa hal yang harus diidentifikai dari mineral adalah: ~ Warna Mineral Dapat mencerminkan komposisi mineralnya. Contohnya senyawa silikat dari alkali dan alkali tanah (Na, Ca, K, dll) memberikan warna yang terang pada mineralnya. ~ Kilap

Merupakan kenampkaan mineral jika dikenai cahaya. Dalam mineralogi dikenal kilap logam dan non-logam. Kilap non logam terbagi atas: Kilap Intan Kilap tanah. Contoh : kaolin, limonit. Kilap kaca. Contoh : kalsit, kuarsa. Kilap mutiara. Contoh : opal, serpentin. Kilap damar. Contoh : sphalerit. Kilap sutera. Contoh : asbes. ~ Kekerasan Merupakan tingkat resistensi terhadap goresan. Beberapa mineral telah dijadikan skala kekerasan dalam skala mohs. Kekerasan relatif mineral relatif mineral ditentukan dengan membandingkan terhadap mineral pada skala mohs. ~ Cerat Adalah warna mineral dalam bentuk serbuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan warna mineral. ~ Belahan Kecenderungan mineral untuk membelah pada satu arah atau lebih tertentu sevagai bidang dengan permukaan rata. ~ Pecahan Kecenderungan untuk terpisah dalam arah yang tak beraturan. Macamnya: Konkoidal, kenampakan seperti pecahan botol. (kuarsa) Fibrous, kenampakan berserat. (asbes, augit) Even, bidang pecahan halus. (mineral lempung) Uneven, bidang pecahan kasar. (magnetiti, garnet) Hackly, bidang pecahan runcing. (mineral logam) 2.3 Batuan Beku Fragmental

Batuan beku fragmental juga dikenal dengan batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran / pecahan) yang merupakan bagian dari batun volkanik. Batuan fragamental ini secara khusus terbentuk oleh proses vulkanisme yang eksplosif (letusan). Bahan=-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian mengalami lithifikasi sebelum dan sesudah mengalami perombakan oleh air atau es. Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi 4 tipe utama, yaitu : 1. 2. 3. 4. Endapan Jatuhan Piroklastik (Pyroclastics Fall Deposits) Endapan Aliran Piroclastik (Pyroclastics Flow Deposits) Endapan piroklastik surupan (Pyroclastics Surge Deposits) Lahar

Dasar Klasifikasi Batuan Fragmental


Ukuran Butir Komposisi Fragmen Piroklastik. Komponen-kompone dalam endapan piroklastik lebih mudah dikenali dalam endapan muda, tidak terlitifikasi atau sedikit terlitifikasi. Pada material piroklastik berukuran halus dan telah terlitifikasi, identifikasi sulit dilakukan Tingkat dan Tipe Welding

Jika material piroklastik khususnya yang berukuran halus terdeposisikan saat masih panas, maka butiran-butiran itu seakan terelaskan atau terpateri satu dengan yang lain. Peristiwa ini disebut welding. Welding umumnya dijumpai pada piroklastik aliran namun kadang-kadang juga dijumpai pada endapan jatuhan. (Tim Asisten Praktikum Petrologi, 2006)
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/#more-15 http://andolya.blogspot.com/2011/09/macam-macam-mineral-batuan.html

MINERAL FELSPAR (KAlSi3O8, NaAlSi3O8, CaAl2Si2O8)

Menurut Laboratorium Geografi Universitas Negeri Malang (UM) bahwa Felspar tergolong dalam kelompok mineral silikat. Adapun ciri-ciri felspar sebagai berikut: putih, abu-abu, kemerah-merahan, jingga, kuning, atau hijau; gores/cerat putih; kilap sutera (silky); belahan sempurna {001} baik {010}; kekerasan 6--6,5; berat jenis 2,25--2,75. Sebagai bahan galian, felspar merupakan bahan galian aluminousilicates dari potasium, kalium, dan kadang-kadang barium. Mineral dalam felspar adalah ortoklas dan mikroklin, potash felspar yang komposisinya KAlSi3O8. Anortoklas adalah felspar yang sebagian potashnya diganti oleh soda (Na), terdapat sedikit anorthite, soda lime feldspar adalah kelompok plagioklas. Felspar di alam terjadi dalam batuan granit, batuan metamorf, dan pegmatit. Felspar di Indonesia ditemukan di Tanjungpandan (Provinsi Bangka--Belitung), Provinsi Lampung, Provinsi Kalimantan Barat, Lodoyo Kabupaten mBlitar, Trenggalek, dan Ponorogo (Provinsi Jawa Timur), Provinsi Sulawesi Tengah, dan Saparua (Provinsi Maluku). Dalam kehidupan sehari-hari digunakan dalam industri keramik dalam pembuatan gelas, barang-barang pecah-belah, email, ubin, porselin, dsb. Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Laboratorium Geografi Universitas Negeri Malang. Tanpa Tahun. Contoh Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan.

Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek contoh felspar dari paket kiriman Kementerian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 23:18 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Rabu, 30 Maret 2011

MINERAL KUARSA (SiO2)

Kuarsa (SiO2) tergolong dalam kelompok mineral silikat. Ciri-ciri mineral ini sebagai berikut: sistem kristal heksagonal; kekerasan 7; berat jenis 2,65; warna bening atau putih; gores/cerat putih; kilap kaca (vitreous); dan belahan tidak ada. Mineral Kuarsa (quartz) ini di alam ditemukan di dalam batuan beku dan batuan metamorf, terutama dalam pegmatit granit. Kuarsa merupakan mineral paling umum ditemukan dalam mineral gang dari urat-urat hidrothermal. Mineral tersebut juga ditemukan dalam bentuk pasir kuarsa lantaran terjadi pelapukan pada batuan beku ataupun metamorf. Persebaran mineral kuarsa di Indonesia ditemukan di Bandaaceh (provinsi Nanggroe Aceh Darussalam), sungai Asahan dan Kisaran (Provinsi Sumatera Utara), Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, mBeji--Surakarta (Provinsi Jawa Tengah), Tuban dan sepanjang pantai utara Jawa Timur, Bangkalan (Provinsi Jawa Timur), Martapura (Provinsi Kalimantan Selatan), dan Provinsi Kalimantan Timur. Kegunaan mineral kuarsa dalam kehidupan sehari-hari: untuk alat optik, batu asah (gerinda), dan kaca. Bila berbentuk pasir, kuarsa digunakan untuk sandpaper, sandblasting, refractories, fluxs dalam proses metalurgi, industri kimia, industri cat, bahan pengisi, industri keramik (kaca dan gelas), decorative material, insulation, stuctural materials, bahan bangunan dalam tongkat rod work and blocks digunakan dalam tube mills (pabrik pipa), industri semen, elektronik, dan arloji.

Posting tersebut di atas berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Sumber: - Direktoral Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan.

- Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Laboratorium Geografi Universitas Negeri Malang. Tanpa Tahun. Contoh Batuan dan Mineral. Malang: Laboratorium Geografi Universitas Negeri Malang. - Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malang: Universitas Brawijaja, Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek: - Foto atas: mineral kuarsa koleksi Adi Susilo, P.Hd. - Foto bawah: mineral kuarsa pada paket kiriman mineral dari Kementerian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 19:11 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Selasa, 29 Maret 2011

MINERAL GARNET (A3 B2 (SiO4)2)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Garnet (A3 B2 (SiO4)2) termasuk kelompok mineral silikat. Menurut Doddy Setia Graha (1987:244) bahwa mineral garnet memiliki sistem kristal isometrik; belahan buruk {110}; berat jenis 3,5--4,3; kilap kaca (vitreous) sampai damar (resineous); warna merah, coklat, putih, hijau, hitam; gores/cerat putih; optik bervariasi. Mineral ini di alam ditemukan sebagai mineral pengiring dari batuan metamorf (sekis, mika, sekis hornblende, dan gneis). Sedang pada batuan beku, garnet ditemukan dalam dike pegmatit dan granit. Sumber: - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malan; Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek garnet koleksi Adi Susilo, P.Hd (UB). Diposkan oleh nuansa masel di 21:15 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Senin, 28 Maret 2011

MINERAL BARIT (BaSO4)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Barit (BaSO4) termasuk kelompok mineral sulfat. Pernyusun utama mineral ini adalah barium (Ba). Menurut Doddy Setia Graha (1987:242) bahwa barit memiliki karakteristik sebagai berikut: sistem kristal ortorombik; belahan sempurna {001}; kekerasan 3--3,5; berat jenis 4,5; kilap kaca (vitreous); warna putih atau bening; gores/cerat putih. Mineral ini di alam ditemukan sebagai mineral gang dalam urat-urat hidrothermal, berasosiasi dengan bijih perak, tembaga, mangan, dan antimon. Barit juga bisa ditemukan dalam urat-urat batugamping dengan kalsit dan dalam batupasir dengan bijih tembaga. Sedang menurut Direktorat Pertambangan (1969:133) bahwa barit berbentuk butiran atau kristal; warna putih, kuning muda, biru, abu-abu, merah, jingga, dan jingga gelap; karakteristik tembus cahaya hingga jernih. Persebaran barit di Indonesia ditemukan di Pasirangin/Ciseuti (Provinsi Jawa Barat) dan di Sermo/Wates (Daerah Istimewa Yogyakarta). Dalam kehidupan sehari-hari, barit digunakan untuk bahan cat, pewarna putih pada pabrik karet, lak, bahan baku industri kimia, bahan poleh, tegel dalam suhu tinggi, dan untuk mengatur berat jenis lumpur dalam industri minyak.

Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Susila, Adi. 2011. Presentasi Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dari: - Foto atas: Mineral Barit koleksi pribadi Adi Susilo, P.Hd. - Foto bawah; Paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional.

