Anda di halaman 1dari 98

I.

BATUAN

I.1. PENDAHULUAN
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan magma. Proses
pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari fase cair menjadi fase padat.
Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral primer atau gelas. Proses
pembekuan magma akan sangat berpengaruh terhadap tekstur dan tekstur primer batuan
sedangkan komposisi batuan sangat dipengaruhi oleh sifat magma asal.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila
pada saat itu terdapat cukup energi pembetukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal
berukuan besar sedangkan bila enegri pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran
halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan magma
yang membeku menjadi gelas.
Pada batuan beku, minreal yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu:
1. Mineral-mineral felsik; tersusun atas silika dan alumina, umumnya berwarna cerah.
Mineral tersebut antara lain kuarsa, plagioklas, ortoklas, muskovit.
2. Mineral-mineral mafik; tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, kalsium.
Umumnya mineral-mineral ini berwarna gelap, misalnya olivin, piroksen,
hornblende, biotit. Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari seri Bowen.
Setiap mineral memiliki kondisi tertentu pada saat mengkristal. Mineral-mineral mafik
umumnya mengkristal pada suhu yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan mineral felsik.
Secara sederhana dapat dilihat pada Bowen Reacrtion Series.
Mineral-mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat labil dan mudah
berubah-ubah menjadi mineral lain Mineral yang dibentuk pada temperatur rendah adalah mineral
yang relatif stabil. Pada jalur sebelah kiri, yang terbentuk pertama kali adalah olivin sedangkan
mineral yang terbentuk terakhir adalah biolit.
Mineral-mineral pada bagian kanan diwakili oleh kelompok-kelompok plagioklas karena
kelompok mineral ini paling banyak dijumpai. Yang terbentuk pertama kali pada suhu tinggi
adalah calcic plaioclase (bylownite), sedangkan pada suhu rendah terbentuk alcalic plagiocase
(oligoklas). Mineral-mineral sebelah kanan dan kiri bertemu dalam bentuk potassium feldspar
kemudian menerus ke muskovit dan berakhir dalam bentuk kuarsa sebagai mineral yang paling
stabil.

Diktat Praktikum Petrologi 1


BATUAN BEKU

Gambar 1.1. Bowen reaction series (Jackson 1970)

Dalam batuan beku yang bersifat basa, mineral-mineral di bagian atas dari Bowen
reaction series ini banyak dijumpai. Pada batuan beku asam yang banyak ditemukan adalah
mineral-mineral di bagian bawah.

1.1.1. PEMBAGIAN BATUAN BEKU


a. Pembagian Secara Genetik
Pembagian batuan beku secara genetik didasarkan pada tempat
terbentuknya. Batuan beku berdasarkan genesa dapat dibedakan menjadi
batuan beku intrusif (membeku di bawah permukaan bumi) dan batuan beku
ekstrusif (membeku di permukaan bumi). Di samping itu batuan beku juga
dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu batuan beku volkanik, yang
merupakan hasil proses volkanisme, batuan beku plutonik yang terbentuk jauh
di dalam bumi dan hipabisal yang merupakan produk intrusi minor. Kelompok
ini dapat dibedakan dengan melihat ukuran kristalnya. Batuan beku volkanik
biasanya mempunyai Kristal yang relative halus, karena membeku di
permukaan atau dekat dengan permukaan bumi, batuan beku hipabisal
biasanya mempunyai Kristal-kristal yang berukuran sedang atau pecampuran
antara kasar dan halus, karena membeku di dalam permukaan bumi sedangkan
batuan beku plutonik biasanya mempunyai Kristal-kristal yang berukuran
kasar, karena membeku jauh di dalam permukaan bumi. Batuan beku volkanik
dapat dibagi menjadi 3 macam,yaitu batuan volkanik intrusive, batuan
volkanik ekstrusif (eksplosif) yang sering disebut sebagai batuan fragmental
dan batuan volkanik ekstrusif lebih didominasibatuan yang bertekstur
fragmental atau sering disebut batuan piroklastik yang akan dikelompokkan
dengan klasifikasi yang berbeda dengan batuan beku non fragmental. Dalam
tulisan ini, pembicaraan tentang batuan beku akan dibagi menjadi Batuan
Beku Fragmental dan Non-Fragmental.

Diktat Praktikum Petrologi 2


BATUAN BEKU

b. Pembagian berdasar Komposisi Kimia


Dasar pembagian ini biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam
batuan, seperti SiO2,Al2O3. Salah satu klasifikasi yang paling sederhana
adalah seperti pada table berikut:
Tabel 1.1. Penamaan batuan berdasar kandungan silika
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Baku Asam >65%
Batuan Beku Intermediet 52-66%
Batuan Beku Basa 45-66%
Batuan Beku Ultra Basa <45%
Tabel 1.2 Penamaan batuan berdasar kandungan mineral mafik
Nama Kandungan mineral
mafiik
Leucocratic 0-33%
Mesocratic 34-66%
Melanocratic 67-100%

c. Pembagian secara Mineralogi


Salah satu kelemahan dari pembagian secara kimia adalah analisa yang
sulit dan memakan waktu lama. Karena itu sebagian besar klasifikasi batuan
beku menggunakan dasar komposisi mineral pembentuknya. Sebenarnya
analisa kimia dan mineralogy berhubungan erat, seperti yang ditunjukkan
pada Daftar nilai kesetaraan SiO2 (%) dalam mineral berikut ini:
 Felsic mineral: quarts, 100; alkali feldspars, 64-66; oligoclase, 62; andesine, 59-60;
labradorite, 52-53; dll.
 Mafic minerals: bornblende, 42-50; biotite, 35-38; augite, 47-51; magnesian dan
diopsidic piroxenes, 50-55; dll.
Dengan melihat komposisi mineral dan teksturnya, dapat diketahui jenis magma asal,
tempat pembentukan, pendugaan temperatur pembentukan dan lain-lain.
1.2 BATUAN BEKU NON FRAGMENTAL
Pada umumnya batuan beku non fragmental berupa batuan beku intrusif ataupun aliran
lava yang tersusun atas kristal-kristal mineral. Dalam pengamatan bauan beku ini hal-hal yang
harus diperhatikan antara lain:

 Warna
 Tekstur
 Struktur
 Bentuk

Diktat Praktikum Petrologi 3


BATUAN BEKU

 Komposisi mineral
1.2.1 WARNA BATUAN
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral
penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari
warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali unuk batuan yang mempunyai
tekstur gelasan.
 Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku asam yang
tersusun atas mineral-mineral felsic misalnya kuarsa, potas feldspar, muskovit.
 Batuan yang berwarna gelap sampai hitam umunya adalah batuan beku
intermediet dimana jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama banyak.
 Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umunya adalah batuan beku basa
dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-mineral mafik.
 Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik

disebut batuan beku ultrabasa dengan komposisi hampir seluruhnya mineral


mafik.
1.2.2 STRUKTUR BATUAN
Struktur adalah kenampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda.
Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala besar
atau singkapan di lapangan. Pada batuan beku, strukur yang sering ditemukan adalah:
1. Masif, bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
2. Jointing, bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Kenampakan ini akan
mudah di amati pada singkapan di lapangan.
3. Vesikuler, dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi
menjadi tiga yaitu:
a) Skorian, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
b) Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
c) Aliran, bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristalnya maupun lubang-
lubang gas.
4. Amigdaloidal, bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral skunder.

Diktat Praktikum Petrologi 4


BATUAN BEKU

I.2.3. TEKSTUR BATUAN


Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada kenampakan butir-butir mineral di
dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan
hubungan antar butir (febric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia dan
mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.
Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama, dan sesudah kristalisasi.
Pengamatan tekstur meliputi:
a. Tingkat Kristalisasi
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu
sendiri. Bila pembekuan magma berlangsung lambat maka akan terdapat cukup
energy pertumbuhan kristal pada saat melewati perubahan fase daric air ke padat
sehingga akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan
suhu relatif cepat maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna.
Apabila pembekuan magma terjadi sangat cepat maka Kristal tidak akan
terbentuk karena tidak ada energi yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan
Kristal sehingga akan dihasilkan gelas. Tingkat kristalisasi batuan beku dapat
dibagi menjadi:
1. Holokristalin; bla seluruh batuan tersusun atas Kristal-kristal mineral.
2. Hypokristain/Hypohyalin/Merokristalin; bila batuan beku terdiri dari
sebagian Kristal dan sebagian gelas.
3. Holohyalin; bila seluruh batuan tersusun oleh gelas.

b. Ukuran Kristal
Ukuran Kristal merupakan sifat tekstural yang mudah dikenali. Ukuran
Kristal ini dapat menunjukkan tingkat kristalisasi pada batuan.
Tabel 1.3. Kisaran harga ukuran Kristal dari beberapa sumber.
Cox, Price, Harte W.T.G Heinric
Halus < 1 mm < 1 mm < 1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1-10 mm
Kasar >5 mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm >30 mm

Diktat Praktikum Petrologi 5


BATUAN BEKU

c. Granularitas
Dalam batuan beku, granularitas menyangkut derajat keasaman ukuran
butir dari Kristal penyusun batuan.
Pada batuan beku non fragmental, granularitas dapat dibagi menjadi beberapa
macam, yaitu:

Gambar 1.2 : Tekstur fanerik granular


(Hamblin, 1971)
1. Equigranular
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran kristal yang seragam. Tekstur
equigranular dibagi lagi menjadi :
a. Fenerik granular; apabila kristal mineral dapat dibedakan dengan mata
telanjang dan berukuran seragam. Contoh : granit, gabro.
b. Afanitik; apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang, Contoh: basalt.
Gambar 1.3. Tekstur afanitik (Hamblin, 1971)

2. Inequigranular

Diktat Praktikum Petrologi 6


BATUAN BEKU

Suatu batuan beku disebut memiliki tekstur inequigranular apabila ukuran kristal
pembentuknya tidak seragam. Tekstur ini dibagi menjadi:
- Faneroportirtik; bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal dengan mata telanjang.
Contoh : diorit porfit
- Porfiroafanitik; bila fenokris dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik. Contoh
: andesit porfir

Gambar 1.3. Tekstur faneroporfiritik

3. Gelasan
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas
gelas

Gambar 1.5. Tekstur porfiroafanitik


(Hamblin, 1971)

1.2.4. BENTUK KRISTAL


Untuk kristal-kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan
bentuk kristalnya. Hal ini dapat memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-
mineral batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
a.) Euhedral; apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang-bidang kristal
yang jelas

Diktat Praktikum Petrologi 7


BATUAN BEKU

b.) Subhedra; apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang
dibatasi bidang-bidang kristal
c.) Anhedral; apabila bidang batas kristal tidak jelas

Gambar 1.6. Bentuk-


bentuk kristal:
(a)euhedral (b)subhedral (c)anhedral (Brown.1985)
I.2.5. KOMPOSISI MINERAL
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan menjadi empat yaitu;
1. Kelompok Granit – Riolit berasal dari magma yang bersifat asam, terutama
tersusun oleh mineral kuarsa, ortoklas, plagioklas Na, kadang terdapat
hornblende, biotit, muskovit dalam jumlah kecil.
2. Kelompok Diorit – Andesit; berasal dari magma yang bersifat intermediet,
terutama tersusun atas mineral-mineral plagioklas, hornblende, piroksen, dan
kuarsa biotit, ortoklas dalam jumlah kecil.
3. Kelompok Gabro – Basalt; tersusun dari magma asal yang bersifat basa
terdiri dari mineral-mineral olivine, plagioklas Ca, piroksen dan hornblende.
4. Kelompok Ultra basa; terutama tersusun oleh olivin, piroksen. Mineral lain
yang mungkin adalah plagioklas Ca dalam jumlah yang sangat kecil.

Diktat Praktikum Petrologi 8


BATUAN BEKU

Pembagian batuan beku diatas dapat disusun dalam bentuk table seperti pada G.b.1.7.

Gambar 1.7. Klasifikasi Batuan beku yang menyatakan komposisi mineral dan sifat
asam- basa
1.2.6 IDENTIFIKASI MINERAL
Identifikasi mineral merupakan salah satu bagian terpenting dari deskripsi batuan beku
karena dari identifikasi tersebut dapat diungkap berbagai hal seperti kondisi temperatur
pembentukan, tempat pembentukan, sifat magma asal dan lain-lain.
Di dalam batuan beku dikenal status mineral dalam batuan, yaitu :
1. Mineral primer, merupakan hasil pertama dari proses pembentukan batuan beku.
Mineral ini terdiri dari:
 Mineral utama (essential minerals): yaitu mineral yang jumlahnya cukup
banyak (>10%). Mineral ini sangat penting untuk dikenali karena
menentukan nama batuan.
 Mineral tambahan (accesory minerals): yaitu mineral-mineral yang
jumlahnya sedikit (<10%) dan tak menentukan nama batuan.
2. Mineral sekunder, merupakan mineral hasil ubahan (alterasi) dari mineral primer.
Beberapa hal yang harus diidentifikasi dari mineral adalah:
(i) Warna mineral; dapat mencerminkan komposisi kimianya. Contohnya
senyawa silikat dari alkali dan alkali tanah (Na, Ca, K,dll) memberikan
warna yang terang pada mineralnya.

(ii) Kilap/kilat : merupakan kenampakan mineral jika dikenai cahaya. Dalam


mineralogi dikenal kilap logam dan non logam. Kilap non logam terbagi
lagi atas:
- Kilap intan

Diktat Praktikum Petrologi 9


BATUAN BEKU

- Kilap tanah, contoh: kaolin, limonit.


- Kilap kaca, contoh: kalsit, kuarsa.
- Kilap mutiara, contoh: opal, serpentin.
- Kilap damar, contoh: sphalerit.
- Kilap sutera, contoh: asbes.
(iii) Kekerasan: merupakan tingkat resistensi mineral terhadap goresan.
Beberapa mineral telah dijadikan sebagai skala kekerasan dalam skala
Mohs. Kekerasan relatif mineral ditentukan dengan membandingkannya
terhadap mineral pada skala Mohs.
(iv) berbeda dengan warna mineral.
(v) Belahan: adalah kecenderungan mineral untuk membelah pada satu atau
lebih arah tertentu sebagai bidang dengan permukaan rata.
(vi) Pecahan: adalah kecenderungan untuk terpisah dalam arah yang tak
beraturan. Macamnya:
- Konkoidal: kenampakan seperti pecahan botol, contoh: kuarsa.
- Fibrous: kenampakan berserat, contoh: asbes, augit
- Even: bidang pecahan halus, contoh: mineral-mineral lempung.
- Uneven: bidang pecahan kasar, contoh: magnetit, garnet.
- Hackly: bidang pecahan runcing-runcing, contoh: mineral-mineral
logam.
-
I.3. BATUAN BEKU FRAGMENTAL

Seperti telah disinggung pada bahasan pendahuluan, batuan beku fragmental juga
dikenal sebagai batuan piroklastik (pyro = api, clastics = butiran/pecahan)yang merupakan
bagian dari batuan vulkanik. Batuan fragmental ini secara khusus terbentuk oleh proses
volkanik yang eksplosif (letusan). Bahan-bahan yang dikeluarkan dari pusat erupsi kemudian
mengalami lithifikasi sebelum atau sesudah mengalami perombakan oleh air atau es.

