Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan
tertentu dan dalam konteks tertentu. Keterampilan berbahasa mencangkup empat
komponen dasar, yaitu menyimak, berbicara dan menulis. Berdasarkan SK. Dikti No.
43/DIKTI/Kep/2006, pasal 3, ayat (2) c seharusnya materi kuliah Bahasa Indonesia dapat
menjadikan mahasiswa memiliki pengetahuan dan sikap positif terhadap Bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional, dan mampu menggunakan secara
baik dan benar untuk mengungkapkan pemahaman, rasa kebangsaan dan cinta tanah air,
dan untuk berbagai keperluan dalam bidang ilmu, teknologi, serta penyesuaian apabila
diperlukan.
Materi kuliah bahasa Indonesia berisi tentang dasar-dasar yang menunjang
kompetensi mahasiswa dalam menulis karya ilmiah. Hasil yang diharapkan dari
mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia adalah kecakapan dalam
berbahasa Indonesia yang baik dan benar sebagai pendukung utama kecakapan mahasiswa
dalam melaksanakan tugas keilmuannya. Keahlian, kecakapan, kesanggupan dan
semacamnya tersebut merujuk pada kemampuan menggunakan bahasa Indonesia ragam
baku-ilmiah dalam penulisan karya ilmiah. Jadi, titik fokusnya bukan hanya pada
penulisan karya ilmiah, melainkan pemakaian bahasa ragam baku-ilmiah untuk menulis
karyailmiah. Selain hal-hal tentang tata cara penulisan, perlu juga dilakukan praktek atau
presentasi atau diskusi sebagai bentuk pelaksanaan dan penggunaan tata bahasa Indonesia
yang baik secara ilmiah.
Dari latar belakang tersebut, makalah ini disusun untuk memberikan kemudahan
kepada pembaca dalam mempelajari materi bahasa Indonesia melalui ringkasan materi
yang dipaparkan di dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia?
2. Apa sajakah yang menjadi bagian dari ejaan bahasa Indonesia?
3. Apa yang dimaksud bahasa Indonesia ragam ilmiah?
4. Bagaimanakah tata cara pemilihan dan penggunaan kata?
5. Bagaimanakah tata cara pembentukan dan perluasan kalimat?
6. Apa yang dimaksud dengan kalimat efektif?
7. Bagaimanakah tata cara pembentukan paragraf?
8. Bagaimanakah tata cara pengembangan paragraf?
9. Bagaimanakah tata cara penyajian lisan?
10. Apa perbedaan karangan ilmiah, ilmiah populer, dan nonilmiah?
16

11. Bagaimanakah cara perencanaan karya tulis ilmiah?


12. Bagaimanakah tata cara menyusun kerangka karangan?
13. Bagaimanakah tata cara penulisan kutipan, catatan kaki, rujukan, dan daftar pustaka?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia
2. Untuk mengetahui penulisan ejaan dalam bahasa indonesia yang baik dan benar
3. Untuk mengetahui peranan bahasa indonesia ragam ilmiah
4. Untuk mengetahui pemilihan dan penggunaan kata dalam bahasa Indonesia
5. Untuk mengetahui pembentukan dan perluasan kalimat dalam bahasa Indonesia
6. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kalimat efektif
7. Untuk mengetahui pembentukan paragraf dalam bahasa Indonesia
8. Untuk mengetahui pengembangan paragraf dalam bahasa Indonesia
9. Untuk mengetahui penyajian lisan dalam bahasa Indonesia
10. Untuk mengetahui perbedaan karangan ilmiah, ilmiah populer, dan nonilmiah
11. Untuk mengetahui perencanaan karya tulis ilmiah bahasa Indonesia
12. Untuk mengetahui perencanaan karangan dalam bahasa Indonesia
13. Untuk mengetahui pengutipan, catatan kaki, rujukan, dan daftar pustaka dalam bahasa
Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa Indonesia
2.1.1 Sejarah Bahasa Indonesia
A. Sebelum Kemerdekaan
Bahasa Indonesia bersumber dari bahasa melayu yang sudah dipakai berabad-abad
sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di seluruh wilayah Asia Tenggara. Berbagai fakta