Diposkan oleh nuansa masel di 22:12 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Minggu, 27 Maret 2011

MINERAL ARAGONIT (CaCO3)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Aragonit (CaCO3) merupakan mineral yang tergolong kelompok karbonat. Menurut Doddy Setia Graha (1987:240) bahwa mineral ini memiliki sistem kristal pseudo-heksagonal; belahan baik {010}; kekerasan 3,5--4, berat jenis 2,94; kilap kaca (vitreous); Warna bening atau putih; gores putih; dan di alam ditemukan pada suhu rendah dari uap panas atau rongga, terjadi dengan kalsit dan sulfur. Sumber: Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral kiriman Kementerian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 23:10 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

MINERAL DOLOMIT (CaMg (CO3)2)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian.

Dolomit (CaMg (CO3)2) termasuk kelompok mineral karbonat. Menurut Doddy Setia Graha (1987:239) bahwa dolomit memiliki sistem kristal heksagonal; belahan sempurna {1011}; kekerasan 3,5--4, berat jenis 2,85, kilap kaca (vitreous), warna bening atau putih sampai krem, gores.cerat putih. Mineral ini di alam terjadi sebagai lapisan batugamping magnesium, sebagai mineral gang dalam urat-urat hidrothermal. Persebaran dolomit di Indonesia ditemukan di Kejae (Sumatera bagian tengah); Pamotan, gunung Sekapuk, gunung Kaklak, Gresik, Tuban, Bancak Sedayu, Madura (Provinsi Jawa Timur) dan Tonasa (Provinsi Sulawesi Selatan).
Pemanfaatan dolomit dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan tahan api, untuk industri kertas, pupuk, bangan bangunan, perekat bata, pelapis perekat, pembuatan gelas, flux metalurgi, sebagai bahan kimia untuk industri farmasi, karet, cat, tinta cetak, dan pasta. Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral pada MGMP Geografi. Malang: Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek paket mineral kiriman Kementrian Pendidikan Nasional.

Diposkan oleh nuansa masel di 15:08 0 komentar

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Sabtu, 26 Maret 2011

MINIERAL KALSIT (CaCO3)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Mineral kalsit (CaCO3) termasuk kelompok mineral karbonat. Menurut Doddy Setia Graha (1987:239) yang juga disampaikan oleh Adi Susilo (2011) bahwa mineral kalsit memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Sistem kristal heksagonal; belahan sempurna {1011}; kekerasan 3; berat jenis 2,71; kilap kaca (vitreous); warna bening atau putih; dan gores/cerat putih. Mineral ini sebagian besar terbentuk di laut sebagai nodul dalam batuan sedimen, urat-urat hidrothermal sebagai gang, dan di dalam berbagai batuan beku. Dalam kehidupan sehari-hari, mineral ini digunakan untuk pembuatan gelas, bahan-bahan kedokteran, bahan untuk merendahkan titik lebur, bahan tahan api, dan sebagainya Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan. Keterangan foto:

Dokumentasi pribadi dengan obyek dari paket mineral/bahan galian kiriman dari Kementrian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 23:48 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Jumat, 25 Maret 2011

MINERAL PIROLUSIT (MNo2)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Pirolusit (MnO2) merupakan kelompok mineral oksida--hidroksida. Menurut Doddy Setia Graha (1987:237) bahwa pirolusit memiliki sistem kristal tetragonal; belahan sempurna {110}; kekerasan6--6,5; berat jenis 4,75; warna hitam besi; gores/cerat hitam besi; optik opak, anisotrop. Menurut Direktorat Pertambangan (1969:55) bahwa pirolusit ini dikenal sebagai mineral utama dalam bijih mangan. Di samping itu bijih mangan terdapat pula pada mineral manganit (Mn2O3.H2O), psilomelan (MnO.MnO2.2H2O), hausmanit (Mn5O4), rhodokrosit (MnCO3), dan rhodonit (MnSiO2). Bijih mangan di alam banyak ditemukan dalam berbagai batuan berbentuk kristal halus. Cebakan sedimen dan residual ditemukan di dasar danau dan laut dangkal. Tipe lain ditemukan sebagai cebakan hidrothermal. Bijih mangan di Indonesia ditemukan di Provinsi: Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka--Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku. Dalam kehidupan sehari-hari, bijih mangan digunakan untuk industri metalurgi (untuk membuat baja kuat, perunggu dalam propeler kapal, logam campuran yang bersifat sebagai peredam getaran dan

suara, serta sebagai besi tuang). Dalam industri kimia, mangan digunakan untuk melindi bijih uranium, batang-batang las, bahan celup, cat, pernis, pupuk, obat-obatan, kaca, keramik, dan lain-lain.