I.3.1.GENESA

Secara genetik batuan beku fragmental dapat dibagi menjadi empat tipe utama, yaitu:

1.Endapan Jatuhan Piroklastik (Pyroclastic Fall Deposits)

Endapan piroklastik ini dihasilkan dari erupsi eksplosif yang melemparkan material-
material volkanik ke atmosfer dan jatuh di sekitar pusat erupsi. Bahan piroklastik setelah
dilempar dari pusat volkanik langsung jatuh

Diktat Praktikum Petrologi 10


BATUAN BEKU

ke darat melalui medium udara. Jika bahan tersebut jatuh pada lereng vulkan yang curam maka
dapat terjadi gerakan yang disebabkan grafitasi. Tumpukan jatuhan piroklastik (tepra) tersebut
bila mengalami litifikasi akan menjadi batuan beku fragmental. Ciri yang nampak dari endapan
ini adalah sortasi (pemilihan yang baik) dan beberapa struktur yang mirip dengan struktur pada
strata sedimen, antara lain kenampakan gradasi normal pada pumis maupun lithic fragments.
Jika bahan-bahan piroklastik setelah dilempar dari pusat erupsi yang berada di darat
ataupun di bawah permukaan laut kemudian diendapkan pada kondisi air yang tenang dan tidak
mengalami reworking serta tidak tercampur dengan bahan yang bukan piroklastik, maka pada
jenis ini tidak didapatkan struktur-struktur sedimen internal dan komposisi seluruhnya adalah
bahan piroklastik. Bila dilihat dari paleoenvironment maka jenis ini termasuk batuan sedimen
dengan provenance piroklastik.
2. Endapan Aliran Piroklastik (Pyroclastic flow Deposits)
Endapan ini dihasilkan dari Gerakan material piroklastik ke arah lateral berupa aliran
gas atau material setengah padat berkonsentrasi tinggi di atas permukaan tanah. Proses
pengendapannya sepenuhnya dikontrol oleh topografi. Lembah dan depresi di sekitar pusat
erupsi akan terisi oleh endapan tersebut. Ciri yang dijumpai antara lain sortasi yang jelek dan
jika ada perlapisan maka pada lithic fragments dijumpai gradasi nomal sedangkan pada pumis
dijumpai gradasi yang berlawanan (reverse grading). Hal ini disebabkan densitas yang lebih
rendah daripada medianya (aliran gas/padatan).
A B

Gambar 1.8. Kenampakan gradasional : (A) gradasi normal, (B) gradasi yang berlawanan. Arah
panah menunjukkan ukuran butir yang semakin halus (Fisher,1984)
3. Pyroclastic Surge Deposits
Mekanisme pembentukan surge deposit ini mirip dengan flow deposit, namun material
piroklastik berada dalam media gas atau padatan berkosentrasi rendah. Endapan ini cenderung

Diktat Praktikum Petrologi 11


BATUAN BEKU

menyebar dan menyelimuti area di sekitar pusat erupsi namun umumnya lebih terkosentrasi di
lembah-lembah dan di daerah depresi. Struktur yang mencirikan endapan ini antara lain:
perlapisan silangsiur, dune, antidune, laminasi planar, baji dan bergelombang (Gambar 1.9)

\
Gambar 1.9 Struktur yang umum dijumpai pada surge deposit (Brown, 1985)

4. Lahar
Pada suhu di atas 100˚C material piroklastik cenderung tertransport oleh media berfase
gas. Dibawah suhu tersebut, media pembawa dapat berupa campuran antara cairan dan gas. Jika
media pembawa berupa air dengan suhu rendah maka terbentuk semacam aliran lumpur yang
disebut lahar. Istilah lahar ini berasal dari Bahasa Indonesia yang kini digunakan secara
internasional.
Sebagaimanahalnya aliran piroklastik, aliran lahar ini lebih terkosentrasi di lembah, alur
dan tempat lain yang bertopografi rendah. Panjang aliran lahar ini dapat mencapai 10 – 20 km,
bahkan di beberapa tempat
mencapai 10 – 20 km, bahkan di beberapa tempat diketahui bahwa alirannya mencapai lebih dari
300 km darisumbernya.
1.3.2 LITOLOGI

Aspek litologi dipakai untuk klasifikasi batuan piroklastik. Dasar klasifikasi yang sering
dipakai antara lain :

Diktat Praktikum Petrologi 12


BATUAN BEKU

1. Ukuran butir

Batas kisaran ukuran butir dan peristilahannya tersaji dalam table berikut ini :

Tabel 1.5 Ukuran material piroklastik (Fisher, 1961)

2. Komposisi Fragmen Piroklastik

Komponen-komponen dalam endapan piroklastik lebih mudah dikenali pada endapan


muda, tak terlitifikasi atau sedikit terlitifikasi. Pada material piroklastik berukuran halus dan telah
terlitifikasi, identifikasi komposisi sulit dilakukan.

3.Tingkatan dan tipe welding

Jika material piroklastik khususnya yang berbutir halus terdeposisikan saat masih panas, maka
butiran-butiran itu seakan-akan terelaskan atau terpateri satu sama lain. Peristiwa ini disebut
welding. Welding umumnya dijumpai pada piroklastik aliran namun kadang-kadang juga
dijumpai pada endapan jatuhan.

1.3.3 ISTILAH-ISTILAH

1. Ash flow (tuffs) – fragmental flow

a) Breksi aliran piroklastik adalah bahan piroklastik yang tersusun atas fragmen
runcing-runcing hasil endapan piroklastik (Fisher, 1960)
b) Ignimbrit adalah suatu batuan yang terbentuk dari aliran abu panas
(MacDonald,1972)
c) Welded tuff adalah endapan aliran abu panas yang terelaskan akibat deposisi pada
saat masih panas.

2. Ash fall; yaitu primary piroklastik atau bahan yang belum mengalami pergerakan dari tempat
semula diendapkan oleh proses jatuhan selama belum mengalami pembatuan/litifikasi (Fisher,
1960)

Diktat Praktikum Petrologi 13


BATUAN BEKU

a) Agglomerate; diartikan sebagai batuan yang terbentuk dari hasil konsolidasi


material yang mengandung bomb (tuff agglomerate merupakan batuan yang
kandungan bomb sebanding atau lebih banyak dari abu vulkanik)
(Widiasmorodkk, 1977)
b) Aglutinete; merupakan hasil akumulasi fragmen-fragmen pipih yang terelaskan,
berasal dari erupsi basaltik yang sangat encer (Tyrell, 1931)
c) Breksipiroklastik; adalah batuanya mengandung block lebih dari 50%
(MacDonald,1972 dan Fisher 1958)
d) Tuff pyroclastic breccia adalah batuan yang mengandung block sebanding dengan
abu volkanik atau biasa juga lebih dominan abu volkanik (Norton 1917 dan
MacDonald, 1972)
e) Lapilistone; adalah batuan yang penyusunutananya berukuran lapilli yaitu 2-64
mm (Fisher, 1961)
f) Lapili tuff; batuan yang kandungan lapilli dan abu volkanik sebanding atau lebih
dominan abu volkanik (Fisher,1961 dan MacDonald,1972)
g) Tuff; adalah batuan yang tersusun atas abu volkanik.

3. Nama batuan tidak berkaitan dengan genesanya, misalnya breksi volkanik adalah batuan yang
terdiri dari penyusun utama fragmen volkanik yang runcing-runcing, dengan matriks berukuran
sekitar 2 mm dengan bermacam-macam komposisi dan tekstur (bisa berupa endapan piroklastik,
autoklastik, alloklastikdll), (Fisher, 1958)

4. Breksi volkanik autoklastik terbentuk sebagai akibat letusan gas yang terkandung di dalam lava
atau akibat pergerakan lava sebelum mengalami pembatuan

a) Breksi aliran terbentuk pada bagian tepi Lava aliran akibat pemadatan pada bagian
tepi kerak dan gerakan mengalir setelah pendinginan (Fisher 1960,
Wright&Bowes 1963, MacDonald, 1972)
b) Breksi letusan terbentuk akibat letusan gas yang terkandung di dalam lava
sehingga terjadi fragmentasi pada kerak bagian luar lava yang mulai membeku.

5. Breksi volkanik aloklastik adalah breksi yang terbentuk dari hasil fragmentasi, batuan yang
telah ada sebelum mengalami pengerjaan oleh proses volkanisme.

a. Breksi intrusi; yaitu breksi yang mengandung fragmen batuan yang diterobos magma matriks
batuan beku (Harker, 1908 dan Bowes, 1960).

Diktat Praktikum Petrologi 14


BATUAN BEKU

b. Explosion brecia; terbentuk dari hancuran batuan karena adanya ledakan volkanik yang
terjadi di bawah permukaan (Wright & Bowes, 1960).

c. Tuffisie; merupakan material klastik yang dihasilkan dari pelarutan material tufaan oleh gas di
dalam pipa volkanik (Fisher, 1961).

d. Tuffisie brecia; merupakan breksi yang tersusun atas fragmen batuan yang diintrusi magma
dengan tuff sebagia matriks dan mengandung bekas aliran gas di dalamnya. (Wright & Bowes,
1960).

6. Breksi volkanik epiklastik

a. Breksi laharik merupakan breksi yang dihasilkan dari aliran lumpur pekat, berupa
pencampuran antara buturan volkanik berukuran beragam dengan bahan non volkanik (Fisher,
1960).

b. Batupasir tufaan/konglomerat tufaan merupakan batuan sedimen epiklastik yang tersangkut


juga di dalamnya komponen piroklastik misalnya pumis atau shard.

c. Batupasir/konglomerat volkanik merupakan batuan epiklastik yang tersusun atas fragmen-


fragmen berupa batuan volkanik yang telah mengalami erosi dan pengangkutan yang kemudian
terendapkan.

I.4. IDENTIFIKASI BATUAN BEKU

Untuk melakukan identifikasi batuan beku ada beberapa perbedaan antara identfikasi
yang dilakuka pada contoh setangan dengan identifikasi singkapan di lapangan. Singkapan di
lapngan diikuti pengamatan contoh setagan.

Selain itu ada juga peerbedaan antara identifikasi batuan beku fragmental dengan
batuan beku non fragmental. Pada batuan beku fragmental identifikasi dititik beratkan pada
struktur dan hubungan antar komponen pembentuk batuan (bahan-bahan priklastik) sedangkan
pada identifikasi batuan non beku fragmental lebih dititik beratkan pada hubungan unit-unit
pembentuk batuan yaitu Kristal-kristal mineral.

DESKRIPSI SINGKAPAN BATUAN BEKU

Dalam melakukan deskripsi singkapan di lapangan ada beberapa hal yang harus yang
harus diamati dan dicatat dalam buku catatan lapangan.

Diktat Praktikum Petrologi 15


BATUAN BEKU

1. Menentukan lokasi pengamatan dengan tepat, memberi nomor lokasi


pengamatan dan membuat deskripsi menyeluruh kenampakan yang teramati di
lapangan dan membuat sketsa singkapan atau membuat sketsa singkapan atau
membuat folio singkapan.
2. Mengamati dan mencatat orientasi vein, kelompok-kelompok kekar yang ada.

3. Jika singkapan menunjukan kenampakan vein, apatit, pegmatite, dykes atau kontak yang
sederhana antara beberapa tipe batuan yang berbeda terutama di daerah dekat kontak
dilakukan pengamatan orientasi baik linier atau kenampakan bidang serta kedudukannya
menurut hokum cross-cutting relationship.

4. Jika pada singkapan menunjukan kenampakan banding atau laminasi batuan beku maka
harus diamati dan diukur orientasi alami banding dan laminasi tersebut serta pengamatan
batas antara dua unit pseudo sedimentary structure.

Diktat Praktikum Petrologi 16


BATUAN BEKU

5. Membuat catatan detail dari pengamatan struktur, tekstur dan mineralogi serta penamaan
batuan (Brown,1985).

2. DESKRIPSI CONTOH SETANGAN

Hasil determinasi contoh setangan dapat dihubungkan dengan data pengamatan singkapan
untuk mendapatkan data yang lebih detail. Data-data tersebut akan saling melengkapi
seperti berikut:

1. Pengamatan kenampakan lapuk dan warna segar batuan, kekerasan mineral relatif baik
yang telah mengalami pelapukan ataupun belum. Mengidentifikasi mineral yang mengalami
pelapukan dari warna hasil lapukannya.

2. Untuk contoh yang menyimpan data yang penting dapat dilakukan analisa petrografi
dengan membuat sayatan tipis pada bagian yang segar.

3. Mengamati warna permukaan segar dan apabila mungkin membuat estimasi mengenai
color index.

4. Pengamatan butiran pada contoh setangan bila batuan afanitik, catat tekstur lain dan
dilakukan pengamatan apakah batuan tersebut felsic atau mafik.

-amati hubungan antara mineral pada batuan yang memiliki kristal kasar sampai medium.

-amati dan catat hubungan fenokris dan nada dasar pada batuan yang bertekstur porfiritik.

5. Amati dan catat derajat homogenitas, layering, laminasi aliran, banding, lubung gas,
tekstur, dan inklusi.6. Amati dan catat proporsi mineral-mineral yang berbeda dan deskripsi
mineral seperti warna, kilap pecahan, belahan, kekerasan, ciri khas dll.

7.Gunakan hasil pengamatan untuk menentukan nama menggunakan klasifikasi tertentu.

Contoh format laporan resmi Acara Batuan Beku

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


Acara Batuan Beku
No.urut : …………
Hari/Tanggal : …………
Jenis Batuan : Batuan Beku Non Fragmental
No. Peraga : …………
Deskripsi Batuan

Diktat Praktikum Petrologi 17


BATUAN BEKU

Batuan berwarna abu-abu cerah, struktur masif, tekstur porfiroafanitik, holokristalin,


ukuran Kristal dari afanitik sampai 5 mm, komposisi : fenokris tersusun oleh plagioklas
(30%), piroksen (20%), kuarsa (5%), dan hornblende (5%); massa dasar tersusun oleh
campuran antara mineral asam dan mineral basa (40%).
Deskripsi Komposisi
Fenokris :
1. Plagioklas : warna abu-abu, kilap kaca, bentuk prismatic panjang, subhedral
ukuran 2-5mm, terdapat striasi pada permukaannya, penyebaran merata,
kelimpahan 30%
2. Piroksen : warna hitam kehijauan, kilap kaca, bentuk prismatic pendek
subhedral,ukuran 1-3 mm, penyebaran kurang merata,kelimpahan 20%
3. Kuarsa : tidak berwarna, kilap kaca, bentuk anhedral, ukuran 0,5-1 mm,
penyebaran tidak merata, kelimpahan 5%
4. Hornblende : warna hitam, kilap kaca, bentuk prismatik panjang subhedral,
ukuran 1-3 mm, penyebaran tidak merata, kelimpahan 5%
5. Massa dasar : warna abu-abu, ukuran afanitik, penyebaran merata,
kelimpahan 40%.

Nama Batuan : ANDESIT PORFIRI (Huang, 1962)

Protogenesa

Berdasarkan warna batuan; yaitu abu-abu cerah, maka batuan ini berasal dari magma
yang bersifat intermediet. Berdasarkan tekstur batuan, yaitu porfiroafanitik, maka
batuan ini termasuk jenis hipabisal yang membeku di bawah permukaan bumi sebagai
sill atau dike.

Mengetahui,
Asisten Acara

Diktat Praktikum Petrologi 18


BATUAN BEKU

Contoh format laporan acara resmi acara batuan beku

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Beku

No. Unit : ....................

Hari / Tanggal : ....................

Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

No. Peraga : ....................

Deskripsi Batuan

Batuan bewarna abu-abu gelap, struktur jointing, tekstur fragmental, unconsolidated material,
ukuran 30 cm, bentuk menyudut tanggung, komposisi block (100%).

Deskripsi Komposisi

Block : warna abu-abu gelap, ukuran kristal afanitik sampai 5mm, pada permukaan terdapat
rekahan, komposisi : hornblende, kuarsa, plagioklas, dan abu vulkanik

1. Hornblende : ....................
2. Kuarsa : ....................
3. Dst.
Nama Batuan : BLOCK (KSBP Teknik Geologi FT UGM, 1979)

Petrogenesa

Berdasarkan warna batuan, yaitu abu-abu gelap, maka batuan ini berasal dari magma yang bersifat
intermediet. Berdasarkan tekstur dan struktur, maka batuan ini merupakan batuan piroklastik yang
terjasdi akibat jatuhan material-material hasil letusan gunung api yang bersifat eksplosif.

Mengetahui,

Asisten Acara

(......................)

Diktat Praktikum Petrologi 19


BATUAN BEKU

DAFTAR PUSTAKA

Bayly, B., 1969, Introduction to Petrology, 1st ed., Prentice Hall Inc., Englewood
Cliffs, New Jersey.

Dietrich, R. V dan Skinner, B.J., 1979, Rock and Rock Minerals, John Wiley and Sons
Inc., Toronto, Canada.

Ehlers, E.G. dan Blatt, H., 1980, Petrology, 1st ed., W.H. Freeman Company, San
Francisco.

Huang, W.T., 1962, Petrology, 1st ed., McGraw-Hill Book Company, New York.

Jackson, K.C.,1970, Textbook of Lithology, McGraw-Hill Book Company, New York.

ekardi, M., 1985, Petunjuk Praktikum Petrografi, Jurusan Teknik Geologi FT UGM,
Yogyakarta.

Thorpe, R.S. dan Brown, G.C., 1985, The Field Description of Igneous Rock, John
Wiley & Sons. Inc., New York, Toronto.

Mottana, A., Crespi, R., Liborio, G., 1977, Guide to Rocks and Minerals, Simon &
Schuster Inc, New York.

Fisher, R.V., Schimineka, H.U., 1984, Pyroclastic Rock, Springer-Verlag Berlin


Heidelberg, Germany.

