Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RESUME

GEOLOGI STRUKTUR

Disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Geologi Struktur yang di bimbing oleh

bapak Husni Randa, M.T

Oleh :

Kelompok 3

Anggota :
Muhammad Fahlan (2022D1D127)
Hasti Febriana (2022D1D122)
M. Fazriansyasah (2022D1D124)
Maulida Mulya Shakila (2022D1D137)
Deni Setiawan (2022D1D143)

Kelas : 2E

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

2023
MINERAL DAN KRISTAL

1. Kimia Mineral

Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat-sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/ kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom- atom
penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah
bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan kimia
dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan
koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.
2. Sifat Fisik Mineral

Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat fisik


mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat fisik mineral
tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness), gores (streak), belahan
(cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal, berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan
kemagnetan.
a. Bentuk Kristal
Pada wujudnya sebuah kristal itu seluruhnya telah dapat ditentukan
secara ilmu ukur, dengan mengetahui susut-sudut bidangnya. Hingga saat ini baru
terdapat 7 macam sistem kristal.
b. Warna
Adalah kesan mineral jika terkena cahaya. Warna mineral dap at
dibedakan menjadi dua, yaitu idiokromatik, bila warna mineral selalu tetap,
umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya (opak),
seperti galena, magnetit, pirit; dan alokromatik, bila warna mineral tidak tetap,
tergantung dari material pengotornya. Umumnya terdapat pada mineral-mineral
yang tembus cahaya, seperti kuarsa, kalsit.
c. Kilap
Adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukanlogam. Kilap
logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih,
seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan-logam tidak memberikan kesan
seperti logam jika terkena cahaya. Kekerasan
Adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Secara relatif sifat
fisik ini ditentukan dengan menggunakan skala Mohs (1773 – 1839), yang
dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala 10 untuk mineral yang
paling keras. Skala Mohs tersebut meliputi (1) talk, (2) gipsum, (3) kalsit, (4)
fluorit, (5) apatit, (6) feldspar, (7) kuarsa, (8)
topaz, (9) korundum, dan (10) intan.
Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain
yang bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor
lebih besar. Dengan lain perkataan SKALA MOHS adalah Skala relative. Dari
segi kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai yang ke 9, artinya
no. 9 kira-kira 9 kali sekeras no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras no. 1

- Gores
Adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Gores / Cerat dapat sama
atau berbeda dengan warna mineral. Umumnya warna gores tetap.
- Belahan
Adalah kenampakan mineral berdasarkan kemampuannya membelah
melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin. Bidang belahan umumnya
sejajar dengan bidang tertentu dari mineral tersebut. Belahan dibagi berdasarkan
bagus tidaknya permukaan bidang belahan, yaitu :
 Sempurna (perfect), bila bidang belahan sangat rata, bila pecah tidak melalui
bidang belahan agak sukar
 Baik (good), bidang belahan rata, tetapi tidak sebaik yang sempurna, masih
dapat pecah pada arah lain
 Jelas (distinct), bidang belahan jelas, tetapi tidak begitu rata, dapat dipecah pada arah
lain dengan mudah
 Tidak jelas (indistinct), dimana kemungkinanuntuk membentuk belahan dan pecahan
akibat adanya tekanan adalah sama besar
 Tidak sempurna (imperfect), dimana bidang belahan sangat tidak rata, sehingga
kemungkinan untuk membentuk belahan sangat kecil daripada untuk
membentuk pecahan.

- Pecahan
Adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan
tidak teratur. Pecahan dapat dibedakan menjadi:
 pecahan konkoidal, bila memperlihatkan gelombang yang melengkung di
permukaan;
 pecahan berserat/fibrus, bila menunjukkan kenampakan seperti serat, contohnya
asbes, augit;
 pecahan tidak rata, bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar,
misalnya pada garnet;
 pecahan rata, bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya: mineral lempung;
 pecahan runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar, dan ujungnya runcing-
runcing, contohnya mineral kelompok logam murni;
 tanah, bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai
bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas
kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk
kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya
terganggu oleh proses-proses yang lain.