16

sejarah menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah digunakan secara meluas sejak dahulu,
diantaranya ditemukannya prasasti tertua yang ditulis dalam bahasa Melayu dengan huruf
Pallawa berasal dari abad ke-7. Pada zaman Kerajaan Sriwijayadi Sumatera dan Kerajaan
Majapahit di jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, bahasa
prhubungan antar suku di Indonesia, bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, serta
bahasa resmi kerajaan.
Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat kabar yang di tulis dengan
bahasa Melayu dikarenakan pemerintah Belanda tidak mau menyebarkan pemakaian
bahasa Belanda pada penduduk pribumi. Akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1928, melalui
ikrar Sumpah Pemuda pada butir ketiga, bangsa Indonesia menerima bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa Indonesia.
B. Sesudah Kemerdekaan
Pada tanggal 18 Agustues 1945, ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang
didalamnya terdapat pasal 36 yang menyatakaan bahwa bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia. Perhatian pemerintah masa orde baru pada perkembangan bahasa Indonesia
dapat tercermin dengan dilaksanakannya Kongres Bahasa Indonesia, perubahan bahasa
Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD) yang selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
2.1.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
A. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional berfungsi sebagai :
a. Lambang kebanggan nasional, yang mencerminkan nilai-nilai sosial yang mendasari
rasa kebangsaan dan mengatasi perbedaan yang ada dengan menyatukan berbagai suku
bangsa yang berbeda.
b. Lambang identitas nasional, yang dapat mengidentikkan bangsa indonesia selain
bendera dan labang negara.
c. Alat pemersatu berbagai suku bangsa, yang dapat menghindarkan kesalahpahaman
sebagai akibat perbedaan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda.
d. Alat perhubungan antarbudaya dan antardaerah, karena bahasa indonesia mampu
mencapai keserasian hidup tanpa meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan pada
nilai-nilai sosia budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan.
B. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara berfungsi sebagai :
a. Bahasa resmi kenegaraan, yang digunakan untuk urusan-urusan resmi kenegaraan
b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi kecuali di daerah-daerah yang menggunakan bahasa daerahnya
sebagai bahasa pengantar sampai dengan tahun ketiga pendidikan sekolah dasar.

16

c. Alat perhubungan ditingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan


pemerintahan.
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
2.2 Ejaan Bahasa Indonesia (Pelafalan, Pemakaian Huruf, Pemisahan Suku Kata,
Penulisan Huruf, Kata, Partikel, dan Angka Bilangan)
Ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang cara melafalkan, menuliskan huruf, kata,
unsur serapan, dan tanda baca. Bahasa Indonesia menggunakan ejaan fenomik (satu tanda
huruf dilambangkan dengan satu bunyi). Namun masih terdapat kekurangan pada ejaan
fonem, seperti dua bunyi dilambangkan dalam satu tanda (/e/ -> pepet).
2.2.1 Pelafalan
Merupakan cara mengucapkan bahasa Indonesia sesuai dengan tulisan. Contoh : tegel
di baca tegel bukan tehel, praktik bukan praktek, dan risiko bukan resiko serta TV yang
dibaca te ve bukan ti vi, AC dibaca a ce bukan a se, dan lain sebagainya.
2.2.1 Pemakaian Huruf
Pada bahasa Indonesia tetapdipertahankan dari huruf /a/ sampai /z/. Contoh fakta tidak
diganti dengan pakta. Kemudian huruf q hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus
seperti quran. Kemudian huruf /k/ digunakan untuk istialh umum seperti akuarium, bukan
aquarium.
2.2.3 Pemisahan Suku Kata
Apabila:
- Di tengah kata terapat dua vokal berurutan, pemisahandilakukan diantara kedua vokal
tersebut. Contoh : main -> ma-in.
- Di tengah kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan diantara kedua
konsonan tersebut. Contoh : ambil -> am-bil.
- Di tengah kata terdapat konsonan diantara dua vokal, pemisahan di lakukan sebelum
konsonan tersebut. Contoh : benar -> be-nar.
2.2.4 Penulisan Huruf
a. Penulisan huruf kapital menyebutkan bahwa (1) ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan dan kitab suci, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital termasuk kata
ganti untuk Tuhan yang diikuti dengan tanda hubung (-). Contoh hamba-Mu. (2)
Nama gelar, jabatan, atau pangkat yang diikuti langsung nama orang, nama daerah
atau negara, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. Contoh Presiden epublik
Indonesia. (3)Semua hal yang menyangkut nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah, serta kata-kata penunjuk kekerabatan sebagai
sapaan, huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital. Contoh : suku Makassar, Apa
kabar, Dik ?
16