Hamblin, W.K., Howard, J.D., 1971, Physical Geology : Laboratory Manual, 3rd ed.,
Burgess Publishing Company, Minnesota

Diktat Praktikum Petrologi 20


BATUAN BEKU

LAMPIRAN 1
TABLE FOR MEGASCOPEC DETERMINATION OF IGNEOUS ROCK
(WATER T.HUANG 1962 PETROLOGI) LAB. PETROLOGI
Bedded Pyroclastic,
or frag- glassy Tuff Breccia Tuff breccia Agglomerate
acc High silica glass Low silica gla ss
surface – Obsidian, Perlite, Pitchatone, Pumice Tathylite
Vulcanic

flow and
ejecta
Surface Perphyro- Quartz porphyry Leucite-Nephallnite
flow or aphanitic or Rhyodocite Neph-Basalt + Ollv-
shallow Aphanitic Rhyolite Latite Dacite Leucite Basalt
dikes Trochyte Andesite Basalt Phanolite
Deep to Granite Otz- Granadiarite Tanalite Syenite Diorite Gabbro-por Leucite
hypabys- porphyry Monzonite prephyry porphyry porphyry porphyry Diobasic- porphyry
sal dikes, porphyry texture Nepheline

QUARTZ DEVIDING LINE


Plutenic

minor Monzonite Diabase porphyry


intrusive porphyry
Poridiomorphic Minette (orth-B) Lamprophyre Xeraomite (plag
Pegmatitic B)
Granite Pegmatile Aplitee
Aplitic Vagesite (Orth – H) Maichite (plag
H)
Large- intrusive Granular Granite Otz- Granadianite Tanalite Syenite Diorite Gabbro Nepheline Ijolite Hbl
monzonite Olivine- Syenite mesaourite pyroxenite
Usual Ussual texture Monzedia Gabbro + Olivine Dunite
Occurance Anorthesit Serpentinite
Peridotite
Mineralogical Characteristic M–B- B–H-P B–H-P B–H- B-H-P B-H-P B-H-P Orthoclose Alkaline
composition H P pyroxenr
Essential Quartz Present Quartz obsent
Orth > Orth = Plag > Orth Chiefly sodic Chiefly Chiefly Chiefly Feldspho- Nephiline Mafic Hblp,
Plag Plag plaglo clase Orthoclase sodic Colcic- Toid Olivine
plagloclase plagloclase Leucite, tanpa
Concrinate. lakspor
ULTRA
Rock Type SILICIC INTERMEDIATE MAFIC ALCALIC
MAFIC
Kode : M = muscovite, B = Biotite, O = Olivine, Orth = Orthoclase, Plag = Plaglaclase, P = Pyroxene

Diktat Praktikum Petrologi 21


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT
KLASIFIKASI BATUAN BEKU MENURUT TRAVIS (1955)

Tipe
K-Felspar> 2/3 K-Felspar 1/3 - 2/3 FelsparPlagioklas> 2/3 SeluruhFelspar Sedikit/TidakAda
Khusus
SeluruhFelspar SeluruhFelspar Feldspar
K- K-Felspar< 10 % SeluruhFelspar Terutama :
Felspar Terutama : Mineral
> 10 % Piroksindan/ Fe/Mg
Kuarsa Kua Na-Plagioklas Ca-Plagioklas
MINERAL Seluru atau Olivin danFelds
Kuars < 10% Feldspat Kuar rsa< Feldspato
UTAMA hF pat oid
a> Feldsp oid sa> 10% id>
elspa
10 ato id< > 10 % 10 Feldspatoid< 10 %
r
% 10 % % 10
Kuarsa Kuarsa< Feldspato
%
Kuars Kuar < 10% 10% id> 10 % eTeruta
a> sa> Feldspa Feldspat Piroks ma :
10 10 toi d< oid in> 10 Hornble
< 10 %
Serpenti
% % 10 % % nd e,
Terutama :
n, PEGMA
Terutama : Biotit, TIT
Terutama : Terutama : Piroksin, Olivin, BijihBe
MINERAL Hornblende,Biotit,Piroksin, BijihBe
Hornblende,Biotit,Piroksin Hornblende,Biotit,Piroksin Uralit Juga : si Juga :
TAMBA Muskovit Juga : Na- si
Juga : Juga : Hornblende,Bio Biotit,
HAN Ampibol,Egirin, Kankrinit,
Na-Ampibol,Egirin Na-Ampibol,Feldspatoid tit, Hornble
KHAS Turmalin, Sodalit
Kuarsa,Egirin, Na- nde
Ampibol
INDEKS WARNA 10 15 20 2 25 3 20 20 25 5 60 95 55 APLIT
0 0 0
EQUIGRANULAR GABR PERIDOTI
Batol O
DIORIT T LAMPRO

DIABAS(Dolerit)
it SYENI Norit IJOLIT
MONZO MONZONI MONZO GRA KUARS Harzb FIR
Lapol GRAN SIANI T DIORI Olivinsa TERAL Messorit
NIT T NIT NO A urgit
it IT T NEPH T luo IT eds b
KUARS NEPHEL DIOR (TONA Pikrit
Stock ELI N Traktolit
A IN IT LIT Dunit
PORFIRIT FANERITIK

s Anortho
) rit Piroks
Lakol
GabroKu enit
itluas ars a Serpen
Retas
tinit
tebal
Sill
MASSA
DASAR
FANERITI PORFI PORF
PORFI MONZO PORFI PORFIRI PORFI
K PORFI RI IRI PORF PORF PORFI PORFI
RI NIT RI MONZO RI
IK

L RI SYENI DIORI IRI IRI RI RI


SYEN KUARS MONZO NIT GRA
a GRAN T T DIOR GAB TERA PERIDO
IT A NIT NEPHEL NO
k IT NEPH KUAR IT RO LIT TIT
PORFIR IN DIOR
ol ELI N SA
I IT
it
R
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

et
a
s
S
il
l

m
u
g

“stock”
kecil
Tepimas
saluas
MASSA
DASAR
AFANITIK PORF
PORFI PORFI POR PORFIR
R PORFIR IRI PO PORFIR PORF PORFI PORFI
RI RI FIRI I LATIT
et I LATI RF I IRI RI RI
RYOL TRAK LAT NEPHE
a FONOLI T IRI ANDESI BASA TEFR LIMBUR
IT IT IT LIN
s T KUA D T LT IT GIT TRAP
S RSA AS
il IT
l
L
a
k
ol
it
Aliranperm
ukaan
Tepimassal
uas
“welded
tuffs”
MIKROKRISTALI Nephelit
N Lesitite
LATIT LATIT
R LATI Melilitit FELSIT
RYOL TRAK FONOLI KUARS (TRAK D ANDES BASAL TEFRI LIMBUR
AFANITIK

e T e
IT IT T A IT- A IT T T GIT
t NEPHE Olivine
(DELE ANDE SI
a LIN Nepheli
NIT) SIT) T
s nite
S Dsb
i
l
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

l
Aliranperm
ukaan
Tepimassal
uas
“welded
tuffs”
GLASS OBSIDIAN
Aliranpermukaan
Dan sill ”
“PITCHSTONE”, VITROFIR, PERLIT,BATUAPUNG, SKORIA

= Porfiri Teralit
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Lampiran 3
IGNEOUS ROCK

(a)

(b)

General classification and nomenclature of some common plutonic rock types (a) and
some common volcanic rock types (b). This classification is based on the relative percentages of
quartz, alkali feldspar, and plagioclase, measured in volume percent. (Adapted form
Subcommission on the Systematics of Igneous Rocks, Geotimes, 1973, v.18, no.10, pp 26-30, and
Hyndman D.W. , 1972. Petrology of Igneous and Metamorphic Rocks, McGraw-Hill Book Co. ,
New York, p.35)
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

General classification and nomenclature of coarse-grained igneous rocks.

Fine-grained rocks Medium- and coarse- Common phenocryst


grained equivalents minerals
Felsic (leucocratic) Granite Quartz, alkali feldspar
Rhyolite
Dacite Granodiorite Quartz, plagioclase feldspar
Trachyte Syenite Alkali feldspar, occasional
mafic minerals
Phonolite Nepheline Syenite Alkali feldspar, nepheline
or leucite, occasional green
alkali pyroxene
Mafic Andesite (meso- to Diorite Plagioclase, pyroxene or
melanocratic) amphibole, occasionally
quartz or biotite
Bassalt Gabbro Plagioclase, pyroxene,
olivene
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Fine-grained rock-types, their medium- and coarse-grained equivalents, and possible


phenocryst minerals

Lampiran 5
Mineral properties in igneous rock hand specimens

Typical
Hardne
Mineral Chemical Colour Cleavage Lustre Habit
ss
Formula
Felsic Minerals
Colourle
ss to
pale
grey
None; Rare trigonal
when
irregular, pyramids but
Quartz surround Glassy,
𝑆𝑖𝑂2 curved usually 7
ed by shiny
leacture irregular,
dark
surfaces anhedral
minerals
;
transpar
ent
Tabular
crystals;
shiny
cleavage
surfaces may
White or show simple
Usually
pink, twins.
2 sets at dull,
sometim Elongate
Alkali 90°, someti
(𝐾. 𝑁𝑎)𝐴𝑙𝑆𝑖3 𝑂8 es rectangular 6
feldspar poorly mes
orange ‘laths’,
visible silky or
or lamellae, or
vitreous
yellow irregular
masses of
plagioelase
may be
noted:
perthite
Lath-shaped
crystals:
Usually
White or 2 sets shiny
dull,
Plagiocla green, almost cleavage
𝑁𝑎𝐴𝑙𝑆𝑖3 𝑂8 someti
se rarely 90°, surfaces may 6-6,5
𝐶𝑎𝐴𝑙𝑆𝑖3 𝑂8 mes
feldspar pink or poorly show
silky or
black visible multiple,
vitreous
parallel
twins
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Usually
2 poor occurs in
cleavages micro-
White to
Nephelin ,1 Greasy, crystalline
𝑁𝑎𝐴𝑙𝑆𝑖𝑂4 pale 5,5-6
e occasiona vitreous groundmass;
grey
lly occasional
distinct aggregates
of crystals
1
Tabular
Colourle excellent
Shiny, crystals
Muscovi 𝐾𝐴𝑙2 ss to cleavage,
silver, sometimes 6
te (mica) (𝐴𝑙𝑆𝑖3 𝑂10 𝑋𝑂𝐻)2 pale cleaves 2-2,5
and sided,
brown into thin
pearly especially in
or green flexible
pegmatites
sheets
Mafic Minerals
Usually
Olive
Glassy rounded
green,
Very when unhedral
yellow- 6-7
poor, fresh, crystals,
Olivine (𝑀𝑔. 𝐹𝑒)2 𝑆𝑖𝑂4 green,
usually vitreous occasionally
sometim
fractures when equidimensi
es
altered onal tabular
brown
forms
4 or 8 sided
prismatic
(𝑀𝑔. 𝐹𝑒. 𝐶𝑎)2 Black to Vitreou
2 good crystals
𝑆𝑖2 𝑂6(augite dark, s when
sets occasionally
Pyroxen etc) green or fresh,
meeting showing 6
e brown, dull
at nearly cleavage or
𝑁𝑎𝐹𝑒𝑆𝑖2 𝑂6 yellowis when
90° aegirine
(aegirine) h-green altered
more
acicular
Prismaticor
Black to lozenge-
𝐶𝑎2 (𝑀𝑔. 𝐹𝑒)5 𝑆𝑖8
brownis Vitreou shaped
𝑂22 (𝑂𝐻)2
h, black 2 good s when crystals
(e.g. tremolite)
Amphib or dark sets fresh, often
5-6
ole dark meeting dull showing
𝑁𝑎2 𝐹𝑒32− 𝐹𝑒23− 𝑆𝑖8
green, at 120° when cleavageor
𝑂22 (𝑂𝐻)2 dark altered riebeckite
(riebeckite)
blue more
acicular
1 Thin tabular
Black to
𝐾(𝑀𝑔. 𝐹𝑒)3 excellent crystals,
Biotite dark, Very
(𝐴𝑙𝑆𝐼3 𝑂10 ) cleavage; occasionally 2,5-3
(mica) brown shiny
(𝐹. 𝑂𝐻)2 cleaves 6 sided,
or green
into thin especially in
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

flexible ignimbrites
sheets and acid
lavas
Long thin
prismatic
needle-
shaped
Black, crystals,
but sometimes
Tourmali 𝑁𝑎(𝑀𝑔. 𝐹𝑒)3 𝐴𝑙6 varieties Very Vitreou longintudina
7
ne 𝐵3 𝑆𝑖6 𝑂22 (𝑂𝐻. 𝐹)4may be poor s shiny lly striated
blue, red and often in
or green clusters;
occasiobally
striated
curved
surfaces

Frequent accessory minerals


Often
euhedral,
Pale green
Very subhexagonal
Apatite 𝐶𝑎5 (𝑃𝑂4 )3 (𝑂𝐻) to yellow Vitreous 5
poor crystals;
green
sometimes
fibrous
Colourless Characteristic
to yellow, 1 good euhedral
Sphene 𝐶𝑎𝑇𝑖𝑆𝑖𝑂4 (𝑂𝐻)2 Vitreous 5
green or cleavage rhombic
brown crystals

v
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

LAMPIRAN 6

Mineral properties in igneous rock hand speciments (continued)


Mineral Typical chemical Colour Cleavage Lusire Habit Hardness
formula

Frequent Accessory Minerals (contd.)

Garnet (Mg, Red, brown or Poor Usually resinous Equidimensional 6-7


Fe),Al,Si,O2,(also Ca, yellow or dull, good crystals often
Mn)) crystals may be showing faces
glassy typical of cubic
system, e.g.
dodecahedra and
trapezohedra.
Common in
metagranites.

Leucite KalSi2O6 White or grey None Vitreous or Often cuhedral 5.5-6


resinous trapezohedral
crystals in alkaline
lavas

Hematite Fe2O3 Red to red-brown, None Dull Usually fine and 5.5-6
sometimes black powdery,
oceasionally scaly
and fibrous crystals

Magnetite, (a Fe3O4 Black, brownish- Poor Metallic, dull Small 5.5


spinel mineral) black equidimensional
granuiar crystals,
occasional cubes or
octahedra

Other spinels are M2+M2-O4 where M2- is Fe, Mg, Mn, Zn, etc. and M3- is Al, Fe, Cr, etc. e.g. darak brown to black chromite, FeCr2O4 which occurs in
some peridotites)

Illemenite FeTiO3 Black, brownish None Metallic or dull Thin plates or 3.6
black or grey scales usually
elongate crystals,
sometimes rod-like

Monazite (Ce, La, Th)PO4 Pale yellow to Moderate Resinous Thick tabular 3-3.3
dark brown single crystals in granites
cleavage and gneisses

Secondary Minerals

Calcite CaCO3 White, 3 sets Vitreous, rarely Usually granular 3


translucent rhombohedral glassy or fibrous in
igneous rocks,
common in veins,
cavities, etc. NR
Reacts with dilute
acid

Zeolite group e.g. (Na2Ca) White, pale Variable Usually vitreous Massive or 5-6
(Al2Si3O12).nH2O yellow or pale according to or silky granular crystals
(n varies green, rarely mineral type lining cavities,
oink, red or blue particularly
amygdales;
radiating fibrous
clusters or
needles

Clay group e.g. Al4Si4O12(OH)8 White to pale Good, but not Dull Fine powdery 1
(kaolinite) browns and visible in hand aggregates
greens specimens replacing mainly
BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

feldspar in
igneous rocks

Epidote CaF3-Al2Si3O12(OH) Pale yellows and 1 good cleavage Vitreous Variable, often 6-7
apple green, elongated
rarely brown or crystals, needles
red and radiating
groups, coarsely
crystalline
varieties in
hydrothermal
veins and vesicles

Chlorite (Mg, Al, Fe)6(Si, Mid-green to I good cleavage Dull to pearly Usually 2-3
Al)8O23(OH)4 dark greenish- gives thin sheets and aggregates of fine
yellow ‘miceaceous’ crystals,
sometimes thin
tabular flakes
replacing mafic
minerals in
igenous rocks

Pyrite FeS2 Brassy yellow, Poor Metallies Often good cubic 6-6.5
oceasionally iridescens crystals faces,
brown or black tarnish oceasionally
seriated. Granular
aggregates,
particularly along
veins in igneous
rocks

Referensi:

https://rechneronline.de/pi/deltoidalikositetraeder.php (diakses tanggal 23 September 2019)


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT
BATUAN BEKU

LAMPIRAN 8

Diktat Praktikum Petrologi 58


II. BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

II.1. PENDAHULUAN

Batuan sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan bumi, kurang
lrbih sekitar 75% dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan mtamorf hanya
tersingkap sekitar 25% dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu, batuan sedimen mempunyai
arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi.
Fosil dapat juga dijumpai pada batuan sedimen dan mempunyai arti penting dalam menentukan
umur batuan dan lingkungan pengendapan.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagnesa dari material batuan
lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi meliputi proses pelapukan, erosi,
transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun
kimia. Proses erosi dan transportasi terutama dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi
dapat terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.