3. Klasifikasi Mineral

Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi dari
Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur
kristalnya. Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein & Hurlbut,
1993), yaitu:
 Unsur (native element), yang dicirikan oleh hanya memiliki satu unsur kimia,
sifat dalam umumnya mudah ditempa dan/atau dapat dipintal, seperti emas,
perak, tembaga, arsenik, bismuth, belerang, intan, dan grafit.
 Mineral sulfida atau sulfosalt, merupakan kombinasi antara logam atau semi-
logam dengan belerang (S), misalnya galena (PbS), pirit (FeS2), proustit (Ag3AsS3),
dll
 Oksida dan hidroksida, merupakan kombinasi antara oksigen atau hidroksil/air
dengan satu atau lebih macam logam, misalnya magnetit (Fe3O4), goethit (FeOOH).
 Haloid, dicirikan oleh adanya dominasi dari ion halogenida yang elektronegatif,
seperti Cl, Br, F, dan I. Contoh mineralnya: halit (NaCl), silvit (KCl), dan
Fluorit (CaF2).
 Nitrat, karbonat dan borat, merupakan kombinasi antara logam/semilogam
dengan anion komplek, CO3 atau nitrat, NO3 atau borat (BO3). Contohnya: kalsit
(CaCO3), niter (NaNO3), dan borak (Na2B4O5(OH)4 . 8H2O).
 Sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat, dicirikan oleh kombinasi logam dengan
anion sulfat, kromat, molibdat, dan tungstat. Contohnya: barit (BaSO4),
wolframit ((Fe,Mn)Wo4)
 Fosfat, arsenat, dan vanadat, contohnya apatit (CaF(PO4)3), vanadinit (Pb5Cl(PO4)3)
 Silikat, merupakan mineral yang jumlah meliputi 25% dari keseluruhan mineral
yang dikenal atau 40% dari mineral yang umum dijumpai. Kelompok mineral ini
mengandung ikatan antara Si dan O. Contohnya: kuarsa (SiO2), zeolit-Na
(Na6[(AlO2)6(SiO2)30] . 24H2O).
BATUAN BEKU

1. Pendahuluan

Batuan beku merupakan batuan yang tersusun dari mineral hasil pembekuan
magma. Klasifikasi, penamaan, batuan beku erat hubungannya dengan cara
pembentukan meineral yang dikandung batuan beku tersebut. Beberapa mineral umum
terdapat sebagai kandungan yang penting, dalam pembentukannya mengikuti aturan
‘tingkat kristalisasi’ dari magma. Setiap mineral akan mengkristal pada temperatur ang
terbatas, pada waktu magma mengalami pendingin ; proses ini di sebut, “differensi
magma”
2. DIFFERENSI MAGMA

Magma asal dalam proses pembentukannya bergerak kepermukaan bumi (naik) dan
mengalami penurunan temperatur (perlahan-lahan), yang akan disertai dengan proses-
proses sebagai berikut :

a. Differensi Kristanilisasi
b. Differensi Asimilasi

a. Differensi Kristanilisasi
Merupakan suatu proses pemisahan menjadi bebrapa fraksi dengan komposisi
berbeda dan berasal dari suatu magma yang homogen.
Prosesnya yaitu pada saat magma mengalami penurunan temperatur, kristal yang
terbentuk lebih awal memiliki densitas yang lebih besar dari larutan magmanya.
Akan turun ke bawah/ mengendap, maka terbentuk dua fraksi yaitu akumulasi
kristal yang terbentuk lebih awal dan larutan sisa magma akan terus bergerak dan
mengalami penurunan temperatur, maka proses pemisahan kristal dan sisa magma
akan terus berlanjut sampai seluruh magma sisa membeku secara keseluruhan.