b. Penulisan huruf miring dalam cetakan diapaki untuk menuliskan nama buku, majalah,
surat kabar yang dikutip dalam karangan, menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, atau kelompok kata, serta menuliskan kata nama ilmiah, dan ungkapan
asing kecuali yag telah disesuaikan ejaannya.
2.2.5 Penulisan Kata
a. Penulisan kata turunan yang mendapat imbuhan berupa gabungan kata, awalan dan
akhiran kata, yang ditulis serangkai dengan bentuk gabungan tersebut. Contoh : sebar,
disebar, sebarkan, disebarkan.
b. Penulisan kata ulang yang ditulis secara lengkap, yaitu dengan menggunakan tanda
hubung (-) dan menghindari penggunaan angka 2.
c. Gabungan kata atau kata majemuk yang ditulis terpisah bagian-bagiannya. Contoh :
Pancasila, duta besar, dan lain sebagainya.
d. Kata ganti ku, kau yang ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan ku,
mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
e. Kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali dalam
gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata seperti daripada dan kepada.
2.2.6 Partikel lah, kah, dan tah
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Kemudian partikel pun, ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya, dan per ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat
yang megikutinya.
2.2.7 Angka dan Lambang Bilangan
Apabila kita menggunakan angka Romawi, penulisannya tidak meggunakan awalan
ke-. Jika kita menggunakan angka Arab, harus disertai awalan ke-. Kemudian penulisan
kata bilangan yang mendapat akhiran an ditulis tahun 50-an.
2.3 Ejaan Bahasa Indonesia (Penulisan Unsur Serapan, Singkatan, dan Tanda Baca)
2.3.1 Penulisan Unsur Serapan
a. Penyerapan secara Alamiah, kata-kata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia
yang lazim dieja dan dilafalkan dalam bahasa Indonesia tidak mengalami perubahan.
Contoh: abjad, mode, dan badan.
b. Penyerapan seperti Bentuk Asal, unsur asing yang belum sepenuhnya diserap ke dalam
bahasa Indonesia dapat dipakai dalam bahasa Indonesia dengan jalan masih
mempertahankan lafal bahasa asalnya (asing). Contoh : shuttle cock, otside, dan cum
laude.
c. Penyerapan dengan Terjemahan, dilakukan dengan cara memilih kata-kata asing tertentu
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kata asing : point, terjemahan
Indonesia : butir.

16

d. Penyerapan dengan Perubahan, unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa
Indonesia ada yang penulisan dan pelafalannya disesuaikan dengan sistem ejaan dan
lafal bahasa Indonesia. Bentuk asal : accent, bentuk serapan : aksen.
e. Penyerapan Akhiran Asing, akhiran-akhiran asing disesuaikan dengan ketentuanketentuan yang ada dalam bahasa Indonesia. Akhiran asing ada yang diserap sebagai
bagian kata yang utuh, seperti kata standarisasi di samping kata standar.
2.3.2 Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan, proses pemendekan yang dilakukan dengan pengekalan sebuah awal berupa
huruf yang tidak membentuk kata, contoh: PTN, BUMN, PT, dan lain-lain.
b. Akronim, hasil proses pemendekatan yang membentuk kata sehingga dilafalkan seperti
kata, contoh: Golkar, Unhas, dan lain-lain.
2.3.3 Penggunaan Tanda Baca
Kaidah tanda baca merupakan hal yang penting diperhatikan dalam penulisan karya
ilmiah, kaidah-kaidah yang dimaksud yaitu: tanda titik, koma, titik koma, titik dua,
hubung, pisah, elipsi, tanya, seru, kurung, kurung siku, garis miring, dan petik tunggal.

