Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KRISTALOGRAFI DAN

MINERALOGI

PRAKTIKUMKE : 6 (ENAM)
JUDULPRAKTIKUM : MINERALOGI FISIK II
HARI/TANGGAL : SENIN/ 2 APR IL 2018
LOKASIPRAKTIKUM : ENERGI DAN REKAYASA MINERAL II
KELOMPOK : A (GANJIL)

M. GHUFRON PRINGGODANI

F1D117019

PRODI TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dari sekian banyak mineral yang ada di dunia ini, mineral-mineral tersebut
memiliki banyak kesamaan dan perbedaan baik dari segi fisik, kimia, kegunaan,
serta bagaimana mineral tersebut terbentuk. Untuk itu dibutuhkan suatu studi
mengenai hal ini, dan ilmu mineralogy adalah jawabannya. Pendeskripsian dari
berbagai mineral tersebut bertujuan agar setiap orang, atau khususnya bagi
seorang geologis atau penambang dapat membedakan tiap-tiap mineral yang ada.
Mineralogi ini juga nantinya yang akan dijadikan sebagai bekal dalam
mengdeskripsikan serta mengamati mineral-mineral tersebut. Dalam mempelajari
semua hal tentang mineral, mulai dari sifat-sifat fisiknya hingga keterdapatannya
pada batuan dinamakan dengan Mineralogi.
Pada tahap ini kita akan belajar tentang semua hal yang berkaitan dengan
mineral. Dan dengan bekal ilmu Kristalografi yang telah dipelajari sebelumnya,
kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa sajakah yang terdapat di Bumi,
bagaimana keterdapatannya, hingga akhirnya juga dapat mengetahui manfaat dari
mineral itu sendiri.Pentingnya mempelajari mineralogi dalam dunia pertambangan
adalah sebagai dasar untuk mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari suatu
mineral.Selain itu denagan mempelajari mineralogi kita juga dapat mengetahui
persebaran berbagai mineral yang ada di indonesia.Dengan adanya pemahaman
tentang mineralogi dapaat menjadi dasar dalam mempelajari pertambangan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum krismin ini adalah:
1. Mampumemahamikonsep mineralogi dan mineral.
2. Mampumengidentifikasi suatu mineral.
3. Mampu mendeskripsikan sifat fisik dari suatu mineral.

Mineralogi Fisik II 1
1.3 Alat dan Bahan
a. Alat
Adapun alat dari praktikum ini adalah:
1. Skala mohs
2. Paku
3. Logam
4. Kikir baja
5. Kaca
6. Magnet
7. Porselen
8. Lup
9. Komparator batuan beku
10. Amplas
11. Kuku

b. Bahan
Adapunbahandalampraktikum kali iniadalah
1. Lks.
2. Contoh Mineral
1.4 Prosedur kerja
1. Disediakan alat dan bahan untuk praktikum.
2. Diambil sebuah mineral X1 untuk dideskripsikan secara berururtan
hingga X18 sebanyak 18 mineral.
3. Diiidentifikasi warna mineral dengan melakukan pengamatyan pada
warna yuang ada pada mineral tersebut.
4. Diidentifikasi sistem kristal dan perawakan mineral menggunakan lup.
5. Diidentifikasi kilap mineral dengan menghadapkan mineral pada cahaya.
6. Diidentifikasi gores dengan menggunakan amplas.
7. Diiidentifikasi sifat kemagnetan dari mineral dengan menempelkannya
pada magnet.