Diposkan oleh nuansa masel di 23:51 3 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

MINERAL SPALERIT (ZnS)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA kelas XI.IPS semester 1 dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam dan Kompetensi Dasar: 2.2 Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, Materi Pembelajaran: Lithosfer untuk siswa SMA kelas X semester 2. Juga berkaitan dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian dengan materi yang sama, Lithosfer. Spalerit (ZnS) termasuk golongan mineral sulfida yang menurut Doddy Setia Graha (1987:230) bahwa spalerit ini memiliki sistem kristasl kubik; belahan sempurna {110}; kekerasan 3,5--4; berat jenis 3,9--4,1; kilap damar (resineous) sampai sublogam (submetallic); warna merah jingga sampai mendekati hitam; gores/cerat coklat sampai kuning; optik cerah, isotrop, n = 2,36--2,47. Spalerit sebagi bijih seng di alam ditemukan di sepanjang urat-urat mesothermal dengan galena dan yang lain dari sulfida. Menurut Direktorat Pertambangan (1989:91) bahwa mineral-mineral seng yang komersial di samping zincblende/spalerit (ZnS), adalah smith-sonite (ZnCO3), hemimorphite (Zn4Si27(OH)2.H2O), zincite (Znb), willemite (Zn2SiO4), dan franklinite (Fe,Zn,Mn) (Fe,Mn)2O). Persebaran spalerit di Indonesia: terdapat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat. Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Dalam kehidupan sehari-hari spalerit sebagai bijih seng digunakan untuk proteksi logam terhadap korosi, campuran logam, reducing agents, lithographic plates, dry cell, keramik, karet,

kosmetik, obat-obatan, tekstil, kimia, dan bangunan.

Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek contoh mineral paket dari Kementrian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 01:20 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

MINERAL SINABAR (HgS)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA kelas XI.IPS semester 1 dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam dan Kompetensi Dasar: 2.2 Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, Materi Pembelajaran: Lithosfer untuk siswa SMA kelas X semester 2. Juga berkaitan dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian dengan materi yang sama, Lithosfer. Sinabar (HgS) merupakan salah satu mineral untuk airraksa. Sebagai mineral, sinabar termasuk kelompok mineral sulfida. Sebagai logam, sinabar termasuk dalam kelompok logam mulia (precious metal). Menurut Doddy Setia Graha (1987:231) bahwa sinabar memiliki sistem kristal trigonal; belahan sempurna {1010}; kekerasan 2--2,5; berat jenis 8,09; kilap intan (adamantine); warna merah sampai

merah kecoklatan; optik cerah, merah, so+. Mineral ini di alam ditemukan di daerah air panas (hot spring) yang berasosiasi dengan batuan vulkanik muda dan dalam larutan hidrothermal pada suhu rendah. Bijih placer sinabar terjadi lantaran proses pelapukan. Adapun persebaran sinabar ini di Indonesia mencakup Propinsi Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Kegunaan airraksa dalam kehidupan sehari-hari untuk alat-alat listrik, termometer, barometer, obat-obatan, insektisida, fungisida, cat, pengolah emas dan perak, fotografi (yang menggunakan film), fulminate, vermillion, dsb. Sumber; - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung; Nova. - Susilo, Adi. 2011. Paparan tentang Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek paket contoh mineral dari Kementrian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 00:29 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Kamis, 24 Maret 2011

MINERAL PIRIT (FeS2)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA kelas XI.IPS semester 1 dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam dan Kompetensi Dasar: 2.2 Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, Materi Pembelajaran: Lithosfer untuk siswa SMA kelas X semester 2. Juga berkaitan dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian dengan materi yang sama, Lithosfer.

Mineral pirit (FeS2) juga disebut besi belerang. Sering pula disebut dengan emas orang tolol lantaran warnanya yang kuning kecoklatan cemerlang ketika tertima sinar Matahari. Pirit ini termasuk kelompok mineral sulfida. Menurut Doddy Setia Graha (1987:231) yang juga dibenarkan oleh Adi Susilo, P.Hd dalam paparan tentang Batuan dan Mineral pada MGMP Geografi SMA Kabupaten Malang, Januari 2011 bahwa pirit memiliki karakteristik sebagai berikut: sistem kristal kubus; belahan tidak ada; kekerasan 6-6,5; berat jenis 5,01; kilap logam (metallic); warna kuning terang muda; gores/cerat hitam kehijauan; optik opak, krem muda--kuning, isotrop. Mineral ini di alam ditemukan pada sebagian mineral sulfida yang terbanyak dan terluas di dalam batuan hampir semua umur. Pirit ditemukan dalam urat-urat endapan bersuhu rendah sampai tinggi dalam batuan beku dan pegmatit, batuan sedimen, dan batuan metamorf.

