Salah satu perusahaan minyak terbsar dunia, Chevron, melakukan kunjugan ke
Kampus Merah, Rabu (2/11). Kedatangan Vice President Operations SMO, Nurhasan didampingi oleh dua orang timnya lantaran akan melakukan kerja sama dengan kampus kita. Terkait dengan pembukaan tiga prodi baru, termasuk Teknik Perminyakan, dan kimia. Meski belum mencapai tahap persetujuan secara keeluruhan, kunjungan ini menjadi langkah awal hubungan kerja sama keduanya ke depan. Seperti apa bentuk kerja sama dan juga upaya-upaya yang akan dilakukan Chevron sendiri dengan menggandeng Kampus merah ini? Berikut petikan wawancara reporter PK identitas, Ramdha Mawaddha bersama Vice President Operations SMO, Nurhasan, yang juga alumni Unhas, sesaat setelah menyampaikan kuliah umum di Fakultas Teknik Gowa, Kamis (3/11). Seperti apa kerja sama yang akan dilakukan dengan Unhas? Sebenarnya kita sudah punya program kerjasama sebelumnya, namanya University Patner Program (UPP). Sebuah bentuk upaya untuk bekerjasama dengan universitas yang memang sangat penting. Di samping kita bisa memberikan kontribusi dalam mengembangkan dunia pendidikan. Kita juga bisa dapat manfaat. Karena mereka itu adalah resource (sumber, red) yang cukup besar yang bisa kita optimalkan. Unhas punya banyak doktor S2, S3 yang sangat ahli di bidangnya masing-masing. Jadi itu salah satu peluang yang coba dilihat Chevron, untuk mencoba bekerjasama dengan salah satu universitas terkemuka di Indonesia timur ini. Jadi bentuk kerjasamanya dengan pembentukan tiga prodi baru? Itu salah satu yang nanti kita coba lihat, ini memang masih proses penjajakan. Mula-mula kita pandang itu sebagai kerjasama dalam study case, kemudian juga peluang pemagangan. Jadi ada banyak kerjasama nanti setelah melakukan assessment ini. Kita akan balik ke Jakarta, kita akan review internal Chevron dan nanti kita lihat perkmbangannya seperti apa. Supaya kita bisa melangsungkan kerja sama ini. Kalau kerja sama dalam membentuk badan usaha bagimana? Kalau itu sih internal Unhas, jadi Chevron itu lebih melihat kerja sama dengan institusi yang selama ini kita sudah lakukan. Misalnya Chevron dengan ITB, maupun dengan UGM. Jadi, bagaiman Anda melihat kesiapan Unhas sendiri dengan kerja sama ini? Saya melihat ternyata walaupun saya alumni Unhas, tapi sudah lama tidak datang melihat. Terus terang kemajuannya luar biasa. Saya melihat bahwa dari segi fasilitasnya, di Fakultas Teknik itu luar biasa, Geologi juga Sipil dan beberapa jurusan lainnya, Perkapalan juga, ternyata pengembangan fasilitas lab di kampus baru Gowa luar biasa. Ternyata dosen S3-nya juga sudah begitu banyak. Pun program studinya sudah berkembang. Di Tamalanrea ternyata banyak penelitian Unhas yang memiliki hak paten. Saya betul-betul surprize dan itu bukan hanya dari Fakultas Teknik saja, malah ada dari kedokteran, pertanian, farmasi, MIPA, itu luar biasa kemajuannya. Dan saya sebagai alumni bangga melihat perkembangan ini. Bagaimana Unhas bisa berkontribusi bukan hanya menghasilkan mahasiswa yang unggul, tapi ternyata di dalamnya sendiri mampu menciptakan temuantemuan teknologi untuk membantu masyarrakat ataupu industri. Apakah kerjasama ini hanya dilakukan dengan Fakultas Teknik? Kita tidak menutup hanya di Fakultas Teknik. Jadi, kita melihat kemungkinan potensi di fakultas lain. Karena dari industri tantangan yang kita hadapi itu bukan hanya fokus hanya di bagian teknik saja. Tapi mungkin juga ada masalah soisal, ada juga di bagian kesehatan. Dan itu tidak mungkin dari teknik, bisa dari kedokteran, kesmas, petanian, itu banyak. Makanya kita tidak fokus hanya mengakses di Fakultas Teknik saja, bisa jadi kemungkinan ke hal-hal yang lain.
Seberapa besar Anda melihat potensi mahasiswa Unhas ke depannya di bidang
industri? Sekarang memang tantangan besar ya, dengan harga minyak turun. Sehingga memang ada banyak perusahaan minyak, termasuk supportnya perusaahan minyak. Adakendala dalam pengembangan akibat turunnya harga minyak. Tapi bagi saya melihat itu adalah tantangan dari industri bgaimana melihat dan bisa melakukan efisiensi, menerapkan teknologi yang bisa survive dalam kondisi seperti ini. Dan tantangan bagi mahaiswa yang bergerak agak dekat dengan industri migas itu menurut saya bukan suatu masalah. Karena yang kita lihat ke depannya, katakanlah dari geologi, dari mesin, perkapalan, sipil, elektro, lingkungan dan sebagainya itu tidak hanya bergerak di industri migas saja. Jadi bisa bergerak di mana saja. Jadi fleksibilitasnya mereka sangat tinggi. Tinggal bagaimana mahasiwa itu menyiapkan diri. Persiapan apa yang mesti dilakukan mahasiswa? Tidak cukup dengan hanya kemampuan akademik, tapi hal yang penting jug non akademik. Soft skillnya, leadership, communication, membangun timwork itu sangat penting karena di dunia industri maupun lainnya kita tidak bekerja sendiri tapi kerja tim. Jadi mau tak mau budaya seperti ini dilihat oleh perusahan. Kita tidak mau merekrut orang atau bekerja dengan kita yang hanya bekerja sendiri- sendiri saja dengan egonya saja. Kita harus bisa melihat bagaimana dia bisa membagun tim work karena ada aktivitas yang tidak bisa dikerjakan satu orang tapi harus banyak orang yang bisa terlibat di dalamnya. Jadi perlu disiapkan mahasiswa bukan hanya akademiknya, tapi non akademiknya. Jadi menurut saya mulai dari mahasiswa kemampuan leadership itu dibangun. Seperti aktif berorganisasi, membuat kegiatan positif, dengan begitu sejak dini bisa mengatur tanpa menunggu saat bekerja dulu. Jadi kerja nanti jauh lebih mudah menjalin kerja sama. Itu menurut saya perlu dilakukan lebih dini. Jangan nanti kerja karena itu mungkin sedikit terambat. Harapan dan saran-saran Anda untuk mahasiswa Unhas ke depan? Yang pertama mahasiswa ini adalah tulang punggung generasi Indonesia yang akan datang. Indonesia ke depan, saya melihat berkomitmen agar semua industri strategisnya bisa terkelola dengan baik. Karena itu semua aset negara. Sehingga mau tak mau kita perlu menyiapkan generasi ini, mahasiswa terutama. Jadi bagaimana menyiapkan diri sejak awal. Bagaimana pengetahuan dan ketermpilanya sejalan dengan kebutuhan industri. Kedua pengembangan soft skilnya. Sangat diperlukan karena banyak berinteraksi dengan orang mempunya visi bersama. Dan itu sudah kita bangun sejak dari mahasiswa. Dan sejak sekarang mahasiswa harus mengembangkan kemampuan Bahasa Inggris. Sudah menjadi wajib, apalagi bekerja di perusahaan yang notabenenya multi nasional company otomatis Bahasa Inggris menjadi syarat utama.