Mineralogi Fisik II 2
8. Diiidentifikasi derajat ketransparanan dengan menggunkan
senter,apabilka tembus cahaya dapat diidentifikasi bahwa mineral
tersebut bersifat transparan,begitu pula sebaliknya.
9. Diidenifikasi sifat khas dengan mencium bau dan merasakan permukaan
dari mineral.
10. Ditentukan nama mineral serta rumus kimianya berdasarkan literatur dan
diidentifikasi secara teori.
11. Diidentifikasi kegunaan dari mineral secara teori melalui literatur yang
sesuai.
12. Diiidentifikasi ganesa atau asosiasi mineralnya berdasarkan teori dan
literatur yang ada.
13. Diidentifikasi belaha dari mineral secara teori.
14. Diidentifikasi pecahan dari mineral yang sedang diamati secara teori.
15. Diidentifikasi tenacity dari mineral secara teori berdasarkan literatur.
16. Diidentifikasi berat jenis dari mineral yang diamati secara teori.
17. Diulangi langkah ke-3 sampai ke14 untuk mineral berikutnya.

Mineralogi Fisik II 3
BAB II
DASAR TEORI
Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan, diantaranya
mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara terbentuknya, sifat -
sifat kimia, dan juga kegunaannya..Mineral adalah suatu zat padat yang terdiri
dari unsur atau persenyawaan kimia yang dibentuk secara alamiah oleh proses-
proses anorganik, mempunyai sifat-sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai
penempatan atom-atom secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai
struktur kristal. Selain itu kata mineral juga mempunyai banyak arti, hal ini
tergantung darimana kita meninjaunya. Mineral dalam arti farmasi lain dengan
pengertian di bidang geologi. Istilah mineral dalam arti geologi adalah zat atau
benda yang terbentuk oleh proses alam, biasanya bersifat padat serta tersusun dari
komposisi kimia tertentu dan mempunyai sifat fisik yang tertentu (Acousta, 1998).
Semua mineral mempunyai susunan kimiawi tertentu dan  penyusunatom-
atom yang beraturan, maka setiap jenis mineral mempunyai sifat-sifatmineral
dapat dikenal fisik/kimia tersendiri. Dengan mengenal sifat-sifat tersebut maka
setiap jenis, sekaligus kita mengetahui susunan kimiawinya dalam batasbatas
tertentu.Sifat fisik dari mineral terdiri atas kilap yang merupakan kenampakan
atau cahaya yang dipantulkan oleh permukaan mineral saat terkena cahaya, Kilap
mineral sangat penting untuk diketahui, karena sifat fisiknya ini dapat dipakai
dalam menentukan mineral secara megaskopis. Untuk itu perlu dibiasakan
membedakan kilap mineral satu dengan yang lainnya, walaupun kadang-kadang
akan dijumpai kesulitan karena batas kilap yang satu dengan yang lainnya tidak
begitu tegas (Badgley. 1959).
Warna mineral merupakan kenampakan langsung yang dapat dilihat, akan
tetapi tidak dapat diandalkan dalam pemerian mineral karena suatu mineral dapat
berwarna lebih dari satu warna, tergantung keanekaragaman komposisi kimia dan
pengotoran padanya. Sebagai contoh, kuarsa dapat berwarna putih susu, ungu,
coklat kehitaman atau tidak berwarna. Walau demikian ada beberapa mineral yang
khas, mineral ini mempunyai warna tersendiri karena pada umumnya mineral
yang memiliki warna yang khas (Graha. 1987).

Mineralogi Fisik II 4
Kekerasan adalah ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan
nisbi suatu mineral dapat membandingkan suatu mineral terentu yang dipakai
sebagai kekerasan yang standard. Mineral yang mempunyai kekerasan yang lebih
kecil akan mempunyai bekas dan badan mineral tersebut. Standar kekerasan yang
biasa dipakai adalah skala kekerasan yang dibuat oleh Friedrich Mohs dari Jeman
dan dikenal sebagai skala Mohs. Skala Mohs mempunyai 10 skala, dimulai dari
skala 1 untuk mineral terlunak sampai skala 10 untuk mineral terkeras.Cerat
adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda (Pellant. 1992).
Belahan merupakan kecenderungan mineral untuk membelah diri pada
satu atau lebih arah tertentu. Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineralyang
mampu membelah yang oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidakhancur,
tetapi terbelah-belah menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral
mempunyai sifa ini, sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakardan
sukar dibelah atau tidak dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam didalam
sruktur kritsal tidak seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapatikatan
yang lemah melalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung
membelahmelalui suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui
bidang-bidang tersebut. Karena keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan
akan nampak berjajar dan teratur (Danisworo, 1994).
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah
yang tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan
belahan dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar.
Permukaan bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti
cermin datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan
tidakteratur.Berat Jenis adalah perbandingan antara berat mineral dengan volume
mineral. Cara yang umum untuk menentukan berat jenis yaitu dengan menimbang
mineral tersebut terlebih dahulu, misalnya beratnya x gram. Kemudian mineral
ditimbang lagi dalam keadaan di dalam air, misalnya beratnya y gram. Berat
terhitung dalam keadaan di dalam air adalah berat miberal dikurangi dengan berat