2.4 Bahasa Indonesia Ragam Ilmiah


2.4.1 Pengertian dan Karakteristik Bahasa Ragam Ilmiah
Bahasa Indoneisa ragam ilmiah merupakan salah satu ragam bahasa Indonesia yang
digunakan dalam pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Bahasa Indonesia bersifat
cendekia artinya bahasa Indonesia mampu digunakan secara tepat untuk mengungkapkan
hasil berpikir logis. Bahasa Indonesia ragam ilmiah mempunyai sifat bertolak dari
gagasan.
2.4.2 Ciri Ragam Bahasa Ilmiah
Cirinya yaitu : struktur kalimat jelas dan bermakna lugas serta struktur wacana
bersifat formal, mengacu pada standar konvensi naskah.
2.4.3 Ragam Bahasa Pidato Ilmiah (Presentasi Ilmiah)
Memiliki beberapa jenis, antara lain : presentasi makalah ilmiah, skripsi, tesis, disertasi,
dan pidato pengukuhan guru besar.
2.4.4 Ragam Ilmiah dalam Menulis Akademik
Menggunakan bahasa Indonesia ragam ilmiah dalam menulis dan presentasi ilmiah
berarti memanfaatkan potensi bahasa Indonesia untuk memaparkan fakta, konsep, prinsip,

16

teori atau gabungan dari keempat hal tersebut, serta hasil penelitian secara tertulis dan
lisan.
2.5 Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam proses pemilihan dan penggunaan kata, hal yang perlu dierhatikan adalah kaidah
makna. Kaidah makna tersebut terdiri dari:
a. Kata yang Denotatif dan Kata yang Konotatif => Denotasi adalah konsep dasar yang
didukung oleh suatu kata, sedangkan konotasi adalah nilai rasa atau gambaran tambahan
yang ada di samping denotasi.
b. Kata yang Bersinonim dan Kata yang Mirip => Sinonim adalah kata yang maknanya
sama atau mirip dengan kata lain, sedangkan kata mirip adalah kata-kata yang tampak
mirip dari segi bentuknya atau kata-kata yang mirip dari segi maknanya.
c. Homofon dan Homograf =>Homofon ialah kata-kata yang sama lafalnya, tetapi berbeda
ejaannya. Misalnya, kata bang dan bank. Homograf ialah kata-kata yang sama ejaannya,
tetapi berbeda lafalnya. Misalnya, kata teras.
d. Kata Umum dan Kata Khusus =>Kata-kata umum termasuk kata yang mempunyai
hubungan luas, sedangkan kata-kata khusus mempunyai hubungan sempit, terbatas,
bahakan khusus atau unik.
e. Kata Populer dan Kata Kajian => Kata populer adalah kata yang populer atau terkenal di
kalangan masyarakat atau kata-kata yang banyak digunakan pada berbagai kesempatan
dalam komunikasi. Kata kajian ialah kata-kata yang digunakan secara terbatas pada
kesempatan-kesempatan tertentu berupa kata-kata atau istilah yang digunakan oleh
golongan ilmuan dalam pembicaraan tulisan-tulisan ilmiah.
f. Kata Baku dan Kata Tidak Baku => Kata-kata baku yaitu kata-kata yang telah resmi dan
standar dalam penggunaannya. Kata-kata tidak baku yaitu kata-kata yang belum
berterima secara resmi atau kata-kata yang tidak menuruti kaidah-kaidah yang berlaku
dalam bahasa Indonesia.
g. Kata Mubazir => Kata Mubazir adalah kata-kata bersinonim atau kata-kata yang sama
maknanya dan digunakan bersama-sama sekaligus sehingga menjadi mubazir, yaitu
menjadi berlebih-lebihan.
2.6 Pembentukan dan Perluasan Kalimat
2.6.1 Pengertian Kalimat

16

Kalimat sebagai satuan bahasa yang lebih besar daripada kata atau frasa merupakan
rangkaian kata yang menyatakan pikran tertentu yang secara relatif dapat berdiri sendiri,
dan intonasinya menunjukkan batas antara sesamanya, itulah yang disebut kalimat.
2.6.2 Bagian-Bagian Kalimat
a. Subjek dan Predikat ; subjek sebagai inti pembicaraan barulah menyatakan pikiran jika
dijelaskan oleh predikat.
b. Objek, Pelengkap dan Keterangan ; objek dan keterangan adalah dua bagian kalimat
yang sering muncul dalam kalimat untuk melengkapi predikat, pelengkap adalah unsur
kalimat yang berfungsi melengkapi informasi/mengkhususkan objek/melengkapi struktur
kalimat.
2.6.3 Kalimat Tunggal
Merupakan kalimat yag hanya menyatakan satu pokok pembicaraan yang dinyatakan
pada subjek (S) kalimat.
2.6.4 Kalimat Majemuk Setara
Merupakan kalimat majemuk yang terbentuk dari penggabungan beberapa kalimat
tunggal yang setara kedudukannya dan menyatakan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara
berturut-turut atau dalam waktu yang bersamaan.