b. Differensi Asimilasi
Magma asal dalam perjalannaya mengalami pembekuan akan naik dan menerobos
batuan sekitarnya, maka dapat terjadi proses pencampuran (masuknya) dari batuan
samping kedalam magma asal, sehingga dapat merubah komposisi magma asal.
3. Bentuk –Bentuk Pembekuan Magma

Magma dari dalam bumi bergerak menerobos batuan disekitarnya memiliki bentuk
yang tertentu. Bentuk-bentuk tersebut bersifat : Instrusif dan Ekstrusif seperti penjelasan
dibawah ini :

Instrusif : Magma yang menerobos dan memotong batuan di sekitarnya,


membeku di bawah permukaanbumi.
Ekstrusif : Magma yang membeku di permukaan bumi sebagai lelehan
Diskordan : batuan intrusif memotong tidak sejajar batuan disekitarnya, berupa :

a. Batholith : ukuranyya sangat besar atau di sebut dapur magma.


b. Stock : ukuran sekitar 60 km2
c. Dike/vein : Gang = Korok
d. Jenjang Volkanik : Tererosi di permukaan.

Konkordan : Batuan Instrusifnya sejajar / selaras Batuan yan di terobosnya, berupa :

a. Sill : membeku Sejajar Sekitarnya


b. Lakolit : sama seperi Sill, bagian atas seperti Kubah
c. Lapolith: Sama seperti Sill bagian bawah cembung seperti Mangkok.

Bentuk- bentuk EKSTRUSIF berupa :

a. Lava : Batuan beku yang membeku Dipermukaan (darat/air)


b. Lava Pahoehoe : Bentuk seperti tali
c. AA- Lava : Bentuk kasar berlubang-lubang
d. Pillow Lava : Bentuk seperti Bantal

4. DASAR KLASIFIKASI BATUAN BEKU :

1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi mineral

TEKSTUR :

Hubungan antara sifat butir mineral yang satu dengan butir mineral lainnya didalam satu
massa dasar yang tidak terpisah.
Tekstur dalam batuan beku terdiri atas beberapa macam yaitu :

1. Kristanilisasi
2. Granularitas
3. Fabrik
4. Relasi
1. Kristanilisasi
Derajat / tingkat Kristanilisasi mineral dalam suatu masa batuan beku, meliputi :
a. Holokristalin : Apabila seleruh Masa batuan beku terdiri dari Kristal (mineral).
Hipokristalin : Apabila sebagian masa dasar batuan berupa Kristal dan
b.
sebagian lagi berupa gelas/amorf. Pada batuan beku instrusif Hypabisal.
2. Granularitas

Batuan Kristal/besar butiran dalam masabatuan beku, yaitu :


a. Fenerik : Kristal dapat di bedakan dengan mata biasa dengan ukuran Kristal
yaitu :
 Sangat kasar (very coarse ) : > 3 mm
 Kasar (coarse) : 3 mm – 0,5 mm
 Sedang (medium) : 0,5 – 0,1mm
 Halus (fine) : < 0,1 mm
b. Afanitik : Kristalnya sangat halus sehingga sulit di bedakan dengan mata
biasa. Ukuran Kristal di sebut gelas /amorf.
Ukuran Kristal/besar butir berhubungan dengan proses pembekuan magma. Semakin
lambat membeku ukuran Kristal kasar (fenerik), yaitu : pada bauan beku dalam semakin
cepat membeku ukuran Kristal halus sangat halus (afanitik) yaitu pada batuan beku
dekat permukaan (Hypabisal) dan batuan lelehan (Ekstrusif-volkanik). Contoh : Basal,
Andesit, Trakhit, Rhiolit, Obsidian.
3. Fabrik
Bentuk Kristal, yaitu :
a. Bentuk Kristal dalam pandangan dua dimensi
- Euhedral (Idimorf) : mempunyai bidang batas Kristal yang baik.
- Subhedral (panidomorf/Hypidomorfic) : bidang Kristalnya merupakan
pencampuran yang baik dan yang tidak baik
- Anhedral (Xenomorf / Allotriomorfic) : seluruh bidang kristalnya jelek.

b. Bentuk Kristal dalam pandangan tiga dimensi.