Mineralogi Fisik II 5
air yang volumenya sama dengan volume butir mineral tersebut.Kemagnetan
adalah sifat mineral terhadap gaya magnet. Diatakan sebagai feromagnetic bila
mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti magnetik, phirhotit. Mineral-
mineral yang menolak gaya magnet disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah
yaitu paramagnetic (Halliday. 2001).
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,
maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari
mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-
mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana
keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya
yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi,
penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan
suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara
lain banyaknya distribusi unsur-unsur kimia (Mondadori. 1977).
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun
non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.Adapun
menurut M. Bateman, maka proses pembentukanmineral dapat dibagi atas
beberapa proses yang menghasilkan jenis mineraltertentu, baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagaimineral yang tidak bernilai
ekonomis (Kusumoyudo. 1978).
Adapun proses pembentukan mineral yang pertama yaitu proses
magmatis,proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra
basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral
silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai
membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral
yang terbentuk sesuai dengan temperatur (Roman. 2015).

Mineralogi Fisik II 6
3.2 Pembahasan

Pada praktikum mineralogi fisik II kali ini adalah praktikum yang


mengamati dan mendeskripsikan suatu mineral lebih kepada sifat fisik yang
dimilikinya. Alat yang disiapkan diantaranya adalah; kikir baja, komparator
batuan beku, kaca, koin, skala mohs, paku, kertas amplas, magnet, porselen, loup,
dan kuku. Alat-alat ini yang kemudian digunakan dalam mengamati sifat fisik
atau pendeskripsian dari mineral yang disediakan oleh asisten laboratorium. Sifat
fisik atau pendeskripsian tersebut diantaranya adalah; warna, sistem kristal, kilap,
kekerasan, gores, belahan/pecahan, tenacity, berat jenis, kemagnetan, derajat
ketransparanan, sifat khas, nama mineral/rumus kimia, kegunaan, serta ganesa
atau asosiasi mineral. Pendeskripsian diatas adalah dimaksudkan agar setiap
praktikan mampu mengetahui perbedaan dari setiap mineral yang ada serta dapat
mendeskripsikannya. Kemudian bahan yang digunakan dalam praktikum
mineralogy fisik II ini diantaranya adalah LKS sebagai lembar kerja untuk
mengisi pendeskripsian mineral dan berbagai mineral yang telah disediakan oleh
asisten laboratorium sebanyak 18 mineral yang berbeda.
Setelah semua alat dan bahan praktikum disediakan maka langkah
selanjutnya adalah langsung mengamati serta mendeskripsikan mineral-mineral
tersebut dan menuliskannya pada lembar kerja (LKS). Pendeskripsian mineral
dilakukan secara bergilir untuk mineral yang sama karena semua praktikan terdiri
dari 8 kelompok dan agar waktu yang digunakan lebih efisien. Pengamatan
mineral dari segi warna adalah yang pertama kali diamati. Untuk pendeskripsian
bagian warna ini adalah relative, yakni tergantung dari perspektif pengamat yang
mengamati mineral tersebut. Warna itu sendiri merupakan warna yang
dipantulkan atau dimiliki oleh mineral yang akan diamati, dan merupakan
kenampakan langsung dari mineral dan dapat berbeda-beda tergantung komposisi
kimia mineral tersebut dan adanya zat pengotor dari mineral tersebut. Oleh karena
itu, pendeskripsian warna ini tidaklah selalu objektif melainkan subjektif.
Kemudian pendeskripsian yang kedua adalah sistem kristal. Pendeskripsian sistem
kristal adalah jenis sistem kristal yang dimiliki oleh mineral tersebut, apakah
isometric, hexagonal, tetragonal, trigonal, orthorombik, triklin, ataupun monoklin.
Pendeskripsian sistem kristal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa setiap