Gambar pirit bagian atas merupakan contoh mineral koleksi Adi Susilo, P.Hd, Ahli Geofisika yang juga ketua Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) Malang. Sedang gambar pirit bagian bawah ini merupakan koleksi pribadi penulis yang didapat dari hasil penggalian untuk septiktank milik seorang penduduk di Kabupaten Malang yang berbatuan induk batuan gamping/kapur. Sumber: - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Susilo, Adi. 2011. Presentasi tentang Batuan dan Mineral. Malang: Tidak Diterbitkan. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi. Diposkan oleh nuansa masel di 00:43 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Selasa, 22 Maret 2011

MINERAL KALKOPIRIT (CuFeS2)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA kelas XI.IPS semester 1 dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam dan Kompetensi Dasar: 2.2 Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsurunsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, Materi Pembelajaran: Lithosfer untuk siswa SMA kelas X semester 2. Juga berkaitan dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian dengan materi yang sama, Lithosfer. Kalkopirit (CuFeS2) merupakan mineral sulfida. Menurut Doddy Setia Graha (1987:231) bahwa kalkoririt ini memiliki karakteristik: sistem kristal tetragonal; belahan tidak jelas {011}; kekerasan 3,5--4; berat jenis 4,28; berat jenis 4,28; kilap logam (metallic); warna kuning terang atau coklat; gores/cerat hitam kehijauan; optik opak, anisotrop lemak, kuning muda. Kalkopirit banyak terdapat bersama tembaga dan sedikit bersama sulfida. Sebagai mineral bijih primer berkarakteristik hipothermal dan urat-urat mesothermal bersuhu lebih tinggi. Kalkopirit juga terbentuk di bawah kondisi epithermal dalam urat berbentuk kristal. Sumber: - Doddy Setia Graha. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. Narasumber: - Adi Susilo, P.Hd dalam paparan Batuan dan Mineral pada MGMP Geografi SMA Kabupaten Malang, Rabu, 26 Januari 2011. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek contoh kalkopirit milik Adi Susilo, ahli Geofisika dan Ketua Jurusan Fisika Universitas Brawijaya (UB) Malang.

Diposkan oleh nuansa masel di 23:18 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Minggu, 20 Maret 2011

MINERAL GALENA (PbS)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA kelas XI.IPS semester 1 dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam dan Kompetensi Dasar: 2.2 Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam. Di samping itu berkaitan pula dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsurunsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi, Materi Pembelajaran: Lithosfer untuk siswa SMA kelas X semester 2. Juga berkaitan dengan Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian dengan materi yang sama, Lithosfer. Galena merupakan mineral timah hitam yang timah hitam itu sendiri termasuk bahan galian logam bukan besi (non ferrous). Menurut Doddy Setia Graha (1987:230) memiliki karakteristik sebagai berikut: "sistem kristal isometrik, belahan sempurna {001}, kekerasan 2,5, berat jenis 7,58, kilap logam (metallic), warna dan gores/cerat abu-abu timah, optik opak, isotrop. Terdapatnya dalam urat-urat hidrothermal dengan spalerit, kalkopirit, pirit, dolomit, barit, dan fluorit". Sedangkan menurut Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan (1969:92--94) bahwa mineral ini di Indonesia tersebar di provinsi: Nanggroe Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan. Timah hitam sendiri dipergunakan dalam baterai, pembuatan kabel, amunisi, campuran logam, industri cat, keramik, insektisida, refining minyak dan karet, industri kimia, industri nuklir, stabilitas pada plastik, dll.

Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek foto paket contoh mineral kiriman Departemen Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 04:35 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Sabtu, 19 Maret 2011

MINERAL TEMBAGA (Cu)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional bidan Kebumian. Mineral tembaga (Cu) tergolong elemen asli (native). Dalam pengelompokan logam, tembaga termasuk logam bukan besi Menurut Doddy Setia Graha (1987:226) bahwa mineral tembaga memiliki karakteristik: sistem kristal isometrik, belahan tidak ada, kekerasan 2,5 sampai 3, kilap logam (metallic), warna merah muda, kusam yang cepat menjadi merah tembaga dan kemudian berubah menjadi coklat, gores/cerat hitam logam, optik opak, isotrop. Mineral tembaga di alam ditemukan terutama di zona oksidasi dari endapan biji sulfida. Batuan sedimen yg berdekatan dengan ekstrusi basa, dan di dalam

rongga-rongga batuan basalt. Sedangkan menurut Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan (1969:83) "bijih tembaga terdapat sebagai cebakan-cebakan dengan bermacam-macam tipe dalam batuan beku, sedimen, metamorfose. Hampir sebagian besar cebakan-cebakan tembaga terjadi dari larutan hidrothermal dengan tipe replacement dan cavity filling. Sebagian besar cadangan bijih tembaga dunia terdiri dari tipe replacement dalam bentuk porphyry copper". Persebaran tembaga di Indonesia ditemukan hampir merata di berbagai provinsi, yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, NTT, dan Papua. Penggunaan tembaga dalam kehidupan sehari-hari untuk peralatan listrik dan mobil, kabel, alat-alat radio, lemari es, AC, telepon, amunisi, kapal terbang, peluru kendali, campuran logam (perunggu dan kuningan), industri kimia, bahan celup dan rayon, alat-alat rumah tangga dan bangunan, perhiasan, dsb. Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dari pemotretan paket contoh mineral dari Kementrian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 00:06 2 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Kamis, 17 Maret 2011