- Equidimensional (Equal) : ketiga dimensi sama besar.
- Tabular : 2 dimensi lebih panjang dimensi ketiga.
- Prismatik : 1 arah dimensi lebih panjang daripada dua dimensi lain.
- Irregular : Dimensinya tak teratur
4. Relasi
Hubungan antar kristal dalam batuan beku, yaitu :
a. Eqigranural : ukuran kristalnya sama / hamper sama besar.
b. In Equigranular : dimensinya tak teratur

Tekstur Batuan Beku Dan Sejarah Kristanilisasi

Tekstur batuan beku di tentukan oleh sejarah kristanilisasi magma atu pembetukan
Kristal yang dipengaruhi oleh :
a. Komposisi magma asal
b. Kekentalan larutan, dapat memperlambat kristanilisasi
c. Adanya gas/volatil, dapat mempengaruhi kekentalan
d. Temperatur, dingin akan cepat membeku
e. Tekanan pembekuan.
BATUAN SEDIMEN

Batuan Sedimen adalah Batuan yang terjadi sebagai hasil pengendapan,


pemadatan dan litifikasi hancuran batuan lain (detritus/klastik) atau pemadatan dan
litifikasi dari hasil reaksi kimia dan organic (non detritus/ non klastik).
Berdasarkan proses pengendapan utama, batuan sedimen dibagi 3 yaitu :
1. Sedimentasi Mekanik : Karena adanya perbedaan sifat fisik fragmen atau
butiran (berat dan B.J) dank arena kecapatan arus.
2. Sedimentasi Organik : Karena adanya aktifitas organisme/ biologi.

3. Sedimentasi Kimia : Karena adanya reaksi kimia berupa pengaruh temperatur


tinggi (eveporasi) atau unsure kimia tertentu (Silika).
Pengelompakan utama batuan sedimen berdasarkan cara terbentuknya dan sifat-sifatnya
dibagi menjadi 5 kelompok :
Dan berdasarkan fragmen pembentuk dibagi menjadi 2 golongan :
1. Kelompok Dedritus
2. Kelompok Karbonat
3. Kelompok Batubara
4. Kelompok Evaporit
5. Kelompok Silika

Proses Pembentukan Batuan Sedimen

Masih mengutip dari sumber yang sama seperti di atas, proses pembentukan batuan sedimen
melibatkan empat proses utama, yaitu pelapukan,
transportasi, pengendapan (deposition), dan pemadatan. Berikut proses pembentukan batuan
sedimen:
1. Pelapukan

Merupakan pemecahan batu, tanah, mineral, serta bahan kayu dan buatan melalui kontak
dengan atmosfer bumi, perairan, dan organisme biologis. Pelapukan terjadi di tempat asal
dengan sedikit atau tanpa gerakan.

Pelapukan melibatkan pergerakan batuan dan mineral oleh agen, seperti air, es, salju, angin,
ombak, dan gravitasi untuk diangkut dan disimpan di lokasi lain. Terdapat tiga klasifikasi
penting dari proses pelapukan, yakni pelapukan fisika, kimia dan biologi.

a. Pelapukan Fisika, merupakan proses pelapukan yang melibatkan kontak langsung dengan
kondisi atmosfer, seperti panas, air, es, dan tekanan.

b. Pelapukan Kimia, merupakan pelapukan akibat efek langsung dari bahan kimia atmosfer
atau bahan kimia yang diproduksi secara biologis.

c. Pelapukan Biologi, merupakan pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup dan
disebebkan oleh proses organisme hewan, tumbuhan, dan manusia.
2. Transportasi

Proses pengangkutan material dari tempat asal ke tempat pengendapan. Proses ini
memerlukan agen transportasi berupa gravitasi, angin, gletser, dan air.

3. Pengendapan

Pengendapan adalah proses geologi ketika sedimen yang dihasilkan dari proses pelapukan
atau tanah dan batuan ditambahkan ke suatu lahan dataran lebih rendah yang
ditransportasikan oleh angin, gletser, air, dan gravitasi.