Mineralogi Fisik II 7
mineral itu memiliki suatu sistem kristal tersendirinya. Pendeskripsian berikutnya
adalah kilap. Kilap merupakan kenampakan suatu mineral yang ditunjukan dari
pantulan cahaya yang dikenakan padanya. Kilap secara garis besar biasanya
dibagi menjadi 2 jenis yakni kilap logam dan nonlogam. Pendeksripsian kilap
bertujuan untuk menunjukkan bahwa tiap mineral memiliki warna kilap yang
berbeda-beda atau bahkan suatu mineral yang berbeda bisa saja memiliki warna
kilap yang sama.
Pendeskripsian yang berikutnya adalah kekerasan. Kekerasan merupakan
ketahanan mineral terhadap suatu goresan. Kekerasan nisbi suatu mineral dapat
ditetapkan dengan membandingkan suatu mineral dengan dengan mineral tertentu.
Skala kekerasan yang biasa digunakan ialah skala mohs yang dibuat oleh
Friedrich Mohs dari Jerman atau yang lebih dikenal dengan skala mohs.
Pendeskripsian kekerasan ini jelas bertujuan untuk membedakan skala kekerasan
yang dimiliki suatu mineral. Pendeskripsian yang berikutnya adalah gores/cerat.
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk hancuran (serbuk). Hal ini dapat dapat
diperoleh apabila mineral digoreskan pada bagian kasar suatu keping porselin atau
membubuk suatu mineral kemudian dilihat warna dari bubukan tersebut. Cerat
dapat sama dengan warna asli mineral, dapat pula berbeda. Warna cerat untuk
mineral tertentu umumnya tetap walaupun warna mineralnya berubah-ubah.
Pendeskripsian berikutnya adalah belahan/pecahan. Belahan merupakan
kecenderungan mineral untuk membelah diri pada satu atau lebih arah tertentu.
Belahan merupakan salah satu sifat fisik mineral yang mampu membelah yang
oleh sini adalah bila mineral kita pukul dan tidak hancur, tetapi terbelah-belah
menjadi bidang belahan yang licin. Tidak semua mineral mempunyai sifa ini,
sehingga dapat dipakai istilah seperti mudah terbakar dan sukar dibelah atau tidak
dapa dibelah. Tenaga pengikat atom di dalam di dalam sruktur kritsal tidak
seragam ke segala arah, oleh sebab itu bila terdapat ikatan yang lemah melalui
suatu bidang, maka mineral akan cenderung membelah melalui suatu bidang,
maka mineral akan cenderung membelah melalui bidang-bidang tersebut. Karena
keteraturan sifat dalam mineral, maka belahan akan nampak berjajar dan teratur.
Pecahan adalah kecenderungan mineral untuk terpisah-pisah dalam arah yang
tidak teratur apabila mineral dikenai gaya. Perbedaan pecahan dengan belahan