 Transportasi dan Deposisi


a. Transposisi dan deposisi partikel oleh fluida
Pada transportasi partikel oleh fluida, partikel dan fluida akan bergerak
secara bersama-sama. Sifat fisik fluida yang berpengaruh terutama adalah
densitas dan viskositas (kekentalan). Densitas akan mempengaruhi kemampuan
fluida mengangkat partikel, seperti diketahui bahwa densitas air lebih besar
daripada angin sehingga air lebih mampu mengangkat partikel yang lebih besar
daripada yang diangkut angin. Viskositas adalah kemampuan fluida untuk
mengalir. Jika viskositas rendah maka kecepatan mengalirnya akan rendah dan
sebaliknya. Viskositas akan menentukan kemampuan erosi dan pengangkatan
partikel oleh fluida. Pengangkutan sedimen oleh fluida dapat berupa bedload
atau suspended load. Partikel yang berukuran lebih besar dari pasir umumnya
dapat terangkut secara bedload dan yang lebih halus akan terangkut secara
suspended load. Pengangkutan secara bedload dapat berupa traksi atau saltasi.
Pada traksi partikel secara kontinu mengalami kontak dengan permukaan, traksi
meliputi rolling, sliding, dan creepig. Sedangkan pada saltasi partikel tidak selalu
mengalami kontak dengan permukaan. Deposisi akan terjadi jika energi yang
mngangkut partikel sudah tidak mampu lagi mengangkutnya.
b. Transportasi dan deposisi oleh sedimen grafity flow

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Pada transportasi ini partikel sedimen ter-transport langsung oleh pengaruh


gravitasi, disini material akan bergerak lebih lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi
disini partikel bergerak tanpa bantuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena
terjadi perubahan energi potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk
dalam sedimen gravity flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan arus turbid.
Deposisi sedimen oleh gravity flow akan menghasilkan produk yang berbeda dengan
deposisi sedimen oleh fluida flow karena pada gravity flow transportasi dan deposisi
terjasi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi. Batuan sedimen yang dihasilkan
oleh proses ini umumnya aka mempunyai sortasi yang buruk dan memperlihatkan
struktur deformasi.

Secara umum batuan sedimen dapat dibedakan menjadi dua golongan besar
berdasarkan cara pengendapannya yaitu batuan sedimen klastik dan non klastik. Klastik
berasal dari kata klastos yang berarti broken; sehingga klastik (disebut juga detritus)
berarti akumulasi partikel yang berasal dari pecahan batuan lain dan sisa rangka
organisme (flint & skinner 1977).

 Batuan sedimen klastik tersusun oleh klastika-klastika yang terjadi karena


proses pengendapan serta mekanis yang banyak dijumpai allogenic
minerals. Allogenic minerals adalah mineral yang tidak terbentuk pada
lingkungan sedimentasi atau pada saat sedimentasi terjadi. Mineral ini
berasal dari batuan asal yang telah mengalami transportasi dan kemudian
terendapkan pada lingkungan sedimentasi. Pada umumnya berupa mineral
yang mempunyai resistensi tinggii. Contohnya : kwarsa, biotite, hornblrde,
plagioklas dan gernet.
 Batuan sedimen non klastik terbentuk karena proses pengendapan secara
kimiawi dari larutan maupun hasil aktivitas organik dan umumnya tersusun
oleh authigenic minerals. Authigenic minerals adalah mineral yang
terbentuk pada lingkungan sedimentasi. Contoh : gypsum, anhydrite, kalsit,
halit.

 Litifikasi dan diagenesa


Litifikasi adalah proses perubahan material sedimen menjadi batuan sedimen
yang kompak. Misalnya pasir mengalami litifikasi menjaadi batu pasir. Seluruh proses

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi disebut
sebagai diagenesa. Diagenesa terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi
daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses
metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibeddakan menjadi 3 macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia dan biologi (lihat tabel berikut). Proses
diagenesa sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen
yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan perubahan material sedimen.
Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan kimia.
Secara fisik perubahan yang terjadi adalah terutama adalah perubahan tekstur.
Proses kompaksi akan merubah penempatan butiran sedimen sehingga terjadi kontak
antar butirannya. Proses sementasi dapat menyebabkan ukuran butir kuarsa akan menjadi
lebih besar, sedangkan sementsi dalam sklala besar menyebabkan terbentuknya nodul dan
konkresi pada sedimen. Perubahan kimia antara lain terdapat pada proses sementasi,
augthigenesis, replacement, inversi dan solusi. Proses sementasi yang terjadi akan
mengisi pori-pori batuan sedimen dengan mineral autigenik. Perubahan kimia selama
diagenesa dapat terjadi dengan adanya penambahan atau pengurangan substansi kimia
karena perubahan kesetimbangan, perubahan ini banyak terjadi karena proses sementasi
dan disolusi.

II.2 WARNA

Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

 Warna mineral pembentuk batuan sedimen


Contoh jika material pembentuk batuan sedimen di dominasi oleh kwarsa maka
batuan akan bewarna putih.
 Warna massa dasar/matrik atau warna semen
 Warna material yang menyelubungi (coating material)
Contoh batu pasir kwarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan bewarna hijau.
Tabel 2.1 : Proses-proses Diagenesa (boggs, 1987)

Diagenetic process Process mechanism Examples

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Compaction Reorganization of gtrains Siliciclastic mud →


into a tighter packed mudstone: porosity
Mainly physical

fabric, causing decreases from 60-80%


decrease in water to 10-20%
content and porosity Siliciclartic sand →
and thinning of bed. sandstone; porosity
decreases from 35-40%
to 20%
Cernentation Precipitation of new Precipitation of caicita
minerals in sediment crystals in pores of
pore space or onto the terrigenous sands or
surface of existing carbonain sediments
minerals of the same Precipitation of silica onto
kind to form rounded quartz grains,
overgrowths. creating new crystal
faces
Authigenesis Alteration of one minersl Fe-bearing minerals →
to form a new mineral, pyrite (reduction)
Mainly chemical

which may or may not Fe-bearing minerals →


act as a cement (in a hematile (oxidation)
broad sense, all Feldspars → clay minerals
processes that cause
new minerals to from
in sediment or
sedimentary rock).
Recrystallization Change in size Lime mud → coarse
(commonly increase) or crystalline limestone
shape of mineral Oolites → coarse mosaic
crystals without of crystals; concentric
significant change in structure obscured
composition; original

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

textures and structures


commonly destroyed
Inversion Replacement of a mineral Aragonite (orthombic
by jls polymorph (a CaCO3) → calcite
mineral having the (rhombohedral CaCO3)
same chemical Fibrous aragonite shells
composition but a → coarse, mosaic calcite
different crystal form); shells
commonly acompanied
by recrystallization.
Replacement Crystallization of a new Fossils (calcite) → fosslis
mineral in the body of (chert)
an old mineral or Clay minerals → calcite
mineral aggregate of Chert grains → calcite
different composition Calcite shells →
by practically glauconite
simulianeous capillary
solution and
deposition; original
textures and structures
commonly well
preserved.
Dissolution Solution of a less stable Calcite shells → cavity
mineral in an Silica shells → cavity
assemblage of mineral, Calcititefaragonite
leaving a cavaty. crystals → cavity
Bioturbation Buring, burrowing, and Chemical/mechanical
sediment ingestion erosion of carbonate
activities of organisms substrate by boring
sucs as molluscs, moluscs, causing
shrimp, and sea sediment degradation
cucumbers, causing

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

sediment degradation and formation of caviles


and mixing and (borings) in the substrate
alteration of primary Burrowing and sediment
sedimentary textures ingestion by marine
and structures. worms and sea
cucumbers that after
textures and stuctures
and aggregate carbonate
sedient into fecal pellets

 Derajat kehalusan butir penyusunnya


Pada batuan dengan komposisi yang sama jika makin halus ukuran butir maka
warnanya akan cenderung lrbih gelap

Warna batuan juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi
lingkungannya reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada
lingkungan oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan mineral organik (organic
matter) mempunyai warna yang lebih gelap

II.3 TEKSTUR

Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti
ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan sedimen mempunyai arti penting karena
mencerminkan proses yang telah dialami batuan tersebut terutama proses transportasi dan
pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan untuk menginterpretasi lingkungan pengendapan
batuan sedimen. Secara umum tekstur batuan edimen dibedakan menjadi 2, yaitu tekstur klastik
dan non klastik

II.3.1 Tekstur Non Klastik

Umumnya memperlihatkan kenampakan mozaik kristal penyusunnya. Kristal penyusun


biasanya terdiri dari satu macam mineral (monomineralik), seperti gypsum, kalsit dan anhydrite.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

 Macam-macam tekstur non klastik


Amorf : berukuran lempung / koloid, non kristalin.
Oolitik : kristal berbentik bulat / elipsoid yang berkumpul, ukurannya 0,25
– 2 mm.
Pisolitik : sama seperti oolitik, ukuran butir kristalnya lebih besar 2 mm.
Sakarodial : butir kristalnya berukuran sangat halus, seperti gula.
Kristalin : tersusun oleh kristral-kristal
 Besar butir kristal dibedakan menjadi : >5 mm kasar
1-5 mm sedang
<1 mm halus
Jika kristalya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut mikrokristalin.

II.3.2 Tekstur Klastik

Unsur dari tekstur adalah fragmemn, masa dasra (matrik) dari semen.

- Fragmen : butiran yang berukuran lebih besar daripada pasir


- Matrik : butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan diendapkan
bersama-sama dengan fragmen
- Semen : material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setelah
fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa sillka, kalsit, sulfat atau oksida
besi.

 Ukuran Butir
Ukuran butir yang digunakan adalah skala Wentworth (1922), yaitu :

Ukuran Butir (mm) Nama Butir Nama Batuan


>256 Bongkah Breksi : jika fragmennya mempunyai bentuk
64 - 356 Berangkal runcing.
4 - 64 Kerakal Konglomerat : jika fragmennya membulat
2–4 Kerikil
1-2 Pasir sangat kasar Batu pasir
½-1 Pasir kasar
¼-½ Pasir sedang
1/8 - ¼ Pasir halus

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

1/16 – 1/8 Pasir sangat halus


1/16 – 1/256 Lanau Batu lanau
< 1/256 Lempung Batu lempung

Besar butir dipengaruhi oleh :


1. Jenis pelapukan
2. Jenis transportasi
3. Waktu / jarak transport
4. Resistensi
 Bentuk Butir
- Tingkat kebundaran butir (roundness)
Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir,
jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs, 1987). Butiran dari
mineral yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk kurang budar
dibandingkan butiran mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene
butiran berukuran lebih besar dari kerakal akan lebih mudah membundar dari
pada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi tingkat
kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran
akan makin bundar.

 Sortasi (pemilahan)
Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar
Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen
 Kemas

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam


matrik)
Kemas tertutup : butiran saling bersentuhan satu sama lainnya.

II.4 STRUKTUR

Pada batuan sedimen dikenal 2 acam struktur yaitu :

 Struktur syngenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan


sedimen, disebut juga sebagai struktur primer batuan.
 Struktur epigenetik : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti
kekar, sesar dan lipatan struktur batuan ini tidak akan dibahas di Petrologi

Macam-macam struktur primer batuan adalah sebagai berikut :

 Karena proses fisik


1. Struktur eksternal
Terlihat pada kenampakan morfologi dan bentuk batuan sedimen secara
keseluruhan dilapangan. Contoh struktur eksternal adalah : lembaran (sheet),
lensa, membaji (wedge), prisma tabular.
2. Struktur internal
Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen, macam struktur internal:
a. Perlapisan dan laminasi

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Disebut dengan perlapisan jika tebalnya lebih dari 1 cm dan disebut laminasi
bila kurang dari 1 cm. Perlapisan dan laminasi batuan sedimen terbentuk
karena adanya perubahan kondisi fisik, kimia dan biologi. Misalnya terjadi
perubahan energi arus sehingga

Tabel 2.2. macam-macam struktur primer batuan sedimen (Boggs,1987)

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Depositional Erosional Biogenic


structures structures Deformation structures structure
GENETIC
CLASSIFICATION

Suspension-settling and current and

Impact structures (rain, hall, spray)


Injection (fluidization) structures
Chemically and biochemically

Load and founder structures

Biostratification structures
Wind-formed structures
wave-formed structures

Fluid-escape structures

Bioturbation structures
Desiccation structures
precipitated structures

Slump structures
Scour marks

Tool marks
MORPHOLOGICAL
CLASSIFICATION

STRATIFICATION AND BED-


FORMS
Bedding and lamination X X X
Laminated bedding X X
Graded bedding
Massive (structureless) bed-
ding X X

Bedforms X X
Ripples X
Sand waves X X
Dunes X
Antidunes

Cross-lamination
Cross-bedding X X
Ripple cross-lamination X X
Flaser and lenticular bedding X
Hummocky cross-bedding X

Irregular stratafication
Convolute bedding and lami-
nation X
Flame structures X
Ball and pillow structures X
Synsedimentary folds and
faults X
Dish and pillar* structures X
Channels X
Scour and fill structures X
Mottled bedding X
Stromatolites X

BEDDING PLANE MARKINGS


Groove casts; striations; bounce,
brush prod, and roll marks X
Flute casts X
Parting lineation X
Load casts X
Tracks, trails, burrows X
Mudcracks and syneresis cracks X
Pits and small impressions X
Rill and swash marks X

OTHER STRUCTURES
Sedimentary sills and dikes X

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Karena proses biologi

1. Jejak (tracks & trail)


Track : jejak berupa tapakorganisme
Trail : jejak berupa seretan bagian tubuh organisme
2. Galian (borrow)
Adalah lubang atau bahan galian hasil aktivitas organisme
3. Cetakan (cast & mold)
Mold : cetakan bagian tubuh organisme
Cast : cetakan dari mold

Struktur batuan sedimen juga dapat digunakan untuk menentukan bagian atas suatu
batuan sedimen. Penentuan bagian atas dari batuan sedimen sangat penting, artinya dalam
menentukan urutan bahan sedimen tersebut. Struktur sedimen yang dapat digunakan dapat dilihat
pada gambar 2.3.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

11.5. KOMPOSISI

Batuan sedimen berdasarkan komposisinya dapat dibedakan menjadi beberapa


kelompok, yaitu sebagai berikut :

1. Batuansedimen detritus / klastik


Dapat dibedakan menjadi :
Detritus halus : batu lempung, batulanau
Detritus sedang : batu pasir (greywacke,feldspathicgreywacke, dsb)
Detritudkasar : breksi dan konglomerat
Komposisi batuan ini pada umumnya adalah kwarsa, feldspar, mika, mineral
lempung, dsb.
2. Batuan sedimen evaporit
Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. Contoh batuannya adalah gip,
anhydrite, batu garam.
3. Batuan sedimen batubara
Batuan ini terbentuk dari material organik yang berasal dari tumbuhan. Untuk
batubara dibedakan berdasarkan kandungan unsur karbon, oksigen, hidrogen, air, dan
tingkat perkembangannya. Contohnya lignit, bituminous coal, anthracite.
4. Batuan sedimen silika
Batuan sedimen silika ini terbentuk oleh proses organik dan kimiawi,. Contohnya
adalah rijang (chert), radiolarian dan tanah diatomae.
5. Batuan sedimen karbonat
Batuan ini terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi atau organik. Contoh batuan
karbonat adalah framestone, boundstone, packstone, wackstone dan sebagainya.

11.6. KLASIFIKASI

Klasifikasi batuan sedimen klastik yang umum digunakan adalah berdasarkan ukuran
butirnya (menurut ukuran butir dari Wentworth), namun akan lebih baik lagi bila ditambahkan
mengenai hal-hal lain yang dapat Memperjelas keterangan mengenai batuan sedimen yang
dimaksud seperti komposisian struktur. Misalnya batu pasir silang-siur, batu lempung, kerikilan,
batu pasir kwarsa.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Ada klasifikasi lain yang juga dapat digunakan yaitu end members classification,
klasifikasi ini dibuat berdasarkan komposisi atau ukuran butir dari penyusun batuansedimen yang
sudah ditentukan terlebih dahulu. Contoh klasifikasi ini yaitu :

a.

b.