4. Pemadatan (Compaction) dan Penyemenan (Cementation)

Pemadatan terjadi ketika sedimen terkubur dalam-dalam, menempatkan mereka di bawah


tekanan karena berat lapisan yang ada di atasnya.

Sementara itu, penyemenan adalah mineral baru yang menempel pada butiran sedimen
layaknya semen mengikat butiran pasir pada bahan bangunan
BATUAN METAMORF

Matamorf berasal dari kata ‘meta’ (berubah) dan ‘morf’ (bentuk). Jadi batuan metamorf
adalah batuan ubahan dari batuan yang sudah ada sebelumnya (Beku, Sedimen, Metamorf
sendiri) yang terjadi karena proses metamorfosis. Proses metamorfosis yaitu proses
perubahan yang terjadi pada batuan asal akibat adanya perubahan temperature (T), tekanan
(P), atau kedua-duanya dalam keadaan padat, tanpa terjadi perubahan unsure-unsur kimia
(Isokimia).
PENGENALAN BATUAN METAMORF
1. Sifat kristal atau hablur
2. Adanya mineral khas metamorf
3. Terdapat struktur foliasi pada kebanyakan batuan metamorf

DASAR KLASIFIKASI BATUAN METAMORF


Klasifikasi batuan metamorf berdasarkan:
1. Tekstur
2. Struktur
3. Komposisi Mineral
Secara umum tekstur batuan metamorf terbagi 2 yaitu:
 Berfoliasi (Foliasi/foliated)
 Tak berfoliasi (non foliasi/unfoliated)

4. TEKSTUR FOLIASI
Foliasi berasal dari “foliates” (daun) atau berdaun yaitu orientasi
kesejajaran mineral penyusun batuan metamorf, tetapi harus dibedakan dengan
orientasi pelapisan batuan sedimen, sama sekali tidak ada hubungan dengan sifat
pelapisan batuan sedimen.
Berdasarkan kenampakan (terlihat/tidak terlihat lagi batuan asal
pembentuk batuan metamorf dibagi 2 yaitu:

1. Kristaloblastik
2. Palimset/Sisa/Relik
1. KRISTALOBLASTIK
Bila tekstur batuan asal tak kelihatan lagi digunakan istilah BLASTIK
kemudian kita lihat fabriknya. Berdasarkan sifat butir/kristal dan
hubungannya dengan yang lain dibagi
a. HOMOBLASTIK : Terdiri dari satu mineral saja
b. HETEROBLASTIK : Terdiri dari satu tekstur.
5. Jenis Tekstur
- Lepidoblastik : Bila sebagian besar mineralnya berbentuk
pipih. (mika group)
- Nematoblastik : Bila sebagian besar mineralnya berbentuk prismatik
(piroksen)
- Granoblastik : Bila sebagian besar mineralnya
Granular/Equidimensional (kuarsa)
- Porfiroblastik : Seperti piofiritik dalam batuan beku
6. Bentuk Kristal
- Idioblastik : Bila sebagian besar mineralnya berbentuk Euhedral
- Hipidioblastik : Bila sebagian besar mineralnya berbentuk Subhedral
- Xenoblastik : Bila sebagian besar mineralnya berbentuk Anhedral.
2. PALIMSET/SISA/RELIK
Tekstur asli dari batuan asal masih terlihat/tersisa, digunakan awalan
BLASTO untuk penamaannya.
- Blasto Ofitik
Bila batuan asal mempunyai tekstur Ofitik
- Blasto Porfiritik
Bila batuan asal mempunyai tekstur Porfiritik
- Blasto Psefitik
Bila batuan asal batuan sedimen klastik berukuran Pebble (psefitik)
- Blasto Psamatik
Bila batuan asal batuan sedimen klastik berukuran pasir (psamatik)
- Blasto Pelitik
Bila batuan asal batuan sedimen klastik berukuran lempung (argilit).

Anda mungkin juga menyukai