Mineralogi Fisik II 8
dapat dilihat dari sifat permukaan mineral apabila memantulkan sinar. Permukaan
bidang belah akan nampak halus dan dapat memantulkan sinar seperti cermin
datar, sedang bidang pecahan memantulkan sinar ke segala arah dengan tidak
teratur. Pendeskripsian berikutnya adalah tenacity. Tenacity merupakan ukuran
daya tahan suatu mineral terhadap pukulan. Pendeskripsian berikutnya adalah
berat jenis. Berat jenis merupakan perbandingan massa dengan volume yang
dimiliki suatu mineral. Pendeskripsian berikutnya adalah kemagnetan.
Kemagnetan disini memiliki artian apakah suatu mineral tersebut dapat terasosiasi
dengan magnet atau lebih sederhananya adalah apakah dapat ditarik atau ditolak
apabila didekatkan dengan magnet. Kemagnetan dibagi menjadi 3 yaitu ; diatakan
sebagai feromagnetic bila mineral dengan mudah tertarik gaya magnet seperti
magnetik, phirhotit. Mineral-mineral yang menolak gaya magnet
disebut diamagnetic, dan yang tertarik lemah yaitu paramagnetic.
Pendeskripsian berikutnya adalah mengenai derajat ketransparanan. Suatu
transparan dari suatu mineral tergantung kepada kemampuan mineral tersebut
men-transmit sinar cahaya (berkas sinar). Pendeskripsian berikutnya adalah sifat
khas, yakni merupakan sifat khas yang dimiliki suatu mineral tersebut.
Pendeskripsian berikutnya adalah nama mineral/rumus kimia. Nama mineral atau
rumus kimia ini bisa kita dapatkan melalui skala kekerasan serta kandungan
komposisi kimia dari mineral tersebut. Pendeskripsian mineral berikutnya adalah
kegunaan dari mineral yang diamati. Dan pendeskripsian mineral yang terakhir
adalah ganesa/asosiasi mineral. Ini bertujuan untuk mengetahui dari mana asal
mineral tersebut serta apa saja mineral yang berasosiasi dengan mineral tersebut
sehingga dapat menghasilkan mineral tersebut.
Dari ke-18 mineral yang disediakan, maka didapatkanlah beberapa mineral
dengan kelompok yang sama, diantaranya adalah talc, calcite, obsidiant, gypsum,
amethyst, sulfur, kuarsa, pirit, orthoclas, apatite, galena, dan biotite. Namun ada
satu pengecualian mineral dari mineral yang disediakan oleh asisten laboratorium,
yakni batu bara. Batu bara adalah bukan merupakan kelompok dari suatu mineral,
melainkan kelompok dari suatu mineral yang mana sudah terasosiasi dan
mengalami alterasi serta bercampur dengan unsure mineral dan unsure kimia
lainnya. .Deskripsi untuk skala mohs ini adalah pertama yaitu mineral Talc

Mineralogi Fisik II 9
dengan sifat fisik yang dimiliki yaitu: warnanya putih susu, mineral yang sangat
lunak, mudah tergores, disebut juga dengan batu sabun. Kedua mineral gypsum ini
memiliki sifat fisik yaitu : memiliki warna putih yang mudah tergores dengan
kuku jari. Ketiga mineral calcitememiliki sifat fisik yaitu : berwarna kuning dan
hanya tergores dengan kuku jari jika searah dengan belahnya. Keempat mineral
flourite yang memiliki sifat fisik yaitu : berwarna hijau keputihan dan tidak bisa
tergores oleh kuku jari. Kelima mineral apatite memiliki sifat fisik yaitu :
berwarna biru dengan warna belahannya putih dan sama keras dengan gigi.
Keenam mineral Orthoclase memiliki sifat fisik yaitu berwaran kuning kecoklatan
dan sama keras dengan baja, batu ini cocok dijadikan batu mulia. Ketujuh mineral
Quartz yang memiliki sifat fisik yaitu berwarna putih bening dan dapat tergores
oleh kaca dan baja. Kedelapan mineral Topaz yang memiliki sifat fisik yaitu
berwarna putih dan ada juga warna hijau yang dapat menggores kuarsa dan bisa
memotong kaca dengan mudah. Kesembilan mineral corundum mineral yang
memiliki sifat fisik yaitu berwarna unggu, mineral ini dapat menggoreskan topaz
tetapi bisa juga digoreskan oleh mineral intan. Dan semuan mineral ini memiliki
sifat fisik yang berbeda-beda dengan kekerasannya dan mineral yang terakhir ini
yaitu mineral Diamond dimana mineral ini memiliki sifat fisik yaitu mineral yang
paling keras kekerasaanya, mineral ini tidak bisa digoreskan oleh mineral
sebelumnya haya saja bisa digoreskan dengan mineral intan atau sama mineral
diamond.
Mineral yang pertama kali diamati memiliki warna putih setelah
diidentifikasi dengan kasat mata, dengan menggunakan lup dengan perbesaran 3
kali dilihat sistem kristal dari mineral pertama adalah monoklin dengan
perawakan menyerat. Kilap dari mineral ini adalah kaca karena permukaannya
yang licin, uji kekerasan dapat digores dengan kuku jari sehingga skala kekerasan
diperkirakan 1, dengan menggunakan didapatkan gores berwarna putih. Dengan
menguji menggunakan magnet diperoleh kemagnetan diamagnetik karena dapat
ditarik lemah oleh magnet, derajat ketransparanan diuji menggunakan senter
sehingga didapatkan derajat ketransparanan opaque karena tidak dapat ditembus
cahaya. Sifat khas dari mineral ini diidentifikasi dengan meraba atau memcium
baunya, sehingga diperoleh sifat khas mineral ini yaitu bersifat lunak seperti