MINERAL BELERANG (S)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional bidang Kebumian. Belerang (S) merupakan mineral asli (native). Sebagai mineral, belerang memiliki karakteristik sebagai berikut: sistem kristalnya ortorombik, belahan tidak sempurna {001}, kekerasan 1,5 sampai 2,5, berat jenis 2,1, kilap damar (resineus) sampai lemak (greasy), warna kuning sampai coklat kuning, dan gores/ceratnya putih. Mineral ini di permukaan Bumi ditemukan di dalam endapan-endapan yang ada di daerah vulkanik atau dalam mataair panas, di dalam batuan sedimen, kubah garam, dan sebagai mineral sekunder dalam endapan bijih, sulfatar, serta fumarol. Belerang ini menghasilkan gas SO2. Persebaran belerang di Indonesia mencakup Propinsi Sumatra Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan pulau Damar (Maluku). Untuk di Jawa Timur belerang ini ditemukan di kawah gunung Welirang, gunung Arjuno, dan kawah Ijen dalam wujud uap/gas yang kemudian memadat setelah mengalami pendinginan. Dalam kehidupan sehari-hari mineral belerang digunakan untuk membuat asam belerang (asam sulfat-H2SO4) dalam pembuatan pupuk, penghalusan minyak bahan-bahan kimia berat, untuk membuat ter, mengasami besi baja dan keperluan metalurgi, untuk bahan cat, bahan peledak, rayon, selulose film, ebonit, tekstil, cairan sulfida, karbon sulfida pada industri karet, anti serangga, racun hama, pengawet kayu, dipakai di pabrik kertas dan korek api, untuk proses sulfitasi pada pabrik gula dan kinine, obatobatan, dan industri kimia. Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova.

- Peninjauan Lapangan di Kawah Gunung Welirang. Keterangan Foto: - Dokumentasi pribadi dengan contoh mineral belerang kiriman dari Kementrian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 00:04 0 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

Selasa, 15 Maret 2011

MINERAL EMAS (Au) DAN PERAK (Ag)

Posting ini berkaitan dengan matapelajaran Geografi SMA yang diberikan di kelas XI.IPS dengan Standar Kompetensi: 2. Memahami sumberdaya alam, Kompetensi Dasar: Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya alam, dengan Materi Pembelajaran: Potensi sumberdaya alam, submateri: - sumberdaya alam mineral. Di samping itu berkaitan pula dengan Materi Pembelajaran: Lithosfer yang diberikan untuk kelas X semester 2 dan materi dengan judul yang sama pada Olimpiade Sains Nasional (OSN) bidang Kebumian. Untuk memberikan deskripsi tentang mineral yang berjudul di atas, kita kupas satu per satu. Adapun deskripsinya sebagai berikut: 1. Mineral Emas (Au) Mineral emas termasuk elemen asli (native) yang juga tergolong dalam logam mulia (precious metal). Emas ini memiliki sistem kristal isometrik yang tidak memiliki belahan. Tingkat kekerasan emas berkisan antara 2,5 sampai 3 dengan berat jenis 19,3, kilap logam (metallic), warna dan gores/cerat kuning. Ada lima mineral emas yang komersial, yaitu: emas murni (Au), kalaverit (AuTe3), silvanit ((Au3Ag)Te), krenerit (Au,Ag)Te2), dan petzit ((Ag,Au)2Te). Di alam, emas berada dalam cebakan-cebakan dengan berbagai macam tipe batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Kebanyakan emas dihasilkan dari larutan/urat-urat

hidrotermal yang umumnya berasosiasi dengan mineral sulfida. Sedangkan proses pelapukan akan menghasilkan endapan-endapan pasir emas (placer). Persebaran emas di Indonesia ditemukan di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, NTB, NTT, dan Papua. Manfaat emas dalam kehidupan sehari-hari digunakan sebagai perhiasan, matauang, perkakas laboratorium pengolahan, synthetic fibers, electrical contacts, thermocouples, kedokteran gigi, dsb. 2. Mineral Perak (Ag) Perak di permukaan Bumi selalu ditemukan bersama-sama dengan emas. Perak ini juga termasuk elemen asil yang juga tergolong dalam logam mulia. Karakteristik mineral perak adalah memiliki sistem kristal isometrik, belahan tidak ada, kekerasan 2,5 sampai 3, berat jenis 10,5, kilap logam (metallic), warna dan gores/cerat putih, optik opak maupun isotrop. Adapun mineral-mineral perak terpenting adalah perak alam (Ag), argentit (Ag2S), serargirit (AgCl), dan pirargirit (Ag3SbS3). Mineral perak ini sama dengan emas, ditemukan hampir merata di seluruh propinsi di Indonesia. Dalam kehidupan seharihari digunakan untuk perhiasan, matauang, campuran logam, fotografi, industri kimia, obat-obatan, alat-alat listrik, keramik, high efficiency batteries pada jet dan peluru kendali, kamera tv, alat-alat presisi (scientific instrument), dan solder perak. Sumber: - Direktorat Pertambangan Departemen Pertambangan. 1969. Bahan Galian Indonesia. Jakarta: Departemen Pertambangan. - Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Bandung: Nova. - Berbagai sumber. Keterangan foto: Dokumentasi pribadi dengan obyek contoh mineral emas & perak kiriman dari Kementerian Pendidikan Nasional. Diposkan oleh nuansa masel di 23:28 2 komentar Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook Label: Geosfer