2.6.5 Kalimat Majemuk Bertingkat


Merupakan kalimat majemuk yang terbentuk dari sebuah kalimat tunggal yang salah
satu bagiannya mengalami perluasan atau penggantian dengan kalimat lain.
2.7 Kalimat Efektif
2.7.1 Kepaduan Bagian Kalimat
Kata-kata yang dipakai untuk membentuk kalimat harus ditempatkan pada posisi yang
tepat dalam struktur kalimat agar jelas fungsinya masing-masing.
2.7.2 Kelogisan
Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kalimat yang logis, yaitu :
pemahaman makna kata secara cermat dan penempatan kata secara tepat dalam struktur
kalimat.
2.7.3 Pemusatan Perhatian
a. Penempatan Bagian yang Ditonjolkan pada Posisi Awal Kalimat, bagian kalimat yang
ditonjolkan dalam bahasa tulis biasanya ditempatkan pada posisi awal kalimat.

16

b. Pengulangan Kata, pengulangan kata tertentu dapat memperjelas maksud penulis.


c. Penggunaan Partikel, pemusatan perhatian dapat juga diarahkan dengan menggunakan
partikel-partilek lah, -kah, dan pun.
2.7.4 Kehematan Penggunaan Kata
Prinsip kehematan penggunaan kata adalah menggunakan kata sehemat mungkin dengan
makna yang padat (lengkap).
2.8 Pembentukan Paragraf
2.8.1 Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan pikiran yang lebih tinggi dan lebih luas daripada kalimat.
Sebuah paragraf terdiri atas beberapa kalimat.
a. Tujuan Pembentukan Paragraf
Tujuan pembentukan paragraf yaitu memudahkan pengertian dan pemahaman dengan
cara menyekat-nyekat ide pokok yang satu dari ide pokok yang lain berdasarkan keharusan
untuk mengungkap satu ide pokok saja pada setiap paragraf, serta memudahkan pembaca
mengikuti uraian penulis secara sistematis dari ide yang satu ke ide yang lain sehingga
pemusatan perhatian dapat dilakukan terhadap setiap ide yang diungkapkan dalam karya
tulis tersebut.
b. Jenis-jenis Paragraf
a. Berdasarkan fungsinya dalam karangan, paragraf dibagi tiga jenis : Paragraf Pembuka,
Paragraf Penghubung, dan Paragraf Penutup.
b. Berdasarkan posisi kalimat utama : Paragraf Deduktif, Paragraf Induktif, Paragraf
Deduktif-Induktif, dan Paragraf Penuh Kalimat Utama.
c. Berdasarkan sifat isinya : Paragraf Naratif, Paragraf Deskriptif, Paragraf Ekspositoris,
Paragraf Argumentatif, dan Paragraf Persuasif.
2.8.2 Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Ide pokok dituangkan dalam kalimat utama dan ide-ide penjelas atau perincian
dituangkan dalam kalimat-kalimat penjelas.
2.8.3 Struktur Paragraf
Sebuah kalimat utama atau kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Ukuran
panjang pendek sebuah paragraf tidak dapat ditentukan secara mutlak. Yang terpenting
salah satu dari kalimat itu harus mengandung satu ide pokok dan kalimat lainnya harus
mendukung ide pokok tersebut.
2.8.4 Syarat-syarat Pembentukan Paragraf
Paragraf yang baik dan efektif harus memenuhi dua syarat yaitu : kesatuan pikiran
dan kepaduan atau koherensi.
2.9 Pengembangan Paragraf
16