Mineralogi Fisik II 10
kapur, halus, dan berasal dari dolomite. Setelah diidentifikasi ditentukan nama
mineral dan rumus kimianya, mineral ini adalah gypsum karena semua ciri
menunjukkan mineral tersebut. Untuk tenacity sectile, belahan 1 arah /pecahan
uneven, dan berat jenis 2,3 - 2,4 g/cm 3 dari mineral ini ditentukan secara teoritis
setelah didapatkan hasilnya.
Pengamatan selanjutnya adalah pada mineral yang memiliki warna hitam
setelah diidentifikasi dengan kasat mata, dengan menggunakan lup dengan
perbesaran 3 kali dilihat sistem kristal dari mineral pertama adalah monoklin
dengan perawakan menyerat. Kilap dari smineral ini adalah non logam karena
denagn bentuk seperti intan, uji kekerasan didapatkan yaitu 6 – 6,5 mohs, dengan
menggunakan didapatkan gores berwarna hitam. Dengan menguji menggunakan
magnet diperoleh kemagnetan diamagnetik karena tidak dapat ditarik magnet,
derajat ketransparanan diuji menggunakan senter sehingga didapatkan derajat
ketransparanan non transparan. Sifat khas dari mineral ini diidentifikasi dengan
meraba atau memcium baunya, sehingga diperoleh sifat khas mineral ini yaitu
tidak mudah dilihat isi saat dilakukan penyinaran. Setelah diidentifikasi
ditentukan nama mineral dan rumus kimianya, mineral ini adalah karbon (C)
batubara karena semua ciri menunjukkan mineral tersebut. Batubara bukan
termasuk jenis mineral melainkan batubara adalah batuan.
Mineral selanjutnya memiliki warna kuning keemasan setelah diidentifikasi
dengan kasat mata, dengan menggunakan lup dengan perbesaran 3 kali dilihat
sistem kristal dari mineral pertama adalah isometrik dengan perawakan membutir.
Kilap dari mineral ini adalah kilap logam karena jika diberikan cahaya akan
memantulkan cahaya seperti logam, uji kekerasan dari mineral ini adalah 6 – 6,5
mohs, dengan menggunakan didapatkan gores berwarna coklat. Dengan menguji
menggunakan magnet diperoleh kemagnetan paramagnetik karena tidak dapat
ditarik magnet, derajat ketransparanan diuji menggunakan senter sehingga
didapatkan derajat ketransparanan nontransparant karena tidak dapat ditembus
cahaya dengan tidak dapat memperlihatkan bentuk di dalamnya. Sifat khas dari
mineral ini diidentifikasi dengan meraba atau memcium baunya, sehingga
diperoleh sifat khas mineral ini yaitu berbau logam. Setelah diidentifikasi
ditentukan nama mineral dan rumus kimianya, mineral ini adalah pyrite.