Gambar 2.4 Klasifikasi berdasarkan ukuran batu a. Kerikil, pasir, lanau, dan lempung b. Pasir,
lanau, dan lempung

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Gambar 2.5. Klasifikasi batupasir (Dott,1964)

11.7 ARTI EKONOMI

Batuan sedimen mempunyai arti ekonomis bagi kehidupan manusia, antara lain adalah :

1. Sumber energi
Sebagai batuan induk dan reservoir minyak dan gas bumi, batubara juga
termasuk batuan sedimen.
2. Mengandung mineral ekonomis
Banyak batuan sedimen atau sedimen yang mengandung mineral ekonomis
seperti kwarsa, barit, emas, timah, dan sebagainya.
3. Sebagai bahan bangunan
Antara lain batu gamping, batu pasir/pasir, kerikir, dan batu lempung.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

11.8. DAFTAR PUSTAKA

Boggs, S. 1987, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, Merill Publishing

Company, A Bell &Howell Company,Columus,Ohio.

Flint& Skinner, 1977, Physical Geology, Second Edition, John Wiley and Sons,

New York.

Koesoemadinata, 1980, Prinsip-Prinsip Sedimentasi, Departemen Teknik Geologi

ITB, Bandung.

Mc Clay, K.R, 1987, The Mapping of Geological Structures, Open University Press

Milton Keynes and Halsted Press, John Wiley & Sons, New York.

Tucker, M.E, 1982, The Field Description of Sedimentary Rocks, Geological Society

of London Handbook John Wiley and Sons, New York-Toronto

Tucker, M.E, 1991, Sedimentary Petrology, Open University Press, Milton Keynes

and Halsted Press, John Wiley & Sons, New York.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Contoh deskripsi batuan sedimen :

No. Urut :1

No. Peraga : BS 107

Jenis Batuan : Batuan Sedimen

Deskripsi Batuan:

Batuan sedimen berwarna coklat kekuningan, tekstur bahannya klastik, terdapat matriks dan
fragmen, ukuran butir dari matriks pasir kasar, sedangkan fragmen berukuran kerikil, sortasi
buruk, kemas terbuka bentuk butirnya membulat (well Rounded) sampai membulat sangat baik
(very well rounded), struktur berlapis, komposisi matriks adalah kwarsa dan mika, komposisi dari
fragmen adalah batuan beku yang mempunyai komposisi kwarsa, hornblende, dan plagioklas.
Deskripsi Komposisi Komposisi
matriks

 Kwarsa, berwarna putih berukuran ½ mm (pasir sedang), tidak ada belahan, jumlah
75%
 Mika, berwarna putih kecoklatan, berukuran ½ m, belahan satu arah, struktur
lembaran, jumlah 15%

Komposisi fragmen

 Batuan beku, yang berwarna kehitaman, berukuran 2-4 mm (kerikil), tekstur


fanerik granular struktur masif, komposisinya adalah kwarsa, hornblende dan
plagioklas, jumlah 10%

Nama Batuan : Batupasir kerikilan berlapis (Wentworth, 1922)


Petrogenesa : Batuan terbentuk dari hasil transportasi dan deposisi material sedimen yang
diangkut oleh arus dengan energi sedang. Bila dilihat dari bentuk butirnya yang membuat maka
diperkirakan batuan akan mengalami transportasi yang jauh. Mengetahui
Asisten Acara

(...........................)

Lampiran gambar macam-macam struktur sedimen

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Graded bedding Cross Stratification

Washout Slump bedding

Current ripples Flute cast

Load cast Animal borings

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN SEDIMEN NON KARBONAT

Distinctive types of layering (sumber: earthsci.org)

Primary sedimentary structure


(sumber: https://www.slideshare.net/md5358dm/sedimentary-structures-29164677)

Definition diagrams for many of the descriptive terms used in the description of ripples.
Most of the terms can also be applied in larger ripple-like bedforms. The referenceare a parallel
in the current. Y vertical and X horizontal and perpendicular in the current (Partly after allen,
1968)

Diktat Praktikum Petrologi 59


III. BATUAN KARBONAT

III.1. PENDAHULUAN

Batuan karbonat merupakan salah satu jenis batuan sediman nonsilisiklastik. Menurut
Pettijohn (1975), batuan karbonat adalah batuan yang fraksi karbonat lebih besar dari fraksi
nonkarbonat. Apabila fraksi karbonatnya < 50%, maka tidak dapat disebut lagi sebagai batuan
karbonat. Fraksi karbonat tersusun oleh (unsur logam + CO3), seperti aragonite, kalsit, dolomit,
magnesit, ankerit, dan siderite, sedangkan fraksi non karbonat (impurities) antara lain kuarsa,
feldspar, mineral lempung, gipsum, anhidrit, rijang (chert), gloukonit, dan lain-lain.

Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan dolomite
(dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping apabila terutama tersusun oleh kalsit (≥
90%) (Boggs,1987). Jenis batuan karbonat yang lain adalah terumbu (reef), kapur (chalk), dan
cherry limestone.

Batuan karbonat menyusun ± 10%-20% dari seluruh batuan sedimen yang ada di
permukaan bumi ini. Meskipun batuan karbonat secara volumetrik lebih kecil jika dibandingkan
dengan batuan sedimen silisiklastik, tetapi tekstur, struktur, dan fosil yang terkandung di dalam
batuan karbonat dapat memberikan informasi yang cukup penting mengenai lingkungan laut
purba, kondisi paleoekologi, dan evolusi bentuk-bentuk kehidupan, terutama organisme-
organisme laut. Meskipun sebagian besar batuan karbonat terbentuk pada laut dangkal (supratidal
sampai subtidal), seperti terumbu, batuan karbonat juga dapat terbentuk di laut dalam sebagai
endapan pelagik atau turbidit, seperti chalk, dan cherry limestone. Selain pada lingkungan laut,
batuan karbonat juga dapat terbentuk di danau dan pada tanah (soil) yang disebut sebagai caliche
(uadose pisoid) (Tucker,1982).

Batuan karbonat dipelajari secara tersendiri, karena beberapa alasan sebagai berikut :
terbentuk pada cekungan dimana dia diendapkan (interbasinal), tergantung pada aktivitas
organisme, mudah berubah oleh proses diagenesis akhir, hamper ± 50% menyusun endapan-
endapan laut, mewakili seluruh jaman geologi mulai dari Pterozoic sampai Cenezoic, proses
pembentukannya tidak sama dengan proses pembentukan batuan sedimen silisiklastik, tekstur dan
komposisi mineral karbonat tidak menunjukkan provenance batuan asal, dan batuan karbonat
berasal dari subtidal carbonate factory (middle-outer shelf).

III.2. MINERALOGI

Mineral karbonat yang sering dijumpai pada batuan karbonat dapat dilihat pada tabel I.

Diantara mineral-mineral karbonat yang terlihat pada tabel I, mineral karbonat yang
paling banyak dijumpai pada batuan karbonat adalah aragonit, kalsit, dan dolomit.

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN KARBONAT

Endapan-endapan karbonat pada masa kini terutama tersusun oleh aragonit, disampin itu juga
kalsit dan dolomit. Aragonit tersebut kebanyakan berasal dari proses biogenik (ganggang hijau
atau calcareous green algae) atau hasil presipitasi langsung dari air laut secara kimiawi. Aragonit
ini beersifat tidak stabil, artinya segera setelah terbentuk akan berubah menjadi kalsit. Oleh karena
adanya proses subtitusi Ca oleh Mg, maka kalsit pada endapan karbonat masa kini ada 2 macam,
yaitu:

1. Low-Mg Calcite, apabila kandungan MgCO3< 4%, dan terbentuk pada daerah
yang dingin.
2. High-Mg Calsite, apabila kandungan MgCO3 ≥ 4%, dan terbentuk pada daerah
yang hangat.

Tabel 3.1. Komposisi kimia dan struktur kristal mineral karbonat yang utama

(Boggs, 1987).

Mineral Chemical formula Crystal system


Aragonite CaCO3 Orthorhombic
Calcite CaCO3 Hexagonal (rhombohedral)
Magnesite MgCO3 Hexagonal(rhombohedral)
Dolomite CaMg(CO3)2 Hexagonal(rhombohedral)
Ankerite (ferronn CA(FeMg)(CO3)2 Hexagonal(rhombohedral)
dolomite)
siderite FeCO3 Hexagonal(rhombohedral)
Dolomit terbentuk pada lingkungan supratidal dan danau air tawar, tetapi mempunyai
nilai kepentingan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan

aragonit dan kalsit. Dolomit primer merupakan hasil presipitasi langsung dari air laut secara
kimia (± 12 %), dolomit sekunder merupakan hasil proses pergantian (replacement) yang lebih
dikenal sebagai proses dolomitisasi. Lain halnya dengan endapan
karbonat masa kini yang didominasi oleh aragonit, maka batuan karbonat purba (ancient
carbonate rock) terutama tersusunoleh kalsit dan dolomit. Kalsit adalah mineral utama pada
dolomite purba. Aragomit jarang dijumpai pada batuan karbonat purba. Aragonit adalah
polimorf metastabil dari CaCO3 dan mudah berubah menjadi kalsit dalam kondisi berair
(aqueous).

III.3. KOMPONEN PENYUSUN BATUAN KARBONAT

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN KARBONAT

Batu gamping purba merupakan batuan monomineralik yang tersusun oleh kalsit.
Komponen utama penyusun batugamping dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu: 1. Butiran
karbonat (carbonate grain). 2. Mycrocrystalline calcite (micrite)/ lumpur kar-bonat
(lime/carbonate mud)/ matrik. 3. Sparry calcite (sparite)/semen karbonat.

Menurut Folk (1959), butiran karbonat disebut sebagai allochem, sedangkan micrite dan
sparite disebut sebagai orthochem.

III.3.1. Butiran Karbonat

Butiran karbonat mempunyai ukuran butir mulai dari lanau kasar (0,02 mm) samapai
pasir (2 mm), bahkan ada yang lebih besar dari pasir (Boggs, 1987). Butiran karbonat dapat
dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Butiran non cangkang (non-skeletal grain).

2. Butiran cangkang (skeletal grain).

III.3.1.1. Butiran non cangkang

Butiran non cangkang ini ada 5 macam, yaitu : ooid/oolith, pisoid/pisolith, pellet/peloid,
klastika karbonat (intraclast dan lithoclast), dan agregat (lump/grapestone).

a. Ooid/oolith (coated grain).

Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau ellipsoid yang mempunyai 1
atau lebih struktur lamina yang konsentris dan mengelilingi suatu

Inti (gambar 3.1). inti tersebut bisa berupa fragmen cangkang, pellet, atau kuarsa, sedangkan
struktur laminae tersusun oleh Kristal-kristal aragonit (ooid masa kini) atau kalsit yang halus
(ooid purba). Ukuran ooid 2mm, tetapi pada umumnya berukuran 0,2-0,5 mm. istilah ooid
digunakan untuk nama butiran karbonatnya, sedangkan istilah oolith digunakan untuk nama
batuannya.

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN KARBONAT

Gambar 3.1
Ooid (Tucker, 1991)

Ooid yang struktur laminannya hanya terdiri dari 1 lapis saja disebut
superficial/pseudo-ooid, sedangkan jika antar ooid saling berikatan satu sama lain dan
kemudian dikelilingi oleh struktur laminae yang baru, maka disebut composite ooid.

Ooid terbentuk karena proses agitasi (pengayakan) pada lingkungan laut yang dangkal
(< 15 meter), arus dasar yang kuat, salinitas tinggi, dan jenuh kalsium bikarbonat. Makin
banyak struktur laminanya, maka proses agitasi oleh arus dan gelombang makin tinggi dan
efektif. Apabila salinitas sangat tinggi (hipersaline), maka ooid akan mempunyai struktur radar.

b. Pisoid/pisolith.

Pisoid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau ellipsoid yang mempunyai
struktur lamina yang konsentris, seperti ooid, tetapi ukurannya lebih besar dari 2mm, bahkan
dilapangan ada yang mencapai beberapa puluh mm. pisoid juga mempunyai inti dan tersusun
oleh kuarsa, fragmen cangkang, atau pellet. Pisoid ada 2 macam, yaitu : vadose pisoid (caliche)
dan algal pisoid.

Istilah pisoid digunakan untuk nama butiran karbonatnya, sedangkan

c. Peloid / pellet.

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN KARBONAT

Peloidadalahbutirankarbonat yang berbentukbulat, ellipsoid, atauruncing,


tersusunolehmicrite, tetapitidakmempunyaistrukturdalam (gambar3.2) (Tucker, 1991).
Ukuranpeloidrelatif kecil, hanyabeberapa mm, tetapipadaumumnyaberdiameter<0,1-0,5 mm
(lanausampaipasirhalus).

Gambar 3.2 Peloid (Tucker, 1991)

Peloiddapatberasaldarisekresiorganisme, terutamaorganismepemakanlumpurkarbonat
(deposit feeder)sepertigastropodaatau crustacean, disebutsebagaifaecal pellet (pellet). Pellet
cenderungberukuran kecil danseragam, berbentukteratur (oval sampaibundar),
danmempunyaikandunganbahanorganik yang tinggi. Pellet banyakdijumpai di
lingkunganlagoonatau tidalflat (daerah yang berenergirendahdanrelatiftenang).

Peloidjugadapatberasaldarihasildisintegrasidariooidataufragmen-fragmencangkang yang
bundarolehaktivitasorganismepembor, terutamaendolithic (boring) algne. Proses inilah yang
disebut proses mikritisasi, yaitumenghasilkanpisoidsekunder yang terbentukamorfdantidakteratur
(gambar 3.2). Selainitupeloidjugadapatberasaldari proses abrasiintraclast(pecahandarimicrite),
sehinggabagianpinggirnyamenjaditumpuldancenderungberbentukbulat.

d. Klastikakarbonat(intraclastdanlithoclast). Klastikakarbonatadalahbutirankarbonat yang


berasaldari proses erosibatugampingpurba yang tersingkap di darat
(selanjutnyadisebutsebagailithoclast), atauberasaldari proses erosiendapan-endapankarbonat
yang terkonsolidasilemahpadacekunganpengendapan, yaituberasaldarisenfloor, tidal flat,
ataubeach rock (selanjutnyadisebutsebagaiintraclast).
Perbedaanantaraintraclastdanlithoclastmempunyaiimplikasiuntukinterpretasisejarahtransportasi
danpengendapanbatugamping, tetapikadang-kadangsulitdibedakan.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Apabilaklaslikakarbonattidakbisa di bedakanantaraintraclastdanlithoclast,
makadisebutlimeclast. Ukuranlimeclastberkisardaripasirhalussampai gravel,
tetapipadaumumnyaberukuranpasir. Intraclastterbentuk di lautdangkaldanpadazona di
bawahwave base. Batugamping yang tersusunolehlimeclast yang besar-
besardisebutsebagaikonglomeratintraformasional (lihatgambar
3.3).Fisiasikonglomeratintraklastik (pelat yang dipoles).
Perhatikamjumlahbatulumpurintraclastdidasartempattidurini.

Gambar 3.3. Konglomeratintraformasional yang


tersusunolehintraclastpadabatugampingmikritik, (Tucker, 1982)

e. Agregat (lump/grapestone).

Agregatmerupakankumpulandaribeberapamacambutirankarbonat yang
tersemenbersama-samaselamasedimentasi (Tucker, 1982). Semennyabisaberupa semen
mikrokristalinkalsitatau semen zatorganik.
Agregatterbentukpadalingkunganlautdangkaldimanaenergiarusdangelombangrelatifrendah.

Agregatpadalingkunganlautmasakiniterutamatersusunoleholeharagonit,sedangkanagreg
atpadapadabatugampingpurbaterutamatersusunolehkalsit.
Agregatpadabeberapalingkunganlautmasakini, seperti di Bahama Bank,
mempunyaibentuksepertibuahanggur, sehinggadisebutsebagaigrapestone.
Kenampakanagregatdapatdilihatpadagambar3.4.

Gambar 3.4 Agregat/Grapestone(sumber:www.geol.umd.eduz)

III. 3.1.2. Butirancangkang

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Butirancangkang pada batuankarbonatdapatberupamikrofosil, makrofosil,


ataufragmendarimakrofosil. Jikabutirantersebutberupacangkangutuhdisebutbiomorph,
sedangkanapabilabutirantersebutberupafragmencangkangdisebutbioclast.
Butiraninimerupakanallochem yang paling seringdijumpai pada batuankarbonat dan melimpah
pada batugamping.

Jenisbutirancangkang yang ada pada batuankarbonattergantung pada umurbatuan dan


faktorlingkungandimanadiadiendapkan, sepertitemperatur, kedalaman dan salinitas.
Kelompokorganismelautgampinganutamasebagaipembentukbatuankarbonatdapatdilihat pada
gambar 5.