2.9.1 Cara Penempatan Pikiran Utama


Penempatan pikiran utama yaitu ditempatkan pada: paragraf utama pada awal
paragraf, pikiran utama pada akhir paragraf, pikiran utama pada awal dan akhir paragraf,
dan paragraf dengan pikiran utama tersirat.
2.9.2 Pengurutan Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas
Pengurutannya yaitu : urutan logis, urutan kronologis, serta urutan klimaks dan
antiklimaks.
2.9.3 Pengembangan Paragraf
Pengembangannya antara lain : pengembangan dengan hal-hal yang khusus, teknik
klasifikasi, alasan-alasan, perbandingan, contoh-contoh, definisi luas, dan campuran.
2.10 Penyajian Lisan (Presentasi Ilmiah)
2.10.1 Presentasi Ilmiah
a. Pengertian dan Kiat Presentasi Ilmiah, penyajian bahan ilmiah oleh seseorang di suatu
forum dalam interaksi verbal ilmiah. Sedangkan kiat presentasi ilmiah yaitu menarik
minat dan perhatian peserta; mengarahkan perhatian peserta; mempertahankan minat
dan perhatian peserta dan menjaga etika.
b. Tata Cara dan Etika Presentasi Ilmiah, yaitu penyaji perlu memberi informasi kepada
peserta secara memadai; penyaji menyajikan bahan dalam waktu yang tersedia, serta
penyaji menaati etika.
c. Penyiapan Bahan Presentasi Ilmiah, menentukan butir-butir terpenting bahan yang
dibahas, atur butir-butir tersebut agar alur penyajian runtut dan runut, kerangka pikir
perlu diungkapkan dan disajikan dalam bentuk diagram, dan lain-lain.
d. Melaksanakan Presentasi Ilmiah, berlaku prinsip-prinsip komunikasi. Beberapa prinsip
komunikasi berikut dapat dipertimbangkan oleh penyaji seperti mengurangi gangguan
komunikasi secara antisipatif dan memaksimalkan efektivitas dalam proses presentasi.
2.10.2 Berpidato
a. Pengertian Berpidato, adalah kegiatan menyampaikan gagasan secara lisan dengan
menggunakan penalaran yang tepat serta memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan
yang dapat mendukung efektivitas dan efisiensi pengungkapan gagasan kepada orang
banyak dalam suatu acara tertentu.
b. Kriteria Berpidato yang Baik, yaitu isinya sesuai dengan kegiatan yang sedang
berlangsung; isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar; isi tidak menimbulkan
pertentangan sara; dll.
c. Tata Cara dan Etika Berpidato, merujuk kepada langkah-langkah dan urutan untuk
memulai, mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Sedangkan etika berpidato merujuk
kepada nilai-nilai kepatutan yang perlu diperhatikan dan dijunjung ketika seseorang
berpidato.

16

d. Menulis Naskah Pidato, hakikat menulis naskah pidato adalah menuangkan gagasan ke
dalam bentuk bahasa tulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato.
e. Menyampaikan Pidato, bukan sekedar membacakan naskah pidato di depan hadirin,
melainkan perlu juga menghidupkan dan menghangatkan suasana, bermanfaat, serta
dapat memperjelas isi dalam naskah pidato.
2.11 Karangan Ilmiah, Ilmiah Populer, dan Nonilmiah
2.11.1 Karangan ilmiah
a. Pengertian, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta
umum yang sesuai dengan tata cara ilmiah.
b. Fakta dan Penilaian, fakta adalah apa yang ada, yang dapat dilihat, disaksikan atau
dirasakan. Adapun penilaian menyatakan kesimpulan, pertimbangan, pendapat, atau
keyakinan seseorang tentang fakta itu.
c. Evidensi dan Penilaian, apabila fakta-fakta yang ada itu dihubung-hubungkan satu sama
lain dengan metode tertentu, dalam usaha untuk membuktikan adanya sesuatu, disebut
evidensi.
d. Penalaran
- Pentingnya Penalaran, untuk merangkai fakta-fakta pernyataan yang masuk akal,
diperlukan penalaran (reasoning) yang logis. Penalaran sangat diperlukan dalam
penyusunan karya ilmiah.
- Proses Penalaran, yakni metode induksi, deduksi, dan dialektika
- Metode Induksi, metode ini berangkat dari fenomena-fenomena khusus untuk sampai
kepada kesimpulan umum. Metode induksi terbagi atas generalisasi, analogi, dan
hubungan sosial.
- Metode Deduksi, metode ini terbagi atas silogisme dan entimen.
e. Ciri-ciri Karangan Ilmiah : menyajikan fakta objektif secara sistematis; menggunakan
bahasa ilmiah; karangan ilmiah tidak emotif; dll.
f. Jenis-jenis Karangan Ilmiah : makalah, laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
2.11.2 Karangan Ilmiah Populer
a. Pengertian : menyajikan fakta pribadi dengan teknik sederhana dan bahasa sederhana.
b. Ciri-ciri : menyajikan fakta pribadi yang disimpulkan subjektif; selalu mementingkan
diri penulis; dll.
c. Bentuk : artikel, editorial, opini, tips, dan resensi buku.
2.11.3 Karangan Nonilmiah
a. Pengertian : karangan menyajikan fakta pribadi dan tidak melalui suatu prosedur
penelitian.
b. Ciri-ciri : gaya bahasa konotatif dan populer; tidak memuat hipotesis; bersifat
imajinatif; situasi didramatisari; bersifat persuatif; dll.
c. Bentuk : novel, cerpen, drama, roman, dan dongeng yang penulisannya tidak
prosedural.