Mineralogi Fisik II 11
Mineral selanjutnya adalah memiliki warna abu-abu kehitaman setelah
diidentifikasi dengan kasat mata, dengan menggunakan lup dengan perbesaran 3
kali dilihat sistem kristal dari mineral pertama adalah isometrik dengan perawakan
menyerat. Kilap dari mineral ini adalah metalik, uji kekerasan dapat menggores
plat baja sehingga dapat diperkirakan kekerasannya 8 skala Mohs, dengan
menggunakan amplas didapatkan gores berwarna abu-abu. Dengan menguji
menggunakan magnet diperoleh kemagnetan diamagnetik karena dapat ditarik
lemah magnet, derajat ketransparanan diuji menggunakan senter sehingga
didapatkan derajat ketransparanan opaque karena tidak dapat ditembus cahaya.
Sifat khas dari mineral ini diidentifikasi dengan meraba atau mencium baunya,
sehingga diperoleh sifat khas mineral ini yaitu bau seperti mesiu, menyerbuk
hitam, dan merupakan mineral sulfida. Setelah diidentifikasi ditentukan nama
mineral dan rumus kimianya, mineral ini adalah galena.

Mineralogi Fisik II 12
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berikut ini beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum kali ini :
1. Mineralogi adalah suatu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,
diantaranya mempelajari tentang sifat - sifat fisik, cara terjadinya, cara
terbentuknya, sifat - sifat kimia, dan juga kegunaannya. Mineral adalah
suatu zat padat yang terdiri dari unsur atau persenyawaan kimia yang
dibentuk secara alamiah oleh proses-proses anorganik, mempunyai sifat-
sifat kimia dan fisika tertentu dan mempunyai penempatan atom-atom
secara beraturan di dalamnya, atau dikenal sebagai struktur kristal.
2. Pengidentifikasian suatu mineral dapat dilakukan dengan cara mengamati
sifat fisik dan sifat kimia dari suatu mineral.
3. Sifat fisik yang diamati pada praktikum kali ini meliputi warna,sistem
kristal dan perawakan,kilap,kekerasan,gores, belahan,tenacity,berat jenis,
kemagnetan,derajat ketransparanan,sifat khas,dan kegunaan dari suatu
mineral.
.
4.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum dilengkapi dengan bahan/ilustrasi yang jelas
agar nantinya praktikan dapat dengan mudah mengamati, membayangkan,
serta mendeskripsikan suatu mineral yang akan dipraktikumkan.

Mineralogi Fisik II 13
DAFTAR PUSTAKA

Acousta, 1998.Diktat Kuliah: Endapanprimer.Bandung : Institut Teknologi


Bandung.
Badgley. 1959. Structural Methot For The Exploration Geologist. New
Delhi: Oxford Book Company.
Danisworo. 1975. Geologi dasar.Yogyakarta:Universitas Pembangunan Nasional.
Graha. 1987. Diktat kuliah: Kristalografi dan Mineralogi. Yogyakarta :
Universitas Pembangunan Nasional.
Halliday. 2001. Fundamental of Physics,6th Edition.New york: JohnWiley
and Son.
Kusumoyudo. 1978. Mineralogi Dasar. Bandung:Insitut Teknologi Bandung.
Mondadori.1977 .Journal of Crystal Growth . KlasifikasiPrimer dan Sekunder.
Vol.2.No.1:42-48.
Pellant. 1992. Rocks and Minerals. London : Dorling Kindersley Limited.
Roman. 2015.Journal of Chemical Crystallography. Persebaran Mineral Kuarsa
dalam Ruang Lingkup Geologi. Vol.4.No.1:64-72.

Mineralogi Fisik II 14

Anda mungkin juga menyukai