Butirancangkang, baikfosilutuhmaupunfragmencangkang pada


batugampingdapatdigunakanuntukinterpretasipaleolingkungan dan paleoekologi.

III. 3.2. Micrite


Micrite ataulumpurkarbonattersusun oleh kristal-kristalkalsit yang sangathalus (pada
batugampingpurba) ataukristal-kristaljarumaragonit yang sangathalus (pada endapankarbonat
masa kini). Micrite
dapatsebagaimatrikdiantarabutirankarbonatataupenyusunutamabatugampingberbutirhalus, dan
butirnyaberdiameter< 4𝜇𝑚(lempung) (Tucker, 1982). Di bawahmikroskop, micrite
mempunyaikenampakancloudy, keabu-abuansampaikecoklatan dan translucent.Kehadiran
micrite pada batugampingpurbamenunjukkan, bahwa proses pencucian (winnowing) oleh
gelombang dan arusrelatifkecilsekali, sehingga micrite terbentuk pada kondisi air yang tenang.

Gambar 3.5. Kepentingan, kelimpahan dan penyebaran dari organisme laut


gampingan sebagai penghasil buatan karbonat (Boggs, 1987)

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

III.3.3. Sparite
Sparite adalah kristal – kristal kalsit yang berbentuk equant, berukuran 0,02-0,1
mm, dan berkenampakan transparant dan jernih di bawah mikroskop polarisasi (Boggs,
1987). Sparite dibedakan dari micrite karena mempunyai ukuran kristal yang lebih besar
dan kejernihannya, sedangkan dibedakan dari allochem karena bentuk kristal dan tidak
adanya tekstur internal.

Sparite berfungsi sebagai semen pengisi rongga – rongga antar butiran atau
pengisi lubang – lubang hasil proses pelarutan. Kehadiran sparite sebagai semen pada
batu gamping purba mennjukkan, bahwa proses pengendapan terjadi lingkungan energi
tinggi (ngitated-water condition) dimana arus dan gelombang relatif cukup kuat.

III.4. KLASIFIKASI BATUAN KARBONAT

Secara umum, klasifikasi batuan karbonat ada 2 macam yaitu: klasifikasi diskriptif
dan klasifikasi genetik (Ham, 1962). Klasifikasi diskriptif merupakan klaifikasi yang
didasarkan pada sidaft – sifat batuan yang dapat diamati dan dapat ditentukan secara
langsung, seperti fisik, kimia, biologi, mineralogi, atau tekstur. Klasifikasi genetic
merupakan klasifikasi yang menekankan pada asal – usul batuan daripada sifat-sifat
batuan secara deskriptif.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Klasifikasi batuan karbonat bermacam-macam, tetapi klasifikasi yang akan


dibahas di sini adalah klasifikasi menurut Grabau (1904), Folk (1959), Dunham (1962),
dan Embry & Klovan (1971). Syarat utama penggunaan klasifikasi Folk, Dunham, dan
Embry & Klovan adalah mineral karbonat ≥ 90%, yaitu khusus batugamping.

III.4.1. Klasifikasi Grabau (1904)

Menurut Grabau, batugamping dapat dibagi menjadi 5 macam, yaitu :

a. Calcirudite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir
(>2mm).

b. Calcarenite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya sama dengan pasir (1/16 –
2mm).

c. Calcilutite, yaitu batugamping yang ukuran butirnya lebih kecil dari pasir (<1/16
mm).

d. Calcipulverite, yaitu batugamping hasil presipitasi kimiawi, seperti batugamping


kristalin.

e. Batugamping organic, yaitu hasil pertumbuhan organisme secara institu, seperti


terumbu dan stromatolite.

III.4.2. Klasifikasi Folk (1959)

Parameter utama yang dipakai pada klasifikasi ini adalah tekstur deposisi (Ham,
1962). Folk menyatakan, bahwa proses pengendapan batuan karbonat dapat
disebandingkan (comparable) dengan proses pengendapan batupasir atau batulempung
(shale).

Menurut Folk, ada 3 macam komponen utama penyusun batugamping, yaitu :

a. Allochem, yaitu material karbonat sebagai hasil presipitasi kimiawi atau biokimia
yang telah mengalami transportasi (intrabasinal), analog dengan butiran pasir atau
gravel pada batuan asal daratan. Allochem ada 4 macam, yaitu intraclast, oolite,
pellet, dan fosil.

b. Mycrocrytalline calcite ooze (micrite), yaitu material karbonat yang berdiameter


1-4 mikron, translucent, dan berwarna kecoklatan (dalam asahan tipis).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Sedangkan dalam handspecimen, micrite bersifat opak dan dull, berwarna putih,
abu-abu, abu-abu kecoklatan atau hitam. Micrite analog dengan lempung pada
batulempung atau matrik lempung batupasir. .

c. Sparry calcite (sparite), yaitu komponen yang berbentuk butiran atau kristal ≥ 4
mikron(4-10 mikron) dan memperlihatkan kenampakan yang jernih dan
mozaik dalam asahan tipis, berfungsi sebagai pore filling cement. Sparite analog
dengan semen pada clea, sandstone.

Berdasarkan perbandingan relatif antara allochem, micrite, dan sparite serta jenis
allochem yang dominan, maka folk membagi batu gamping menjadi 4 famili, seperti
yang terlihat pada gambar 3.6. batugamping tipe1 dan 2 disebut sebagai allochemical
rock (allochem >10%), sedangkan batu gamping tipe 3 disebut sebagai arthochemical
rock (allochem ≤ 10%). Batas ukuran butir yang digunakan oleh Folk untuk membedakan
antara butiran (allochem) dan micrite adalah 4 mikron (lempung).

Batu gamping tipe 1 analog dengan batupasir/konglomerat yang tersortasi bagus


terbentuk pada high- energy zone, batugamping tipe 2 analog dengan batupasir
lempungan atau konglomerat lempungan dan terbenntuk pada low- energy zone, dan
batugamping tipe 3 analog dengan batulempung dn terbentuk pada kondisi yang
tenang(lagoon).

Prosedur pemberian nama batuan menurut Folk aalah sebagai berikut(lihat table
3.2) :

1. Jika intraclast > 25% intraclastic rock.


2. Jika intraclast ≤ 25% ,lihat persentase oolite-nya.
3. Jika oolite > 25% oolitic rock.
4. Jika interclast ≤ 25% dan oolite ≤25%, lihat perbandingan antara fosil dengan
pellet, yaitu : a) fosil : pellet > 3: 1 biogenic rock. b) fosil : pellet < 3 : 1
pellet rock. c) fosil : pellet = 3 : 1 – 1 : 3 biogenic pellet rock. aturan
penamaan batuan adalah sebagai berikut : kata pertama adalah jenis allochem
yang dominan dan kata yan kedua adalah jenis orthocem yang dominan, contoh :
intrasparite, biomicrite dll.

Diktat Praktikum Petrologi 59


Tabel 3.2 Klasifikasi Batu Gamping menurut Folk, 1959 (Boggs, 1987)
BATUAN KARBONAT

Diktat Praktikum Petrologi


Designates rare rock types
Names and symbol in the body of the table refer to limestones. If the rock contains more than 10 percent replacement dolomite, prefix
the term "dolomitized" to the rock name and use *Dlr and *Dla for the symbol (e.g dolomitic pelsparits, lp : dLa). If the rock consist
of primary (directly deposited) dolomite, prefix the term "primary dolomite" to the rock name, and use D: or da for the symbol
(e.g., primary dolomite intramicrite. lli: Da). Instead of "primary dolomite micrite". (lllm: D) the term of "dolomicrite" may be used.
Upper name in each box reffers to carcirudiles (median allochem size larger than 1.0 mm); lower name refers to all rocks with median
allochum size smaller than 1.0 mm. Grain size and quantity of ooze matrix, cements, or terrigenous grains are ignored.

59
BATUAN KARBONAT

Gambar 3.6 Penggambaran skematik komponen yang menjadi dasar


klasifikasi batuan karbonat menurut Folk (Boggs,1987)

III.4.3. Klasifikasi Dunham (1962)


Dunham membuat
klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur deposisi batugamping, yaitu tekstur yang
terbentuk pada waktu pengendapan batu gamping, meliputi ukuran butir dan susunan
butir (sortasi). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan
pengklasifikasian batugamping berdasarkan tekstur deposisinya, yaitu :
1. Derajat perubahan tekstur pengendapan.
2. Komponen asli terikat atau tidak terikat selama proses deposisi
3. Tingkat kelimpahan antara butiran (grain) dan lumpur karbonat (table III).
Berdasarkan ketiga hal tersebut di atas, maka Dunham mengklasifikasikan batu
gamping menjadi 5 macam, yaitu mindstone, wackstone, packstone, grainstone, dan
boundstone (lihat tabel III). Sedangkan batu gamping yang tidak menunjukkan tekstur
deposisi disebut crystalline carbonate.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Tabel 3.3. Klasifikasi batu gamping menurut Dunham (1962)

Fabrik (supporlation) grain-supported (butiran yang satu dengan yang lain saling

DEPOSITIONAL TEXTURE RECOGNIZABLE DEPOSITIONA


L TEXTURE
NOT
RECOGNIZAB
LE
Original
Original Components Not Bound Together During Depositions components
were bound
Contains mud Lacks mud together during Crystalline
(particles of clay and fine silt size) deposition. As Carbonate
shown by
Mud-supported Grain-supported intergrown
skeletal matter, (Subdivide
Less than 10 More than 10 lamination according to
percent grains percent grains contrary to classifications
gravity, or designed to bear
sediment- on physical
floored cavities texture or
that are roofed diagenesis.)
Mudstone Wackestone Packstone Grainstone over by organic
or questionably
organic matter
and are too large
to be interstices.

Boundstone

mendukung) dan mud-supported (butiran mengembang di dalam matrik lumpur karbonat)


digunakan untuk membedakan antara wackestone dan packstone.
Pada tabel III terlihat, bahwa Dunham tidak memperhatikan jenis butiran
karbonatnya, seperti pada klarifikasi Folk, dan batas ukuran butir yang digunakan oleh
Dunham untuk membedakan antara butiran dan lumpur karbonat adalah 20 mikron (lanau
kasar).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Klasifikasi batu gamping yang didasarkan pada tekstur deposisi dapat


digabungkan dengan fasies terumbu dan tingkatenergi yang bekerja, sehingga dapat untuk
interpretasi lingkungan pengendapan.
III.4.4. Klasifikasi Embry & Klovan (1971)
Klasifikasi ini didasarkan pada struktur pengendapan dan merupakan
pengembangan dari klasifikasi Dunham (1962), yaitu dengan menambahkan kolom
khusus pada kolom boundstone, menghapus kolom crystalline carbonate, dan
membedakan % butiran yang berdiameter ≤ 2mm dari butiran yang berdiameter > 2m
(lihat table IV). Dengan demikian klasifikasi Embry & Klovan seluruhnya didasarkan
pada tekstur pengendapan dan lebih tegas di dalam ukuran butir, yaitu ukuran grain = ≥
0,03 – 2 mm dan ukuran lumpur karbonat = ,03 mm.
Berdasarkan cara terjadinya, Embry & Klovan membagi batugamping menjadi 2
kelompok, yaitu batugamping allochthon dan batugamping autochthon.

Batugamping autochthon adalah batugamping yang komponen penyusunnya


berasal dari organisme yang saling mengikat selama pengendapannya. Batugamping ini
dibagi menjadi 3, yaitu : bafflestone (tersusun oleh biota berbentuk cabang), bindstone
(tersusun oleh biota berbentuk mengerak atau lempengan), framestone (tersusun oleh
biota berbentuk kubah atau kobis) (gambar 3.7).

Table 3.4. Klasifikasi batugamping berdasarkan tekstur pengendapan

oleh Embry & Klovan, 1971. (Wilson, 1975).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Batugamping allochthon adalah batu gamping yang komponennya berasal dari


sumbernya oleh fragmentasi mekanik, kemudian mengalami transportasi dan diendapkan
kembali sebagai partikel padat. Batu gamping ini dibagi menjadi 6 macam, yaitu :
mudstone, weakstone, packstone, grainstone, floatstone, dan rudstone.

Dengan demikian klasifikasi Embry & KLovan sangat tepat untuk mempelajari
fasies terumbu dan tingkat energy pengendapan.

III.5. LINGKUNGAN PEMBENTUKAN BATUAN KARBONAT DAN FASIES


TERUMBU

Meskipun lingkungan pembentukan endapan karbonat dapat terjadi mulai dari


zona supratidal sampai cekungan yang lebih dalam dari luar self, paparan cekungan
dangkal (shallow basin platform) yang meliputi middle self dan outer self adalah tempat
produksi endapan karbonat yang utama kemudian tempat ini disebut sebagai subtidal
carbonate factory (N.P. James 1984 ; dalam Boggs,1987)

Endapan-endapan karbonat yang dihasilkan akan terakumulasi pada self, sebagian


mengalami transportasi kearah daratan, yaitu tidal flat, pantai, atau lagoon, sedangkan
sebagian lagi mengalami tranportasi kearah laut, yaitu cekungan yang lebih dalam. Pada
lingkungan laut yang dalam jarang terbentuk endapan karbonat, kecuali merupakan hasil
jatuhan dari plangton yang mengsekresi kalsiumkarbonat dan hidup di air permukaan.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Pada gambar 3.9 terlihat, bahwa terumbu merupakan salah satu sumber produksi

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

karbonat di paparan maupun cekungan di luar paparan. Terumbu adalah suatu timbunan
karbonat yang dibentuk oleh pertumbuhan
Organisme konologi yang insilt, mempunyai potensi untuk berdiri tegar dan
membentuk struktur topografi yang tahan gelombang.
James (1979) membagi fasies terumbu masa kini secara fisiografi menjadi 3
macam (lihat gambar 3.10), yaitu sebagai berikut :
1. Fasies Inti Terumbu (reff core facies). Fasies ini tersusun oleh batu gamping
yang masif dan tidak ber lapis. Berdasarkan litologi dan biota penyusunan nya, fasies ini
dapat dibagi menjadi 4 sub-fasies, yaitu :
a. sub-faises puncak terumbu (reef-crest).
Litologi berupa famestone dan bindstone, sebagai hasil pertumbuhan biota jenis
kubah dan menggerak dan merupakan very hight-energy zone.
b. sub-fasies dataran terumbu (reef-flat). Litologi berupa rudstone, grainstone,
dan nodule dari ganggang karbonatan dan berupa daerah berenergi sedang dan tempat
akumulasi rombakan terumbu.
c. sub-fasies terumbu depan (reef-front). Litologi berupa bafflestone, bindstone,
dan framestone dan merupakan daerah bersinrgi lemah-sedang.
d. sub-fasies terumbu belakang (back-reef). Litologi berupa bafflestone dan
floatstone, dan merupakan daerah bersinergi lemah dan relative tenang.

2. Fasies Depan Terumbu (fore reef facies). Litologi berupa grainstone dan
rudstone dan merupakan lingkungan yang mempunyai kedalaman > 30 m dengan lereng
45-60. Semakin jauh dari inti terumbu (ke arah laut), litologi berupa packstone,
wackestone, dah mudstone.
3. Fasies Belakang Terumbu (back reef facies). Fasies ini sering fasies ini sering
disebut juga fasies lagoon dan meliputi zona laut dangkal (< 30 m) dan tidak berhubungan
dengan laut terbuka. Kondisi airnya tenang, sirkulasi airterbatas, dan banyak biota
pengalih yang hidup di dasar. Litologi berupa packstone, wackstone , dan midstone dan
banyak dijumpai struktur jejak biotrubrasi, baik horizontal maupun vertical.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

ZONATION OF A MARGINAL REEF

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Gambar 3.10. Penampang melintang terumbu yang memperlihatkan fasies dan sub-
fasies, jenis batugamping yang dihasilkan, serta jenis-jenis biota terumbu (James, 1979;
dalam Boggs, 1987)

III.6. ASPEK EKONOMIS BATUAN KARBONAT


Aspek ekonomis batuan karbonat antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai reservoir minyak bumi atau akuifer airtanah.
Hal ini disebabkan karena batuan karbonat mempunyai 2 macam porositas, yaitu
porositas primer (porositas intergranular dan porositas intragranular) dan porositas
sekunder (lubang-lubang/celah-celah pelarutan). Porositas intragranular inilah yang
tidak dimiliki oleh batuan sedimen silisiklastik.
2. Sebagai bahan bangunan, seperti tegel, alas jalan, dll.
3. Sebagai bahan baku industry, seperti semen portland, kosmetika, kaca, cat, dll.
4. Apabila batuan karbonat terkena intrusi dari magma yang bersifat asam
intermediet, maka dapat menghasilkan terbentuknya jebakan-jebakan mineral
bijih (ore deposit), seperti timbal (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), emas (Au), dan
greisen, sedangkan endapan yang terbentuk pada batuan samping disebut skarn.