16

2.12 Perencanaan Karya Tulis


2.12.1 Topik Karangan
a. Memilih Topik , Topik menarik perhatian penulis, Topik dikenal/diketahui dengan
b.

baik, Bahanya dapat diperoleh, dan Topik dibatasi ruang lingkupnya.


Pembatasan Topik : mengambil sebuah topik yang umum dan luas selanjutnya

memecahkannya menjadi bagian-bagian yang semakin terbatas.


2.12.2 Judul Karangan
Judul harus relevan, judul harus provokatif, judul harus singkat, judul harus sejelas
mungkin, judul harus dibatasi sedemikian rupa agar terdapt kesesuaian dengan isi karanga,
dan judul karangan hendaknya menunjukkan kepada pembaca hakikat pokok persoalan
yang dikemukakan dalam karangan.
2.13 Perencanaan Karangan (Penyusunan Kerangka Karangan)
2.13. 1 Manfaat Kerangka Karangan
Manfaatnya yaitu menyusun karangan secara teratur, memunahkan penulis
menciptakan klimaks yang berbeda-beda, menghindari pengulangan sebuah topik secara
berulang-ulang, memudahkan penulis untuk mencari materi pembantu.
2.13.2 Penyusunan Kerangka Karangan
Penyusunannya adalah sebagai berikut : Rumuskan tema yang jelas berdasarkan suatu
topik dan tujuan yang akan dicapai melalui topok tersebut, Lakukan inventarisasi topiktopik bawahan yang dianggap rincian dari tesis , Lakukan evaluasi terhadap suatu topik
yang telah tercatat pada langkah kedua tersebut, Tentukan pola susunan yang paling cocok
untuk mengurutkan semuan rincian dari tesis atau pengungkapan maksud yang telah
ditentukan.
2.13.3 Penyusunan Kalimat Tesis
Kalimat tesis adalah rumusan singkat yang berisi gagasan sentral sebuah karangan.
Karangan tesis tersebut diperlukan dalam pnyusunan kerangka karangan untuk memandu
penulis mengorganisasikan idenya.
2.13.4 Pola Susunan Kerangka Karangan
Polanya yaitu : Urutan waktu, urutan ruang, topik yang ada, urutan kimaks dan anti
klimaks, urutan kausal, urutan pemecahan masalah, urutan umum-khusus, urutan
familiritas, urutan akeptabilitas.
2.13.5 Bentuk Kerangka Karangan
16