COLUMNAR JOINT

Inilah bentuk akumulasi lava beku produk erupsi dari tipe (letusan) Sint Vincent dari salah satu gunung api teraktif di Indonesia, gunung Kelut. Magma yang cair kental bersifat intermedier ini dikeluarkan dari dapur magma yang dangkal dan dengan tekanan gas yang rendah hingga sedang menghasilkan batuan beku luar berbentuk dinding berkolomkolom/balok. Hal itu pulalah maka gunung Kelut merupakan salah satu gunung api strato yang tidak berbentuk kerucut sempurna. Foto ini dibuat oleh Drs. Suhandoko, guru SMA Negeri 1 Sumberpucung ketika berkunjung ke gunung Kelut pada Nopember 2009 lalu dalam rangka Musyawarah Guru Matapelajaran (MGMP) Geografi SMA Kabupaten Malang pada kegiatan MGMP lapangan. Sajian ringkas ini dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pembelajaran Geografi untuk siswa SMA/MA kelas X (Sepuluh) semester 2 dengan Standar Kompetensi: 3. Menganalisis unsur-unsur geosfer, Kompetensi Dasar: 3.1 Menganalisis dinamika dan kecenderungan perubahan lithosfer dan pedosfer serta dampaknya terhadap kehidupan di muka Bumi. Adapun materi pembelajaran yang dimaksud adalah: Lithosfer dengan submateri: Tenaga endogen--Vulkanisme yang juga berkaitan dengan struktur lapisan kulit Bumi--batuan beku.

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat , pijar, bersifat mudah bergerak yang kita kenal dengan nama magma. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada 3 patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan berdasarkan susunan mineraloginya. Batuan Beku Ekstrusi Batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di atas permukaan bumi baik di darat maupun di bawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan masa tersebut membeku relatif cepat dengan melepaskan kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Batuan Beku Intrusi Batuan hasil pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Ukuran mineralnya kasar, > 1 mm atau 5 mm. KOMPOSISI MINERAL Menurut Walker T. Huang, 1962, komposisi mineral dikelompokkan menjadi tiga kelompok mineral yaitu : A. Mineral Utama Mineral-mineral ini terbentuk langsung dari kristalisasi magma dan kehadirannya sangat menentukkan dalam penamaan batuan. 1. Mineral felsic ( mineral berwarna terang dengan densitas rata-rata 2,5 - 2,7 ), yaitu : - Kwarsa ( SiO2 ) - Kelompok feldspar, terdiri dari seri feldspar alkali (K, Na) ALSi3O8. Seri feldspar alkali terdiri dari sanidin, orthoklas, anorthoklas, adularia dan mikrolin. Seri plagioklas terdiri dari albit, oligoklas, andesin, labradorit, biwtonit dan anortit. - Kelompok feldspartoid (Na, K Alumina silika), terdiri dari nefelin, sodalit, leusit. 2. Mineral mafik (mineral-mineral feromagnesia dengan warna gelap dan densitas rata-rata 3,0 - 3,6), yaitu : - Kelompok olivin, terdiri dari Fayalite dan Forsterite - Kelompok piroksen, terdiri dari Enstatite, Hiperstein, Augit, Pigeonit, Diopsid.

- Kelompok mika, terdiri dari Biotit, Muscovit, Plogopit. - Kelompok Amphibole, terdiri dari Anthofilit, Cumingtonit, Hornblende, Rieberkit, Tremolit, Aktinolite, Glaukofan, dll. B. Mineral Sekunder Merupakan mineral-mineral ubahan dari mineral utama, dapat dari hasil pelapukan, hidrotermal maupun metamorfisma terhadap mineral-mineral utama. Dengan demikian mineral-mineral ini tidak ada hubungannya dengan pembekuan magma (non pirogenetik). Mineral sekunder terdiri dari : - Kelompok kalsit (kalsit, dolomit, magnesit, siderit), dapat terbentuk dari hasil ubahan mineral plagioklas. - Kelompok serpentin (antigorit dan krisotil), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral mafik (terutama kelompok olivin dan piroksen). - Kelompok klorit (proktor, penin, talk), umumnya terbentuk dari hasil ubahan mineral kelompok plagioklas. - Kelompok serisit sebagai ubahan mineral plagioklas. - Kelompok kaolin (kaolin, hallosyte), umumnya ditemukan sebagai hasil pelapukan batuan beku. C. Mineral Tambahan (Accesory Mineral) Merupakan mineral-mineral yang terbentuk pada kristalisasi magma, umumnya dalam jumlah sedikit. Termasuk dalam golongan ini antara lain : - Hematite, Kromit, Muscovit, Rutile, Magnetit, Zeolit, Apatit dan lain-lain.

engetahuan Mineral di Indon Mineral Batubara

Pada periode Carboniferus 360 juta tahun yang lalu, sebagian besar daratan berupa rawa-rawa yang ditum secara sempurna membentuk Peat (tanah gambut) dan cikal batubara. Karena terkubur lebih tebal dan per menyebabkan menjadi bentominous dan lebih lanjut menjadi anthracite.