Gambar 3.1.1. Diagram hubungan antara jebakan mineral bijih (warna hitam) dengan
tubuh intrusi quartz-monzonite dan batuangamping. (Sudrajat, 1982).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

III.7 DAFTAR PUSTAKA


Boggs, S. Jr, 1987, Principles of Sedimentolgy and Stratigraphy, 220-232 pp. dan 475-
489 pp., Merill Publishing Company, A Bell & Howell Company, Colombus, Ohio.
Dunham, R.J., 1962, Classification of Carbonate Rocks According To Textural
Depositional, dalam Ham, W.E., 1962, Classification of Carbonate Rocks-a Petroleum
Geologist, Tusla, Oklahoma, USA.
Folk, R.L., 1959, Spectral Subdivision of Limestones, dalam Ham, W>E., 1962,
Classification of Carbonate Rocks-a symposium, November 1962, 62-84 pp., American
Assosiation of Petroleum Geologist, Tusla, Oklahoma, USA.
Ham, W.E., 1962, Classification of Carbonate Rocks-a symposium, November 1962, 2-
19 pp., American Assosiation of Petroleum Geologist, Tusla, Oklahoma, USA.
Jackson, K.C., 1970, Textbook of Lithology, 385-393 pp., McGraw-Hill Book Company,
New York.
James, N.P., 1979, Reefs, dalam Walker R.G., 1984, Facies Models, 2nd ed., Mei 1984,
229-233 pp., Geological Assosiation of Canada, St. John’s, New Foundland, Canada.
Pettijohn, F.J., 1975, Sedimentary Rocks, 3rd, 316-318 pp, dan 330-335 pp., Harper &
Row Publishers, New York.
Reekmann, A. dan Friedman, G.M., 1982, Exploration for Carbonate Petroleum
Reservoirs, 8-9 pp., A Wiley-Interscience Publication, John Wiley & Sons, New York.
Sudrajat, D., 1980, Geologi Ekonomi, halaman 71-74, Laboratorium Geologi Ekonomi,
Jurusan Pendidikan Geologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung,
Bandung.
Tucker, M.E., 1982. The Field Description of Sedimentary Rocks, 25-30 pp., Open
University Press Militon Keynes dan Halsted Press, John Wiley & Sons, New York.
Tucker, M.E., 1991, Sedimentary Petrology, 107-133 pp., Open University Press,
Militon Keyness dan Halsted Press, John Wiley & Sons, New York.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Contoh format laporan resmi acara Batuan Karbonat

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


Acara Batuan Sedimen Karbonat

Hari / Tanggal : Rabu / 23 Februari 1995


Jenis Batuan : Batuan Karbonat
No. Peraga : 56

Diskripsi Batuan
batuan berwarna putih kecoklatan, struktur masif, tekstur fragmental, ukuran butir > 2
mm > 10% (65%), ukuran butir < 1 mm – 50 mm, fabrik grain-supported, komposisi:
butiran terdiri dari fosil ganggamg (65%), dan matriks terdiri dari material-material
karbonat berukuran pasir (35%).

Deskripsi Komposisi
Butiran:
 Fosil ganggang: warna putih, ukuran 2-50 mm, penyebaran merata, bentuk
ellipsoid, jumlah 65%
 Material-material karbonat berukuran pasir: warna putih kecoklatan, ukuran pasir,
penyebaran tidak merata, jumlah 35%

Nama Batuan: - RUDSTONE (Embry dan Klovan, 1971)


- CALCIRUDITE (Grabau, 1904)
Petrogenesa
Berdasarkan ukuran butir (> pasir/gravel) dan fabrik (grain-supported), batuan ini
diendapkan pada zona berenergi tinggi, yaitu di daerah dataran terumbu, di daerah depan
terumbu, atau di daerah outer-shelf.

Mengetahui,
Asisten Acara
(……………...)

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN KARBONAT

Laporan Resmi Praktikum Petrologi


Acara Batuan Sedimen Karbonat

Hari/tanggal: Rabu/23 Februari 1995


Jenis Batuan: Batuan Karbonat
No. Peraga: 63

Diskripsi Batuan
Batuan berwarna coklat muda, struktur pertumbuhan (biogenik), tekstrur non fragmental,
komposisi terdiri dari fosil koral (100%).

Diskripsi Komposisi
 Fosil koral: warna coklat muda, berbentuk tabung, jumlah 100% .

Nama Batuan: - FRAMESTONE (Embry dan Klovan,1971)

Petrogenesa
Berdasarkan struktur, tekstur, dan komposisi, batuan ini merupakan hasil dari
pertumbuhan organisme secara insitu pada zona berenergi tinggi, yaitu di daerah terumbu
depan atau outer-shelf.

Mengetahui,
Asisten acara

(……………….)

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN KARBONAT

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Sedimen Karbonat

Hari/Tanggal: Rabu/23 Februari 1995


Jenis Batuan: Batuan Karbonat
No. Peraga: 59

Diskripsi Batuan
Batuan berwarna coklat, struktur masif, tekstur fragmental, ukuran butir pasir kasar,
fabric grain-supported, komposisi terdiri dari material-material karbonat berukuran pasir
(100%).

Diskripsi Komposisi
 Material-material karbonat berukuran pasir: warna coklat, ukuran pasir kasar,
penyebaran merata, jumlah 100%.

Nama Batuan: - GRAINSTONE (Dunham, 1962)


-CALGARENTTE (Grabau, 1904)

Petrogenesa
Berdasarkan ukuran butir (pasir) dan fabric (grain-supported), batuan ini diendapkan
pada zona berenergi tinggi, yaitu di daerah dataran terumbu, di dareah depan terumbu,
dan di daerah outer-shelf.

Mengetahui,
Asisten Acara

(……………….)

Diktat Praktikum Petrologi 58


IV. BATUAN METAMORF

IV.1.PENDAHULUAN

Selain batuan beku dan batuan sedimen dikenal pula jenis batuan yang lain yaitu
batuan metamorf (batuan malihan). Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan
dari batuan yang telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan
komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid state)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi ( Ehlers &
Blatt,1982).

Batuan beku dan batuan sedimen terbentuk sebagai akibat adanya interaksi proses
kimia, fisika dan/atau proses biologis pada kondisi permukaan maupun kondisi dalam
bumi. Karena bumi merupakan suatu sistem yang dinamik, setelah terbentuk batuan dapat
mengalami kondisi baru yang dapat mengkibatkan perubahan tekstur, struktur, dan
komposisi mineral. Jika perubahan ini terjadi pada kondisi temperatur dan tekanan
tertentu di atas kondisi terjadinya diagnesis dan di bawah kondisi terjadinya pelelehan
maka perubahan tersebut dikenal sebagai metamorfosa. Ciri utama metamorfosa ini
adalah perubahan tersebut terjadi saat batuan tetap pada kondisi padat sedangkan kondisi
kimianya terletakdi bawah zona pelapukan dan sementasi (Ehlers & Blatt, 1982).
Menurut Bucher dan Frey (1994) metamorfosa merupakan suatu proses yang
mengakibatkan perubahan komposisi mineral dan/atau struktur dan/atau komposisi kimia
batuan. Perubahan tersebut disebabkan oleh kondisi fisik dan/atau kimia yang berbeda
dengan yang umumnya terjadi pada zona pelapukan, sementasi, dan diagnesis.

Jackson (1970) mengemukakan bahwa selama terjadinya metamorfosa komposisi


kimia batuan dapat mengalami perubahan ataupun tetap sehingga metamorfosa dapat
dibedakan menjadi:

1. Metamorfosa isokimia (sistem tertutup), yaitu metamorfosa yang tidak melibatkan


atau hanya sedikit melibatkan komposisi kimia batuan.
2. Metamorfosa allokimia (sistem terbuka), yaitu metamorfosa yang melibatkan
perubahan komposisi kimia batuan secara nyata, tipe metamorfosa ini sering juga
disebut juga metasomatisme.
Faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya metamorfosa adalah perubahan
temperature, tekanan dan adanya aktifitas kimia fluida atau gas

Diktat Praktikum Petrologi 58


BATUAN METAMORF

(Huang, 1962). Perubahan temperature dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab
antara lain oleh adanya pemanasan akibat intrusi magmatic dan perubahan gradien
geothermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan/friksi
selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada batuan silikat batas bawah
terjadinya metamorfosa umumnya pada suhu 150° ± 50° C yang ditandai dengan
munculnya mineral-mineral FeMg-carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite,
prehnite atau stilpnomelane. Sedangkan batas atas terjadinya metamorfosa sebelum
terjadinya pelelehan adalah berkisaran 650° - 1100° C tergantung jenis batuan asalnya
(Bucher & Frey, 1994).

Tekanan yang menyebabkan terjadinya suatu metamorfosa bervariasi besarnya.


Metamorfosa akibat intrusi magmatic dapat terjadi mmendekati tekanan permukaan yang
besarnya beberapa bar saja. Sedangkan metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks
ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 KBar (Buchery & Frey, 1994).

Gambar 4.1. Kisaran tekanan (P) dan temperatur (T) proses metamorfosa. Batas antara
diagenesis dan metamorfisme adalah gradasional kurang lebih pada 200° C
(Bucher & Frey, 1994 dengan perubahan).

Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antar butir
batuan mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosa. Fluida aktif yang banyak
berperan dalam air, beserta karbon dioksida, asam hidroklorik, dan hidrofluorik.
Umumnya fluida dan gas tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat
membantu reaksi kimia dan penyetimbangan mekanis (Huang, 1962).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV.2. TIPE METAMORFOSA

Bucher & frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya


metamorfosa dapat dibedakan menjadi :

IV.2.1. Metamorfosa Regional

Metamorfosa regional atau disebut juga metamorfosa dinamothermal merupakan


metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini dapat dibedakan
menjadi metamorfosa orogenic, burial dan dasar samudera (ocean-floor).

(1) Metamorfosa Orogenik


Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenic dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan
memunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar dari
ratusan sampai ribuan kilometre. Proses metamorfosa memerlukan waktu yang sangat
lama berkisar antara puluhan juta tahun.
(2) Metamorfosa Burial

Metamorfosa burial merupakan metamorfosa regional temperatur rendah yang


mempengaruhi sedimen dan batuan volkanik berlapis pada suatu geosinkilin tanpa adanya
pengaruh orogenesa dan intrusi magmatik. Perubahan komposisi mineral umumnya tidak
sempurna sehingga sering ditemukan butiran mineral sisa (relict) dan batuan asalnya.
Dikenal pula istilah metamorfosa diastathermal untuk metamorfosa burial pada tatanan
tektonik ekstensional.

(3) Metamorfosa Dasar Samudera (Ocean-floor)

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan
umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan
mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.

IV.2.2 Metamorfosa local

Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter sampai kilometre saja. Jenis metamorfosa ini dapat
dibedakan menjadi :

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

(1) Metamorfosa Kontak


Metamorfosa kontak terjadi pada batuan yang mengalami pemanasan di sekitar
kontak massa batuan beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh
panas dan material yang dilepaskan oleh magma serta kadang oleh deformasi akibat
gerakan magma. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antar mineral, reaksi antara mineral, dan fluida
serta penggantian/penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.
(2) Pirometamorfosa/ Metamorfosa Optalic/ Kaustik/ Thermal
Metamorfosa ini adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek
hasil temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik contohnya pada xenolith tau pada zona dike.

Gambar 4.2. Grafik kisaran tekanan-temperatur tipe metamorfosa utama

(3) Metamorfosa Kataklastik/ Dislokasi/ Kinematik/ Dinamik


Metamorfosa kataklastik terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif,
seperti pada patahan. Proses yang terjadi murni karens gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan granulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan
dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

Tabel 4.1 Perbandingan antara metamorfosa orogenik, dasar samudera dan metamorfosa
kontak (Bucher & Frey, 1994)
Type of metamorphism Orogenic Ocean-floor Contact
Geologic setting In orogenic belts, In oceanic crust and Proximity to contacts
extending for several upper mantle, to shallow
1000 km2 extending for several leveligneous
1000 km2 intrusions; contact
aurcole of a few m up
to some km width
Static/dynamic regime Dynamic; generally +/- static, fracturing, Static, no foliation
associated with but no penetrative
polyphase deformation foliation
Temperature 150-1100°C 150-500°C (or higher) 150-750°C
Lithostatic pressure 2-30 kbar for crusial <3 kbar From a few hundred
rocks bars to 3 kbar
Temperature gradients 5-60°C/km (vertical) 50-500°C/km (vertical 100°C/km or higher
or horizontal) (horizontal)
Processes Lithosperic Heat supply by Heat supply by
thickening, ascending igneous intrusions
compression and asthenosphere at mid-
heating associated ocean ridges, combined
with subduction, with circulatation of
followed by thermal sea water through
relaxation fractured hot rocks
Typical metamorphic Slate, phyllite, schist, Metabasalt, greenstone, Hornfels, marble,
rocks gneiss, migmatite, metagabbro, calcsillicate, granofels,
marble, quartzite, serpentinite; original skarn
greenschist, structure often well
amphibolite, preverved
blueschist, eclogite,
granulite

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

(4) Metamorfosa Hidrothermal/Metasomatisme

Metamorfosa Hidrothermal terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas
pada jaringan antar butir atau retakan – retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.

(5) Metamorfosa impact

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteroit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral
coesite dan stishovite.

(6) Metamorfosa Retrograde/Diaropteris

Metamorfosa ini terjadi akibat adanya penurunan temperatur sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada temperatur yang lebih
rendah.

IV.3. MINERALOGI

Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa mineral yang berasal
dari batuan asalnya maupun mineral baru yang terbentuk akibat proses metamorfosa sehingga
dapat digolongkan menjadi:

(1) Mineral yang umunya terdapat pada batuan beku dan batuan metamorf seperti kuarsa, feldspar,
muskovit, biotit, hornblende, piroksin, olivin, dan biji besi.

(2) Mineral yang pada umunya terdapat pada batuan sedimen batuan metamorf seperti kuarsa,
muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, dolomit.

(3) Mineral Indeks batuan metamorf seperti garnet andalusit, kianit, silimanit, staurolil, kordierit
epidot, klorit.

Sifat fisik beberapa mineral indeks batuan dapat dilihat pada table 4.2

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat
dibedakan menjadi secretionary growth, concentionary growth dan replacement (Ramberg, 1952
dalam Jackson, 1970). Secretionary growth merupakan pertumbuhan Kristal hasil reaksi kimia
fluida yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. ,
Concentionary growth adalah proses pendesakan kristal oleh kristal lainya untuk membuat ruang
pertumbuhan. Sedangkan replacement merupakan proses penggantian mineral lama oleh mineral
baru. Secara umum model pertumbuhan kristal ini dapat dilhat pada gambar 4.3.

Diktat Praktikum Petrologi 59


Tabel 4.2. Sifat fisik beberapa mineral indeks batuan metamorf (Graha, 1987)
BATUAN METAMORF

Diktat Praktikum Petrologi


Sumber: Gillen, C, 1982, Metamorphic Geology, P. T.

59
BATUAN METAMORF

Gambar 4.3 Model pertumbuhan kristal pada fase padat yang membentuk agregat
kristaloblastik moomineral (Best, 1982)

Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama dengan
yang lainnya. Hal ini ditunujukkan oleh percobaan Becke, 1904 (Jackson, 1970). Percobaan ini
menghasilkan Seri Kristaloblastikyang menunjukkan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan
lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah.
Mineral dengan kekuatan Kristaloblastik tinggi

umunya besar dan euhedral.

Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas mineral pada batuan metamorf
(Huang, 1962). Dalam hal ini dikenal dua golongan mineral yaitu stress mineral dan antistress
mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya akan semakin besar bila
terkena tekanan atau dengan kata lain merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan. Mineral-
mineral tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang terkena deformasi sangat kuat seperti
sekis. Contoh stress mineral antara lain kloritoid,

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

staurolit dan kyanit. Sedangkan antistress mineral adalah mineral yang ksaran
stbilitasnya akan menurun pada kondisi tekanan yang sama.Mineral ini tidak tahan
terhadap tekanan tinggi sehingga tidak pernah ditemukan pada batuan yang terdeformasi
kuat.Conyoh mineralnya antara lain andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivine,
potassium feldspar dan anortit.