Bentuknya dapat dibedakan atas kerangka kalimat yaitu menggunakan kalimat


deklaratif yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik, maupun sub-subtopik.
dan kerangka topik yaitu berisi subtopik yang berupa frasa, bukan kalimat lengkap.
2.13.6 Kerangka Karangan Kajian
Kerangkanya dapat disusun dengan menggunakan simbol-simbol dan tipografi yang
konsisten bagi tingkat yang sederajat. Terdapat berbagai model penyajian kerangka
karangan kajian, antara lain : kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital,
dan angka arab; dan kerangka sistem lurus, angka romawi, dan angka desimal.
2.14 Pegutipan, Catatan Kaki, Rujukan, dan Daftar Pustaka
2.14.1 Jenis Kutipan
Jenis-jenis kutipan dibedakan atas dua yaitu kutipan langsung yaitu kutipan yang
diambil secara lengkap kata demi kata, kalimat demi kalimat, sesuai dengan teks aslinya.
Dan kutipan tidak langsung yaitu pinjaman pendapat dari seseorang pengarang atau
penulis berupa inti sari atau ikhtisar dari pendapat tersebut.
2.14.2 Catatan Kaki
Catatan kaki dibuat untuk menyusun pembuktian, menyatakan utang budi,
menyampaikan keterangan tambahan, dan merujuk bagian lain dari teks.
1) Prinsip membuat catatan kaki yaitu hubungan catatan kaki dengan teks, nomor urut
penunjukan.
2) Teknik penyusunan catatan kaki
a. Jarak antara baris terakhir dari catatan kaki dengan batas margin bawah 3 spasi.
b. Sesudah baris terakhir dari teks, dalam jarak 3 spasi harus dibuat sebuah garis
pembatas teks uraian dengan catatan kaki mulai margin kiri sepanjang 15 ketukan
c. Dalam jarak 2spasi dari garis pembatas, diketik nomor urut penunjukan dengan
jarak 5-7 ketukan dari margin kiri.
d. Dalam jarak setengah spasi ke bawah mulai diketik baris pertama catatan kaki.
e. Jarak antara baris pada catatan kaki menggunakan spasi rapat, sedangkan jarak
antara catatan kaki pada halaman yang sama (kalau ada) 2 spasi.
f. Baris kedua pada catatan kaki selalu dimulai dari margin kiri.
3) Cara Membuat Catatan Kaki
a. Nama pengarang ditulis lengkap, tidak dibalik susunannya.
b. Antara nama pengarang dn judul buku di antarai tanda koma (,) antar judul buku
dan data publikasi tidak ada titik atau koma.
c. Tempat dan tahun terbit ditetapkan dalam tanda kurung; penerbit tidak perlu dican
tumkan.
2.14. 3 Rujukan
Rujukan adalah sumber tempat pengambilan kutipan yang ditempatkan di depan atau
di belakang kutipan. Unsurnya mencakup nama pengarang, tahun terbit, dan halaman yang
dikutip dari sumbernya.

16

2.14.4 Daftar Pustaka


Fungsi daftar pustaka ada dua yaitu memberikan deskripsi yang penting tentang buku,
majalah, harian secara keseluruhan dan sebagai pelengkap dari sebuah catatan kaki. Cara
membuat daftar pustaka bergantung pada sifat bahan refernsi. Tetapi tetap mencantumkan,
yaitu nama penulis yang dibalik susunannya, judul, dan data publikasi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar ditentukan oleh penggunaan bahasa,
kecermatan penulisan unsur serapan, singkatan, dan ketetapan penggunaan tanda baca.
Bahasa Indonesia, sebagaimana bahasa pada umumnya, digunakan untuk tujuan tertentu
dan konteks tertentu, ini akan menentukan ragam bahasa Indonesia yang harus digunakan.
Dalam penulisan resmi, terutama karya ilmiah, pilihan kata yang tepat sangat menentukan
kualitas pembicaraan dan tulisan.
2. Bahasa Indonesia terdiri atas bahasa Ilmiah, bahasa Sehari-hari, bahasa Jurnalistik, dan
Bahasa sastra yang mengandung unsur estetika.
3. Kalimat yang efektif ditandai oleh adanya kepaduan unsur kalimat, kelogisan hubungan
antarbagian kalimat, pemusatan perhatian pada bagian-bagian tertentu, dan kehematan
penggunaan kata. Kalimat-kalimat yang telah dibuat dan disusun secara efektif perlu

16

dihimpun dan dipadukan satu sama lain untuk membentuk satuan yang lebih besar, yaitu
paragraf.
4. Dalam perencanaan karya tulis, harus dapat membedakan antara topik dan judul. Topik
merupakan hal/pembahasan/landasan penulisan. Topik bersifat umum dan belum
menggambarkan sudut pandang penulis. Sedangkan judul adalah kepala karangan/tulisan.
5. Ciri-ciri yang membedakan antara karangan ilmiah, ilmiah populer, dan nonilmiah
adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan.
6. Penulisan bahasa Indonesia juga harus memperhatikan, Kutipan, catatan kaki,rujukan
dan daftar pustaka.
B. Saran
Demikian yang dapat saya paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan

makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi

memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah
ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.

16

Anda mungkin juga menyukai