Terbentuknya batubara jauh dimulai pada awal sejarah planet bumi, sebelum manusia lahir di bumi. Bebera umumnya rendah dan ditutupi rawa-rawa. Rawa-rawa tersebut ditumbuhi dengan sangat lebat oleh tumbuh yang sudah punah saat ini. Dari fosil yang ditemukan, pohon ini bisa mempunyai tinggi 30 meter lebih dan oleh pohon-pohon yang tumbuh berikutnya sehingga makin lama makin tertumpuk terkadang bisa mencap mengandung cukup oksigen untuk terjadinya pembusukan pohon-pohon tersebut, secara perlahan pohon-p

Dengan berjalannya waktu karena terjadinya gerakan kulit bumi, rawa-rawa tersebut tertutup laut dan men tekanan dan temperatur yang tinggi, menyebabkan peat tumbuhan tersebut berubah menjadi batubara. Di

Daerah eksplorasi batubara tim GeoAtlas antara lain di Bengkulu, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timu daerah perbukitan dan pegunungan cenderung memiliki dip (kemiringan) lebih dari 65 derajat, kalori menc formasi batubara ini terputus dengan adanya perubahan struktur, sehingga kuantitas batubara tersebut tid lokasi eksplorasi GeoAtlas di Bengkulu Tengah - Bengkulu serta Kutai Kartanegara - Kalimantan Timur. Pot (kemiringan) kurang dari 20 derajat, kalori mencapai 5000 - 6000, dengan kuantitas yang banyak. Dengan Lokasi seperti ini dapat dijumpai di lokasi eksplorasi GeoAtlas di Tanah Laut, Kalimantan Selatan.

Mineral Bijih Besi

Bijih besi di alam terbentuk dalam mineral magnetit, hematite, limonite, pyrite Bijih besi ini banyak digunakan dalam industri besi dan baja dan sering diekspo metasomatik kontak, berupa bolder besar yang terpendam dan tersingkap seca sehingga survei geofisika mutlak diperlukan untuk menggambarkan kondisi baw hanya terbatas di lokasi sekitar bor dan tidak dapat dikorelasikan antara titik uj

Mineral magnetit banyak dijumpai di Indonesia. Hampir di semua lahan eksplora pada mineral ini adalah sangat berat dan menempel pada magnet. Rata-rata m layak jual sebagai komoditas ekspor.

Mineral hematite berupa pasir berwarna merah sedangkan limonite berwarna co Mineral-mineral tersebut cenderung tidak menempel magnet seperti mineral ma Darussalam, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Kalimantan Selatan.

Mineral Mangan

Mangan di alam berupa logam berwarna putih-kelabu dan mudah teroksidasi, d besi dan baja serta baterai. Batuan mangan bisa dikatakan layak jual di pasaran mangan Indonesia saat ini kebanyakan diekspor untuk memenuhi kebutuhan in

Berdasarkan pengalaman tim GeoAtlas, sebagian besar mineral mangan banyak tersebut membentuk suatu jalur di antara rekahan batugamping atau berupa bo terlihat di lereng bukit dan tepian sungai di batuan malihan atau di antara jalur

Sisipan mangan di lingkungan batugamping cenderung membentuk jalur rekaha menengah. Mineral di lingkungan batugamping tersebut cenderung didominasi m tersebut. Sedangkan di lingkungan batuan metamorf, tidak hanya mangan saja terdapat dalam jumlah yang besar, sehingga lebih sesuai untuk pertambangan

Metode eksploitasi mangan, umumnya menggunakan peledakan atau membuat Sedangkan di lingkungan batuan malihan dapat membuka singkapan mangan m mangan Tim GeoAtlas antara lain berada di Tasikmalaya-Jawa Barat, Jember-Ja

Mineral Galena

Galena atau dikenal sebagai timah hitam di alam berupa senyawa PbS. Apabila batuan tersebut. Mineral yang biasanya ditemukan dekat galena antara lain sph pengolahan besi dan baja, terutama bila terdapat unsur tembaga (Cu) di dalam kebutuhan industri di China.

Berdasarkan pengalaman tim GeoAtlas, mineral galena banyak dijumpai di sekit batuan malihan. Singkapan mineral galena ini bisa terlihat di lereng bukit atau t berdekatan dengan unsur lain seperti tembaga (Cu). Apabila unsur Cu juga dom pasaran internasional.

Metode eksploitasi galena umumnya menggunakan peledakan atau membuka s untuk cadangan galena jumlah besar, sedangkan pada lokasi dengan cadangan Daerah eksplorasi galena Tim GeoAtlas antara lain berada di Nanggroe Aceh Da

Anda mungkin juga menyukai