Tabel 4.3. Seri Kristaloblastik (Best, 1982).

Gambar 4.4 Fasies metamorfik yang diplot sebagai fungsi temperature dan tekanan.
Fasies hornfles dapat dibagi lagi menjadi piroksen hornfles, hornblende hornfels dan
albit epidot hornfles (Ehlers & Blatt, 1982).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV. 4. FASIES METAMORFIK

Konsep fasies metamorfik diperkenalkan oleh Eskola, 1915 (Bucher & Frey,
1994). Eskola mengemukakan bahwa kumpulan mineral pada batina metamorf
merupakan karakteristik genetik yang sangat penting sehingga terdapat hubungan antara
kumpulan mineral dan komposisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu. Dengan kata
lain sebuah fasies metamorfik merupakan kelompok batuan yang termetamorfosa pada
kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan mineral yang tetap. Tiap fasies
metamorfik dibatasi oleh tekanan dan temperatur tertentu serta dicirikan oleh hubungan
teratur antara komposisi kimia dan mineralogi dalam batuan.
Tabel 4.4 Mineral-mineral penciri fasies metamorfik utama (Ehlers & Blatt, 1982)

Facies Protolith (precursor) rock type


Mafic igneous Pelite Calcareous

Blueschist Glaucophane, Glaucophane, Tremolite, aragonite,


lawsonite, pumpellyite, lawsonite, chlorite, muscovite,
jadeite, chlorite muscovite, quartz glaucophane

Greenschist Chlorite, actinolite, Chlorite, muscovite, Calcite, dolomite,


epidote. albite albite, quartz tremolite, phlogopite,
epidote, quartz
Epidoteamphibolite Hornblende, epidote, Almandine garnet, Calcite, dolomite,
albite, almandine chlorite, muscovite, epidote, plagioclase,
garnet, quartz biotite, quartz tremolate, forsterite or
quartz
Amphibolite Hornblende, andesine, Garnet, biotite, Calcite, dolomite,
garnet, quartz muscovite, sillimanite, diopside, plagioclase,
quartz quartz or forsterite,
wollastonite
Granulite Diopside, hypersthene, Garnet, orthoclase, Calcite, plagioclase,
garnet, intermediate intermediate diopside, wollastonite,
plagioclase plagioclase, quartz, forsterite or quartz
kyanite or sillimanite
Eclogite Jadeite pyroxene, — —
pyretic garnet, ±
kyanite
Hornfels Diopside, hypersthene, Biotite, orthoclase, Calcite, wollastonite,
plagioclase quartz, cordierite, grossularite
andalusite

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV.5. STRUKTUR BATUAN METAMORF

Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran , bentuk
atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson,1970). Pembahasan mengenai struktur
juga meliputi susunan bagian massa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta
bentuk dan kenampakan internal bagiab-bagian tersebut (Bucher & Frey,1994).

Secara Umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi struktur foliasi dan
nonfoliasi.

IV.5.1 Struktur Foliasi

Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa batuan (Bucher
& Frey,1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran mineral-mineral menjadi lapisan-
lapisan (gneissosity), orientasi butiran (schistosity), permukaan belahan planar (cleavage) atau
kombinasi dari ketiga hal tersebut (Jackson, 1970).

Struktur foliasi yang umum ditemukan adalah :

1) Slaty cleavage
Struktur foliasi ini umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat
halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar
yang sangat rapat, teratur dan sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).
2) Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih kasar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan
mineral granular. Batuannya disebut phyllite (filit).
3) Schistosic
Struktur schistosic terbentuk oleh adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,
prismatik atau lenticular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang
sampai kasar. Batuannya disebut schist (sekis).
4) Gneissic/Gneissose
Struktur gneissic terbentuk oleh adanya perselingan lapisan penjajaran mineral
yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granular
(misalnya feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau primatik

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

(misalnya mineral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak


menerus melainkan terputus putus. Batuannya disebut gneiss.

Phyllitic

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV.5.2. Struktur Non Foliasi

Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya terdiri dari
butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum dijumpai antara lain:

(1) Hornfelsic Granulose


Struktur hornfelsic terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk poligonal. Batuannya disebut hornfels
(batutanduk).
(2) Cataclastic
Struktur ini terbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar
dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur cataclastic ini terjadi
akibat metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
(3) Mylonitic
Struktur mylonitic juga dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus,
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi
mineral-mineral primer. Batuannya disebut mylonite (milonit).
(4) Phyllonitic
Struktur phylonitic mempunyai gejala dan kenampakan yang sama dengan
struktur mylonitic tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi. Ciri lainnya adalah
kenampakan kilap sutera pada batuan yang mempunyai struktur ini. Batuannya
disebut phyllonite (filonit).

IV.6. TEKSTUR BATUAN METAMORF

Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Penamaan tekstur
batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang ditambahkan
pada istilah dasarnya. Penamaan tekstur tersebut akan dibahas pada bagian berikut ini.

IV.6.1. Tekstur berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa

Berdasarkan ketahanannya terhadap proses metamorfosa ini tekstur batuan metamorf


dapat dibedakan menjadi:

(1) Relict/Palimpset/Sisa

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

Tekstur ini merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa
tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf
tersebut. Awalan blasto digunakan untuk penamaan tekstur batuan metamorf ini.
Contohnya adalah blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang tekstur porifiritik batuan
beku asalnya masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi seperti ini sering
disebut batuan metabeku atau metasedimen.
(2) Kristaloblastik
Tekstur kristaloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk
oleh sebab proses metamorfosa itu sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah
mengalami rekristalisasi sehingga tekstur asalnya tidak tampak. Penamaannya
menggunakan akhiran blastik.

IV.6.2. Tekstur berdasarkan ukuran butir


a. fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata
b. afanit, bila butiran kristal tidak dapat dilihat dengan mata

IV.6.3 Tekstur berdasarkan bentuk individu kristal

Bentuk individu kristal pada batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

a. euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan kristal itu sendiri
b. subhedral, bila kristal dibatasi sebagian oleh bidang permukaannya sendiri dan
sebagian oleh bidang permukaan kristal di sekitarnya
c. anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan kristal lain di
sekitarnya.
Pengertian bentuk kristal ini sama dengan yang dipergunakan pada batuan beku.
Berdasarkan bentuk kristal tersebut maka tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
(1) Idioblastik, apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
(2) Xenoblastik/Hypidioblastik, apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk
anhedral.
IV.6.4 Tekstur berdasarkan bentuk mineral

Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

(1) Lepidoblastik, apabila penyusunnya berbentuk tabular.


(2) Nematoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik.
(3) Granoblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular equidimensional,
batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya kristalnya berbentuk
anherdal.
(4) Granuloblastik, apabila mineral penyusunnya berbentuk granular equidimensional,
batas mineralnya bersifat unsulfured (lebih teratur) dan umumnya kristalnya
berbentuk anherdal.
Selain tekstur yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya
yang umumnya akan tampak pada pengamatan petrografi, yaitu :

 Porfiroblastik, apabila terdapat beberapa mineral yang ukurannya lebih besar


dari mineral lainnya. Kristal yang lebih besar tersebut sering disebut sebagai
porphyroblasis.
 Poikiloblastik/Sieve Texture yaitu tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts
tampak melingkupi beberapa Kristal yang lebih kecil.
 Mortar Texture, apabila fragmen mineral yang besar terdapat pada massa dasar
material yang berasal dari Kristal yang sama yang terkena pemecahan
(crushing).
 Decussale Texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
 Sacaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
 Batuan metamorf yang hanya terdiri hanya mempunyai satu tekstur saja sering
disebut bertekstur homeoblastik, sedangkan batuan yang mempunyai lebih dari
satu tekstur disebut bertekstur heteroblastik.

IV.7. PENAMAAN DAN KLASIFIKASI BATUAN METAMORF


Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesistematik penamaan batuan beku atau
sedimen. Kebanyakan nama batuan metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan
teksturnya. Untuk memperjelas hanya dipergunakan kata tambahan yang menunjukkan ciri
khusus batuan metamorf tersebut, misalnya keberadaan mineral pencirinya (contohnya Sekis
klorit) atau nama batuan beku yang mempunyai komposisi yang sama (contohnya granile
gneiss). Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral utamanya (contohnya kuarsil)
atau dapat pula dinamakan berdasarkan fasies

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

metamorfiknya (misalnya granulit).


selain batuan yang penamaannya berdasarkan struktur (lihat kembali sub bab IV.5),
batuan metamorf lainnya yang banyak dikenal antara lain:

 Amphibolit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral utama penyusunnya adalah amfibol (umumnya hornblende) dan
plagioklas. Batuan ini dapat menunjukkan schistosity bila mineral prismatiknya
terorientasi.
 Eclogit yaitu batuan metamorf dengan besar butir sedang sampai kasar dan
mineral penyusun utamanya adalah piroksin ompasit (diopsid kaya sodium dan
aluminium) dan garnet kaya pyrope.
 Granulit, yaitu batuan metamorf dengan tekstur granoblastik yang tersusun oleh
mineral utama kuarsa dan feldspar serta sedikit piroksin dan garnet. Kuarsa dan
feldspar yang pipih kadang dapat menunjukkan struktur gneissic.

Tabel 4.5. Beberapa tipe batuan metamorf berbutir halus (Fry, 1984)

 Serpentit, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineralnya hamper


semuanya berupa mineral kelompok serpetin. Kadang dijumpai mineral
tambahan seperti klorit, talk, dan karbonat yang umumnya berwarna hijau.
 Marmer, yaitu bahan metamorf dengan komposisi mineral karbonat (kalsit atau
dolomit) pada umumnya berstektur granoblastik.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

 Skarn, yaitu marmer yang tidak murni karena mengandung mineral calesilikat
seperti garnet, epidot. Umumnya terjadi karena perubahan komposisi batuan di
sekitar kontak dengan batuan beku.
 Kuarsit, yaitu batuan metamorf yang mengandung lebih dari 80% kuarsa.
 Soapstone, yaitu batuan metamorf dengan komposisi mineral utama talk.
 Rodingit, yaitu batuaun metamorf dengan komposisi cale-silikat yang terjadi
akibat alterasi metasomatic batuan beku basa di dekat batuan bekuultrabasa
yang mengalami serpentinisasi.

Tabel 4.6. Nama lapangan batuan yang terbentuk akibat patahan (Fry, 1984).

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV.8. ASPEK EKONOMIS BATUAN METAMORF

 Beberapa jenis batuan metamorf banyak digunakan untuk keperluan ekonomis


seperti marmer yang dipergunakan untuk legel, pelapis dinding,dll.
 Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf banyak dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan seperti mika (muskovit) yang dipergunakan untuk
pembuatan bahan elektronik, garnet yang dimanfaatkan sebagai hiasan karena
merupakan semi precious stone, dll.
 Proses metasomatisme dapat menghasilkan endapan mineral logam yang
dimanfaatkan untuk keperluan industri, seperti hematit, magnetit, spinel, pirit,
kalkopirit, galena,dll.

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

IV.9. DAFTAR PUSTAKA

Best, M.G., 1982, Igneous and Metamorphic Petrology, W.H. Freeman and Company,
San Fransisco

Bucher, K., Frey, M., 1994, Petrogenesis of Metamorphic Rocks, 6th ed, Springerverlag,
Berlin

Ehlers, E.G., Blatt, H., 1980, Petrology, W.H. Freeman and Company, San Fransisco

Fry, N., 1984, The Field Description of Metamorphic Rocks, John sWiley & Sons, New
York

Graha, D.S., 1987, Batuan dan Mineral, Penerbit Nova, Bandung

Huang, W.T., 1962, Petrology, McGraw-Hill Book Co., New York

Jackson, K.C, 1970, Textbook of Lithology, McGraw-Hill Book Co, New York

Prinz, M.,Harlow, G., Peters, J., 1988, Rocks and Minerals, Simon & Schuster Inc, New
York

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

Contoh format laporan resmi Batuan Metamorf

Laporan Resmi Praktikum Petrologi

Acara Batuan Metamorf

Hari/Tanggal : ............................................

Jenis Batuan : Batuan Metamorf

No. peraga : ...........

Deskripsi Batuan

Batuan berwarna abu-abu kecoklatan, struktur foliasi sekistosik, tekstur kristaloblastik dengan
ukuran kristal fanerik, bentuk subhedral (hipidioblastik), lepidoblastik, komposisi : muskovit
(50%), kuarsa (25%), klorit (15%), dan garnet (10%).

Deskripsi Komposisi

 Muskovit, warna abu-abu cerah, kilap kaca, belahan 1 arah, ukuran 1-3 mm,
bentuk subhedral, penyebaran merata.
 Kuarsa, tidak berwarna – putih, kilap kaca, ukuran 0,5 – 1 mm, bentuk anhedral,
penyebaran merata.
 Klorit, warna hijau, kilap lemak, ukuran 1 mm, bentuk subhedral, penyebaran
tidak merata.
 Garnet, warna coklat gelap, kilap kaca, ukuran 1-2,5 mm, bentuk subhedral,
penyebaran tidak merata.

Nama Batuan : SEKIS MIKA GARNETAN (Travis, 1955)

Petrogenesa

Berdasarkan strukturnya yang berfoliasi sekistosik, maka batuan ini terbentuk akan proses
metamorfosa regional dinamotermal derajat sedang – tinggi. Dilihat dari komposisinya yang
dominan berupa mika dan kuarsa, maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan asal dari
batuan ini adalah batu lempung.

Mengetahui,

Asisten Acara

(.....................)

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

TABLE FOR DETERMINATION OF METAMORFING ROCK

NAME TEXTURE COMMONLY CHIEF


DERIVED FROM MINERALS
Unfollested or Faintly Foliated
Hornfels Hornfelsic Any fine – grained Lightly variable
Quartzite Granoblastic, fine rock Quartz
Marble grained Sandstone Calcite,
Granoblastic Limestone, magnesium and
Tactite dolomite calsium sulicate
Granoblastic, but Varied : chiefly
coarse and variable Limestone or sibeated of iron,
dolomite plus sabium, and
Amphibolite magmatie magnesium, such
Granoblastic emanations as garnet, epidote
Granulite pyroxene,
Granoblastic amphibole
Basalt, gabbro, tuff Hornblende and
plagioclass, minor
Shale, graywacke, garn and-quartz
or igneous rock
Foliated
Slate (and phylite) Slatly Shale, tuff Mica, quartz
Chlorite schiat Schistone to slaty Basalt, andesite, Chlorite,
Mica shist Schistone tuff plagioclass, epidote
Amphibole Schistone Shale, tuff, ryolite Muscovite, quartz,

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

Table for Megascopic Determination of Metamorphic Rocks


Mineralogical Composition Interpretation of Origin
Metamor
Kind of Probable
Usual Fabric Major Typical phic
Metamor Premetamorphi
Constituates Associates Rocks
phism c Rock
Almost say Dislocati
mineral on of
C Usually quarts
Mylonitic grains & Mylonite kinetle
a & feldspar
flour, glassy
t
matter
a
Flaser
c Almost any
Underformed Granite,
l kind of rock; 1,
rock flasser
a Flavor 2, 3, 4, and 5
fragmented, say gabbro,
s
minerals cataclasti
t
c rock
i
Almond shaped Quarts, mica,
c Augen-
Augen erciyes of & many other
gneise
feldspar minerals
Quarts, Contact
Mica, garnet,
feldspar,
pyroxene, Hornielac Shale,
Hornielsic carbonate, &
andalusite,cordi s tuffaceous
many other
erite
minerals
N Garnet, epidote,
o diopalda, & Quarts,
n iron, calcite, &
Skara
f magnesium, other
o calcium minerals
l sillicates Limestones or
i Tremolite, Contact dolomite: 3
a Granoblast diopside, or
t ic Calcite, oliiate, other regional
Marble
e dolomite calcium,
d magnesium
sillicates
Garnet, mica,
sillimanite, Sandstones,
Quarts Quartsite
almost say chest: 2
minerals
Firmly Regional
F Aphanitic quarts, feldspar, Shale,
ladurated Argillite
o chlorite, and clay minerals claystone,
laminated
l mudstone,
Perfect
i tuffaceous, &
foliation Aphanitic quarts,micas,chlorite,
a Slate other grained
Slaty and many other minerals
t rocks: 1
elevage

Diktat Praktikum Petrologi 59


BATUAN METAMORF

e Intermedia
F_grained Quarts,
d te between
quarts, micas, sericite, & Phyllite
slaty and
& chlorite many others
schistose

Diktat Praktikum Petrologi 59

Anda mungkin juga menyukai